BAB I PENDAHULUAN. telah direvisi menjadi UU No. 32 tahun 2004 menyatakan bahwa setiap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. Pergantian pemerintahan dari orde baru kepada orde reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan Daerah yaitu dengan menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Pola-pola lama

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sistem pengendalian internal (Windiatuti, 2013). daerah adalah (1) komiten pimpinan (Management Commitment) yang kuat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah yang merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik, yaitu hak untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Laporan keuangan sebagai bukti pertanggung jawaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian laporan keuangan di daerah-daerah khususnya di SKPD (Satuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

BAB I PENDAHULUAN. Menyusun laporan keuangan merupakan sebuah kewajiban bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dinamika perkembangan sektor publik di Indonesia saat ini adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi yang jelas tentang aktivitas suatu entitas ekonomi dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk hasil pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitik beratkan pada pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pemeriksa Keuangan ialah lembaga yang dimaksudkan. Selain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berhasil menjalankan tugas dengan baik atau tidak (Suprapto, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

L A P O R A N K E U A N G A N T A H U N BAB

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi, sosial dan politik adalah dengan mengembalikan kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengeluarkan UU No. 33 Tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan negara diawali dengan bergulirnya Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah, pengelolaan keuangan sepenuhnya berada di tangan pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

3. Ketidaksiapan sumber daya manusia (SDM) dan sistem aplikasi untuk mendukung penerapan pelaporan keuangan berbasis akrual. 1) Sumber daya manusia 6

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah yang telah direvisi menjadi UU No. 32 tahun 2004 menyatakan bahwa setiap pemerintah daerah mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurusi sendiri setiap urusan pemerintahan daerahnya serta Undang-undang No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah yang telah direvisi dalam UU No. 33 tahun 2004 memberikan desentralisasi atau tanggungjawab yang lebih luas kepada pemerintah daerah. Hal ini menjadikan akuntabilitas adalah hal yang penting dimana pemerintah daerah sebagai pengelola keuangan negara bertanggungjawab secara horizontal kepada DPRD dan warga masyarakat luas yang dipimpinnya. Tuntutan terhadap pengelolan keuangan daerah yang baik dari pernyataan diatas dapat ditunjukan dari laporan keuangan yang disusun dan telah diaudit. Suatu laporan keuangan haruslah memenuhi kualitas laporan keuangan yang sesuai dengan kerangka konseptual akuntansi yang juga tertuang dalam PP No. 24 tahun 2005 atau PP No. 71 tahun 2010 yang menjadi dasar hukum Standar Akuntansi Pemerintahan, dimana kriteria tersebut meliputi keterandalan, relevan, dapat diperbandingkan, dan tepat waktu. Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2008 yaitu Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan (SPIP). Hasil pemeriksaan

audit BPK pada laporan Semester 1 Tahun 2012 ditemukan 4.369 kasus tentang kelemahan sistem pengendalian internal pada pengelolaan pemerintahan daerah, berikut data kelemahan sistem pengendalian internal tersebut: Tabel 1.1 Kelemahan Sistem Pengendalian Intern NO Kelompok Temuan Jumlah Kasus Kelemahan Sistem Pengendalian Internal yang mengakibatkan 1 Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan 1.791 2 Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan 1.739 belanja 3 Kelemahan struktur pengendalian internal 839 Jumlah 4.369 Sumber: www.bpk.go.id Pengendalian internal yang baik akan meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan dan keandalan laporan keuangan pemerintah, hal ini juga sesuai dengan pernyataan dari framework internal control COSO yaitu pengendalian internal merupakan sebuah proses yang dilakukan manajemen dan personal entitas lain nya. Proses ini didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian tujuan dengan efektif dan efesien dalam operasi, keandalan laporan keuangan, dan menjamin manajemen mematuhi hukum dan aturan yang berlaku (COSO:2004). Sumber daya manusia (SDM) memegang peranan penting dalam setiap organisasi tidak terkecuali pada organisasi pemerintah. Sumber daya manusia adalah pengelola dan pemikul tanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan negara, maka diperlukan SDM yang kompeten dalam melaksanakan tugas-

tugasnya. Tahun 2011, menurut Yuna Farhan Sekjen FITRA dalam acara media briefing dalam pembahasan RUU pemda (18/4) di Jakarta yang dikutip dari wartaekonomi.co.id terdapat 298 daerah yang mengalokasikan belanja pegawai di atas 50% dan meningkat menjadi 302 daerah pada tahun 2012, bahkan 11 daerah diantaranya menganggarkan belanja pegawai diatas 70%. Hal ini menunjukan besarnya alokasi APBD untuk belanja pegawai yang seharusnya dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di setiap daerah sehingga mrningkatkan kinerja mereka. Pemerintah dalam pemanfaatan teknologi informasi telah menetapkan PP 82 tahun 2012 tentang penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik. Untuk pemerintah daerah sendiri telah adanya Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) dimana telah terkoneksinya tiap-tiap SKPD sehingga menjadi menarik untuk diteliti seberapa besar pengaruh pelaksanaan SIMDA dalam menunjang peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Pemerintah daerah dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan negara wajib menyusun dan melaporkan laporan-laporan keuangan yang tercantum dalam PP 71 tahun 2010 atau lebih dikenal dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan tersebut meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL), Laporan Operasional, Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Suatu laporan keuangan haruslah mempunyai manfaat bagi para pemegang kepentingan (stakeholder) untuk memenuhi tujuan tersebut suatu laporan keuangan diharuskan memuat 4 karakteristik kualitatif yang

terdapat pada standar akuntansi pemerintahan (SAP), karakteristik tersebut meliputi keterandalan, relevan, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Penelitian ini sebelumnya banyak dilakukan pada sektor-sektor komersil seperti penelitian yang dilakukan Jeffrey Doyle (2005) tentang pengaruh kelemahan pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan yang menarik kesimpulan the incidence of privacy breaches positively relates to past and future weaknesses in the SOX 404 internal control assessments over financial reporting. dan penelitian yang dilakukan Alastair Lawrence (2010) dengan judul Determinants of Weaknesses in Internal Control over Financial Reporting penelitian tersebut menarik kesimpulan bahwa kelemahan pengendalian internal kemungkinan besar ditemukan pada perusahaan-perusahaan yang kecil, yang keuntungannya sedikit, kompleksitasnya tumbuh dengan cepat, dan sedang dalam restrukturisasi. Disana ditemukan perusahaan-perusahaan sulit melakukan kontrol pelaporan keuangan mereka dalam menghadapi kesenjangan sumber daya, kompleksitas isu akuntansi, dan sebuah perubahan yang cepat dari lingkungan bisnis. Penelitian dalam sektor publik juga pernah diteliti yang oleh Aristanti Widyaningsih dkk (2011), meneliti hubungan antara pengaruh efektivitas sistem informasi dan pengendalian internal terhadap kualitas akuntabilitas laporan keuangan dengan kualitas informasi laporan keuangan sebagai variabel intervening, dari penelitian tersebut menarik kesimpulan adanya hubungan positif antara efektifitas sistem akuntansi dengan kualitas laporan keuangan sebagai

akuntabilitas publik dan adanya hubungan positif antara pengendalian intern dengan kualitas informasi laporan keuangan sebagai akuntabilitas publik. Penelitian yang dilakukan oleh Celviana dkk (2010) mengaitkan pengaruh sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi terhadap keterandalan dan ketepatan waktu laporan keuangan pemerintah daerah dengan pengendalian internal sebagai variabel intervening dari penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: adanya pengaruh positif signifikan sumber daya manusia dengan keterandalan laporan keuangan, adanya pengaruh positif signifikan antara pemanfaatan teknologi informasi dengan keterandalan laporan keuangan, adanya pengaruh positif tidak signifikan sumber daya manusia terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah, adanya pengaruh positif signifikan pemanfaatan teknologi informasi terhadap ketepatan waktu laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan Wiwik Andriani, dengan judul Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Keterandalan dan Ketepatwaktuan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah menarik kesimpulan sebagai berikut: Penelitian ini membuktikan bahwa kapasitas sumber daya manusia berpengaruh signifikan terhadap keterandalan laporan keuangan pemerintah daerah, penelitian ini juga menemukan bukti empiris bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap ketepatwaktuan laporan keuangan pemerintah daerah, pemanfaatan teknologi informasi mempengaruhi keterandalan terhadap laporan keuangan pemerintah daerah, serta kapasitas sumber daya manusia tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatwaktuan laporan keuangan pada pemerintah daerah.

Namun demikian penelitian ini menjadi berbeda dengan menggabungkan dan menghilangkan beberapa variabel dari dua penelitian sebelumnya. Fakta yang terjadi pada laporan keuangan pemerintah adalah setiap daerah mulai berlombalomba untuk mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian. Hal ini terlihat dari banyak pemerintah daerah dalam situs web pemerintahan mereka yang mencanangkan target untuk mendapatkan opini audit wajar tanpa pengecualian. Hal ini juga didorong dengan adanya target pemerintah dalam peningkatan kualitas laporan keuangan pusat dan daerah untuk menjadi WTP dalam 2014 yang diungkapkan wakil presiden Boediono (jurnas.com:2012). Fenomena laporan keuangan pemerintah daerah ini sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut dikarenakan masih terlihat kurangnya akuntabilitas dari pemerintah daerah yang ditandai cukup banyaknya pemerintah kota atau kabupaten yang mendapatkan opini audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan berupa opini disclaimer dan adverse. Dari data laporan ikhtisar hasil pemeriksaan pada semester I tahun 2012 oleh Badan Pemeriksa Keuangan diperoleh data sebagai berikut: Tabel 1.2 Hasil Laporan audit BPK semester 1 tahun 2012 Tahun LKPD WTP WDP TW TM Jumlah LKPD P 2011 Provinsi 10 16 0 2 28 Kabupaten 36 240 4 33 313 Kota 21 60 1 3 85 Sumber: www.bpk.go.id

Gambar 1.1 Hasil Audit BPK Semester 1 Tahun 2012 untuk LKPD Sumber : www.bpk.go.id Keterangan : LKPD = Laporan Keuangan Pemerintah daerah WTP = Wajar Tanpa Pengecualian WDP = Wajar Dengan Pengecualian TW = Tidak Wajar TMP = Tidak Memberikan Pendapat Tabel dan grafik diatas terlihat pada audit BPK tahun 2012 terdapat 3 kota, 33 kabupaten, 2 provinsi yang mendapatkan opini tidak memberikan pendapat dan masih adanya pemerintah daerah yang mendapatkan opini tidak wajar serta sangat sedikit yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian. Hal ini menunjukan masih adanya kesalahan material dalam informasi yang diungkapkan oleh pemerintah daerah melalui laporan keuangannya dan opini tidak memberikan pendapat yang berarti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memiliki keraguan atas kewajaran dari laporan keuangan tersebut yang bersifat material. Berikut rentang audit BPK dari tahun 2005-2011:

LKPD Tabel 1.3 Tabel Opini BPK atas LKPD Tahun 2005-2011 Opini BPK WTP % WDP % TW % TMP % Jumlah 2005 18 5% 307 85% 13 3% 24 7% 362 2006 3 1% 327 70% 28 6% 105 23% 463 2007 4 1% 283 60% 59 13% 123 26% 469 2008 13 3% 323 67% 31 6% 118 24% 485 2009 15 3% 330 65% 48 10% 111 22% 504 2010 34 6% 341 66% 26 5% 119 23% 520 2011 67 16% 316 74% 5 1% 38 9% 426* Keterangan: * = Hasil pemeriksaan BPK pada semester 1 2012 Sumber: www.bpk.go.id Adanya penurunan kualitas pada tahun 2005 akan tetapi kemudian terus ada peningkatan kualitas dari informasi laporan keuangan daerah di Indonesia dari tahun ke tahun yang ditandai oleh jumlah opini TW dan TMP yang berkurang, akan tetapi pada tahun 2011 jumlah dari pemerintah daerah yang mendapat TW dan TMP masih besar. Hasil pemeriksaaan BPK pada laporan ikhtisar semester II tahun 2012 pada Pemerintahan Daerah di Jawa Barat menunjukkan bahwa pemerintah Provinsi Jawa Barat dan 2 kota yaitu Kota Banjar dan Kota Depok mendapat opini wajar tanpa pengecualian (WTP) sedangkan kota dan kabupaten lainnya mendapatkan opini wajar dengan pengecualian (WDP). Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut fenomena kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dengan judul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Hal ini dikarenakan laporan keuangan daerah merupakan

bentuk pertanggungjawaban atas kekayaan negara bukan hanya melalui DPRD sebagai wakil masyarakat tetapi juga langsung bertanggungjawab pada masyarakat yang dipimpinnya. 1.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan pemaparan penulis pada latar belakang maka penulis akan melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan pada SKPD yang berada di Kota dan Kabupaten Bandung karena melihat adanya suatu fenomena yang memperlihatkan kualitas laporan keuangan yang kurang memadai pada pemerintah daerah. Dalam melakukan penelitian maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh pengendalian internal terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah? 2. Bagaimana pengaruh sumber daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah? 3. Bagaimana pengaruh teknologi informasi terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah? 4. Bagaimana pengaruh Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah? 5. Bagaimana pengaruh pengendalian internal, sumber daya manusia, teknologi informasi, dan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah?

1.3 Tujuan Penelitian Penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui beberapa hal sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. 2. Untuk mengetahui pegaruh sumber daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. 3. Untuk mengetahui pengaruh teknologi informasi terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. 4. Untuk mengetahui pengaruh Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. 5. Untuk mengetahui pengendalian internal, sumber daya manusia, teknologi informasi, dan standar akuntansi pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akdemis Penelitian ini diharapkan dapat menguji kembali teori sehingga mengetahui tentang pengaruh pengendalian internal, sumber daya manusia, teknologi informasi, dan Standar Akuntansi Pemerintahan dengan Kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dan dapat membuktikan seberapa besar pengaruh variabel bebas (independent) terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan baik bagi penulis dan masyarakat luas tentang kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dimana faktor-faktor yang diangkat adalah pengendalian internal, sumber daya manusia, teknologi informasi, dan Standar Akuntansi Pemerintahan sehingga dapat memberi masukan yang berarti dalam peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah agar tercipta pengelolaan keuangan yang baik dan transparan.