III. KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

III KERANGKA PEMIKIRAN

VII. RENCANA KEUANGAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *)

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. dengan penelitian kelayakan pengembangan usaha akarwangi (Andropogon

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

Bab 5 Penganggaran Modal

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS INVESTASI BUDI SULISTYO

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

III. METODE PENELITIAN

STUDI KELAYAKAN USAHA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun. Batas waktu satu

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelayakan proyek adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN ANDRI HELMI M, S.E., M.M

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia bisnis di zaman globalisasi ini kian hari semakin ketat.

Transkripsi:

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha. Pengertian layak dalam penelitan ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun sosial benefit. Dengan adanya analisis kelayakan ini diharapkan resiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari. 3.1.2. Tujuan Analisis Kelayakan Tujuan analisis kelayakan usaha adalah untuk memperbaiki pemilihan investasi. Karena sumber-sumber yang tersedia bersifat terbatas, maka perlu diadakan pemilihan terhadap berbagai macam proyek. Kesalahan pemilihan proyek dapat mengakibatkan pengorbanan terhadap sumber-sumber yang langka (Khadariah,1999). Tujuan lain analisis kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek investasi umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang, karena itu perlu dilakukan studi untuk menghindari kesalahan dalam menginvestasikan dana. Analisis kelayakan memberikan manfaat terhadap pihak-pihak tertentu seperti : Pemerintah Daerah, Investor, Pengusaha yang memerlukan hasil analisis sebagai bahan masukan utama dalam rangka pengkajian ulang, untuk turut serta menyetujui atau sebaliknya menolak hasil analisis sesuai dengan kepentingannya.

3.1.3. Tahap-tahap Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan usaha mencakup beberapa aspek antara lain: aspek pasar, aspek teknis, aspek finansial dan aspek lingkungan serta aspek legal. Analisis kelayakan usaha yang disusun merupakan pedoman kerja, baik dalam penanaman investasi, pengeluaran biaya, cara produksi, cara melakukan pemasaran dan cara memperlakukan lingkungan organisasi. Dalam kenyataannya tidak semua aspek harus diteliti, hanya aspek yang benar-benar dibutuhkan saja yang perlu dianalisis untuk dibahas lebih lanjut. 3.1.3.1. Aspek Pasar Pada dasarnya, analisis pada aspek ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan pangsa pasar (market share) dari produk yang dihasilkan (Umar, 1999). Analisis terhadap aspek pasar ditunjukkan untuk mendapatkan gambaran mengenai pasar potensial yang tersedia di masa yang akan datang. Jumlah pangsa pasar yang dapat diserap oleh proyek dari keseluruhan pasar potensial serta perkembangan pasar tersebut di masa yang akan datang, dan strategi pemasaran yang telah ditentukan perlu memperhatikan posisi produk dalam siklus produk dan segmen pasar yang direncanakan. Bauran pemasaran dibedakan dalam empat komponen utama, yaitu produk, tempat pemasaran, promosi dan harga (Husnan dan Suwarsono, 2000). 3.1.3.2. Aspek Teknis Analisis aspek teknis antara lain menentukan jenis teknologi pada produk dan jasa yang dikaji. Lokasi tempat penelitian sementara difokuskan di wilayah Kabupaten Bogor. Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa (Gittinger, 1986). Analisis secara produksi menguji hubungan-hubungan teknis di dalam suatu proyek diantaranya keadaan tanah di daerah proyek dan potensi bagi pembangunan pertanian, ketersedian air secara alami. Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis 24

dan pengoperasiannya setelah proyek selesai dibangun (Hasnan dan Suwarno, 2000). Aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi proyek, besar skala operasi atau luas produksi, kriteria pemilihan peralatan yang digunakan, proses produksi yang dilakukan, serta sarana dan prasarana pendukungnya. 3.1.3.3. Aspek Manajemen Analisis aspek manajemen berisi aspek institusi, organisasi, dan manajerial yang tumpang tindih (overlapping) yang dapat mempunyai pengaruh penting terhadap pelaksanaan proyek (Gittinger,1986). Pada proyek pertanian, perusahaan perlu mempertimbangkan kemampuan manajerial terhadap pihak-pihak yang terlibat langsung dalam proyek tersebut. Jika pihak-pihak tersebut masih awam, diharapkan pihak-pihak tersebut dapat mempelajari terlebih dahulu. Aspek manajemen meliputi bagaimana merencanakan pengelolahan proyek. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha dapat berjalan dengan lancar, persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan, struktur organisasi yang digunakan, dan penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Muhammad, 2000). 3.1.3.4. Aspek Sosial dan Lingkungan Pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial tersebut, hal ini dikarenakan tidak ada proyek yang dapat bertahan dengan lama apabila proyek tersebut tidak dapat bersahabat dengan baik dengan lingkungan (Gittinger, 1986). Beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan adalah mengenai penciptaan kesempatan kerja, kualitas hidup masyarakat, kontribusi usaha, dan dampak lingkungan yang dapat merugikan usaha. Daerah usaha harus dipilih melalui peninjauan secara langsung, agar usaha tersebut dapat ikut dalam 25

kelestarian alam. Oleh karena itu rancangan usaha perlu dilakukan guna untuk menghindari pengeluaran biaya atas penggunaan teknologi yang tidak tepat guna. 3.1.3.5. Aspek Finansial Aspek finansial sangat memegang peranan penting dalam melakukan studi kelayakan usaha lengkeng Diamond River di Kabupaten Bogor. Penelitian perlu melakukan pengkajian lebih mengenai aspek-aspek pendapatan dan biaya yang diperlukan dalam pengimplementasiannya. Hal ini dimaksudkan sebagai bahan kajian pertimbangan analisis kelayakan usaha. Untuk mengambil suatu keputusan dalam memilih suatu investasi diperlukan perhitungan dan analisis yang tepat untuk menilai dan menentukan investasi yang menguntungkan ditinjau dari segi ekonomis. 1) Teori Biaya dan Manfaat Analisis finansial diawali dengan menganalisis biaya dan manfaat dari suatu usaha. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan revenue earning usaha, apakah usaha itu akan terjamin atas pendanaan yang diperlukan, apakah usaha akan mampu membayar kembali dana tersebut, dan apakah usaha akan berkembang sedemikian rupa, sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah, 2001). Dalam analisis usaha, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya proyek. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang akan diterima. Sedangkan manfaat merupakan hasil dari suatu investasi. Biaya dan manfaat ini bisa merupakan biaya dan manfaat langsung ataupun biaya serta manfaat tidak langsung. Biaya dan manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu usaha, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung dan bukan merupakan tujuan utama dari suatu usaha. 26

Biaya dan manfaat yang dimasukkan ke dalam analisis usaha adalah biaya dan manfaat yang bersifat langsung. Biaya yang diperlukan untuk usaha terdiri dari biaya modal, biaya operasional serta biaya-biaya lainnya yang terkait dengan pendanaan suatu usaha. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, contohnya tanah, bangunan, perlengkapan, mesin, biaya-biaya perizinan, serta biaya-biaya lainnya yang berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan dari suatu kegiatan usaha. Biaya operasional disebut biaya modal kerja karena biaya ini dikeluarkan untuk menutupi kebutuhan dana yang diperlukan pada saat usaha dilaksanakan dan didasarkan pada situasi produksi, biasanya dibutuhkan pada saat tahap operasi, contohnya biaya bahan baku, biaya perlengkapan serta biaya penunjang. Biaya lain yang dikeluarkan usaha adalah pajak, bunga pinjaman dan asuransi (Kuntjoro, 2002). Biaya yang menyangkut proyek pertanian antara lain meliputi barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah, cadangan biaya tidak terduga, pajak, jasa pinjaman serta biaya yang tidak diperhitungkan (Gittinger, 1986). Penambahan nilai suatu proyek bisa diketahui melalui peningkatan produksi, perbaikan kualitas, perubahan dalam waktu penjualan, perubahan dalam bentuk produksi, pengurangan biaya melalui mekanisasi, pengurangan biaya pengangkutan, penghindaran kerugian serta biaya tidak langsung usaha Benefit dari suatu usaha terbagi menjadi direct benefit, indirect benefit, dan intangible benefit. Direct benefit adalah peningkatan output produksi ataupun penurunan biaya. Indirect benefit merupakan keuntungan sampingan akibat adanya suatu usaha. Sedangkan intangible benefit merupakan keuntungan yang tidak dapat diukur dengan uang seperti perbaikan lingkungan hidup dan sebagainya. (Kadariah, 2001) 2) Analisis Rugi Laba Laporan rugi laba merupakan suatu laporan keuangan yang mencantumkan penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi yang menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut (Gittinger, 1986). Laba merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan diperoleh dari penjualan barang dan jasa dikurangi dengan potongan penjualan, 27

barang yang dikembalikan, dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi mencangkup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output, diantaranya yaitu biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku. Komponen lain dalam rugi laba adalah adanya biaya penjualan, biaya umum dan administrasi. Pengurangan komponen-komponen tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan termasuk pegeluaran operasi non tunai yang merupakan alokasi biaya yang berasal dari harta tetap pada setiap periode yang menyebabkan nilai harta tetap tersebut menjadi berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak. 3) Kriteria Kelayakan Investasi Laporan rugi laba mencerminkan perbandingan pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Laporan rugi laba menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode operasi. Namun dalam menganalisis suatu proyek investasi lebih relevan terhadap kas bukan terhadap laba karena kas seseorang bisa berinvestasi, dan dengan kas seseorang dapat membayar kewajibannya sehingga untuk mengetahui sejauh mana keadaan finansial perlu dilakukan analisis aliran kas (cashflow) (Husnan dan Suwarsono, 2000). Cashflow merupakan susunan arus manfaat bersih tambahan sebagai hasil pengurangan arus biaya tambahan terhadap arus manfaat. Tambahan ini merupakan perbedaan kegiatan dengan proyek (with project), arus tersebut menggambarkan keadaan dari tahun ke tahun selama jangka hidup (life time period) (Kuntjoro, 2002). Adapun yang termasuk ke dalam komponen cashflow ini terdiri dari inflow dan outflow. Inflow biasanya terdiri dari nilai produksi total, penerimaan pinjaman, bantuan (grants), dan nilai sisa (salvage value). Sedangkan komponen outflow diantaranya biaya barang modal, tenaga kerja, tanah, pajak, dan cicilan pinjaman. Sebuah ukuran finansial yang bermanfaat dan sangat penting dalam analisis proyek adalah tingkat pengembalian finansial (Gittinger, 1986). Kriteria investasi diklasifikasikan menurut dua kategori, yaitu non discounting criteria dan discounting criteria. Perbedaan antara kedua konsep ini adalah non discounting 28

criteria tidak menyertakan konsep time value of money (nilai waktu sekarang) sebagaimana yang diterapkan di discounting criteria Nilai waktu uang adalah konsep dimana sejumlah uang tertentu pada masa yang akan datang akan memiliki manfaat bersih yang lebih kecil dibandingkan pada waktu sekarang dengan nilai nominal yang sama, sehingga dalam penilaian kriteria investasi akan jauh lebih baik jika digunakan konsep nilai waktu uang yang diwujudkan dengan perhitungan present value yaitu adanya ketidakpastian dari hasil, harga dan biaya yang ditetapkan sepanjang proyek berjalan, serta jika dipikirkan secara logis, nilai uang yang sama jumlahnya yang akan diterima atau dikeluarkan sekarang, akan lebih berharga dari pada nilai uang itu pada masa yang akan datang. Umumnya terdapat lima metode yang bisa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penerimaan investasi. Metode tersebut diantaranya Average Rate Return Method, Payback Period, Present Value, Internal Rate Return, serta Profitability Index. (Husnan dan Suwarsono, 2000). Dana yang diinvestasikan itu layak atau tidak akan diukur melalui kriteria investasi, yaitu Net Present Value, Gross Benefit Cost Ratio, dan Internal Rate Return. (Gittinger, 1986) a) Net Present Value atau Manfaat Sekarang Netto Net Present Value atau manfaat sekarang netto adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi (Gittinger, 1986). Proyek akan menguntungkan jika NPV bernilai positif. Jika nilai NPV bernilai negatif, maka akan timbul masalah, dimana pada tingkat diskonto yang diasumsikan, arus manfaat sekarang menjadi lebih kecil daripada manfaat sekarang arus biaya. Hal ini mengakibatkan ketidakcukupan dalam pengembalian dana investasi. Lebih baik menanamkan uang di suatu bank pada tingkat diskonto tertentu. b) Internal Rate of Return (Tingkat Pengembalian Internal) Perhitungan Internal Rate of Return adalah tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan, karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi serta proyek baru 29

sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger, 1986). Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan menunjukkan kemampuan proyek dalam mengembalikan pinjaman. Jika dengan tingkat diskonto tertentu, nilai NPV menjadi sebesar nol, maka proyek yang bersangkutan berada dalam posisi pulang modal yang berarti proyek dapat mengembalikan modal dan biaya operasional yang dikeluarkan serta dapat melunasi bunga penggunaan uang. c) Net Benefit Cost Ratio (Rasio Manfaat dan Biaya) Rasio manfaat dan biaya diperoleh dari nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. (Gittinger, 1986). Suatu keuntungan dari Net B/C adalah bahwa ukuran tersebut secara langsung dapat mencatat berapa besar tambahan biaya tanpa mengakibatkan proyek secara ekonomis tidak menarik. Net B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Nilai mutlak net B/C akan berbeda tergantung kepada tingkat bunga yang dipilih. Semakin tinggi tingkat bunga yang dipilih, maka net B/C akan kurang dari satu. d) Payback Period Payback Period atau masa pembayaran kembali adalah jangka waktu kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai netto produksi tambahan sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan (Gittinger, 1986). Selama proyek dapat mengembalikan modal atau investasi sebelum berakhirnya umur proyek, berarti proyek masih dapat dilaksanakan. Akan tetapi apabila sampai saat proyek berakhir dan belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya proyek tersebut tidak dilaksanakan. 3.1.4. Analisis Switching Value Analisis switching value adalah suatu analisis agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah (Gittinger, 1986). Pada bidang pertanian, proyek sensitif berubah akibat empat masalah utama, yaitu perubahan 30

harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi. Parameter perubahan harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Namun dalam keadaan nyata kedua parameter dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Untuk itu, analisis switching value perlu dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria invetasi dari layak menjadi tidak layak. Kriteria kelayakan investasi menjadi tidak layak yaitu proporsi manfaat yang turun akibat manfaat sekarang netto atau NPV menjadi nol. Nilai nol akan membuat tingkat pengembalian ekonomi menjadi sama dengan tingkat diskonto dan perbandingan manfaat investasi neto menjadi persis sama dengan satu. Batasbatas maksimal perubahan parameter ini sangat mempengaruhi dalam hal layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Semakin besar persentase yang diperoleh menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak peka atau sensitive terhadap perubahan parameter yang terjadi. Setelah dilakukan evaluasi terhadap kriteria investasi perlu dilakukan analisa sensitivitas untuk mengetahui sejauh mana tingkat sensitivitas / pengaruh dari beberapa variabel terhadap pendapatan dan keuntungan perusahaan berdasarkan skenario-skenario yang logis. Metoda yang biasa digunakan dalam analisis sensitifitas yaitu: a. Analisis Breakeven b. Analisis sensitifitas dengan model sederhana c. Analisis sensitifitas menggunakan model discounted Dalam penerapannya analisa sensitifitas tidak akan dilakukan dengan ketiga metode tersebut tetapi dipilih metode yang paling sesuai. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Buah lengkeng memiliki potensi untuk dikembangkan dan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Tingginya permintaan untuk komoditas buah lengkeng di Indonesia masih bergantung kepada buah lengkeng impor, sehingga masih besarnya peluang untuk mengusahakannya. Dalam pelaksanaan usahatani lengkeng tersebut terutama dari jenis Diamond River yang baru akan dikembangkan di Indonesia maka diperlukan analisis kelayakan usaha, diperlukan 31

pengukuran atas tingkat kelayakan usaha untuk mengetahui layak atau tidaknya usahatani tersebut untuk diusahakan dan dikembangkan. Analisis usahatani lengkeng Diamond River dilakukan dengan analisis terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek finansial. Perhitungan analisis finansial menggunakan kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C Rasio, PBP. Selain kriteria tersebut dilakukan juga analisis sensitivitas untuk mengetahui tingkat kepekaan usahatani lengkeng Diamond River terhadap perubahan manfaat dan biaya yang mempengaruhinya. Adapun alur kerangka pemikiran operasionalnya dapat dilihat pada Gambar 1. 32

Meningkatnya permintaan konsumen terhadap buah lengkeng Permintaan buah lengkeng yang belum terpenuhi Masih tergantung pada lengkeng impor dari luar negeri PT. Mekar Unggul Sari sebagai tempat percontohan dan penelitian lengkeng dataran rendah Kelayakan Pengusahaan Lengkeng Diamond River Aspek pasar Aspek teknis Aspek manajemen Aspek sosial & Lingkungan Aspek finansial Analisis secara deskriptif Kriteria kelayakan proyek NPV, IRR, Net B/C, PP Analisis Switching Value Usaha lengkeng Diamond River layak untuk dijalankan Usaha lengkeng Diamond River tidak layak untuk dijalankan Pengembangan Lengkeng Diamond River Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional 33