BAB I PENDAHULUAN. berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Hukum tanah disini bukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan tanah untuk melangsungkan kehidupan. Begitu pentingnya tanah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah permukaan bumi yang dalam penggunaannya meliputi juga

Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan. manusia, hewan, dan juga tumbuh-tumbuhan. Fungsi tanah begitu penting dan

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

: AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas dan faktor produksi yang dicari oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia

KETIDAKHADIRAN SESEORANG DALAM JUAL BELI DAN BALIK NAMA HAK ATAS TANAH DALAM PEWARISAN (Studi Kasus Perdata No. 1142/Pdt.P/2012/P.N.

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Tujuan pembangunan itu dapat tercapai, bila sarana-sarana dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah

BAB II TINJAUN PUSTAKA. Di dalam UUPA terdapat jiwa dan ketentuan-ketentuan yang harus dipergunakan

Lex Administratum, Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB II KEDUDUKAN AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM KEPUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PEMBAHASAN

PEROLEHAN TANAH DALAM PENGADAAN TANAH BERSKALA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560

PELAKSANAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH PERTANIAN KARENA JUAL BELI DI KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN

KARYA ILMIAH AKIBAT HUKUM JUAL BELI TANAH HAK GUNA BANGUNAN ATAS TANAH NEGARA YANG BERASAL DARI HARTA BAWAAN DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang satu ke orang lain.tanah sebagai benda yang bersifat permanen tetap, banyak

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS. Peranan tanah bagi pemenuhan berbagai kebutuhan manusia akan terus

BAB I PENDAHULUAN. bisa digunakan manusia untuk dipakai sebagai usaha. Sedangkan hak atas

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

PELAKSANAAN PENINGKATAN HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK UNTUK RUMAH TINGGAL DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. itu, kebijakan pembangunan pertanahan haruslah merupakan bagian yang tidak

JUAL-BELI TANAH HAK MILIK YANG BERTANDA BUKTI PETUK PAJAK BUMI (KUTIPAN LETTER C)

TINJAUAN HUKUM TERHADAP JUAL BELI TANAH TANPA AKTA PPAT (WILAYAH KECAMATAN TINOMBO) CICI FAJAR NOVITA / D

BAB I A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi kekuasaan tertinggi dari bangsa Indonesia yang berupa: atas (bagian dari) bumi, air dan ruang angkasa; 1

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. besar. Oleh karena itu untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya. bagi kemakmuran dan kesejahteraan, bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan UUPA adalah untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga, dipelihara, dan

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB I P E N D A H U L U A N. aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan dengan

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai sarana utama dalam proses pembangunan. 1 Pembangunan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat (Margono Slamet, 1985:15). Sedangkan W.J.S Poerwadarminta

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

MEI SUBROTO NIM. R

I. PENDAHULUAN. kedudukan akan tanah dalam kehidupan manusia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB II PERALIHAN HAK ATAS TANAH MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN A. Tinjauan Umum Mengenai Peralihan Hak Atas Tanah

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum

2 UUPA harus memberikan tercapainya fungsi bumi, air, dan ruang angkasa yang sesuai dengan kepentingan rakyat dan negara serta memenuhi keperluannya m

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III MACAM-MACAM HAK ATAS TANAH. yang mutlak, tak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat. Turun temurun dan dapat beralih.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menentukan bahwa: Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 merupakan peraturan dasar bagi pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dikarenakan bahwa negara Indonesia merupakan negara agraris, terdapat simbol status sosial yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah bahkan bukan hanya dalam. merupakan salah satu modal pembangunan yang mempunyai nilai strategis

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KEPAHIANG.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KEABSAHAN JUAL BELI TANAH HAK MILIK OLEH PERSEROAN TERBATAS. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan Undang Undang No 5 Tahun 1960

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses pencatatan secara sistematis atas setiap bidang tanah baik

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HAK MILIK DAN HAK GUNA USAHA (Menurut UUPA)

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles yang menyatakan bahwa manusia adalah zoon politicon. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, cet. 9, (Jakarta: Djambatan, 2003), hal. 358.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara di sisi lain luas tanah tidak bertambah. Begitu pentingnya tanah bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk tempat tinggalnya di atas tanah. Pada perkembangan dunia yang

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

Lex et Societatis, Vol. III/No. 8/Sep/2015

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK GUNA BANGUNAN. Hak guna bangunan dalam pengertian hukum barat sebelum dikonversi berasal dari hak

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

Upik Hamidah. Abstrak

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

PERALIHAN HAK TANAH ABSENTE BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN CATUR TERTIB PERTANAHAN DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. batasan usia dewasa. Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

METODE PENELITIAN. yang dilakukan secara yuridis normatif dan yuridis empiris guna memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman dan sebagai lahan untuk pertanian. Namun pada perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wiwit Khairunisa Pratiwi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pengertian konteks agraria, tanah berarti permukaan bumi paling luar berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Hukum tanah disini bukan mengatur tanah dalam segala aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya saja yaitu aspek yuridisnya yang disebut dengan hak-hak penguasaan atas tanah. Dalam hukum, tanah merupakan sesuatu yang nyata, yaitu berupa permukaan fisik bumi serta apa yang ada di atasnya merupakan buatan manusia yang disebut fixtures. Walaupun demikian perhatian utamanya adalah bukan tanahnya itu, melainkan kepada aspek kepemilikan dan penguasaan tanah serta perkembangannya. Objek perhatiannya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban berkenaan dengan tanah yang dimiliki dan dikuasai dalam berbagai bentuk hak penguasaan atas tanah. Dengan demikian, jelaslah bahwa tanah dalam arti yuridis adalah permukaan bumi, sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi, yang terbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Tanah sebagai bagian dari bumi disebutkan dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA yaitu atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut tanah, yang dapat diberikan dan dapat pula

2 dimiliki oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum. 1 Pentingnya arti tanah bagi kehidupan manusia adalah karena kehidupan manusia itu sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah. Mereka hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan cara mendaya gunakan tanah. Masalah tanah dapat menimbulkan persengketaan dan peperangan yang dahsyat karena manusia-manusia yang ingin menguasai tanah orang/bangsa lain karena sumber-sumber alam yang terkandung didalamnya. Manusia akan hidup senang serba berkecukupan kalau mereka dapat menggunakan tanah yang dikuasai/dimilikinya sesuai dengan hukum alam yang berlaku, dan manusia akan dapat hidup tenteram dan damai kalau mereka dapat menggunakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan batas-batas tertentu dalam hukum yang berlaku yang mengatur kehidupan manusia itu dalam bermasyarakat. Yang dimaksud dengan hak atas tanah adalah hak yang member wewenang kepada pemegangnya untuk mempergunakan dan/atau mengambil manfaat dari tanah yang dihaki-nya. Atas ketentuan Pasal 4 ayat (2) UUPA, kepada pemegang hak atas tanah diberikan wewenang untuk mempergunakan yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang diatasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan 1 Urip Santoso, Hukum Agraria & Hak hak atas Tanah, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm 10.

3 langsung yang berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut UUPA dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi. Hubungan hukum antara seseorang dengan tanah dapat dimungkinkan dengan beberapa hal misalnya karena hibah, warisan, dan sebagainya. Namun, persoalan yang dibahas dalam penulisan ini hanya menyangkut pada salah satu aspek saja, yaitu jual beli tanah. Dengan alasan bahwa cara peralihan hak milik jual beli ini yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat dibandingkan dengan bentuk peralihan yang lain. Dalam UUPA jual beli hanya disebutkan dalam pasal 26 yaitu yang menyangkut jual beli hak milik atas tanah. Dalam pasal pasal lainnya tidak ada kata yang menyebutkan jual beli, tetapi disebut sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan sebagai suatu perbuatan hukum yang disengaja untuk memindahkan hak atas tanah kepada pihak lain melalui jual beli, hibah, tukar menukar, dan hibah wasiat. Jadi, walaupun dalam pasal hanya disebutkan dialihkan, termasuk salah satunya adalah perbuatan hukum pemindahan hak atas tanah karena jual beli. Hak hak atas tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, makin maju masyarakat maka akan makin padat penduduknya, sehingga menambah pentingnya kedudukan hak hak atas tanah. Dalam melaksanakan perbuatan hukum pemindahan hak atas tanah harus dilakukan dan dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh dan dihadapan PPAT. Berdasarkan Pasal 5 ayat (3) PP No. 37 Tahun 1998 jo. Pasal 5 ayat (2) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 1 Tahun 2006, disamping PPAT yang diangkat, para Camat Kepala Wilayah Kecamatan yang karena

4 jabatannya ditunjuk pula sebagai PPAT oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk wilayah kerja di wilayah kecamatan masing-masing. Dengan demikian peranan Camat disamping sebagai Kepala Wilayah, Administrasi Pembangunan juga sebagai pejabat yang membuat akta tanah yang berperan dalam penyelesaian untuk pendaftarannya. Berkaitan tugas Camat yang demikian banyak, maka tidak mustahil akan menemui kesulitan (hambatan) tertentu dalam pembuatan akta maupun pendaftarannya di Kantor Pertanahan. Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka Recht Kadaster bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah, dengan alat bukti yang nantinya akan dihasilkan berupa buku tanah dan sertifikat tanah yang terdiri dari salinan buku tanah dan surat ukur. 2 Dengan adanya kepastian hak setidak-tidaknya akan dapat mencegah terjadinya sengketa tanah. Dengan sertifikat tanah, maka jelaslah tanah tersebut sudah terdaftar di kantor pendaftaran tanah sehingga setiap orang dapat mengetahui bahwa tanah tersebut telah ada pemiliknya. Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh PPAT dan pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Dalam hal Camat sebagai PPAT sementara, harus pula disadari bahwa pemberian tugas dan kewenangan tersebut sifatnya sementara karena ex-officio sebagai Kepala 2 Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 112.

5 Wilayah (Camat). Hal ini hendaknya dimaklumi, sebagai aparat pemerintah karena jabatannya, Camat sebagai kepala wilayah wajib dan harus mengetahui betul dan mengerti kondisi dan permasalahan di wilayahnya, utamanya masalah pertanahan (status pemilikan mutasi tanah, rencana pemanfaatan dan penggunaannya). Dengan kondisi jabatan denikian, dalam praktek pelaksanaan fungsi ke -PPAT-an, seorang Camat tidak dapat dilepaskan/dipisahkan secara tegas dengan fungsi sebagai Kepala Wilayah maupun Pegawai Negeri dengan predikat abdi negara dan abdi masyarakat. B. Pokok Permasalahan Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat diidentifikasi beberapa hal terkait dengan kedudukan camat selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam pelaksanaan peralihan hak atas tanah melalui proses jual beli dan pendaftaran hak atas tanah tersebut. Diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana kedudukan Camat dalam menjalankan jabatan selaku PPAT menurut Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah? 2) Bagaimanakah pelaksanaan/prosedural masyarakat Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang dalam menggunakan jasa PPAT Camat tersebut? 3) Apakah terdapat permasalahan yang timbul bagi seorang Camat dalam menjalankan jabatan sebagai PPAT?

6 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut terkait dengan penelitian, yaitu : 1) Untuk mengetahui kedudukan Camat selaku PPAT dalam pembuatan Akta Jual Beli untuk peralihan hak atas tanah girik dan pendaftarannya. 2) Untuk mengetahui prosedural masyarakat Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang dalam menggunakan jasa PPAT Camat. 3) Untuk mengetahui permasalahan yang timbul terkait Camat dalam menjalankan jabatannya sebagai PPAT. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut terkait dengan penelitian, yaitu : 1) Sebagai pembuka wawasan tentang kedudukan Camat sebagai PPAT. 2) Sebagai informasi untuk mengetahui berlangsungnya pelaksanaan peralihan hak atas tanah melalui proses jual beli dan pendaftaran hak atas tanah. 3) Sebagai acuan bagi pihak-pihak terkait agar proses peralihan hak atas jual beli tanah dan pendaftaran hak atas tanah kedepannya dapat berjalan lebih baik lagi. 4) Sebagai tambahan bukti empiris yaitu sebagai referensi bagi penelitianpenelitian yang akan datang, terutama terkait dengan jabatan Camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah.

7 E. Metode Penelitian Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan permasalahan yang timbul didalam gejala yang bersangkutan. 1. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah, dan menjelaskan secara tepat serta menganalisis peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Camat selaku PPAT. Bersifat deskriptif analisis dalam penelitian ini oleh karena penelitian ini akan menggambarkan dan melukiskan peraturan peraturan terkait dengan tujuan penelitian ini. 2. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang penulis gunakan adalah tipe penelitian normatif. Kemudian penulis juga akan menggunakan studi empiris atau biasa disebut penelitian lapangan sebagai penunjang dalam penelitian ini, yaitu dengan datang kepada para narasumber yang berkompeten. Hal ini dimaksudkan sebagai usaha mendekati masalah yang diteliti dengan sikap hokum yang nyata atau sesuai dengan kenyataan yang ada. Disamping itu dengan

8 melakukan penelitian lapangan maka keakuratan data-data akan dapat terjamin. 3. Jenis Data Dalam penelitian ini data yang digunakan sebagai bahan penulisan adalah data sekunder, yang meliputi : a. Bahan Hukum Primer, seperti : Undang-Undang Dasar 1945, UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, PP No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan, Peraturan Menagri/KBPN No. 1 Tahun 1996 tentang Formasi Pejabat Pembuat Akta Tanah, PP No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Pejabat Pembuat Akta Tanah, Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. b. Bahan Hukum Sekunder, seperti : Buku-buku c. Bahan Hukum Tersier, seperti : Skripsi. 4. Analisis data Analisis data dilakukan dengan kualitatif untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah yaitu dengan melakukan analisis terhadap asas-asas hukum yang berlaku serta peraturan perundangundangan yang mengatur tentang Camat sebagai PPAT.

9 Bahan-bahan hukum yang telah didapat pertama-tama diletakan menurut bidang hukumnya masing-masing. Setelah itu bahan-bahan tersebut dipaparkan dan ditafsirkan kembali hingga membentuk suatu pernyataan atau keterangan dalam bentuk kalimat yang mudah dipahami. F. Definisi Operasional Berikut ini adalah beberapa pengertian terkait dengan penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun. 3 2) PPAT Sementara adalah pejabat pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT. 4 3) Camat adalah seorang pejabat umum berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui sekretaris daerah. 5 4) Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik. 6 3 Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Peraturan Pejabat Pembuat Akta Tanah, PP No. 37 Tahun 1998, LN No. 52 Tahun 1998, TLN No. 3746, Pasal 1 butir 1. 4 Ibid, Pasal 1 butir 2. 5 Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Kecamatan, PP No. 19 Tahun 2008, LN No. 40 Tahun 2008, TLN No.4826, Pasal 14 ayat (2).

10 5) Pendaftaran tanah adalah suatu tindakan hukum yang bertujuan memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah. 7 6) Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang yang mempunyai hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah tersebut. 8 7) Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah kabupaten/kota. 9 8) Warga Negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang undangan. 10 9) Formasi PPAT adalah jumlah maksimum PPAT yang diperbolehkan dalam suatu satuan daerah kerja PPAT. 11 10) Peralihan Hak adalah suatu peralihan kepada pihak lain yang dilakukan secara sengaja biasa disebut dengan pemindahan hak atas tanah (misal : jual beli tanah, 6 Indonesia, Undang-Undang Tentang Jabatan Notaris, UU No. 30 Tahun 2004, LN No. 117 Tahun 2004, TLN No. 700, Pasal 1 butir 1. 7 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan Undang Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya), Jilid 1, Hukum Tanah Nasional, (Jakarta: Djambatan, Edisi Revisi 2007), hlm. 407. 8 Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Hak Atas Tanah (On-Line), tersedia di www.wikipedia.com (10 Februari 2010). 9 Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Kecamatan, Loc. Cit. Pasal 1 butir 5. 10 Indonesia, Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan, UU No.12 Tahun 2006, LN No.60 Tahun 2006, TLN No. 4634, Pasal 1 butir 1. 11 Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Peraturan Pejabat Pembuat Akta Tanah, Loc.Cit, Pasal 1 butir 7.

11 hibah, tukar-menukar, lelang, dll), maupun secara tidak sengaja (misal : pewarisan karena kematian). 11) Pemindahan Hak adalah hak atas tanah yang sengaja dialihkan kepada pihak lain (misal : jual beli, tukar menukar, hibah, pemberian menurut hukum adat, pemasukan dalam perusahaan atau inbreng, dan hibah wasiat). 12) Bidang Tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan satuan bidang yang berbatas. 12 13) Kantor Pertanahan adalah unit krja Badan Pertanahan Nasional di wilayah kabupaten atau kotamadya, yang melakukan pendaftaran hak atas tanah dan pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah. 13 14) Perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian yang dibentuk karena pihak yang satu telah mengikatkan dirinya untuk menyerahkan hak kebendaan dan pihak yang lain bersedia untuk membayar harga yang diperjanjikan. 14 15) Akta adalah surat tanda bukti berisi pernyataan (keterangan, pengakuan, keputusan, dsb) tentang peristiwa hukum yang dibuat menurut peraturan yang berlaku, disaksikan dan disahkan oleh pejabat resmi. 15 12 Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Pendaftaran Tanah, PP No. 24 Tahun 1997, LN No. 59 Tahun 1997, TLN No. 3696, Pasal 1 butir 2. 13 Ibid, Pasal 1 butir 23. 14 Indonesia, Undang-Undang Tentang Pengaturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU No.5 Tahun 1960, LN N0. 104 Tahun 1960, TLN No. 2043, Pasal 1457. 15 Definisi Akta (On-Line), tersedia di www.artikata.com (10 Februari 2010).

12 16) Jual Beli adalah persetujuan saling mengikat antara penjual, yakni pihak yang menyerahkan barang, dan pembeli sebagai pihak yg membayar harga barang yang dijual. 16 G. Sistematika Penulisan Penulisan ini disajikan secara sistematis dalam bab-bab yang saling melengkapi dan menjadi satu kesatuan yang padu. BAB I : Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Umum Tentang Camat dan Pejabat Pembuat Akta Tanah Bab ini mambahas tentang pengertian camat, kedudukan, tugas, dan kewenangan camat, persyaratan camat, pembentukan kecamatan, pengertian PPAT, dasar hukum PPAT, macam macam PPAT, tugas, kewenangan, dan kewajiban PPAT, serta formasi PPAT. 16 Ibid,

13 BAB III : Tinjauan Umum Tentang Tanah Girik (Eks. Hak Milik Adat), Peralihan Haknya, dan Implementasi Pendaftaran Tanah Bab ini membahas tentang tanah girik secara umum, macammacam peralihan hak atas tanah, tinjauan umum mengenai jual beli, urgensi pendaftaran tanah, teori pendaftaran tanah, berbagai macam sistem pendaftaran tanah, sistem pendaftaran tanah di Indonesia, dan pelaksanaan pendaftaran tanah di Indonesia BAB IV : Keberadaan Camat Selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam Pembuatan Akta Jual Beli Untuk Peralihan Hak Atas Tanah Girik (Eks. Hak Milik Adat) di Wilayah Kerja Kecamatan Kosambi Kab. Tangerang Bab ini membahas tentang gambaran umum lokasi penelitian, pelaksanaan atau prosedural masyarakat Kecamatan Kosambi dalam melakukan jual beli untuk peralihan hak atas tanah girik dengan menggunakan jasa PPAT Camat, proses pendaftaran tanah untuk pertama kali terhadap tanah girik (Eks. Hak Milik Adat), kasus posisi, kemudian analisa dan pertimbangan hukum mengenai kedudukan Camat dalam menjalankan jabatannya sebagai PPAT di wilayah kerja Kec. Kosambi Kab. Tangerang.

14 BAB V : Penutup Bab ini memuat kesimpulan dari hasil penelitian serta merangkum jawaban dari hal-hal yang dinyatakan dalam perumusan masalah. Bagian saran memuat saran-saran sebagai suatu usaha perbaikan atas permasalahan yang sedang diteliti.