TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

Teknologi Penyimpanan Jagung Oleh : Sri Sudarwati PENDAHULUAN

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI KALIMANTAN SELATAN. Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia

ALAT DAN MESIN PANEN PADI

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

TEKNOLOGI PENGERINGAN DAN PEMIPILAN UNTUK PERBAIKAN MUTU BIJI JAGUNG (Studi Kasus di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan)

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

PENGOLAHAN BUAH LADA

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

Dairi merupakan salah satu daerah

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BABHI BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

III.TATA CARA PENELITIAN

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai bulan Mei B. Bahan dan Alat Penelitian

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h

Arang Tempurung Kelapa

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN KEDELAI

BAB III METODE PENELITIAN

INFORMASI PRAKTIS PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI. OLeh Ir. I. Ketut Tastra, MS. Informasi Praktis Balitkabi No.:

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

BAHAN DAN METODE. penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan

Cara Menanam Cabe di Polybag

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1)

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

I. PENDAHULUAN. Jagung manis atau dikenal juga dengan sebutan sweet corn merupakan

SNI Standar Nasional Indonesia. Biji kopi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

Biji mete kupas (cashew kernels)

Pokok Bahasan 10: Pengamatan Panen. Tujuan Intruksional Khusus:

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Prediksi Produksi Jagung

PASCA PANEN BAWANG MERAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

Cara pengeringan. Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan.

TANAMAN PENGHASIL PATI

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1

Transkripsi:

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI Oleh: Ir. Nur Asni, MS Jagung adalah komoditi penting bagi perekonomian masyarakat Indonesia, termasuk Provinsi Jambi. Kebutuhan jagung sepanjang tahun cukup besar, yaitu sebagai bahan pangan, dan bahan pokok bagi industri pakan ternak. Kandungan jagung dalam pakan ternak mencapai lebih dari 50%, dengan demikian kebutuhan akan jagung semakin meningkat. Untuk mendukung kebutuhan tersebut maka diperlukan jaminan ketersediaan jagung dengan mutu yang baik. Jagung merupakan produk musiman yang mudah rusak, untuk itu perlu diterapkan teknologi pascapanen yang tepat agar komoditi jagung tetap tersedia sepanjang tahun, tidak mudah rusak dan lebih tahan disimpan. Masalah utama dalam penanganan pascapanen jagung di tingkat petani adalah masih tingginya kehilangan hasil mulai dari panen sampai pascapanen. Hal ini disebabkan terbatasnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam penanganan panen dan pascapanen serta alsin yang cukup mahal. Penanganan pascapanen yang tepat diperlukan untuk mendapatkan jagung yang bermutu tinggi dan menekan kehilangan hasil. Penanganan yang kurang baik akan menyebabkan kerusakan biji sehingga menurunkan mutu dan harga jagung. Agar kerusakan pascapanen ini dapat ditekan serendah mungkin diperlukan berbagai langkah antara lain dengan mengadakan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam penerapan teknik pascapanen jagung secara tepat, seperti penentuan saat panen, menghindari terjadinya kerusakan pada saat pengeringan, pemipilan dan penyimpanan. Pada prinsipnya teknologi penanganan pascapanen jagung adalah untuk menekan kehilangan hasil di tingkat petani. Dengan teknologi alternatif yang sudah tersedia, diharapkan kehilangan hasil dapat ditekan, mutu dapat ditingkatkan dan juga akan memperoleh harga jual yang tinggi. II. TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Penanganan panen dan pascapanen jagung merupakan rangkaian kegiatan sejak panen diikuti pengeringan, pemipilan, pembersihan dan

penyimpanan. Rangkaian kegiatan tersebut saling berkaitan, hasil satu kegiatan mempengaruhi hasil tahap berikutnya. Teknologi penanganan pascapanen dapat menekan tingkat kehilangan kuantitatif dan kualitatif, serta menentukan derajat pencapaian peningkatan mutu. A. PEMANENAN JAGUNG Mutu hasil panen jagung akan baik bila jagung dipanen pada tingkat kematangan yang tepat (matang optimal). Sebagai tanda jagung siap panen/ matang optimal antara lain : bila kelobot telah berwarna kuning, biji telah keras dan warna biji mengkilap, jika ditekan dengan ibu jari tidak lagi ditemukan bekas tekanan pada biji tersebut, pada keadaan seperti ini kadar air sudah mencapai sekitar 35%. Cara lain untuk menentukan tingkat kematangan jagung adalah terbentuknya lapisan berwarna hitam pada butiran (black layer tissue formation), terbentuk dalam selang waktu lebih kurang tiga hari bersamaan dengan tercapainya berat kering maksimum pada butiran. Tanaman jagung dapat dipanen pada kadar air tinggi dan kadar air rendah, tergantung dari tujuan memanen dan permintaan pasar. Jagung yang dipanen pada kadar air tinggi yaitu pada kadar air sekitar 35% (pada matang optimal). Sedangkan jagung yang dipanen pada kadar air rendah biasanya ditandai dengan kelobot batang dan daun yang sudah berwarna coklat dan tanaman sudah sangat kering, biasanya kadar air berkisar antara 17-18%. Hal ini memudahkan proses pengeringan dan pemipilan yang akan dilakukan. Pemanenan yang terlalu awal, memberikan hasil panen dengan persentase butir muda yang tinggi dan biji keriput setelah mengalami pengeringan, sehingga kualitas biji dan daya simpannya rendah. Sedangkan pemanenan yang terlambat mengakibatkan penurunan mutu dan peningkatan kehilangan hasil, karena butir rusak akan meningkat sebagai akibat pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan maupun investasi hama dan penyakit dilapang. Perlu diingat bahwa kelobot tidak sepenuhnya dapat melindungi biji jagung. Waktu panen sebaiknya dilakukan pada hari-hari cerah, jangan pada saat hujan agar supaya penanganan jagung setelah dipanen yaitu pengeringan tidak mendapat hambatan.

Pemanenan jagung yang sederhana dan umum dilakukan dan hasilnya sangat baik adalah dipuntir dengan tangan atau sabit dengan memotong tangkai buah. Sekaligus memotong batang dan bagian tanaman lainnya dan ditinggal dilapangan dan kemudian dibenamkan kedalam tanah sebagai bahan pupuk. Jagung sebaiknya dipanen dalam bentuk tongkol lengkap dengan kelobotnya, bila dipanen tanpa kelobot resiko kerusakan butir-butir jagung tambah besar. Segera setelah dipanen pisahkan jagung yang tidak sehat/terinfeksi penyakit dilapangan supaya penyebaran hama dan penyakit dapat dicegah. B. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses penurunan kadar air sampai mencapai nilai tertentu sehingga siap untuk diproses selanjutnya dan aman untuk disimpan dan mutu produk yang dihasilkan tinggi. Disamping itu tujuan pengeringan adalah memenuhi persyaratan mutu yang akan dipasarkan, kadar air jagung yang memenuhi standar mutu perdagangan adalah 14%. Disisi lain tujuan pengeringan adalah untuk menghindari kerusakan-kerusakan seperti kerusakan karena biji terangsang pertunbuhannya, dan kerusakan karena mikroba yang terangsang perkembangannya. Untuk biji yang akan disimpan kadar air sebaiknya 13%, dimana jamur tidak tumbuh dan respirasi biji rendah. Oleh karena itu disarankan agar pengeringan dilakukan segera dalam waktu 24 jam setelah panen. Jagung dapat dikeringkan dalam bentuk tongkol berkelobot, tongkol tanpa kelobot, atau jagung pipilan. Pengeringan jagung idealnya dalam dua tahap. Pengeringan awal biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan pemipilan jagung, sebab pemipilan tanpa dilakukan pengeringan terlebih dahulu dapat menyebabkan butir rusak, terkelupas kulit, terluka atau cacat, dan pengerjaannya lambat. Pengeringan awal ini dilakukan sampai kadar air sekitar 17-18%. Pada keadaan ini jagung akan mudah dipipil dan tidak menimbulkan kerusakan. Bila jagung sudah berupa jagung pipilan dapat dikeringkan sampai kadar air 13% sehingga tahan untuk disimpan. Cara pengeringan dapat dibedakan atas pengeringan konvensional, dan pengeringan buatan. Pada sistem konvensional, jagung pada batangnya dibiarkan dilapang sampai kering secara alami. Hal ini dapat mengakibatkan

infestasi hama dan lahan tidak dapat diolah untuk tanaman berikutnya selama jagung tersebut belum dipanen. Waktu pengeringan dengan memanfaatkan sinar matahari sebaiknya dari pukul 08.00-11.30, dan lamanya pengeringan sekitar 3 hari bila cuaca cerah. Gunakan alas jemur seperti tikar, lantai jemur, terpal dan sebagainya. Cara pengeringan dengan menggunakan sinar matahari dianggap baik karena kadar air jagung tidak turun secara drastis, sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan selain itu cara ini adalah yang termurah. Pengeringan konvensional lainnya adalah dengan cara pengasapan. Cara ini bisa digunakan untuk mengamankan hasil jagung dimusim penghujan. Sumber asap dapat diperoleh dari pembakaran sekam dan tongkol jagung. Dengan cara digantung setinggi 80 cm dari sumber asap, pengeringan dari kadar 29% menjadi 14% jagung berkelobot membutuhkan waktu 7 hari (Soemardi dan Rumiati, 1981). Untuk tujuan benih, pengasapan lebih baik dari pada penjemuran ditinjau dari daya tumbuh dan serangan jamur. Hasil penelitian Soemardi dan Rumiati menunjukan bahwa daya tumbuh benih jagung BC-2 dengan pengasapan lebih tinggi dari penjemuran yaitu masing-masing 92.9% dan 90.9%. Selain itu dengan pengasapan serangan jamur lebih rendah dibandingkan dengan penjemuran yaitu masing-masing 5.0% dan 9.0%. Panen jagung yang jatuh pada musim hujan, pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengering mekanis, seperti alat pengering jenis batch dryer, pengeringan bertingkat, dan lain-lain. Alat pengering jenis batch dryer menggunakan temperatur udara tertentu sesuai dengan tujuan pengeringan. Untuk jagung konsumsi temperatur udara pengering antara 50-60% dan kelembaban relatif 40%, sedangkan untuk jagung bibit temperatur udara sekitar 40 O c, karena temperatur diatas 45 o C dapat mematikan embrio. C. PEMIPILAN Pemipilan adalah pemisahan biji jagung dari tongkolnya. Pemipilan dapat dilakukan bila tongkol sudah kering dan kadar air biji tidak lebih dari 18%, yaitu bila dipipil dengan tangan lembaga tidak tertinggal pada janggel. Pipilan jagung pada kadar air tersebut lebih mudah dan kerusakan mekanis dapat ditekan. Dalam proses pembijian, tidak dapat dihindari terjadinya kerusakan mekanis pada biji jagung, yang besarnya proporsional terhadap kadar air butiran.

Pemipilan jagung secara tradisional dilakukan dengan tangan. Metode ini meskipun berat dan kapasitasnya kecil tapi efektif dalam pemisahan kelobot dan tongkol serta kerusakan mekanisnya kecil. Disamping itu dapat dilakukan pemisahan biji yang rusak atau terserang hama dan penyakit dari biji yang sehat. Alat pemipil yang lebih maju yaitu yang disebut corn sheller yang dijalankan dengan motor. Jagung dalam kondisi masih bertongkol dimasukkan kedalam lubang pemipil (hopper) dan karena ada gerakan dan tekanan, pemutaran yang berlangsung dalam corn sheller maka butir-butir biji akan terlepas dari tongkol, butir-butir tersebut langsung akan keluar dari lubang pengeluaran untuk selanjutnya ditampung dalam wadah atau karung. Pemipil dengan alat ini sangat efektif karena relatif 100% butir-butir jagung dapat terlepas dari tongkolnya (kecuali butir-butir yang terlalu kecil yang terdapat di bagian ujung tongkol). Kualitas pemipilannya sangat baik karena persentase biji yang rusak/cacat serta kotoran yang dihasilkannnya sangat kecil. D. PENYIMPANAN Penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan kualitas sekaligus mencegah kerusakan dan kehilangan yang dapat disebabkan faktor luar dan dalam, seperti kadar air biji, aktivitas respirasi, pemanasan sendiri, suhu penyimpanan, kelembaban udara, konsentrasi oksigen udara, serangan mikroba, hama dan iklim. Penyimpanan jagung dapat dilakukan dalam bentuk tongkol berkelobot dan dalam bentuk pipilan, jarang ditemukan jagung yang disimpan tanpa kelobot. Ada beberapa cara menyimpan jagung : Penyimpanan diatas para-para Tongkol berkelobot dapat disimpan pada para-para yang ditempatkan dibawah atap rumah ataupun diatas dapur. Para-para diatas dapur dapat menjamin jagung tetap baik dalam waktu yang cukup lama karena asap dari kayu-kayu yang dibakar didapur meninggalkan residu bersifat anti bakteri, jamur maupun serangga. Pada cara ini sijumlah jagung berkelobot (15-20 buah) diikat menjadi satu kemudian digantung dengan mengaturnya secara bersusun diatas

para-para. Cara ini memungkinkan sirkulasi asap yang mengandung formaldehid, phenol dan cresol secara merata. Penyimpanan cara ini sebaiknya dilengkapi dengan kawat anti tikus atau perangkap tikus lainnya. Penyimpanan dalam karung plastik atau tempat penyimpanan lainnya. Jagung pipilan dapat disimpan dalam karung plastik, kantong plastik, kaleng, jirigen dan sebagainya. Penyimpanan jagung dengan cara tersebut pada kadar air maksimum 14%. Kadar air jagung diatas 14% merupakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan cendawan, yang dapat memproduksi bermacam-macam toksin antara lain aflatoksin serta hama yang senantiasa menyebabkan kerusakan. Cendawan Aspergillus flavus berkembang dengan baik dan memproduksi aflatoksin pada kadar air diatas 18%. Penyimpanan jagung pipilan dalam karung plastik yang dilapisi plastik mempunyai daya simpan lebih lama dibandingkan dengan karung goni. Ukuran karung plastik 50 kg. Tumpukan karung yang berisi jagung didalam ruang penyimpan harus diatas balok kayu atau penyangga lainnya untuk mencegah kontak langsung dengan lantai, sehingga jagung tidak lembab dan sirkulasi udara terjamin, sehingga terhindar dari pembusukan. Penyimpanan jagung untuk benih sebaiknya dengan kadar air lebih kecil dari 14%, dan cara penyimpanannya yaitu didalam kantong-kantong kecil dan nantinya dimasukan lagi kekantong plastik agak besar untuk kemudian dimasukan kedalam kaleng dimana dilengkapi dengan sejumlah kapur tohor. Kaleng harus mempunyai tutup yang rapat. Penyimpanan untuk benih paling baik pada kadar air 9% dan pada suhu penyimpanan 21 o C. Pada kondisi ini penyimpanan dapat lebih lama dan proses penuaan diperlambat. Di Sumatera Barat, Penyimpanan benih jagung dengan kadar air 13-14%, menggunakan kaleng tertutup rapat dapat mempertahankan daya tumbuh jagung selama 5 bulan. Untuk lebih jelasnya alur penanganan panen dan pascapanen jagung dapat dilihat Gambar 1.

Gambar 1. Alur Penanganan Panen dan Pascapanen Jagung MUTU DAN STANDAR MUTU JAGUNG Mutu adalah sejumlah sifat karakteristik dari suatu komoditi yang membedakan suatu produk dan mempunyai nilai pasti dan mencerminkan tingkat penerimaan konsumen. Tidak semua sifat-sifat yang dimililiki suatu produk digunakan sebagai komponen mutu dalam standar mutu, hanya yang berkaitan dengan tingkat penerimaan konsumen dan untuk menentukan harga dalam perdagangan. Pada prinsipnya ada dua persyaratan faktor-faktor penentu mutu yaitu: 1. Persyaratan Kualitatif a. Biji jagung harus bebas dari hama dan penyakit. b. Biji jagung harus bebas dari bau busuk, masam, apek, atau bau asing lainnya. c. Biji jagung harus bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang membahayakan, baik secara visual maupun secara organoleptik. 2. Persyaratan Kuantitatif Pada umumnya meliputi komponen-komponen mutu sebagai berikut: a. Kadar air : Jumlah kandungan air didalam butiran jagung dan dinyatakan dalam persentase bobot basah

b. Butir rusak : Biji jagung yang dinyatakan rusak karena biologis, khemis, mekanis, fisis, maupun enzimatis seperti berkecambah, busuk, berbau tidak disukai, berubah bentuk maupun berubah warna karena sebab-sebab diatas. c. Butir warna lain : Biji-biji jagung yang berwarna lain seperti tercampur dengan varietas lain. d. Butir pecah : Butir jagung sehat yang pecah selama pengolahan yang mempunyai ukuran yang sama atau lebih kecil dari 6/10 bagian butir utuh. e. Kotoran : Benda-benda yang terdapat dalam contoh yang diperiksa seperti batu, tanah, biji-bijian lain, sisa tanaman lainya, termasuk butir pecah, atau termasuk butir retak. Di Indonesia, pada saat ini, standar mutu jagung yang dikeluarkan SNI No. 01-3920-1995 dipakai untuk pengadaan pangan nasional (Tabel 1.) Standar mutu jagung menurut SNI No. 01-3920-1995 Persyaratan kualitatif: Bebas hama dan penyakit Bebas bau busuk, asam atau bau asing lainnya Bebas dari bahan kimia seperti insektisida dan fungisida Persyaratan kuantitatif: No Komponen Mutu-I Mutu-II Mutu III 1 Kadar air (% maks) 14 14 15 2 Butir rusak (% maks) 2 4 6 3 Butir warna lain (% maks) 1 3 7 4 Butir pecah % mak) 1 2 3 5 Kotoran (% maks) 1 1 2 Ir. Nur Asni, MS Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian BPTP Jambi Sumber : diolah dari berbagai sumber