KONTAMINASI E. coli PADA MAKANAN DARI TIGA JENIS TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM) DI JAKARTA SELATAN 2003

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Rancangan sistem..., Putih Sujatmiko, FKM UI, 2009

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB 1 : PENDAHULUAN. aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan lain yang

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk menunjang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

HIGIENE SANITASI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pengolahan yang aman mulai dari bahan baku, produk setengah

HIGIENE DAN SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN KEPADATAN LALAT PADA WARUNG MAKAN DI PASAR TRADISIONAL PASAR HORAS PEMATANGSIANTAR TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk proses

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

Hubungan Personal Higiene dan Fasilitas Sanitasi dengan Kontaminasi Escherichia Coli Pada Makanan di Rumah Makan Padang Kota Manado Dan Kota Bitung

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah melakukan pembangunan berwawasan kesehatan untuk

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) : Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semester : Dosen Pengampuh :

Kata Kunci: Analisis Kuantitatif, Bakteri Coliform, Es Batu

Palembang Zuhri, Tangerang Christiyanto, 2002

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENERAPAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) DALAM PENYELENGGARAAN WARUNG MAKAN KAMPUS

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3

EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PRASYARAT DAN PERANCANGAN HACCP PLAN UNTUK PROSES PRODUKSI SATE AYAM DI SALAH SATU PERUSAHAAN KATERING DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Setiap penyedia jasa penyelanggara makanan seperti rumah

EVALUASI PENJAMINAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN PROSES PRODUKSI SALAD SAYUR PADA INDUSTRI JASABOGA BERDASARKAN PRINSIP HACCP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) DALAM PENYELENGGARAAN WARUNG MAKAN KAMPUS

BAB 1 PENDAHULUAN. kelebihan berat badan, anemia, dan sebagainya (Rahal et al., 2014). Sayuran

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

GAMBARAN ANGKA KUMAN DAN BAKTERI

BAB I PENDAHULUAN. serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya (Depkes RI, 1999). Memenuhi kebutuhan makhluk hidup membutuhkan bermacam-macam

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kontaminasi Mikroorganisme pada Jamu Gendong Di Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidup manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

ANALISA BAKTERI COLIFORM

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

Faktor yang Memengaruhi Kandungan E. coli Makanan Jajanan SD di Wilayah Cimahi Selatan

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu

BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

UNIVERSITAS INDONESIA. KONTAMINASI E.coli PADA MAKANAN JAJANAN DI KANTIN SEKOLAH DASAR WILAYAH JAKARTA PUSAT TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,

III. METODE PENELITIAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

11/22/ Menentukan CCP. 1. Menyusun TIM HACCP. 8. Menetapkan Batas Kritis untuk Setiap CCP Prinsip Mendeskripsikan produk

HUBUNGAN LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIFTERI DI KABUPATEN TASIKMALAYA ( ) DAN GARUT JANUARI 2007, JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

GAMBARAN JUMLAH ANGKA KUMAN DAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA PIRING DI RUMAH MAKAN PASAR SERASI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2015 Cindy Stevani Sape

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

Analisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

Analisa Mikroorganisme

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

STUDI IDENTIFIKASI KEBERADAAN Escherichia coli PADA AIR CUCIAN DAN MAKANAN KETOPRAK DI KAWASAN KAMPUS UNDIP TEMBALANG

KUSMIYATI, ENNI R. SINAGA, WANTI. Abstract

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 942/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN

STUDI HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DI KECAMATAN KOTA TIMUR DAN KECAMATAN DUMBO RAYA KOTA GORONTALO 2012

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

36 MAKARA, KESEHATAN, VOL. 12, NO. 1, JUNI 2008: 36-41 KONTAMINASI E. coli PADA MAKANAN DARI TIGA JENIS TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM) DI JAKARTA SELATAN 2003 I Made Djaja Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail: imddjaja@ui.edu Abstrak Makanan dengan kandungan zat gizinya sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup termasuk manusia untuk tumbuh dan berkembang biak. Sebaliknya melalui makanan dapat juga dipindahkan beberapa penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti diare dan keracunan makanan. Tingkat kontaminasi makanan masih cukup tinggi (oleh E. coli 65,5%) dan prevalensi penyakit diare sebanyak 116.075 kasus tahun 1995 dan Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan makanan juga masih tinggi yaitu 31.919 kasus tahun 1997, dengan angka kematian kasus (CFR) 0,15%. Penelitian prospektif dilakukan pada 255 buah Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang terdiri dari 3 jenis TPM yaitu masing-masing sebanyak 85 buah TPM dari jenis Pedagang Kakilima, Rumah Makan dan Restoran dan Jasaboga. Makanan yang diteliti adalah makanan dari daging yang dimasak dengan air sebagai bahan penunjang pengolahan makanan (daging berkuah), dengan bakteri E. coli sebagai indikasi kontaminasi makanan. Data dianalisis dengan analisis multi variabel regresi logistik ganda untuk mengetahui faktor kontaminasi makanan. Tingkat kontaminasi makanan disajikan oleh E. coli 12,2%. Kontaminasi makanan baru matang oleh E. coli 7,5%. Kontaminasi bahan makanan oleh E. coli 40,0%. Kontaminasi air oleh E. coli 12,9%. Kontaminasi tangan pengolah oleh E. coli 12,5%. Kontaminasi pewadahan oleh E. coli 16,9%. Suhu pemasakan makanan adalah 99,5 o C dan lamanya pemasakan makanan 20,6 menit. Suhu penyimpanan 28,9 o C, lamanya penyimpanan makanan matang 409,2 menit dan suhu penyajian adalah 28,7 o C. Kontaminasi oleh E. coli pada makanan yang disajikan dipengaruhi oleh suhu pemasakan dan Jenis TPM (Pedagang Kakilima dengan resiko 3,5 kali dibandingkan dengan Jasaboga dan Restoran). Abstract Escherichia coli Food Contamination on Three Type of Food Establishment in South Jakarta, 2003. Food with its nutrient constituencies is important and needed by all biological organisms including human live. On theaters hand through food could transfer some of diseases agent that could cause gastro-intestinal disorder and food intoxication. Food contamination prevalence is still height (by E. coli 65.5%) and diarrhea cases 116.075 in 1995, food out break intoxication 31.919 occur in 1997, and with CFR 0.15%. Prospective study has been done in order to identify the E. coli food contamination rate on food serve by food establishment in South Jakarta. Sample size of 255, with 85 food establishment each type food establishment group such as street food vendor, catering, and restaurant. Meat with height water activities is used for food sample and E. coli contamination on food is used as an indicator for pathogenic bacterial food contamination. Data analysis using multiple logistic regression, to identify food contamination factors. E. coli served food contamination was 12.2%, fresh cooked food E. coli contamination was 7.5%, row food E. coli contamination was 40.0%, water contamination was 12.9%, food handler hand contamination was 12.5%, and kitchen utensil especially for cooked food container contamination was 16.9%. Cooking processing temperature was 99.5 0 C, average cooking period was 20.6 minute, food storage temperature and period were 28.9 0 C and 409.2 minute, and room temperature of food served was 28.7 0 C. Factors involved on E. coli served food contamination were cooking temperature and street food vendor (with OR=3.5 compare with restaurant and catering). Keywords: Food contamination, E. coli, prospective study 1. Pendahuluan Kontaminasi E. coli makanan masih cukup tinggi di Indonesia termasuk Jakarta. Kontaminasi E. coli makanan menurut jenis Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yaitu kontaminasi E. coli makanan Restoran di hotel 33,3%, Restoran di luar hotel 31,3%, Jasaboga 38,2%, Warung 32,9%, Pedagang Kakilima 40,7%, dan 36

MAKARA, KESEHATAN, VOL. 12, NO. 1, JUNI 2008: 36-41 37 Industri Makanan 21,3% 1. Djaja dkk memperoleh kontaminasi E. coli pada Pedagang Kakilima 22,4%, Rumah Makan 26,3%, dan Jasaboga 11,8%, 2. Dari informasi tersebut ternyata kontaminasi makanan yang disajikan kepada para konsumen masih cukup tinggi dan berbeda menurut jenis TPM. Masyarakat yang mengkonsumsi makanan terkontaminasi dapat mendatangkan risiko penyakit bawaan makanan yaitu, penyakit gangguan pencernaan dan kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan dengan gejala mual/muntah, pusing, dan diare. Dilaporkan KLB diare tahun 1995 sebanyak 116.075 kasus dan keracunan makanan 1997 sebanyak 31.919 kasus 3. Banyak faktor yang mempengaruhi kontaminasi makanan oleh bakteri. Namun belum pernah dilaporkan pengaruh dan besarnya resiko dari faktor tersebut terhadap kontamiasi makanan. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kontaminasi makanan yang disajikan TPM, dilakukan penelitian tingkat kontaminasi makanan pada tiga jenis TPM yaitu Pedagang kakilima, Restoran/Rumah Makan, dan Jasaboga. Masalahnya adalah faktor apa yang mempengaruhi kontaminasi makanan yang disajikan menurut jenis TPM. Sedangkan tujuan penelitian adalah mengetahui tingkat kontaminasi dan faktor yang berpengaruh terhadap kontaminasi makanan pada tiga jenis TPM di Jakarta Selatan 2003. Dengan diketahuinya faktor yang berpengaruh terhadap kontaminasi makanan, maka dapat diupayakan pengembangan program penyehatan makanan untuk mengatasi masalah tersebut. 2. Metode Penelitian Penelitian adalah suatu Prospektif Studi yaitu mengukur secara berurutan kontaminasi E. coli: bahan makanan, kontaminasi makanan matang, dan kontaminasi makanan disajikan. Diukur kontaminasi faktor risiko yang berpengaruh terhadap kontaminasi makanan seperti: 1) kontaminasi bahan makanan, 2) kontaminasi air, 3) kontaminasi tangan pengolah makanan, 4) kontaminasi makanan matang, 5) kontaminasi pewadahan makanan. Diukur juga 6) suhu pemasakan, 7) lamanya suhu tertinggi pemasakan makanan, 8) suhu penyimpanan makanan, 9) lamanya penyimpanan makanan, dan 10) suhu penyajian makanan yang juga dapat mempengaruhi kontaminasi makanan 5. Bahan dan bakteri kontaminan. Makanan yang diteliti adalah makanan yang terbuat dari daging (protein tinggi) dan diolah dengan menggunakan air sebagai penunjang pengolahan makanan (daging berkuah) yang memiliki resiko tinggi terkontaminasi bakteri. Bakteri E. coli dipakai sebagai tolok ukur 4 kontaminasi makanan sebagai indikator adanya bakteri patogen dalam makanan 6. Populasi, sampel dan analisis data. Penelitian dilakukan pada tiga jenis TPM yaitu Pedagang Kakilima 7, Restoran/Rumah Makan 8 dan Jasaboga 9. Masingmasing jenis TPM diambil sebanyak 85 sampel (dengan total sampel 255 TPM) yang diambil secara proporsional dengan jumlah sama dari 2110 TPM yang terdaftar di Jakarta Selatan 10. Pengambilan sampel masing-masing jenis TPM diambil secara acak dari jumlah masing-masing jenis TPM. Tiap jenis TPM diukur tingkat kontaminasi: bahan makanan, air yang dipakai untuk mengolah makanan, tangan pengolah makanan, makanan matang, peralatan pewadahan makanan, dan makanan yang disajikan (1530 data). Diukur juga tingginya suhu, dan lamanya suhu pemasakan makanan, suhu dan waktu penyimpanan makanan, serta suhu penyajian makanan (1275 data). Jumlah total sampel dan hasil pengukuran adalah sebanyak 2805 data. Data dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariate dengan metode Multiple Regresi dan Logistik Regresi. 3. Hasil dan Pembahasan Secara umum ditinjau dari pengelolaan makanan yang baik dan benar, kontaminasi sampel makanan dari tiga jenis TPM masih tinggi (Tabel 1 dan Gambar 1). Kontaminasi E. coli bahan makanan, makanan disajikan, dan tangan pengolah berbeda (p<0,05) pada ketiga jenis TPM. Kontaminasi E. coli bahan makanan dan makanan disajikan tertinggi pada Pedagang Kakilima (51,8%) dan (18,8%), kontaminasi tangan tertinggi pada Restoran/Rumah Makan (18,8%). Kontaminasi E. coli bahan makanan 40,0% tertinggi (p<0,05) pada Pedagang Kakilima (51,8%) dan terendah pada Restoran dan Rumah Makan (29,4%). Kontaminasi pewadahan makanan tidak berbeda (p>0,05) pada ketiga jenis TPM rata-rata 16,9% (Jasaboga 12,9% sedangkan TPM lainnya 18,8%). Kontaminasi air tidak berbeda menurut jenis TPM rata-rata 12,9% (Pedagang Kakilima 18,8%, terendah pada Jasaboga 8,2%). Kontaminasi makanan disajikan rata-rata 12,2%, paling tinggi (p=0,05) pada Pedagang Kakilima (18,8%) paling rendah pada Jasaboga (7,1%). Sedangkan kontaminasi tangan rata-rata 12,5%, tertinggi (p<0,05) pada Restoran dan Rumah Makan (18,8%) dan terendah pada Jasaboga (5,9%). Kontaminasi makanan matang ratarata 7,5% dan tidak berbeda (p>0,05) menurut TPM (pada Pedagang Kakilima 10,6% dan terendah pada Jasaboga 5,9%). Dari Tabel 2 ternyata 1) lamanya suhu pemasakan, 2) waktu penyimpanan makanan matang, dan 3) suhu penyajian makanan berbeda (p<0,05) pada ketiga jenis TPM. Yang paling lama waktu masak adalah Pedagang

38 MAKARA, KESEHATAN, VOL. 12, NO. 1, JUNI 2008: 36-41 Tabel 1. Kontaminasi E. coli makanan (%) dari TPM, Jakarta 2003 Jenis TPM Pdg K5 Rst/RM Jsbg p rata2 Kont bahan makanan 51,8 29,4 38,8 0,01 40,0 Kontaminasi pewadahan 18,8 18,8 12,9 0,49 16,9 Kontaminasi air 18,8 11,8 8,2 0,11 12,9 Kont makanan disajikan 18,8 10,6 7,1 0,05 12,2 Kontaminasi tangan 12,9 18,8 5,9 0,03 12,5 Kont makanan matang 10,6 9,4 2,4 0,08 7,5 p = probability dari persentasi dengan test anova 60 50 % 40 30 20 10 PdgK5 Rst/RM JSBG 0 Bahan Pwdh Air Mknsaji Tangan Mknmtng sampel TPM Gambar 1. Grafik kontaminasi E. coli (%) sampel TPM, Jakarta 2003 kakilima (24,8 menit), dan yang paling singkat adalah Jasaboga (17,1 menit). Waktu penyimpanan makanan rata-rata yang paling lama adalah Restoran dan Rumah Makan (438,1 menit), sedangkan yang paling singkat adalah Jasaboga (382,7 menit), sedangkan suhu penyajian yang paling tinggi adalah Jasaboga (29,4 o C) dan yang paling rendah adalah Restoran dan Rumah Makan 28,4 o C (mungkin ada yang menggunakan pendingin ruangan atau AC). Pada analisa Multivariat diperoleh faktor yang berhubungan dengan kontaminasi E. coli makanan disajikan (Y) pada seluruh TPM adalah: 1) Suhu pemasakan makanan Logit Y = -13,7 + 0,16 suhu masak + e, dengan RR=1,17 (1,04 1,32). Dengan analisa Multiple Logistic Regresi (MLR), suhu masak (kurang optimal) berisiko 1,17 kali untuk terjadinya kontaminasi makanan disajikan. 2) Jumlah bakteri E. coli air dan suhu masak Y= 22656,6 + 1,31 jumlah E. coli air 228,8 suhu masak + e, dengan R =53,7% dan R 2 = 28,9%. Dengan Multiple Regresi (MR), secara bersama-sama jumlah bakteri E. coli dalam air berhubungan positif, sebaliknya suhu masak berhubungan negatif dengan jumlah bakteri dalam makanan yang disajikan. 3) Jenis TPM Logit Y = - 2,75 + 0,59 Rst/Rm + 1,26 Pdg Kk5 + e. Pedagang Kakilima dengan RR=3,5 (1,2 10,31). Pada Pedagang Kakilima (dengan MLR) risiko untuk terjadinya kontaminasi makanan 3,5 kali (p<0,05) dibandingkan dengan Jasaboga, sedangkan Restoran dan Rumah Makan tidak berbeda risikonya dengan Jasaboga (p>0,05) (Lihat Gambar 2). 4) Bahan makanan Y (jumlah bakteri dalam makanan) = 3,6 + 1,17 x 10 8 jumlah E. coli bahan makanan + e. Jumlah bakteri dalam bahan makanan berhubungan positip dengan jumlah bakteri makanan disajikan (dengan analisis mutiple regresi). Pada Restoran dan Rumah Makan Kontaminasi E. coli makanan disajikan dipengaruhi (p<0,05) oleh: 1) Bahan makanan Logit Y(makanan matang) = - 0,51 + 2,12 bahan makanan + e, dengan RR = 8,33 (1,25 55,34) Resiko kontaminasi makanan matang karena bahan makanan terkontaminasi adalah sebesar 8,33 kali (dengan MLR)

MAKARA, KESEHATAN, VOL. 12, NO. 1, JUNI 2008: 36-41 39 Tabel 2. Hasil pengukuran faktor resiko kontaminasi makanan, Jakarta 2003 Jenis TPM Pdg K5 Rst/RM Jsbg p rata2 Suhu masak ( o C) 98,7 99,8 99,8 0,07 99,5 Lamanya suhu masak (menit) 24,8 20,0 17,1 0,001 20,6 Waktu simpan (menit) 406,7 438,1 382,7 0,003 409,2 Suhu simpan ( o C) 29,0 28,4 29,4 0,11 28,9 Suhu penyajian ( o C) 28,9 28,0 29,2 0,01 28,7 p = probability dengan test anova Faktor risiko Pdgk5 Suhu Min RR 0 2 4 6 8 10 12 Risk ratio (RR) Gambar 2. Grafik faktor risiko kontaminasi E. coli makanan TPM Faktor risiko Air Bahanmkn Min RR 0 10 20 30 40 50 60 Risk ratio (RR) Gambar 3. Grafik faktor risiko kontaminasi E. coli pada Restoran dan Rumah Makan Fakto risiko Mknmatang Air Min RR 0 100 200 300 400 500 Risk ratio (RR) Gambar 4. Grafik faktor risiko kontaminasi E. coli pada Jasaboga

40 MAKARA, KESEHATAN, VOL. 12, NO. 1, JUNI 2008: 36-41 2) Kontaminasi air Logit Y = 0,85 + 1,6 air + e, dengan RR=4,93 (1,01 24,14) Risiko kontaminasi makanan karena air terkontaminasi adalah sebesar 4,93 kali (Lihat Gambar 3). Pada Jasaboga Kontaminasi E. coli makanan (Y) dipengaruhi secara bersama-sama oleh: 1) Kontaminasi air dengan RR=9,73 (1,31 72,32). 2) Kontaminasi makanan matang dengan RR= 24,3 (1,2 490,05). Logit Y= -2,28 + 2,28 air + 3,2 makanan matang + e. Risiko kontaminasi makanan karena kontaminasi makanan matang sebesar 24,3 kali secara bersama-sama dengan kontaminasi air sebesar 9,73 kali (lihat Gambar 4). Untuk mengurangi kontaminasi di TPM upaya penyuluhan dan pelatihan yang terus menerus mengenai penyehatan makanan, ditujukan kepada pemilik, pengelola, pengolah dan penyaji makanan, mulai dari pengadaan bahan makanan sampai penanganan makanan sisa, termasuk sanitasi tempat pengolahan, dan penyajian makanan 11. Kontaminasi makanan pada Pedagang Kakilima dapat terjadi karena pengadaan bahan makanan bukan dari pemasok resmi, pengolahan makanan kurang memperhatikan prisip Hazard Analysis Critical Controle Point (HACCP) 12, sanitasi dapur pengolahan makanan dan tempat penyajian makanan mungkin belum memenuhi persyaratan kesehatan. Sehingga menghasilkan kontaminasi makanan matang 10,6% dan yang disajikan 18,8%, meningkat 8,2% dari kontaminasi makanan matang. Peningkatan kontaminasi makanan yang disajikan terjadi juga pada jenis TPM lainnya. Perlunya penyuluhan dan pelatihan sekaligus praktek lapangan tentang penyehatan makanan dan Cara Pembuatan Makanan yang Baik (CPMB) diberikan kepada para Pedagang Kaki lima dengan metode yang sesuai dengan tingkat pendidikannya 11. Pada Pedagang Kaki Lima penyuluhan lebih ditekankan pada praktek mengingat pengetahuan dan pendidikan mereka umumnya lebih rendah. Bila perlu diberikan bantuan tehnis, dan keuangan bagi Pedagang Kaki Lima untuk menurunkan resiko kontaminasi makanannya. Suhu masak (rata-rata 99,5 o C) dan waktu masak (rata-rata 20,6 menit) mungkin belum mencapai batas kritis pengolahan atau pemasakan makanan, yang terbukti dari masih terkontaminasi makanan matang pada Pedagang Kakilima 10,6%, Restoran dan Rumah Makan 9,4% dan Jasaboga 2,4% (tidak berbeda menurut jenis TPM p=0,08). Untuk itu perlu pelatihan tentang penerapan prinsip HACCP pada setiap pengolahan makanan pada semua jenis TPM. Suhu penyimpanan dan penyajian makan oleh TPM berada pada zone suhu bahaya (28 29 o C), yang akan mendukung pertumbuhan dan meningkatkan jumlah bakteri dalam makanan. Demikian juga dengan waktu penyimpanan dan penyajian (6 7 jam) yang akan memberi cukup kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak menjadi satu juta dalam waktu 6 jam. Hal ini akan meningkatkan kontaminasi dan jumlah bakteri dalam makanan yang disajikan TPM. Dengan demikian meningkatkan risiko konsumen untuk mendapatkan penyakit bawaan makanan. Disarankan untuk menyimpan makanan matang pada suhu dingin dan dipanaskan kembali bila akan disajikan, disajikan segera setelah dimasak atau memasak makanan yang berisiko terkontaminasi bakteri, sedekat mungkin dengan waktu penyajian makanan 11. Cara mencuci tangan yang baik dan benar hendaknya dilatihkan pada tenaga pengolah makanan (terutama) Restoran dan Rumah Makan. Persyaratan kebersihan diri dan tangan, termasuk beberapa larangan dalam setiap mengolah makanan hendaknya terus ditekankan pada pengolah makanan. Pengolah dan penyaji makanan agar tetap menjaga kebersihan diri, tangan selalu dalam keadaan bersih, dan sesering mungkin mencuci tangan dengan air yang bersih selama mengolah makanan 11. Perlunya pelatihan dan praktik langsung dilapangan tentang tatacara pengadaan bahan makanan daging yang bebas dari kontaminasi (dari pemasok resmi bahan makanan yang berizin), penerapan HACCP dalam pengolahan makanan (titik kritis), suhu dan lamanya suhu pemasakan (batas kritis). Pelatihan hendaknya menyesuaikan dengan kondisi (pengetahuan, sikap, dan perilaku) tenaga (pemilik, pengelola, pengolah, penyaji makanan) menurut jenis TPM. Khusus pada Restoran dan Rumah Makan disarankan agar pengadaan daging melalui pemasok daging yang resmi dan berizin serta telah memperoleh pelatihan tentang sanitasi penyediaan daging karkas yang bebas kontaminasi bakteri patogen. Juga tersedia air yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan Permenkes no 907 tahun 2002. Pada Jasaboga (seperti halnya pada Restoran dan Rumah Makan) disarankan untuk menggunakan air yang memenuhi persyaratan kesehatan Permenkes no 907 tahun 2002 13. Terkontaminasinya makanan matang berpengaruh terhadap kontaminasi makanan disajikan. Disarankan untuk menerapkan prinsip HACCP pada proses pengolahan makanan yang baik dan benar untuk menghasilkan makanan matang yang tidak terkontaminasi bakteri. Pada Pedagang Kakilima tidak diperoleh formula faktor yang berpengaruh terhadap kontaminasi E. coli makanan. Namun pada analisa multivariate seluruh TPM ternyata Pedagang kakilima berisiko 3,5 kali dibandingkan dengan Jasaboga (resiko Restoran/Rumah Makan sama dengan Jasaboga p>0,05).

MAKARA, KESEHATAN, VOL. 12, NO. 1, JUNI 2008: 36-41 41 Dalam pembinaan (penyuluhan dan pelatihan) dan pengawasan penyehatan makanan, koordinasi antar program, sector terkait, swasta, organisasi social kemasyarakatan serta masmedia sangat mendukung untuk tercapainya tujuan pembinaan penyehatan makanan dilapangan. Sehingga dihasilkan makanan yang aman dan nyaman dikonsumsi oleh masyarakat konsumen. 4. Kesimpulan Kontaminasi oleh E. coli pada tiga jenis TPM rata-rata adalah kontaminasi bahan makanan 40,0%, kontaminasi air 12,9%, kontaminasi makanan matang 7,5%, kontaminasi pewadahan makanan 16,9%, kontaminasi tangan 12,5%, dan kontaminasi makanan disajikan 12,2%. Suhu pemasakan rata-rata 99,5%, lama pemasakan 20,6 menit, suhu penyimpanan 28,9 0 C, lama penyimpanan 409,2 menit, dan suhu penyajian 28,7 0 C. Faktor yang berpengaruh terhadap kontaminasi E. coli makanan yang disajikan adalah bahan makanan, suhu pemasakan, air untuk pengolahan makanan, dan jenis TPM terutama Pedagang Kaki Lima. Pada restoran kontaminasi oleh E. coli makanan disajikan dipengaruhi oleh bahan makanan dan air untuk mengolah makanan. Sedangkan pada Jasaboga kontaminasi E. coli makanan disajikan dipengaruhi oleh makanan matang dan air untuk mengolah makanan. Disarankan untuk melakukan pelatihan bagi pengelola, pengolah, dan penyaji makanan seluruh TPM khususnya pada Pedagang Kaki Lima, tentang kebersihan dibidang pengelolaan makanan, mulai dari pengadaan bahan sampai penyajian makanan. Pelatihan dan penerapan prinsip HACCP dalam pengolahan makanan (suhu pemasakan dan lamanya suhu pemasakanan makanan), sanitasi tempat pengolahan (dapur) dan penyajian makanan perlu diperhatikan. Penyediaan air yang memenuhi persyaratan kesehatan untuk pengolahan makanan. Kebersihan pengolah dan penyaji makanan dipelihara dan diawasi secara berkala, demikian juga mengenai kebersihan peralatan masak, pewadahan, makan, dan minum selalu dalam keadaan utuh dan bersih serta siap pakai. Daftar Acuan 1. Departemen Kesehatan R.I. Survai rumah makan pada 58 Kotamadya atau Administratif di Indonesia Jakarta: Departemen Kesehatan, 1984. 2. Djaja IM, Aryastami NK Pengaruh Tempat Pengelolaan Makanan terhadap Kontaminasi makanan di Jakarta Selatan 1999-2000. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, 2000. 3. Departemen Kesehatah R.I. Profil Kesehatan Indonesia 1999. Jakarta: Pusat Data Kesehatan, 1999. 4. Riono, P, Adisasmita AC, Ariawan I. Aplikasi regresi logistik. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992. 5. Trickett J. The prevention of food poisoning. England : Stanley Thornes Ltd., 1978. 6. Refai MK. Manual of food quality control. Mycrobiological analysis. Rome: Food and Agricultural Organization of the Uniter Nation, 1979. 7. Departemen Kesehatah R.I. Peraturan Menteri Kesehatan RI no 236/Men Kes/Per/IV/1997 tentang Persyaratan Kesehatan Makanan Jajanan. Jakarta: Departemen Kesehatan, 1997. 8. Departemen Kesehatah R.I. Peraturan Menteri Kesehatan RI no 304/Men Kes/Per/IV/1989 tentang Persyaratan Kesehatan Rumah Makan dan Restoran. Jakarta: Departemen Kesehatan, 1989. 9. Departemen Kesehatah R.I. Peraturan Menteri Kesehatan RI no 712/Men Kes/Per/X/1986 tentang Persyaratan Kesehatan Jasaboga. Jakarta: Departemen Kesehatan, 1986. 10. Lameshow S, Lwanga SK. Sampel size determination in health studies. A practical manual. Geneva: WHO, 1991. 11. Departemen Kesehatah R.I. Kumpulan Modul Kursus Penyehatan Makanan Bagi Pengusaha Makanan dan Minuman. Jakarta: Jayasan Pesan, 2001. 12. Syarief R. Konsepsi HACCP. Prinsip dan Aplikasi. Dalam Lokakarya Sinkronisasi dan standarisasi terminology konsepsi HACCP. Bogor, 1996. 13. Departemen Kesehatah R.I. Peraturan Menteri Kesehatan RI no 907/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Air Minum. Jakarta: Departemen Kesehatan, 2002.