PERANCANGAN DAN PENGUJIAN SISTEM PENGERING IKAN MEMANFAATKAN SUMBER ENERGI PANAS BUMI IE-SUUM KABUPATEN ACEH BESAR

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PENYALEAN PISANG BERTINGKAT DENGAN MENGUNAKAN ENERGI BAHAN BIO-MASSA

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

PENGARUH SUDUT ATAP CEROBONG TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA RUANG PENGERING BERTINGKAT DAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN

PENGERINGAN BAHAN PANGAN (KER)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA

Pengujian Pengaruh Penghambatan Kebeningan Kaca Terhadap Transfer Intensitas Cahaya pada Pemanasan Ruangan Mobil

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Performansi thermal sistem pengering pakaian aliran paksa dan aliran alami memanfaatkan energi pembakaran LPG

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

PENGGUNAAN ENERGI BAHAN BAKAR UNTUK PENGERINGAN IKAN ASIN/KEUMAMAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

PERPINDAHAN PANASPADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGERDI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

BAB I PENDAHULUAN. atau Arecaceae dan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

PERANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PENGERING TIPE RAK

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sebagaian besar bekerja sebagai petani, Oleh karena itu, banyak usaha kecil menengah yang bergerak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan teknologi yang pesat, menjadikan

Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

PENENTUAN LAJU PENURUNAN KADAR AIR OPAK SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN RUANG PENGERING BERENERGI BIOMASSA LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

KAJIAN EXPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI DENGAN NANOFLUIDA Al2SO4 PADA HEAT EXCHANGER TIPE COUNTER FLOW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

Pada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

JENIS-JENIS PENGERINGAN

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR

ANALISIS SISTEM PENGERING OPAK SINGKONG TIPE RUANG KABINET DENGAN MENGGUNAKAN BIOMASSA LIMBAH PELEPAH PINANG DAN PELEPAH KELAPA

KAJIAN TINGKAT KEMAMPUAN PENYERAPAN PANAS MATAHARI PADA ATAP BANGUNAN SENG BERWARNA

Peningkatan Kecepatan Pengeringan Gabah Dengan Metode Mixed Adsorption Drying Menggunakan Zeolite Pada Ungguan Terfluidisasi

Upaya Penyeragaman Temperatur pada Peralatan Pengering Bertingkat dengan Menggunakan Panas Hasil Pembakaran Gas Elpiji

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN TERI KAPASITAS 12 KG/JAM

Transkripsi:

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN SISTEM PENGERING IKAN MEMANFAATKAN SUMBER ENERGI PANAS BUMI IE-SUUM KABUPATEN ACEH BESAR Ahmad Syuhada 1a), Ratna Sary 1b), Rasta Purba 2c) 1) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Syech Abdul Rauf No.7 Darussalam Banda Aceh 23111, Indonesia 2) PT. Pupuk Iskandar Muda, Jl. Medan - Banda Aceh, Krueng Geukueh, Aceh Utara Phone: (62-645) 56222; Fax: (62-645) 56095 a e-mail: syuhada_mech@yahoo.com ; b e-mail: ratnasary_ft@unsyiah.ac.id c e-mail: rastapurba@yahoo.com Abstrak Dalam usaha meningkatkan nilai tambah ikan hasil produksi masyarakat Kecamatan Krueng Raya Kabupaten Aceh Besar. Telah dilakukan perancangan dan pengujian sistem pengering ikan dengan memanfaatkan sumber energi panas bumi yang terdapat di Desa Ie-Suum Kecamatan Krueng Raya Kabupaten Aceh Besar. Potensi energi panas bumi tersebut berupa munculan air panas bersuhu 86 dan 86,4 o C. Dari hasil perancangan disimpulkan system pengering tipe rak bertingkat. Sistem pengering dirancang terdiri dari alat penukar kalor, ruang pengering, dan blower untuk penghembus udara. Air pans dari sumber panas bumi dialirkan dalam alat penukar kalor untuk meningkatkan temperature udara luar dan kemudian dihembuskan ke dalam ruang pengering. Dari hasil perancangan diperoleh, untuk mengeringkan ikan 200 kg dalam waktu 24 jam, dengan ukuran dimensi ruang pengering: panjang 1 m, lebar 1 m dan tinggi 0,4 m, temperatur air panas masuk alat penukar 80 o C, dan temperatur udara masuk ruang pengering dipertahankan pada 60 o C diperoleh waktu rata-rata untuk mengeringkan ikan sampai kadar air 10% adalah 18-20 jam. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pembuatan dan pengujian sistem pengering menggunakan 3 tingkat rak tempat peletakan ikan. Dari hasil pengujian diperoleh temperature rata-rata air panas keluar alat penukar kalor berkisar pada 76-78 o C, Temperatur udara dalam ruang pengering berada pada kisaran 57-62 o C. Dengan berat awal ikan 20 kg, setelah mengalmai proses pengeringan 18 jam, berat ikan rata-rata menjadi 12 kg Kata kunci: Perancangan, Pengujian, Pengering ikan, Energi panas bumi, Alat penukar kalor. 1. PENDAHULUAN Saat musim panen raya, hasil tangkapan nelayan berlebih dan harga ikanpun turun drastis bahkan banyak ikan tidak terjual sehingga terjadi pembusukan ikan jika tidak diawetkan sementara. Ini merupakan permasalahan yang harus dihadapi para nelayan karena banyak hasil tangkapan yang tidak termamfatkan. Kurangnya pengetahuan dan teknologi untuk sistem pengawetan ikan membuat nelayan tidak mampu memanfaatkan hasil panen raya untuk meningkatkan perekonomiannya. Mengingat hal tersebut, maka dicoba diaplikasikan teknologi pengeringan untuk mengawetkan ikan. Teknologi pengeringan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya pembusukan ikan. Proses pembusukan sangat tergantung pada kadar air, mengurangi kadar air dalam tubuh ikan dapat menghambat aktivitas pembusukan yang disebabkan oleh enzim dan mikrobia. Ikan dengan kadar air rendah dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama. Untuk mengurangi kadar air pada ikan diperlukan suatu sistim pengering untuk menguapkan kadar air dari tubuh ikan. Desa Krueng Raya merupakan daerah pesisir dimana tempat berproduksinya ikan, daerah ini juga merupakan daerah yang relatif dekat dengan Desa Ie Su um dimana di desa tersebut terdapat sumber energi panas bumi yang berupa munculan air panas bertemperatur 86 dan 86,4 o C. Energi panas bumi merupakan energi terbarukan yang ramah lingkungan dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk memanfaatkannya. Selain itu energi panas bumi juga tidak rentan terhadap perubahan cuaca, sehingga sangat baik diaplikasikan oleh masyarakat nelayan untuk mengeringkan ikan. Keuntungan pengeringan ikan menggunakan alat 68

pengering berenergi panas bumi antara lain: dapat memproduksi ikan kering dengan kapasitas yang relatif banyak, waktu pengeringan yang relatif singkat, dan menghasilkan produk yang lebih higenis. Untuk memamfaatkan energi panas bumi yang terkandung pada air alam tersebut, dirancanglah satu unit alat penukar kalor pada sistem pengering ikan dengan memanfaatkan energi panas bumi. Penelitian ini yaitu merancang dan menguji alat penukar kalor untuk sistem pengering ikan dengan memanfaatkan energi panas bumi. Teknologi yang digunakan adalah konveksi paksa untuk memanaskan udara pengeringan dan konveksi natural yang pada ruang pengeringan ikan. 2. METODE PENELITIAN 2.1. Analisa Perancangan Fluida yang paling dekat dengan magma, biasanya mengandung H 2 O, CO 2, SO 2, H 2 S dan HCl. Variasi konsentrasi masing-masing kandungan itu tergantung pada perbedaan magmatic volatile (unsur-unsur gas yang terlarut di dalam magma) dan tingkat degassing magma (keluarnya gas dari magma). Dikarenakan kandungan gas yang dimiliki fluida termasuk dalam katagori gas beracun, maka dalam perancangan alat pengering ini tidak memanfaatkan uap panas yang teruap dari air panas secara langsung untuk media pengeringan, karena dikhawatirkan bahan pengering yang berupa produk makanan akan terkontaminasi dengan gas-gas beracun. Mengingat hal ini, maka dirancanglah suatu alat penukar kalor sebagai media pemisah antara air panas dengan udara pengeringan. Adapun prinsip kerja alat pengering energi panas bumi yang direncanakan diperlihatkan dalam Gambar 1 yang menjelaskan prinsip kerja alat pengering energi panas bumi, dimana air panas dialirkan ke alat penukar kalor sedangkan udara dari atmosfer terkonveksi secara alamiah dan masuk ke ruang pengering. Didalam ruang pengering udara panas hasil konveksi tersebut menguapkan kadar air dari bahan pengering dan keluar melalui cerobong. Dilihat dari fungsinya sebagai pemanas maka material yang digunakan harus mempunyai konduktivitas termal yang relatif tinggi sehingga nilai hantar panasnya juga tinggi. Berdasarkan hal tersebut dan ketersediaan material dipasaran serta harga ekonomisnya, maka dirancanglah alat penukar kalor dengan menggunakan material baja karbon. Gambar 1. Siklus pengering energi panas bumi 69

Gambar 2. Alat uji yang direncanakan Keterangan gambar: T 1 = titik pengukuran temperatur pada rak 1, T 2 = titik pengukuran temperatur pada rak 2, T atm = titik pengukuran temperatur lingkungan, T ch,i = titik pengukuran temperatur masuk cerobong, T ch,o = titik pengukuran temperatur keluar cerobong, T h,i = titik pengukuran temperatur air panas masuk alat penukar kalor dan = titik pengukuran temperatur air panas keluar alat penukar kalor T h,o Ruang pengering dirancang dengan menggunakan material aluminium untuk kerangkanya, sedangkan dindingnya terbuat dari material triplek. Pemilihan kedua material tersebut masing-masing berdasarkan pada kekuatan dan sifat konduktivitas termal yang dimilikinya relatif rendah sehingga layak untuk bahan insulasi panas ruangan pengering. Berikut merupakan alat yang di uji dan peralatan pengukur yang dipakai saat pengujian berlangsung: 1. Alat pengering ini mempunyai tiga bagian utama yaitu alat penukar kalor ruang pengering dan cerobong, ketiga bagian tersebut ditunjukan dalam Gambar 2. 2. Beberapa instrumen pengukur yang digunakan dalam pengujian unjuk kerja alat pengering yaitu termometer digital (APPA - 51), gelas pengukur dan stop watch. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Perancangan Alat Penukar Kalor Hasil perancangan alat penukar kalor diperlihatkan dalam Gambar 3, skala gambar adalah 1 : 5 dengan satuan milimeter. 70

Gambar 3. Hasil perancangan alat penukar kalor 3.2. Data Hasil Pengujian Tanpa Beban Pengeringan Gambar 4 memperlihatkan grafik hasil pengujian alat penukar kalor pada sistem pengering dengan kondisi tanpa beban pengeringan. Perbedaan temperatur air panas masuk dan keluar alat penukar kalor relatif kecil dikarenakan proses perpindahan panas yang terjadi pada alat penukar kalor tersebut adalah konveksi natural/ konveksi alamiah. Konveksi natural ini menghasilkan temperatur udara keluar alat penukar kalor relatif tinggi dibandingkan dengan konveksi paksa, hal ini dikarenakan pergerakan udara pada konveksi natural relatif jauh lebih lambat dibandingkan dengan konveksi paksa. Gambar 4. Grafik hasil pengujian tanpa beban pengeringan dimana: Thi = temperatur air panas masuk alat penukar kalor, Tho = temperatur air panas keluar alat penukar kalor, Tatm = temperatur atmosfer, T1= temperatur pada rak I T2 = temperatur pada rak II. 71

Gambar 4 juga memperlihatkan temperatur udara keluar alat penukar kalor pada rak I dan rak II mengalami kenaikan yang relatif cepat hingga mencapai temperatur pengeringan yang direncanakan hanya dalam waktu 5 menit dan tidak banyak mengalami perubahan hingga akhir pengujian. Selain itu perubahan temperatur udara atmosfer tidak banyak mempengaruhi kondisi temperatur pada ruang pengering, dikarenakan dinding alat pengering terisolasi dengan baik oleh bahan dengan konduktivitas termal yang rendah. 3.3. Data Hasil Pengujian dengan Beban Pengeringan 3.3.1. Temperatur air panas Temperatur air panas masuk dan keluar alat penukar kalor diperlihatkan dalam Gambar 5. Seperti dijelaskan sebelumnya, perbedaan temperatur keduanya relatif kecil, hal ini dikarenakan proses perpindahan panas yang terjadi adalah konveksi natural. Selain itu, dengan beban ataupun tanpa beban pengering tidak berpengaruh banyak terhadap temperatur air panas. Gambar 5. Sejarah temperatur air panas masuk dan keluar alat pengering 3.3.2. Temperatur lingkungan Temperatur lingkungan sangat berpengaruh terhadap perubahan cuaca, hal ini seperti diperlihatkan dalam Gambar 6, dimana terjadinya kenaikan dan penurunan temperatur dikarenakan cuaca mendung dan gerimis pada saat pengujian alat. Gambar 6. Temperatur lingkungan 3.3.3. Temperatur udara pengering Temperatur udara pengering sangat dipengaruhi oleh kandungan air dalam tubuh ikan, hal ini dapat kita lihat dengan membandingkan temperatur pada saat mempunyai beban pengeringan dengan tanpa beban pengeringan seperti diperlihatkan dalam Gambar 4 dan Gambar 7. 72

Gambar 7. Temperatur udara pengering 3.3.4. Temperatur cerobong alat pengering Perbedaan temperatur pada sisi masuk dan keluar cerobong alat pengering seperti diperlihatkan Gambar 8 sangat diharapkan agar terjadinya perbedaan tekanan antara masuk dan keluar cerobong sehingga dengan adanya perbedaan tekanan tersebut dapat menghisap udara di ruang pengering. Hisapan udara tersebut dimaksudkan untuk mempercepat proses terbawanya uap air dari ikan keudara sehingga dapat mempercepat proses pengeringan. Gambar 8. Temperatur cerobong alat pengering 3.3.5. Perubahan massa bahan pengering Gambar 9 memperlihatkan grafik hubungan laju pengeringan terhadap perubahan massa ikan teri. Pada dua jam awal pengeringan mengalami penurunan massa ikan yang relatif cepat dibandingkan dengan beberapa jam berikutnya, hal ini dikarenakan kadar air ikan teri masih tinggi dan belum mengalami pengerasan permukaan ikan sehingga uap air dari dalam dan permukaan mudah terbawa oleh udara pengeringan. Gambar 9. Hubungan laju pengeringan terhadap perubahan massa ikan 73

3.4. Analisa Data Pengujian Hasil analisa data pengujian alat penukar kalor pada sistem pengering ikan energi panas bumi diperlihatkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Analisa data hasil pengujian alat penukar kalor pada sistem pengering Parameter yang dianalisa Kebutuhan energi pengeringan 12186 kj Kapasitas aliran air panas 20 liter/menit Kecepatan udara pengering 0,05 m/s Temperatur outlet air panas 86,5 Temperatur outlet udara 60 Efektifitas alat penukar kalor 51% Efisiensi alat pengering 30% 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain: Peralatan penukar panas ini bekerja sangat efektif karena dengan temperatur air pemanas sekitar 85 o C dapat memanaskan udara pengering mencapai 60 o C. Dengan temperatur udara pengering 55 o C-60 o C sudah cukup bagus untuk pengeringan ikan Distribusi temperatur pada rak I dan rak II terjadi perbedaan temperatur yang relatif besar yang diakibatkan oleh jarak antar rak yang besar, sehingga mengakibatkan ketidak seragaman laju pengeringan. Dalam interval waktu lima jam pengeringan, ikan berhasil dikeringkan dari massa awal 1 kg untuk masing-masing rak menjadi 0.25 kg pada rak I dan 0.30 kg pada rak II. DAFTAR KEPUSTAKAAN 1. Hasan, A., 2008, Penelitian Pemanfaatan Langsung Sumber Energi Panas Bumi untuk Pengeringan Kakao, BPPT, Jakarta 2. Incopera, F. P. & DeWitt, D. P., 2002, Fundamental of Heat And Mass Transfer, 5 th edition, John Wiley & Sons, USA 3. Naewbanij Maitri & Thepent Viboon, 1989, Batch and Continuous Drying, termuat di : http://www.fao.org/docrep/x5036e/x5036e0x.htm, diakses 18 Juni 2012. 4. Sumotarto, U., 2007, Design of A Geothermal Energy Dryer for Beans and Grains Drying in Kamojang Geothermal Field, BPPT, Jakarta 5. Suparno, S., 2009, Energi Panas Bumi, Departemen Fisika-FMIPA, Universitas Indonesia, Jakarta Penelitian SDPF, HEDS-DIKTI-JICA, 29 juni-1 Juli 1993. 6. Syuhada, A., 2000 Heat (Mass) Transfer Characteristics in Rectangular Serpentine Channels with a Sharp Turn, Nagoya University. 7. Syuhada, A., 2001, Sistem dan Peralatan Pengering Kayu dengan Menggunakan Bahan Bakar Ampas Serbuk Kayu, Lab. Teknik Konversi Energi, Teknik Mesin Unsyiah. 8. Syuhada, A. Karakteristik Perpindahan Panas (massa) pada Saluran Persegi Empat BerbelokanTajam 180 0, Prosiding Seminar Nasional ChESA, 2003, hal. 99-105 9. Syuhada, A. Pengering Ikan Tongkol kukus Dengan Menggunakan Energi Panas Hasil Pembakaran. Proceeding Seminar Energi & Manajemen 2003 (E &M-2003) hal 64-67 10. Syuhada,A., Pengering Ikan dengan Bahan Bakar Sebagai Sumber Pengering, Kantor Kementrian RISTEK & Sentra Inotek Buket Politeknik Negeri Lhokseumawe( 2004), (CD-ROM) 74

11. Syuhada, A. & Ratna S. Kaji Karakteristik Distribusi Temperatur dan Perpindahan Panas pada Peralatan Pengeringan Bertingkat, Prosiding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) V, 21 23 Nopember 2006 (CD Room) 12. Syuhada, A. Teknologi Pengering Ikan /Kemamah untuk Korban Tsunami Di Aceh, Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Antar Universitas Sains dan Teknologi, Banda Aceh 10-12 Maret 2008, hal 373-37 75