Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

Statistik Daerah. Kecamatan Sarudik. Katalog BPS :

2.1. Konsep dan Definisi

Statistik Daerah. Kecamatan Barus Utara. Katalog BPS :

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015


KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

Statistik Daerah. Kecamatan Lumut. Katalog BPS :

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631)

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

Katalog BPS:

Statistik Daerah. Kecamatan Sorkam. Katalog BPS :

Katalog BPS :

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014


INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011 Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa)

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

Bupati Kepulauan Anambas

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

BAB IV GAMBARAN UMUM

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *

BAB IV GAMBARAN UMUM

Statistik Daerah. Kecamatan Andam Dewi. Katalog BPS : Sopo Godang Raja U

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

ALOKASI ANGGARAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Beryl Artesian Girsang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

PROFIL PEMBANGUNAN SUMATERA UTARA

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan

Statistik Daerah. Kecamatan Tapian Nauli. Katalog BPS :

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016


(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BERITA RESMI STATISTIK

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

Statistik Daerah. Kecamatan Sitahuis. Katalog BPS :


BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

Transkripsi:

Katalog BPS : 4102002.1204 Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631) 371082

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tapanuli Tengah 2011 No. Katalog : 4102002.1204 No. Publikasi : 12045.11.30 Ukuran Buku : (15 x 21) cm Jumlah halaman : 59 halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah Tim Penyusun Naskah : Penanggungjawab Umum Editor dan Penanggungjawab Teknis Koordinator Anggota : Sunanto, SE : Ir. Sudarni : Syaiful Amry, SE : Sahwin Tanjung Gambar Kulit : Seksi Integrasi, Pengolahan dan Diseminasi Statistik Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah Jalan N Daulay No. Pandan Telp. 371082 Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

KATA PENGANTAR Puji syukur kita sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran sehingga publikasi yang berjudul INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2011 dapat diterbitkan. Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu pendekatan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan manusia suatu wilayah, yang diukur melalui angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran konsumsi per kapita. Publikasi ini diharapkan dapat dijadikan pedoman terutama untuk perencanaan pembangunan di Kabupaten Tapanuli Tengah. Kami menyadari dalam publikasi ini masih banyak kekurangan, untuk itu dimohon kesediaan para pemakai data untuk memberikan saran demi penyempurnaan pembuatan publikasi dimasa yang akan datang. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya publikasi ini. Semoga buku ini bermanfaat. Pandan, Oktober 2012 Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah Kepala, S u n a n t o, SE NIP. 19591022 198302 1 001 i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL LAMPIRAN i ii iii I. PENDAHULUAN... 2 1.1. Latar Belakang... 2 1.2. Tujuan Analisis... 4 1.3. Sumber Data... 4 II. TEKNIK PENGHITUNGAN IPM... 7 2.1. Cara Penghitungan IPM... 8 2.2. Konsep dan Definisi... 10 2.3. Ukuran Perkembangan IPM... 12 III. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPANULI TENGAH... 18 3.1. Geografis dan Kependudukan... 18 3.2. Pendidikan... 19 3.3. Ketenagakerjaan... 22 3.4. Kesehatan... 26 3.5. Konsumsi/Pengeluaran... 28 3.6. Perumahan... 30 IV. ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA... 32 4.1. IPM Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010 dan 2011... 32 4.2. Pemanfaatan IPM dalam Perencanaan Pembangunan Daerah... 38 4.3. Perbandingan IPM antar Kabupaten/Kota di Sumatera Utara... 41 V. PENUTUP... 44 LAMPIRAN 48-56 BPS Kabupaten Tapanuli Tengah ii

DAFTAR TABEL LAMPIRAN Lampiran Judul Tabel Hal 1. Jumlah Sarana Kesehatan Masyarakat Per Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2011 2. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat Per Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2011 3. Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Penerangan di Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2009-2011 4. Persentase Rumahtangga Menurut Fasilitas Air Minum di Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2009-2011 5. Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Air Minum di Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2009-2011 6. Persentase Rumahtangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2009-2011 7. Jumlah Sarana Pendidikan Per Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2011 8. Jumlah Tenaga Pendidik Per Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2011 9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. Tapanuli Tengah Tahun 2007-2011 BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 48 49 50 51 52 53 54 55 56 iii

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan subyek dan sekaligus obyek dari pembangunan. Sebagai subyek dari pembangunan artinya manusia sebagai pelaku dari jalannya roda pembangunan disuatu daerah. Sedangkan manusia sebagai obyek dari pembangunan artinya manusia menjadi faktor yang dituju dari beberapa pembangunan yang ada untuk peningkatan kualitas pembangunan manusia. Pembangunan manusia merupakan upaya untuk meningkatkan kehidupan yang lebih layak bagi penduduk di suatu daerah, yaitu melalui perencanaan program-program pembangunan daerah. Konsep pembangunan manusia seutuhnya merupakan konsep yang menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk, baik secara fisik, mental maupun spiritual. Pembangunan yang dilakukan menitikberatkan pada pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) seiring dengan pembangunan di bidang lainnya. Dengan adanya pemberdayaan penduduk disegala bidang diharapkan setiap daerah memiliki SDM yang berkualitas, produktif dan efisien, sehingga dapat diandalkan diberbagai bidang kehidupan. Pemberdayaan penduduk ini meliputi aspek moral (iman dan taqwa), aspek fisik (kesehatan), aspek ilmu pengetahuan BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 2

(pendidikan) dan aspek kesejahteraan ekonomi (daya beli penduduk). Salah satu pendekatan untuk mengetahui keberhasilan pengembangan sumber daya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index. IPM digunakan untuk mengukur keberhasilan kinerja suatu negara dalam bidang pembangunan manusia. Konsep IPM mulai digunakan UNDP sejak tahun 1990 untuk mengukur upaya pembangunan manusia di suatu negara. IPM merupakan indikator komposit tunggal yang digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di suatu wilayah. Walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan, namun mampu mengukur dimensi pokok pembangunan manusia yang mencerminkan status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk. Ketiga kemampuan dasar itu adalah umur panjang dan sehat yang diukur melalui Angka Harapan Hidup (AHH) waktu lahir, berpengetahuan dan berketrampilan yang diukur dengan Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS), serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai kehidupan yang lebih layak diukur dengan pengeluaran konsumsi. IPM harus dilihat sebagai penyederhanaan dari luasnya dimensi dari pembangunan manusia, karena hanya mencakup tiga komponen. Oleh karena itu, IPM perlu dilengkapi dengan kajiankajian yang lengkap dan analisis yang akurat untuk menjelaskan tentang program pembangunan manusia. Beberapa program BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 3

pembangunan yang dilaksanakan pemerintah pada akhirnya bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Untuk pencapaian tujuan tersebut, diperlukan suatu indikator yang dapat digunakan sebagai pedoman pelaksanaan program-program pembangunan. Indikator ini terdiri dari indikator ekonomi dan indikator sosial yang dijabarkan dalam berbagai komponen yang membentuk indikator Indeks Pembangunan Manusia. 1.2. Tujuan Analisis Analisis ini bertujuan : 1. Mengetahui komponen IPM, yaitu Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah dan standar hidup layak konsumsi perkapita Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2011 2. Mengetahui pencapaian pembangunan manusia 3. Mengetahui kontribusi IPM Kabupaten Tapanuli Tengah terhadap IPM Propinsi Sumatera Utara 1.3. Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk penghitungan IPM adalah data Susenas dan beberapa data sekunder lainnya yang dapat dijadikan referensi untuk memperkaya analisis ini. Susenas adalah survei yang dilaksanakan setiap tahun untuk mendapatkan data sosial kependudukan yang cakupannya BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 4

relatif sangat luas. Data yang dikumpulkan antara lain menyangkut bidang pendidikan, kesehatan/gizi, perumahan, sosial ekonomi lainnya, kegiatan sosial budaya, konsumsi/pengeluaran dan pendapatan rumah tangga, perjalanan dan pendapat masyarakat mengenai kesejahteraan rumah tangganya. Sejak tahun 1992, BPS melalui Susenas mengumpulkan data Kor (keterangan pokok) dan data Modul (keterangan khusus) setiap tahun. Data Modul dikumpulkan bersamaan dengan data Kor, mencakup modul konsumsi dan pengeluaran rumah tangga, modul pendidikan dan sosial budaya, serta modul perumahan dan kesehatan. Sejak tahun 2011 pelaksanaan Susenas dilaksanakan triwulanan. Pelaksanaan susenas tahun ini disamping mengumpulkan data Kor juga mengumpulkan data modul konsumsi dan pengeluaran rumah tangga. Di Kabupaten Tapanuli Tengah ada 140 sampel rumahtangga untuk setiap triwulannya. BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 5

2 TEKNIK PENGHITUNGAN IPM Pembangunan manusia merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas penduduk, hal ini dapat ditempuh dengan cara meningkatkan kapasitas dasar dan daya beli. Peningkatan kapasitas dasar adalah upaya untuk meningkatkan produktivitas penduduk melalui pengembangan pengetahuan dan pendidikan serta perbaikan derajat kesehatan penduduk. Upaya ini merupakan bagian dari fungsi dan tanggung jawab pemerintah dalam menyediakan fasilitas sosial ekonomi dasar. Sedangkan peningkatan daya beli dapat ditempuh melalui perbaikan ekonomi, sehingga tercipta perluasan kesempatan kerja. Dalam upaya peningkatan efektivitas pembangunan manusia, tidak terlepas dari penggunaan data statistik baik untuk perencanaan, pemantauan maupun evaluasi. Perencanaan pembangunan dengan didukung oleh data statistik yang baik akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, BPS mengadakan sensus dan survei yang berkaitan dengan berbagai kegiatan pengumpulan data, seperti masalah kependudukan dan kesejahteraan. Sensus/survei yang dilakukan antara lain : Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dan Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI). Hasil yang BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 7

didapat dari pengumpulan data tersebut khususnya Susenas Kor, dapat dibentuk berbagai indikator kependudukan dan kesejahteraan masyarakat. Indikator ini dapat digunakan untuk melihat kemajuan pembangunan. 2.1. Cara Penghitungan IPM Indeks komposit pembangunan manusia adalah alat ukur yang dapat digunakan untuk melihat pencapaian pembangunan manusia antar wilayah dan antar waktu. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indeks komposit yang disusun dari tiga indikator, yaitu lama hidup yang diukur melalui angka harapan hidup, pendidikan diukur melalui rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf serta standar hidup yang diukur dengan pengeluaran per kapita. Secara umum, IPM merupakan rata-rata sederhana dari ketiga komponen tersebut, dapat dituliskan sebagai berikut : 1 IPM = ( Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3 ) 3 Dimana : X1 = Indeks Lamanya Hidup X2 = Indeks Tingkat Pendidikan X3 = Indeks Tingkat Kehidupan yang layak BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 8

1 2 Indeks Tingkat Pendidikan : X2 = X21 + X22 3 3 dimana : X21 = Indeks Rata-rata Lamanya Sekolah X22 = Indeks Melek Huruf penduduk usia 10 tahun keatas Masing-masing indeks tersebut diperoleh dari indikator-indikator yang dihitung berdasarkan kondisi terburuk dan kondisi ideal dari setiap faktor. Indeks komponen IPM merupakan perbandingan antara selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut : Indeks X(i) = (X(i) - X(i) min) / (X(i) maks - X(i) min) Dimana : X(i) = Indikator ke-i (i = 1,2,3,4) X(i) min = Nilai minimum X(i) X(i) maks = Nilai maksimum X(i) BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 9

Tabel 2.1.1 Kondisi Ideal (sasaran) dan Kondisi Terburuk Komponen IPM Faktor Komponen Ideal Kondisi Terburuk Kelangsungan Hidup (Lamanya Hidup) Angka Harapan Hidup (Tahun) 85,0 25,0 Pengetahuan (Tingkat Pendidikan) Daya Beli (Tingkat Kehidupan yang Layak) Angka Melek Huruf (Persen) Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Konsumsi Riil Perkapita (Rp) 100 0 15 0 732.720 300.000 2.2. Konsep dan Definisi 1. Indikator adalah petunjuk yang memberikan indikasi tentang suatu keadaan dan merupakan gambaran dari keadaan tersebut. 2. Angka Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan rata-rata lamanya hidup yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk dari sejak lahir. BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 10

3. Angka Melek Huruf (AMH) adalah proporsi penduduk usia 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis (huruf latin maupun huruf lainnya). 4. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah lama sekolah (tahun) penduduk usia 10 tahun ke atas 5. Konsumsi Riil Perkapita adalah pengeluaran perkapita untuk makanan dan bukan makanan 6. Indeks lamanya hidup adalah perbandingan antara selisih angka harapan hidup dengan nilai minimumnya dan selisih nilai maksimum dengan minimum angka harapan hidup tersebut. 7. Indeks tingkat pendidikan adalah rata-rata dari penjumlahan antara indeks melek huruf dengan indeks rata-rata lama sekolah 8. Indeks tingkat kehidupan yang layak adalah perbandingan antara selisih nilai konsumsi riil per kapita dengan nilai minimumnya dan selisih nilai maksimum dengan minimum konsumsi riil per kapita tersebut. 9. Indeks Pembangunan Manusia adalah indikator yang dapat mengukur tingkat kinerja dan merupakan urutan skala perbandingan kualitas pembangunan manusia dan penilaian beberapa komponen. BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 11

2.3. Ukuran Perkembangan IPM Pencapaian pembangunan manusia dapat dilihat dari dua segi, yaitu : 1. Meningkatnya status pembangunan manusia dapat dilihat berdasarkan nilai IPM suatu daerah. Nilai IPM ini mencerminkan kualitas penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Kenaikan/penurunan nilai IPM secara tidak langsung merupakan gambaran kondisi kesejahteraan penduduk disuatu daerah. Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), UNDP membagi tingkatan status pembangunan manusia suatu wilayah kedalam tiga golongan yaitu rendah (kurang dari 50), sedang atau menengah (antara 50 sampai 80), dan tinggi (80 keatas). Untuk keperluan daerah tingkat II (level kabupaten), tingkatan status menengah dibagi menjadi dua, yaitu menengah bawah dan menengah atas, dengan kriteria sebagai berikut : BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 12

Tabel 2.3.1 Tingkatan Status Pembangunan Manusia Tingkatan Status Kriteria Rendah IPM 50 Menengah Bawah 50 IPM 66 Menengah Atas 66 IPM 80 Tinggi IPM 80 Klasifikasi status pembangunan manusia dapat digunakan untuk menunjukkan apakah upaya pembangunan yang telah dilakukan dapat meningkatkan kelas suatu wilayah. Jika kelas wilayahnya meningkat berarti terjadi peningkatan kesejahteraan penduduk. 2. Membuat peringkat berdasarkan besaran IPM yang dapat menunjukkan secara relatif kinerja pembangunan suatu wilayah terhadap wilayah lain. Dengan diketahuinya peringkat IPM, maka tingkat kesejahteraan disuatu daerah dapat dibandingkan dengan daerah lain. Besaran IPM merupakan besaran kumulatif selama beberapa tahun dan periode terakhir, maka peringkat yang dihasilkan juga merupakan hasil kerja kumulatif beberapa masa pemerintahan. BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 13

Tabel 2.3.2 Diagram Analisis Situasi Pencapaian Pembangunan Manusia Determinan (Indikator) Kelangsungan Hidup (Angka Kematian Bayi) Pengetahuan (Lama Sekolah) Daya Beli (Konsumsi perkapita) Sebab langsung Persentase penolong kelahiran oleh tenaga medis rendah Persentase partisipasi sekolah 13-18 tahun rendah Tingkat upah/ pendapatan rendah Sebab tidak langsung Pemeriksaan status gizi ibu hamil Fasilitas pendidikan Kesempatan kerja Sebab Kemiskinan, Kemiskinan, Pertumbuhan mendasar pendidikan pendidikan ekonomi BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 14

Komponen IPM dapat digambarkan sebagai berikut : Diagram Komponen Indeks Pembangunan Manusia Kesehatan Pendidikan Pendapatan Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah Konsumsi Riil Perkapita Indeks Indeks Rata- Melek rata Lama Huruf Sekolah Indeks Lamanya Hidup Indeks Tingkat Pendidikan Indeks Tingkat Kehidupan Layak IPM BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 15

Tabel 2.2.1 Daftar Komoditi Terpilih Untuk Menghitung Paritas Daya Beli (PPP) No. Komoditi Unit Sumbangan terhadap total konsumsi (%) (1) (2) (3) (4) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27 Beras lokal Tepung terigu Ketela pohon Ikan tongkol Ikan teri Daging sapi Daging ayam kampung Telur ayam Susu kental manis Bayam Kacang panjang Kacang tanah Tempe Jeruk Pepaya Kelapa Gula Pasir Kopi bubuk Garam Merica/lada Mie instant Rokok kretek/filter Listrik Air minum Bensin Minyak tanah Sewa rumah Kg Kg Kg Kg Ons Kg Kg Butir 397 gram Kg Kg Kg Kg Kg Kg Butir Ons Ons Ons Ons 80 gram 10 batang Kwh M 3 Liter Liter Unit 7,25 0,10 0,22 0,50 0,32 0,78 0,65 1,48 0,48 0,30 0,32 0,22 0,79 0,39 0,18 0,56 1,61 0,60 0,15 0,13 0,79 2,86 2,06 0,46 1,02 1,74 11,56 Total 37,52 BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 16

3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPANULI TENGAH 3.1. Geografis dan Kependudukan Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang wilayahnya berbatasan dengan lautan. Kabupaten ini mempunyai wilayah seluas 2.194,98 Km 2 dan secara Geografis terletak pada 1 0 11 00-2 0 22 00 Lintang Utara dan 98 0 07 98 0 12 Bujur Timur. Batas wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara, sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah Utara berbatasan dengan Nangroe Aceh Darussalam dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan. Pada tahun 2011 Kabupaten Tapanuli Tengah mempunyai 20 kecamatan dengan 147 desa dan 30 kelurahan. Tahun 2011 jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Tengah sebanyak 314.142 jiwa dengan rincian 157.881 penduduk laki-laki dan156.261 penduduk perempuan. Sehingga Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) sebesar 101,04 yang artinya pada setiap 10.000 orang penduduk perempuan terdapat 10.104 penduduk laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan tidak terlalu signifikan. BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 18

Jika dibedakan menurut kelompok umur menunjukkan bahwa terdapat 38,38 persen penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun. Pada kelompok umur 15 64 tahun terdapat 57,76 persen dari total penduduk dan terdapat 3,39 persen penduduk yang berumur di atas 64 tahun. Sehingga Angka Beban Ketergantungan (Dependency Ratio) 73,58 persen artinya pada setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung 74 orang penduduk usia tidak produktif. 3.2. Pendidikan Salah satu komponen yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan, karena pendidikan sebagai komponen terpenting bagi modal dasar pembangunan. Kemajuan pembangunan di segala bidang akan tercapai jika didukung oleh sumber daya alam yang cukup dan sumber daya manusia yang berkualitas. Adanya kebijakan Bupati sebagai kepala pemerintahan kabupaten terhadap bidang pendidikan akan memberi warna dan corak pendidikan di Kabupaten Tapanuli Tengah, sehingga dengan melihat perkembangan pendidikan yang ada akan dapat menjadi tolok ukur utama untuk mengetahui keberhasilan di kabupaten ini. Pemerintah harus terus berupaya meningkatkan taraf pendidikan masyarakat melalui program-program pembangunan pendidikan serta pembangunan sarana dan prasarana penunjang pendidikan. BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 19

Sehingga dengan adanya peningkatan pendidikan diharapkan taraf hidup dan kesejahteraan juga meningkat. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan merupakan salah satu indikator pokok untuk mengetahui kualitas pendidikan manusia. Secara umum, dari tahun 2010 tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Tapanuli Tengah mengalami peningkatan, kondisi ini dicerminkan oleh makin menurunnya persentase penduduk yang tidak/belum sekolah. Tabel 3.2.1. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2010 dan 2011 Pendidikan Tertinggi 2010 2011 yang Ditamatkan L P L + P L P L + P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Tidak/Belum Sekolah Tidak/Belum Tamat SD SD sederajat SLTP sederajat SLTA ke atas 2,09 29,88 25,17 20,02 22,83 4,81 29,81 24,37 18,99 24,74 3,49 29,84 24,76 19,49 22,42 2,10 26,75 27,43 21,37 22,35 6,40 26,71 25,61 18,16 23,12 4,26 26,73 26,52 19,76 22,73 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS, susenas 2010 2011 BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 20

Pada tahun 2010 dan 2011, persentase terbesar penduduk menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan berada pada penduduk yang tidak/belum tamat SD yaitu sebesar 29,84 persen tahun 2010 dan 26,73 persen pada tahun 2011. Berdasarkan hasil pendataan SUSENAS, semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin berkurang jumlah penduduk yang menamatkannya. Pada tahun 2011 persentase penduduk yang menamatkan pendidikan SLTP sederajat 19,79 persen. Sedangkan Penduduk yang menamatkan pendidikan SLTA sederajat, D1&2, D3, dan D-4/S1 ke atas semuanya berjumlah sebesar 22,73 persen. Kualitas sumber daya manusia terutama pendidikan menjadi unsur penting untuk mencapai keberhasilan pembangunan di segala bidang. Salah satu indikator untuk melihat keberhasilan tersebut adalah Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Keberhasilan program wajib belajar 9 tahun yang telah lama dicanangkan oleh pemerintah memperlihatkan hasil yang sangat memuaskan. Keberhasilan program wajib belajar 9 tahun ini terlihat dari semakin meningkatnya partisipasi sekolah penduduk pada kelompok usia sekolah dasar (7-12 tahun) dan pada penduduk kelompok usia sekolah SLTP (13-15 tahun). Pada tahun 2011 di Kabupaten Tapanuli Tengah, APM untuk sekolah SD sebesar 90,11 persen, APM untuk sekolah SMTP sebesar 64,40 persen dan APM untuk BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 21

sekolah SMTA sebesar 56,87 persen sedangkan APM untuk Diploma dan sarjana sebesar 13,78 persen. Tabel 3.2.2. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011 Kriteria Jenis Kelamin SD SMTP SMTA (1) (2) (3) (4) (5) APK Laki-laki Perempuan Jumlah 106,53 99,20 102,87 86,25 86,80 86,52 75,72 80,16 77,94 Diploma/ Sarjana 19,70 19,04 19,37 APM Laki-laki Perempuan Jumlah 91,29 88,93 90,11 63,34 65,47 64,40 54,34 59,39 56,87 11,21 16,34 13,78 Sumber : BPS, Susenas 2011 3.3. Ketenagakerjaan Konsep usia kerja yang dipakai adalah 15 tahun ke atas. Penduduk usia kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan perbandingan antara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja (penduduk usia 15 tahun ke atas). Sedangkan BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 22

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah perbandingan antara penduduk yang mencari kerja dengan angkatan kerja. Pada tahun 2011 TPAK di Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar 74,03 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan nilai Gambar 1. TPAK tahun Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Tapanuli Tengah sebelumnya Tahun 2010-2011 sebesar 73,55 persen. TPAK 5.22 2011 5.22 penduduk lakilaki mencapai 2010 5.15 74,03 persen pada 7.05 tahun 2011, 8.46 sedangkan TPAK 2009 6.52 penduduk perempuan hanya Perempuan Laki-laki sebesar 74,03 persen. Pada tahun 2011 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Tapanuli Tengah lebih rendah dibandingkan dengan TPT tahun sebelumnya. Tahun 2011, TPT sebesar 5,22 persen, sementara itu tahun sebelumnya telah mencapai 6,24 persen. BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 23

Tabel 3.3.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2009-2011 TPAK/TPT 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) TPAK 75,26 73,55 74,03 Laki-laki 84,33 85,04 74,03 Perempuan 65,64 62,24 74,03 TPT 7,34 6,24 5,22 Laki-laki 6,52 7,05 5,22 Perempuan 8,46 5,15 5,22 Sumber : BPS, Inkesra 2009-2011 Mayoritas penduduk di Kabupaten Tapanuli Tengah bekerja di sekor pertanian. Sektor pertanian ini mencakup pertanian tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Faktor pendukung penduduk bekerja di sektor pertanian antara lain, sektor ini memerlukan banyak tenaga kerja, dan tenaga kerja yang dibutuhkan). Pada tahun 2011 penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebesar 94.700 orang. Jika dibedakan menurut jenis kelamin, persentase penduduk laki-laki BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 24

usia 15 Tahun keatas yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2011 sebesar 47.594 orang, sedangkan penduduk perempuan yang bekerja di sektor ini sebesar 47.106 orang. Tabel 3.3.2 Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Usaha Utama dan Jenis Kelamin Tahun 2011 Lapangan Usaha Utama L P L + P (1) (2) (3) (4) Pertanian Industri Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi Jasa Kemasyarakatan Lainnya 47.594 1.926 8.750 6.443 4.491 47.106 1.906 8.660 6.377 4.445 94.700 3.832 17.410 12.820 8.936 Jumlah 69.204 68.494 137.698 Sumber : BPS, Inkesra 2011 Selain sektor pertanian, sektor perdagangan merupakan sektor kedua terbesar yang banyak menyerap tenaga kerja. Penduduk Kabupaten Tapanuli Tengah yang bekerja di sektor perdagangan sebesar 17.410 pada tahun 2011. Sektor ketiga yang banyak BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 25

menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa-jasa. Sektor jasa-jasa hanya menyerap tenaga kerja sebesar 12.820. 3.4 Kesehatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sehat jasmani dan rohani merupakan modal dasar pembangunan, karena bila SDM sehat maka akan menghasilkan masyarakat yang sehat, dimana masyarakat ini akan menjadi pelaku dan sasaran pembangunan. Oleh karena itu, pemerintah mempunyai peran yang sangat penting dalam mewujudkan derajat kesehatan penduduk. Pemerintah melalui berbagai program dibidang kesehatan berupaya terus untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama ibu, bayi dan balita. Hal ini berhubungan erat dengan kehamilan ibu, proses kelahiran dan kelangsungan hidup anak sebagai generasi penerus bangsa. Di pihak lain, setiap orang bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya, keluarga dan lingkungannya. Selain adanya program-program penyuluhan tentang pentingnya sehat, kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan juga diperlukan guna peningkatan derajat kesehatan suatu bangsa. Salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan penduduk di suatu daerah adalah persentase penolong kelahiran balita. Keberhasilan penolong kelahiran dan kemampuan seorang BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 26

ibu untuk melahirkan anaknya sangat penting guna kelangsungan kehidupan anak tersebut selanjutnya. Oleh sebab itu, suatu keluarga perlu membuat keputusan yang paling tepat untuk memilih penolong kelahiran anaknya. Telah banyak fasilitas yang diberikan pemerintah untuk memudahkan penduduk miskin agar mampu berobat ke rumah sakit ataupun puskesmas melalui program askeskin dan jamkesmas. Tabel 3.4.1 Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2009-2011 Penolong Waktu Lahir 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) Dokter 3,37 13,26 7,18 Bidan 80,48 69,31 73,43 Tenaga Medis 1,23 0,00 0,87 Dukun 12,20 12,28 10,45 Famili/lainnya 2,73 5,14 8,07 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS, Susenas 2009-2011 Pada tahun 2011, sebagian besar ibu hamil di Kabupaten Tapanuli Tengah memilih bidan sebagai penolong kelahiran BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 27

bayinya yaitu sebesar 73,43 persen, angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 69,31 persen. Sedangkan ibu hamil yang meminta pertolongan kelahirannya kepada dokter mengalami penurunan, dari 13,26 persen pada tahun 2010 dan tahun 2011 mencapai 7,18 persen. Selain meminta pertolongan kepada bidan dan tenaga medis, ternyata masih terdapat 10,45 persen proses kelahiran bayi dibantu dukun dan ada juga yang hanya dibantu oleh famili atau lainnya sebesar 8,07 persen pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada penduduk yang percaya pada penolong kelahiran dengan menggunakan peralatan tradisional. 3.5 Konsumsi/Pengeluaran Pendapatan rumahtangga merupakan bagian dari Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) yang diterima oleh rumahtangga. Pendapatan perkapita atas dasar pendekatan pengeluaran dari hasil Susenas digunakan untuk mengetahui perkembangan pendapatan rumahtangga. Dengan diketahuinya perubahan pengeluaran per kapita sebulan untuk setiap tahunnya, maka dapat diketahui pula apakah ada kenaikan/penurunan pendapatan penduduk. Pendapatan yang diterima rumahtangga setiap bulannya berpengaruh pada kemampuan daya beli terhadap berbagai kebutuhan rumahtangga tersebut. BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 28

Pada tahun 2011, modus pengeluaran penduduk perkapita sebulan berada pada golongan pengeluaran lebih dari Rp 500.000 sebanyak 51,59 persen, kemudian golongan pengeluaran kedua antara Rp 300.000 Rp 399.999 yaitu sebesar 16,62 persen, kemudian golongan pengeluaran ketiga golongan pengeluaran kedua antara Rp 200.000 Rp 299.999 sebesar 16,39 persen. Tabel 3.5.1 Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan Di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011 Golongan Pengeluaran (Rp) 2011 (1) (2) Kurang dari 80.000 80.000 99.999 100.000 149.999 150.000 199.999 200.000 299.999 300.000 399.999 400.000 499.999 500.000 dan lebih 0,00 0,08 0,68 3,54 16,39 16,62 11,10 51,59 Jumlah 100,00 Sumber : BPS, Inkesra 2010-2011 BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 29

3.6 Perumahan Kondisi perumahan di suatu daerah dapat menggambarkan kesejahteraan penduduknya, karena dari keadaan ini dapat dilihat kemampuan daya beli penduduk terhadap barangbarang pembentuknya. Pada tahun 2011, sebagian besar (98,51 persen) rumahtangga-rumahtangga di Kabupaten Tapanuli Tengah lantai rumahnya bukan tanah. Gambar 2. Persentase Rumahtangga Menurut Kondisi Fisik Perumahan di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008-2011 2008 2009 Persentase 2010 2011 96,73 36.19 96.73 33.16 94.11 98.51 28.42 LANTAI Bukan Tanah DINDING Tembok 30.48 Rumahtangga yang menggunakan dinding tembok pada tahun 2011 sebesar 30,48 persen, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar 36,19 persen. BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 30

4 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 4.1 IPM Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010 dan 2011 Perubahan tingkat kesejahteraan manusia disuatu daerah dapat dilihat dari perubahan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam kurun waktu beberapa tahun. Menurut Human Development Report (HDR) tahun 1990, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir, sedangkan upaya pembangunan merupakan sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Diantara pilihan tersebut yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, berilmu pengetahuan dan mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak. Menurut UNDP, untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia perlu diperhatikan beberapa elemen yaitu, produktivitas, pemerataan, berkelanjutan dan pemberdayaan. Penduduk disuatu daerah harus ditingkatkan kemampuan, kreativitas dan produktivitasnya, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam perluasan lapangan pekerjaan. Hal ini akan sangat berpengaruh pada peningkatan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi harus dikombinasikan dengan pemerataan hasil-hasil pembangunan yang akan dinikmati oleh penduduk. Penduduk harus memiliki kesempatan yang sama untuk BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 32

mendapatkan akses terhadap semua sumber daya yang ada. Sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang produktif. Pemerataan kesempatan ini harus tersedia baik untuk generasi sekarang maupun generasi yang akan datang, oleh karena itu sumber daya yang tersedia harus selalu diperbaharui. Semua elemen penduduk baik laki-laki maupun perempuan harus diberdayakan untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kehidupan. Tabel 4.1.1 Indeks dan Kualitas Pembangunan Manusia Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2007-2011 Tahun IPM Status (1) (2) (3) 2007 70,01 Menengah Atas 2008 70,48 Menengah Atas 2009 70,91 Menengah Atas 2010 71,21 Menengah Atas 2011 71,54 Menengah Atas Sumber : Indikator Ekonomi dan Kesra, 2010-2011 BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 33

Pembangunan manusia di Kabupaten Tapanuli Tengah harus terus ditingkatkan dalam menghadapi era persaingan bebas dan untuk pelaksanaan otonomi daerah. Secara umum, IPM Kabupaten Tapanuli Tengah pada periode 2007-2010 mengalami peningkatan secara terus menerus, walaupun masih dalam status IPM yang sama yaitu menengah atas. Pada tahun 2011 nilai IPM Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar 71,54 sedikit meningkat dibandingkan tahun 2010 dengan nilai IPM 71,21. Peningkatan nilai IPM ini tentunya sangat ditentukan oleh ketiga komponen IPM itu sendiri, yaitu komponen peluang hidup, komponen pendidikan dan komponen daya beli. Terjadinya kenaikan pada setiap komponen berpengaruh pula pada kenaikan nilai IPM. Tabel 4.1.2 Komponen Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2009-2011 Komponen 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) Angka Harapan Hidup (Tahun) 67,91 68,11 68,26 Angka Melek Huruf (%) 95,75 95,78 95,78 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 8,12 8,13 8,15 Pengeluaran Riil Per Kapita yang telah Disesuaikan (Rp.000) 616,80 618,97 622,02 BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 34

Sumber : BPS IPM 70,91 71,21 71,54 4.1.1 Aspek Kesehatan Komponen IPM berupa Angka Harapan Hidup (AHH) masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah dari tahun 2009-2011 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 AHH sebesar 67,91 tahun kemudian meningkat menjadi 68,11 tahun pada tahun 2010, dan akhirnya pada tahun 2011 meningkat kembali menjadi 68,26 tahun. Peningkatan AHH ini tidak terlepas dari berbagai aspek pendukung kehidupan masyarakat, seperti sarana kesehatan yang tersedia, peningkatan pelayanan kesehatan yang diperoleh masyarakat, fasilitas lingkungan yang tersedia untuk kebutuhan sehari-hari serta kebiasaan hidup masyarakat itu sendiri. Di Kabupaten Tapanuli Tengah telah dibangun berbagai fasilitas kesehatan umum untuk pelayanan kesehatan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah, sarana kesehatan di Kabupaten Tapanuli Tengah sudah menjangkau hampir disetiap pelosok wilayah. Bahkan terdapat pula posyandu yang sudah tersebar di seluruh desa/kelurahan, fasilitas ini semakin mempermudah masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan (lampiran 1). BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 35

Selain tersedianya fasilitas yang memadai, program yang digulirkan oleh pemerintah juga sangat membantu masyarakat untuk memperbaiki taraf kesehatannya. Program yang digulirkan oleh pemerintah dalam rangka memperbaiki kesehatan masyarakat antara lain, program jamkesmas dan Program Keluarga Harapan (PKH). Pada tahun 2011 Setiap kecamatan masing masing telah memiliki satu unit puskesmas, kecuali Kecamatan Sorkam, Pandan dan Manduamas telah memiliki 2 unit puskemas. Sehingga jumlah puskesmas yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah berjumlah 23 unit, sedangkan puskesmas pembantu ada 95 unit dan terdapat 383 unit posyandu. Semakin meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Pelayanan ini terutama dalam hal pemeriksaan kehamilan dan penolong kelahiran oleh tenaga medis. Rendahnya pertolongan persalinan oleh tenaga medis menjadi penyebab tingginya angka kematian bayi. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat diperlukan jumlah tenaga paramedis yang memadai. Kabupaten Tapanuli Tengah mempunyai 30 dokter, 5 diantaranya merupakan dokter gigi dan 25 orang dokter umum, dan belum terdapat dokter spesialis. Jumlah dokter ini dirasakan sangat kurang mengingat luasnya daerah dan jumlah penduduk yang besar. Bahkan di Kecamatan Kolang belum terdapat dokter. Kondisi lingkungan tempat tinggal juga berpengaruh terhadap tingkat kesehatan masyarakat, jika lingkungannya bersih dan sehat maka akan meningkatkan derajat kesehatan BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 36

masyarakatnya. Faktor lingkungan ini antara lain dapat dilihat dari fasilitas fisik perumahan dan sanitasi lingkungan perumahan. Kondisi fisik perumahan seperti jenis lantai rumah, atap dan dinding rumah, sedangkan sanitasi lingkungan perumahan seperti ketersediaan air bersih dan tempat pembuangan tinja. Kondisi lingkungan yang semakin baik akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. 4.1.2 Aspek Pendidikan Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi mutu sumber daya manusia adalah tingkat pendidikan. Indikator untuk melihat perkembangan tingkat pendidikan disuatu daerah adalah Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Dilihat dari AMH pada tahun 2011, penduduk Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar 95,78 persen menunjukkan bahwa masih ada sebagian kecil masyarakat (4,22 persen) yang tidak dapat membaca dan menulis. AMH Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun 2010 dengan AMH tahun 2011 tidak ada peningkatan yaitu sebesar 95,78 persen. Informasi mengenai AMH atau buta huruf tidak hanya penting terhadap hubungannya dengan kecerdasan penduduk, tetapi juga sangat menentukan sejauh mana tingkat daya adaptasi seseorang terhadap penguasaan teknologi, komunikasi dan kemampuan melakukan perhitungan-perhitungan secara sederhana (matematis). Buta huruf cenderung menjadi penyebab keterbelakangan dan kemiskinan penduduk sehingga sedapat mungkin buta huruf dapat diberantas secara tuntas. BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 37

Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar 8,15 tahun pada tahun 2011. Angka rata-rata lama sekolah sebesar 8,15 tahun ini berarti rata-rata penduduk Kabupaten Tapanuli Tengah hanya bersekolah sampai kelas dua pada Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP). Tentunya ini harus menjadi perhatian serius dari berbagai pihak terkait karena angka ini masih sangat rendah. Padahal pemerintah telah menggulirkan program wajib belajar 9 tahun, yang berarti rata-rata penduduk harus dapat menyelesaikan pendidikan minimal tamat SMTP. Faktor pendukung terlaksananya program wajib belajar sembilan tahun antara lain kemudahan dalam pembiayaan pendidikan dan kemudahan masyarakat untuk menjangkau fasilitas pendidikan. Untuk itu pemerintah juga telah melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH) dengan memberikan bantuan kepada rumah tangga miskin dan mempunyai anak usia sekolah dan masih sekolah. 4.1.3 Aspek Ekonomi Indeks daya beli masyarakat merupakan salah satu komponen IPM. Indeks daya beli dicerminkan oleh pengeluaran riil per kapita yang telah disesuaikan. Pengeluaran riil perkapita selama periode 2009-2011 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 pengeluaran riil perkapita sebesar Rp. 618.970 sedikit demi sedikit terus mengalami kenaikan, sehingga pada tahun 2011 pengeluaran riil perkapita sebesar Rp. 622.020. Salah satu faktor BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 38

yang mempengaruhi daya beli penduduk adalah tingkat pendapatan penduduk. Jika pengeluaran perkapita penduduk naik, berarti dapat dikatakan bahwa tingkat pendapatan penduduk juga naik. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Tapanuli Tengah menunjukkan tanda-tanda ke arah perbaikan, hal ini terlihat dari makin meningkatnya pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih baik. Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000, LPE tahun 2011 sebesar 6,27 persen. 4.2 Pemanfaatan IPM dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sangat berperan penting dalam perencanaan pembangunan di daerah-daerah, karena dengan diketahuinya IPM maka dapat terlihat tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. Pemanfaatan IPM dalam perencanaan pembangunan daerah antara lain : 1. Pedoman untuk mengidentifikasi permasalahan pembangunan daerah 2. Sistem Informasi Pembangunan Manusia 3. Alat pemantau program-program pembangunan manusia 4.2.1 Pedoman untuk mengidentifikasi permasalahan pembangunan daerah Perencanaan pembangunan sangat diperlukan agar arah dari pembangunan dapat tergambar dengan jelas dan tepat sasaran, sehingga tujuan yang diharapkan akan dapat tercapai, yaitu tujuan BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 39

yang telah ditetapkan dalam RENSTRADA. Proses perencanaan ini meliputi evaluasi terhadap berbagai program yang telah dilaksanakan pada periode sebelumnya. Dalam hal ini diperlukan adanya kajian mengenai permasalahan pokok yang dihadapi dalam pelaksanaan berbagai program pembangunan. Melalui proses yang bertahap, pencapaian tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang serta penentuan skala prioritas diharapkan permasalahan tersebut dapat dikurangi. Dengan adanya kajian tersebut para perencana dapat merancang berbagai program yang dirumuskan melalui suatu kebijakan umum. IPM dan komponen indikator pembangunan manusia merupakan salah satu ukuran utama yang diharapkan dapat menjadi kunci bagi terlaksananya pembangunan agar lebih terarah. Kedudukan dan peranan IPM dalam manajemen pembangunan daerah akan lebih terlihat jika dilengkapi dengan komponenkomponen pembentuknya, sehingga permasalahan yang ada dapat diketahui pemecahannya melalui upaya-upaya yang berkaitan dengan pembangunan manusia. Identifikasi permasalahan ini dibuat dalam bentuk analisis situasi pembangunan manusia yang bertujuan untuk mengetahui kendala-kendala yang ada dalam implementasi program pembangunan pada periode sebelumnya dan hasil-hasil yang ada sebagai masukan dalam program pembangunan yang akan datang. Dengan diketahuinya IPM, maka para pengambil keputusan diharapkan dapat merumuskan kebijakan tentang langkah-langkah yang perlu dilakukan pada masa yang akan datang. BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 40

4.2.2 Sistem Informasi Pembangunan Manusia Analisis situasi pembangunan manusia merupakan suatu tahapan dalam proses perencanaan yang biasanya dilakukan setelah tujuan dan sasaran jangka panjang ditetapkan. Analisis yang tepat dan menyeluruh akan mempermudah tahapan perencanaan berikutnya, yaitu penetapan prioritas, sasaran jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang serta mengidentifikasi pilihan kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan. IPM sebagai alat yang mengukur status pembangunan manusia sangat sensitif terhadap perubahan yang sedang terjadi. Sehingga IPM merupakan sistem informasi pembangunan manusia yang memusatkan perhatian pada kemajuan dan pencapaian program sektoral serta kajiannya dalam program nasional. 4.2.3. Alat pemantau program-program pembangunan manusia Data yang terhimpun dalam sistem informasi pembangunan manusia adalah data yang dapat menggambarkan status pembangunan manusia dan hasil-hasil yang telah dicapai pada periode tahun tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya akan diperbaharui data-datanya dengan data-data yang baru sehingga pemantauan tentang upaya pembangunan manusia dapat dilakukan secara berkesinambungan setiap tahun. 4.3 Perbandingan IPM antar Kabupaten/Kota di Sumatera Utara BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 41

Perkembangan kemajuan dalam pelaksanaan pembangunan yang sudah dicapai suatu daerah/wilayah, dapat dilihat dengan cara membandingkan berbagai indeks yang dapat digunakan sebagai pembanding antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Kemajuan pembangunan manusia disuatu daerah dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan manusia di daerah tersebut. Propinsi Sumatera Utara terdiri dari 25 kabupaten dan 8 kota yang dapat dibandingkan tingkat kemajuan pembangunan manusianya. Diantara 33 kabupaten/kota yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara, IPM Kota Pematang Siantar menduduki peringkat pertama (1), peringkat kedua yaitu kota Medan serta yang berada diperingkat ketiga adalah Kabupaten Toba Samosir. Kabupaten Nias Barat merupakan kabupaten yang mempunyai nilai IPM yang terendah yaitu 67,05. Diantara 33 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara nilai IPM Kabupaten Tapanuli Tengah berada pada peringkat 27, dengan Nilai IPM sebesar 71,54. Tabel 4.3.1 Indeks Pembangunan Manusia Propinsi Sumatera Utara Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2011 No Kabupaten/Kota Angka Harapan Hidup (Tahun) Angka Melek Huruf (%) Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Konsumsi Per Kapita Disesuaikan (Ribu Rp) IPM Ranking (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 42

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir Serdang Bedagai Batu Bara Padang Lawas Utara Padang Lawas Labuhan Batu Selatan Labuhan Batu Utara Nias Utara Nias Barat Sibolga Tanjung Balai Pematang Siantar Tebing Tinggi Medan Binjai Padang Sidempuan Gunung Sitoli 69,77 63,70 67,34 68,26 70,02 70,75 70,02 69,13 69,08 68,59 72,29 70,88 69,12 70,36 67,96 67,81 69,84 69,08 68,71 66,62 67,09 70,23 69,97 69,24 69,23 70,29 70,76 72,29 71,47 72,06 71,89 69,72 70,29 90,44 99,33 99,83 95,78 98,60 98,35 97,96 97,01 97,50 98,09 98,72 98,53 96,96 85,20 98,21 96,52 97,47 97,80 95,27 99,53 99,66 98,93 98,53 89,19 84,30 99,29 98,99 99,47 98,73 99,36 99,19 99,70 94,75 6,45 7,92 8,95 8,15 8,97 9,89 8,53 7,90 8,70 8,91 9,22 9,50 8,78 6,33 9,31 8,20 9,54 8,65 7,61 8.89 8,40 8,21 8,01 6,10 5,88 9,72 8,89 10,89 9,90 10,84 9,99 10,19 8,72 610,30 639,92 646,21 622,02 635,19 649,31 638,21 633,82 635,71 630,60 628,55 635,17 631,93 604,98 616,75 617,58 625,88 631,93 632,09 636,33 628,99 631,66 633,10 608,33 611,71 632,51 627,56 637,56 642,57 638,19 636,38 632,41 615,15 69,03 71,00 74,39 71,54 74,77 76,88 74,53 73,02 73,84 73,48 75,73 75,62 73,51 67,70 72,36 71,15 74,12 73,58 72,05 73,11 72,47 74,12 73,85 68,05 67,05 75,42 74,61 77,82 76,86 77,68 76,78 75,53 72,33 30 29 13 27 10 3 12 22 17 20 6 7 19 32 24 28 15 18 26 21 23 14 16 31 33 9 11 1 4 2 5 8 25 Sumatera Utara 69,65 97,32 8,86 639,53 74,53 8 Sumber : BPS BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 43

Lampiran 1. Jumlah Sarana Kesehatan Masyarakat Per Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011 No Kecamatan Puskesmas Puskesmas Pembantu Posyandu (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pinangsori 1 5 25 2. Badiri 1 5 34 3. Sibabangun 1 5 28 4. Lumut 1 4 0 5. Sukabangun 1 1 8 6. Pandan 2 5 25 7. Tukka 1 5 16 8. Sarudik 1 3 15 9. Tapian Nauli 1 6 16 10. Sitahuis 1 2 10 11. Kolang 1 6 27 12. Sorkam 2 6 28 13. Sorkam Barat 1 6 27 14. Pasaribu Tobing 1 3 17 15. Barus 1 4 18 16. Sosor Gadong 1 6 27 17. Andam Dewi 1 5 21 18. Barus Utara 1 3 0 19. Manduamas 2 8 24 20. Sirandorung 1 7 17 Jumlah 23 95 383 Sumber : Tapanuli Tengah Dalam Angka 2012 BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 45

No Lampiran 2. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat Per Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011 Kecamatan Dokter Umum Dokter Gigi Dokter spesialis (1) (2) (3) (4) (5) 1 Pinangsori 1 0 0 2 Badiri 1 1 0 3 Sibabangun 1 0 0 4 Lumut 1 0 0 5 Sukabangun 1 0 0 6 Pandan 1 0 0 7 Tukka 1 1 0 8 Sarudik 2 1 0 9 Tapian Nauli 2 0 0 10 Sitahuis 1 0 0 11 Kolang 0 0 0 12 Sorkam 3 1 0 13 Sorkam Barat 1 0 0 14 Pasaribu Tobing 1 0 0 15 Barus 3 1 0 16 Sosor Gadong 1 0 0 17 Andam Dewi 1 0 0 18 Barus Utara 1 0 0 19 Manduamas 2 0 0 20 Sirandorung 0 0 0 Jumlah 25 5 0 Sumber : Tapanuli Tengah Dalam Angka 2012 BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 46

Lampiran 3. Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Penerangan di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2009-2011 Sumber Penerangan 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) Listrik PLN 88,39 81,62 77,70 Listrik Non-PLN 4,34 6,89 9,97 Aladin/Petromak 1,84 3,32 2,08 Pelita/Sentir/Obor 5,43 8,17 10,14 Lainnya 0,00 0,00 0,00 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat 2010-2011 BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 47

Lampiran 4. Persentase Rumahtangga Menurut Fasilitas Air Minum di Kabupaten Tapanuli TengahTahun 2009-2011 Fasilitas Air Minum 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) Sendiri 39,36 51,65 50,86 Bersama 21,08 17,95 13,11 Umum 39,55 29,20 30,59 Lainnya 0 1,21 5,44 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat 2010-2011 BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 48

Lampiran 5. Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Air Minum di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2009-2011 Fasilitas Air Minum 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) Air Isi Ulang *) * 1,66 2,29 Ledeng 16,10 12,84 16,8 Pompa 2,62 3,07 3,93 Sumur Terlindung/Bor/Pompa 13,12 21,06 8,95 Sumur Tidak Terlindung 15,94 15,44 23,12 Mata Air Terlindung 32,68 35,29 27,24 Mata Air Tidak Terlindung 14,76 5,49 11,,95 Air Sungai 3,1 4,21 2,84 Air Hujan 0,67 0,13 0,61 Lainnya 1,00 0,83 0,30 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat 2010-2011 Ket*) Data Tahun 2009 tidak tersedia BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 49

Lampiran 6. Persentase Rumahtangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2009-2011 Fasilitas Tempat Buang Air Besar 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) Sendiri 34,34 36,77 47,41 Bersama 1,48 2,23 2,01 Umum 1,15 1,85 3,02 Lainnya 63,03 59,15 47,57 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat 2010-2011 BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 50

Lampiran 7. Jumlah Sarana Pendidikan Per Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011 No. Kecamatan SD SMTP SMTA (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pinangsori 25 3 3 2. Badiri 17 2 1 3. Sibabangun 17 5 2 4. Lumut 11 1 1 5. Sukabangun 4 0 0 6. Pandan 18 9 10 7. Tukka 12 2 1 8. Sarudik 4 3 2 9. Tapian Nauli 12 4 2 10. Sitahuis 9 2 1 11. Kolang 24 6 2 12. Sorkam 24 1 5 13. Sorkam Barat 22 7 4 14. Pasaribu Tobing 14 2 1 15. Barus 20 6 3 16. Sosor Gadong 23 5 2 17. Andam Dewi 22 7 3 18. Batara 9 2 1 19. Manduamas 23 7 5 20. Sirandorung 17 3 3 Jumlah 327 77 52 Sumber : Tapanuli Tengah Dalam Angka 2012 BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 51

Lampiran 8. Jumlah Tenaga Pendidik Per Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011 No. Kecamatan SD SMTP SMTA (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pinangsori 285 101 86 2. Badiri 200 57 20 3. Sibabangun 160 88 67 4. Lumut 102 33 21 5. Sukabangun 30 0 0 6. Pandan 361 185 270 7. Tukka 159 44 42 8. Sarudik 75 57 46 9. Tapian Nauli 159 75 38 10. Sitahuis 76 22 21 11. Kolang 200 69 50 12. Sorkam 200 23 88 13. Sorkam Barat 209 122 101 14. Pasaribu Tobing 113 32 8 15. Barus 218 128 94 16. Sosor Gadong 216 71 33 17. Andam Dewi 203 78 52 18. Batara 67 27 23 19. Manduamas 187 106 75 20. Sirandorung 162 49 62 Jumlah 3.385 1.367 1.197 Sumber : Tapanuli Tengah Dalam Angka 2012 BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 52

Lampiran 9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2007-2011 PDRB (Jutaan Rupiah) Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan (1) (2) (3) 2007 1.623.836,6 1.004.858,1 2008 1.805.624,6 1.067.858,1 2009* 2.000.273,0 1.128.825,6 2010 2.286.819,87 1.198.513,08 2011 2.550.737,26 1,273.671,43 Sumber : PDRB Kab.Tapanuli Tengah 2007-2011 Catatan : *) Angka Sementara BPS Kabupaten Tapanuli Tengah 53