PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan yang sehat telah diatur dalam undang-undang pokok kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi cacing masih merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang penting di negara berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP KELURAHAN AMPENAN SELATAN

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

HUBUNGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR NO HATOGUAN TERHADAP INFEKSI CACING PERUT DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2005

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang paling penting di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. (neglected diseases). Cacing yang tergolong jenis STH adalah Ascaris

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda adalah cacing yang berbentuk panjang, silindris (gilig) tidak

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kecepatan pemusingan berbeda yang diberikan pada sampel dalam. pemeriksaan metode pengendapan dengan sentrifugasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan STH di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

HUBUNGAN PERILAKU DAN HIGIENE SISWA SD NEGERI DENGAN INFEKSI KECACINGAN DI DESA JUMA TEGUH KECAMATAN SIEMPAT NEMPU KABUPATEN DAIRI TAHUN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh. Yoga Wicaksana NIM

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 47 KOTA MANADO

Kebijakan Penanggulangan Kecacingan Terintegrasi di 100 Kabupaten Stunting

PREVALENSI KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR NEGERI DI DESA CIHANJUANG RAHAYU PARONGPONG BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Helminthiasis atau

Nugraha Telur Cacing Vol.2 No.1

BAB I PENDAHULUAN I.1.

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

Derajat Infestasi Soil Transmitted Helminthes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

I. PENDAHULUAN. dengan sekitar 4,5 juta kasus di klinik. Secara epidemiologi, infeksi tersebut

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan

Prevalensi Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Ittihadiyah Kecamatan Gandus Kota Palembang

SOSIALISASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK-ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA TABORE KECAMATAN MENTANGAI KALIMANTAN TENGAH

1. Herry Hermansyah, Dosen Jurusan Analis Kesehatan Palembang 2. Yuni Merlin, Staff Laboratorium RSRK Charitas Palembang

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

IDENTIFIKASI TELUR CACING USUS PADA LALAPAN DAUN KUBIS YANG DIJUAL PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbricoides dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia, dengan rata-rata kejadian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional (potong lintang) untuk

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5

PEMERIKSAAN NEMATODA USUS PADA FAECES ANAK TK (TAMAN KANAK- KANAK) DESA GEDONGAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SEMINAR DAN RAPAT TAHUNAN BIDANG ILMU MIPA (SEMIRATA BKS-PTN B) 2011

1. BAB I PENDAHULUAN

ABSTRAK PERBANDINGAN PREVALENSI INFEKSI CACING TULARAN TANAH DAN PERILAKU SISWA SD DI DATARAN TINGGI DAN SISWA SD DI DATARAN RENDAH

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pencegahan Kecacingan dan Peningkatan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan

Jurnal Riset Kesehatan. HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN INFEKSI Soil Transmitted Helminths PADA PEMULUNG DI TPS JATIBARANG

xvii Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFEKSI CACINGAN PADA ANAK DI SDN 01 PASIRLANGU CISARUA

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Soil transmitted helminth (STH) merupakan cacing usus yang dapat. menginfeksi manusia dengan empat spesies utama yaitu Ascaris

Factors correlated with helminthiasis incidence on students of Cempaka 1 Elementary School Banjarbaru

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalah asupan nutrisi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Oleh: Dian Kurnia Dewi NIM

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI CACING ASKARIASIS LUMBRICOIDES PADA MURID SDN 201/IV DI KELURAHAN SIMPANG IV SIPIN KOTA JAMBI

HELMINTH INFECTION OF CHILDREN IN NGEMPLAK SENENG VILLAGE, KLATEN. Fitri Nadifah, Desto Arisandi, Nurlaili Farida Muhajir

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Rizka Yunidha Anwar 1, Nuzulia Irawati 2, Machdawaty Masri 3

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Soil-transmitted helminthiasis merupakan. kejadian infeksi satu atau lebih dari 4 spesies cacing

bio.unsoed.ac.id la l b T'b ', */'i I. PENDAHULUAN zt=r- (ttrt u1 II. JENIS PENYAKIT CACINGA}I '"/ *

PREVALENSI KECACINGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) PADA SISWA SDN I KROMENGAN KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja. Tenaga kerja yang terpapar dengan potensi bahaya lingkungan

Transkripsi:

MKM Vol. 03 No. 02 Desember 2008 PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG Jansen Loudwik Lalandos 1, Dyah Gita Rambu Kareri 2 Abstract: Kualitas manusia ditentukan oleh tingkat kesehatan, sedangkan tingkat kesehatan seseorang sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi. Gangguan gizi dapat disebabkan oleh adanya infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah. Infeksi cacing usus sering ditemukan pada anakanak terutama anakanak usia sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah pada siswa SD GMIM Lahai Roy Malalayang dimana penelitian ini bersifat deskriptif dan dilaksanakan dengan metode survey laboratorium yaitu pemeriksaan tinja. Dari penelitian ini ditemukan bahwa meskipun terjadi penurunan prevalensi namun infeksi cacing usus masih merupakan masalah yang terjadi pada anakanak usia sekolah. Keywords: Prevalensi, infeksi cacing usus. PENDAHULUAN Latar belakang Saat ini pembangunan yang berkesinambungan terus dilaksanakan untuk mengikuti gerak dinamis dari kemajuan dunia. Untuk melakukan pembangunan bangsa diperlukan kualitas manusia yang bermutu sebagai motor penggerak pembangunan demi terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. Telah ditetapkan dalam GBHN Tap MPR RI Nomor: IV/MPR/1999 bahwa pembangunan dibidang kesehatan diarahkan untuk mewujudkan perbaikan kualitas manusia dan kualitas kehidupan masyarakat yang perlu dimulai sejak awal kehidupan seorang manusia. Pembinaan kualitas anak yang menentukan kualitas manusia dan kehidupan masyarakat dikemudian hari menjadi salah satu perhatian pokok dalam pembangunan nasional. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas manusia adalah tingkat kesehatan, sedangkan tingkat kesehatan seseorang pada hakekatnya dipengaruhi oleh status atau keadaan gizi. Menurut penelitian Tonny Sadjimin (1998), gangguan gizi dapat disebabkan oleh infeksi cacing khususnya cacing usus yang ditularkan melalui tanah. Penyakit ini merupakan penyakit rakyat yang erat kaitannya dengan masalah lingkungan, perilaku manusia dan manipulasinya terhadap lingkungan. Selain itu, kurang tepatnya kebijakan pemerintah terhadap penanggulangan masalah kecacingan di masyarakat juga menjadi salah satu faktor penyebab perkembangan penyakit ini. Sebagian besar infeksi cacing terjadi di daerah tropis yaitu di negaranegara dengan kelembaban tinggi dan terutama menginfeksi kelompok masyarakat dengan higiene dan sanitasi yang kurang. Cacing usus yang sering menginfeksi manusia yang ditularkan melalui tanah adalah: Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing cambuk), Ancylostoma duodenale dan Necator americanus (cacing tambang) dan Strongyloides stercoralis. Prevalensi terjadinya kecacingan pada manusia di dunia adalah: Ascaris lumbricoides mengenai 1300 X 10 6 orang, Ancylostoma duodenale dan Necator americanus mengenai 400800 X 10 6 orang, Trichuris trichiura mengenai 500 X 10 6 orang dan Strongyloides stercoralis mengenai 80 X 10 6 orang. Sedangkan menurut Bundy (1994) di seluruh dunia diperkirakan 1,47 miliar orang terinfeksi Ascaris lumbricoides, 1,3 miliar orang terinfeksi Trichuris 1 Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Undana 2 Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Undana

Prevalensi Infeksi Cacing Usus Yang Ditularkan Melalui Tanah Pada Siswa SD GMIM Lahai Roy Malalayang trichiura dan 1,05 miliar orang terinfeksi Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Di indonesia spesies cacing yang paling banyak ditemukan secara beurutan adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan Necator americanus. Berdasarkan penelitian yang dilakukan disepuluh provinsi di Indonesia ditemukan prevalensi Ascaris lumbricoides 30,4%, Trichuris trichiura 21,2% serta Ancylostoma duodenale dan Necator americanus 6,5%.. sedangkan prevalensi pada anakanak di tiga provinsi (Jakarta, Yogyakarta dan Sulawesi Utara) di Indonesia adalah 12,9% untuk Ascaris Lumbricoides, 19,8% untuk Trichuris trichiura dan 7,8% untuk Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Di Sulawesi Utara, Kapojos FX (1992) menemukan prevalensi cacing usus berkisar 2060%. Tingginya prevalensi penyakit cacing ini dapat memberikan dampak pada kesehatan masyarakat terutama status gizi anak dalam masa pertumbuhannya. Sebagai salah satu contoh infeksi cacing adalah Ascaris lumbricoides. Cacing ini hidup dalam rongga usus manusia dan mengambil makanannya terutama karbohidrat dan protein. Akibatnya anak dapat menderita kekurangan gizi bahkan bisa berakhir dengan kekurangan kalori protein (KKP). Selain itu infeksi cacing juga dapat menyebabkan gangguan kognitif anak. Menurut Samidjo Onggowaluyo, ada hubungan kausal antara anak usia sekolah yang terinfeksi cacing dengan kemampuan fungsi kognitifnya walaupun faktor apa yang menyebabkan gangguan kognitif secara langsung pada infeksi cacing belum jelas. Dalam rangka merencanakan upaya pemberantasan penyakit cacing di masyarakat, sangat diperlukan data tentang kejadian kecacingan yang cukup. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan di SD GMIM Lahai Roy Malalayang Manado untuk menentukan prevalensinya. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana prevalensi infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah pada siswa SD GMIM Lahai Roy Malalayang. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui prevalensi cacing usus yang ditularkan melalui tanah pada siswa SD GMIM Lahai Roy Malalayang. Tujuan Khusus Untuk mengetahui prevalensi infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah pada siswa SD GMIM Lahai Roy Malalayang menurut jenis kelamin, umur dan kelas. Manfaat Penelitian Memberikan gambaran tentang prevalensi infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah pada siswa SD GMIM Lahai Roy Malalayang Sebagai bahan masukan lepada pihakpihak yang berkepentingan agar dapat direncanakan upaya penanggulangannya secara tepat. Sebagai bahan informasi bagi orang tua dalam upaya peningkatan kesehatan anak. METODE Jenis Penelitian Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan dilaksanakan dengan metode survey laboratorium dengan pemeriksaan tinja Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswasiswi SD GMIM Lahai Roy Malalayang Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD GMIM Lahai 87

MKM Vol. 03 No. 02 Desember 2008 Roy Malalayang yang berjumlah 176 orang dan sampel diambil secara simple random sampling. Jumlah sampel minimal adalah 64 orang. Dalam penelitian ini diambil jumlah sampel sebanyak 80 orang. Alat dan Bahan Untuk pemeriksaan tinja diperlukan: tempat rol film kosong sebagai tempat tinja, kaca benda dan kaca tutup, mikroskop, potongan lidi, larutan eosin dan tinja anak. Cara Pengumpulan Data Untuk menentukan ada tidaknya penyakit cacing pada siswa SD GMIM Lahai Roy Malalayang maka dilakukan pemeriksaan tinja yang dilakukan di laboratotium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Cara pemeriksaan tinja dengan pewarnaan eosin yaitu: tinja diambil dengan lidi sebesar kepala korek api, dioleskan pada kaca benda yang sebelumnya telah ditetesi dengan larutan eosin kemudian ditutup dengan kaca tutup dan dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 kali. Data yang ada kemudian dikumpulkan dan ditabulasi, dihitung dan disajikan dalam bentuk tabel dan dihitung prosentasinya. HASIL PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan sampel tinja sebanyak 80 sediaan yang terdiri dari 41 sampel tinja pria dan 39 sampel tinja wanita dengan umur antara 614 tahun. Tabel 1. Jumlah siswa SD GMIM Lahai Roy Malalayang yang terinfeksii oleh cacing usus yang ditularkan melalui tanah T. trichiura n (%) A. lumbricoides n (%) 7 (77,78) 2 (22,22) 9(100) Pada Tabel 1 tampak bahwa dari 80 anak yang diperiksa maka ditemukan paling banyak adalah anak yang terinfeksi dengan Trichuris trichiura yaitu 7 orang (77,78%) dibandingkan dengan infeksi yang disebabkan oleh cacing yang lain. Tabel 2. Jumlah sampel tinja yang positif untuk telur cacing usus menurut jenis kelamin Jenis kelamin L P T. trichiura n(%) 5 (55,56) 2 (22,22) A.lumbricoides N(%) 6 (66,67) 3 (33,33) 7 (77,78) 2 (22,22) 9 (100) Pada Tabel 2 ditemukan bahwa anak lakilaki lebih banyak mengandung telur cacing usus yaitu 6 orang (66,67%) dibandingkan dengan anak perempuan sebanyak 3 orang (33,33%). Tabel 3. Jumlah sampel tinja yang positif untuk telur cacing usus menurut kelompok umur. Umur (tahun) 68 911 1214 T. trichiura n(%) 6 (66,67) A.lumbricoides N(%) 2 (22,22) 7 (77,78) 7 (77,78) 2 (22,22) 9 (100) Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah tertinggi untuk infeksi cacing usus adalah anak dengan umur 911 tahun yaitu 7 orang (77,78%) Pada Tabel 5 tampak bahwa jumlah tertinggi untuk infeksi cacing usus adalah pada anak kelas empat yaitu 4 orang (44,44%). 88

Prevalensi Infeksi Cacing Usus Yang Ditularkan Melalui Tanah Pada Siswa SD GMIM Lahai Roy Malalayang Tabel 4. Jumlah sampel yang positif untuk telur cacing usus menurut kelas. kelas I II III IV V VI N (%) T. trichiura n(%) 3 (33,33) 2 (22,22) A.lumbricoides N(%) 2 (22,22) 1 (11,11) 4 (44,44) 2 (22,22) 7 (77,78) 2 (22,22) 9 (100) PEMBAHASAN Dalam penelitian ini sediaan tinja yang berhasil diperiksa adalah sebanyak 80 sampel tinja. Dari hasil pemeriksaan sampel tinja ternyata didapatkan gambaran prevalensi penyakit cacing usus yang ditularkan melalui tanah pada siswasiswi SD GMIM Lahai Roy Malalayang sebanyak 11,25%. Hasil ini tidak sesuai dengan gambaran prevalensi di Indonesia dan di dunia, dan lebih rendah dibandingkan dengan hasil yang dilaporkan Kapojos FX (1992) di Sulawesi utara yaitu 2060%. Prevalensi infestasi cacing terbanyak adalah Trichuris trichiura sebanyak 77,78% kemudian Ascaris lumbricoides sebanyak 22,22%. Hasil ini tidak sesuai dengan studi prevalensi pada anak SD di Tomohon SULUT (1992) yang infestasi terbanyaknya adalah Ascaris lumbricoides tapi sesuai dengan studi prevalensi pada anak SD di tiga provinsi di Indonesia dimana infestasi terbanyak adalah Trichuris trichiura kemudian disusul dengan Ascaris lumbricoides. Melihat secara epidemiologi SD GMIM Lahai Roy Malalayang terletak di daerah rural dimana seharusnya lebih banyak ditemukan cacing tambang maka perlu diadakan penelitian lanjutan untuk menentukan faktorfaktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan ini. Dari hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin ditemukan prevalensi tertinggi terjadi pada anak lakilaki yaitu sebanyak 66,67% sedangkan pada anak perempuan hanya sebesar 33,33%. Hal ini dapat disebabkan karena anak lakilaki mempunyai aktivitas bermain khususnya yang berhubungan dengan tanah lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan sehingga anak lakilaki lebih beresiko terinfeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah daripada anak perempuan. Secara epidemiologi puncak terjadinya infestasi cacing adalah pada umur 510 tahun. Dari hasil penelitian berdasarkan golongan umur ditemukan prevalensi tertinggi terjadi pada anak umur 911 tahun (77,78%) kemudian disusul pada umur 68 tahun (22,22%). Ini dimungkinkan karena pada umur tersebut terjadi peningkatan aktivitas bermain dan mobilitas anak sehingga terjadi peningkatan resiko untuk mengalami kontaminasi telur cacing. Pada umur 1214 tahun tidak ditemukan adanya infestasi cacing usus yang ditularkan melalui tanah. Ini dimungkinkan karena pada umur ini anakanak mulai memperhatikan higiene/kebersihan dirinya. Demikian halnya dengan prevalensi berdasarkan kelas diperoleh prevalensi tertinggi pada siswa kelas empat karena pengaruh aktivitas bermain dan higienenya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Prevalensi penyakit cacing usus yang ditularkan melalui tanah pada siswasiswi SD GMIM Lahai Roy Malalayang adalah sebesar 11,25%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi penyakit cacing usus di SD tersebut lebih rendah 89

MKM Vol. 03 No. 02 Desember 2008 dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada siswasiswi di beberapa SD di Tomohon. Namun hasil ini menunjukkan bahwa infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah masíh menjadi masalah di SD GMIM Lahai Roy Malalayang karena penyakit ini merupakan penyakit yang mudah ditularkan. Apalagi pada usia ini aktivitas anak sangatlah tinggi dengan perhatian terhadap higiene dan sanitasi yang kurang. Namun demikian, penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan yaitu tidak dipakainya seluruh populasi sebagai sampel sehingga hasil yang diperoleh Belum menggambarkan prevalensi sesungguhnya. Selain itu keadaan telur yang tidak tersebar homogen dalam tinja sehingga ada kemungkinan pengambilan bahan untuk pemeriksaan tidak didapatkan hasil yang positif. Saran Perlu diadakannya penyuluhan tentang higiene dan sanitasi pada kelompok guru sekolah dasar, orang tua siswa dan siswa sekolah terutama menyangkut kebiasaan buang air besar, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan penggunaan alas kaki terutama waktu bermainmain dengan tanah. Perlu dilakukan pengobatan terhadap siswasiswi yang diketahui terinfeksi cacing usus dan pemberian obatobat Antelmentik secara periodik untuk mencegah tertularnya penyakit cacing usus dan untuk menghindari bahaya yang lebih besar yang akan ditimbulkan oleh infeksi cacing usus. Perlu diadakan penyuluhan mengenai Gizi terutama makananmakanan yang bernilai Gizi tinggi namun terjangkau oleh daya beli masyarakat ekonomi lemah. Perlu dilakukan perbaikan sanitasi lingkungan diantaranya pembersihan halaman dan selokan serta penanganan sampah secara benar DAFTAR PUSTAKA Alisah S, dkk.1997. Beberapa Infeksi Parasitik Masa Lampau dan Masa Kini di Indonesia. Jakarta: Majalah Kedokteran Indonesia Brown HW. 1983. Dasar Parasitologi Klinik. jakarta: Gramedia Gandahusada S, dkk. 1992. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: FKUI. Garcia LS, Brucker D. 1996. Diagnostik Parasitologi Kedokteran. Jakarta: EGC GBHN Tap MPR RI No. IV/MPR/1999 Hadidjaja P. 1994. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Gramedia. Hadidjaja P. 1994. Masalah Penyakit Kecacingan di Indonesia dan penanggulangannya.. Jakarta: Majalah Kedokteran Indonesia. Hadidjaja P. 1994. Perkembangan Baru dalam Bidang Diagnostik Penyakit Parasit. Jakarta: Majalah Kedoktern Indonesia Jeffrey, Leach. 1988. Atlas Helmintologi dan Protozoologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Kenney M. 1973. Pathoparasitology. Jakarta: FKUI. Margono SS. 1989. Diare Sebagai Akibat Infeksi Cacing usus. Jakarta: Pusat Informasi Diare. Margono SS. 1988. Pelaksanaan Penanggulangan Penyakit Cacing Usus pada Program terpadu di DKI Jakarta. Jakarta. Onggowaluyo S, Ismid I. 1998. Gangguan Fungsi Kognitif Akibat Infeksi Cacing yang Ditlarkan melalui Tanah. Jakarta: Majalah Kedokteran Indonesia. 90

Prevalensi Infeksi Cacing Usus Yang Ditularkan Melalui Tanah Pada Siswa SD GMIM Lahai Roy Malalayang Rampengan TH. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC. Sadjimin T. 2000. Gambaran Epidemiologi Kejadian Kecacingan pada Siswa SD di Kecamatan Ampana Kota Kabupaten Psso. Jakarta: Jurnal Epidemiologi Indonesia. Sadjimin T. 2000. Hubungan Infestasi Cacing dengan Prestasi Belajar Siswa SD di Kecamatan Ampana Kota Kabupaten Poso. Jakarta: Jurnal Epidemiologi Indonesia. Sayono S. 2000. Masalah Gizi di Indonesia suatu Tantangan Abad ke 21. Jakarta: Majalah kedokteran Indonesia. 91