BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GAMBARAN UMUM MTS SALAFIYAH WONOYOSO PEKALONGAN. A. Kondisi Umum MTs Salafiyah Wonoyoso Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS KETERCAPAIAN STANDAR ISI MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS DI MI

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. surat keputusan Departemen Agama, dengan latar belakang banyak anak

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MATERI SEJARAH ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA DI KELAS VII SMPN 36 SEMARANG

BAB III KEADAAN MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAJIRIN PALEMBANG. A. Sejarah Berdiri Madrasah Ibtidaiyah Muhajirin Palembang

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB III KONDISI OBJEKTIF PENELITIAN. A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya MTs Miftahul Ulum Pangkalan Balai

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB III SETTING WILAYAH PENELITIAN. 1. Latar Belakang Berdirinya MTs Nurul Hilal Senuro

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB III KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MIS SEMBUNGJAMBU BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN. A. Profil MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN TENTANG PEMBERIAN MOTIVASI ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MI TURUNREJO BRANGSONG

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN

BAB III KEGIATAN PEMBIASAAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MIS KARANGANYAR 01 KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB III IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN FIKIH DI MTS MIFTAHUL FALAH SAMBIREJO WIROSARI GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan sebagai suatu gejala budaya dalam masyarakat telah berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Metode Drill dalam Pembelajaran Al-Qur an Hadits pada. Kelas IV di MI Al-Karim Gondang Nganjuk dan MI Miftahul Jannah

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB III KEADAAN MI MUHAJIRIN PALEMBANG. A. Sejarah Berdiri dan Letak Geogerafis MI Muhajirin Palembang. 1. Sejarah Berdirinya MI Muhajirin Palembang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB III MADRASAH IBTIDAIYAH ASSEGAF PALEMBANG DAN METODOLOGI PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. 1. Sejarah Singkat Berdirinya MTsN Sungai Raya

BAB I PENDAHULUAN. agama. 1 Di sekolah umum (SD, SMP, SMA) pengajaran agama dipandang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB V PEMBAHASAN. akhir ini dilakukan di SMP Negeri 2 Ngimbang dengan nomor Statistik Sekolah /

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

No : 02/03.01.A.1/VII/2014 Lamp : - Hal : Undangan Rapat Dinas tentang Kepada YTH : Bapak/ Ibu

BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB III PELAKSANAAN EVALUASI RANAH AFEKTIF DAN PROBLEMATIKANYA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NASIMA SEMARANG

BAB III IMPLEMENTASI STRATEGI COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MAHÃRAH QIRÃ AH. A. Gambaran Umum SD Islam Simbangwetan Pekalongan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. A. Perbandingan Penjabaran Kompetensi Mata Pelajaran Al-Qur an Hadits

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

BAB III PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS SISWA SMP ISLAM WALISONGO KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB IV LAPORAN DAN HASIL PENELITIAN. menempati sebidang tanah yang luasnya sekitar 864 m 2 yang berbatasan

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI NAHDLATUL ULAMA (PTNU)

TENTANG PEDOMAN KERJA LEMBAGA PERGURUAN TINGGI NAHDLATUL ULAMA LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI NAHDLATUL ULAMA (PTNU)

BAB IV DISKRIPSI HASIL PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mulyaningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana dikemukakan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUANN. Kurikulum merupakan hal penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Letak Geografis MA Al-Istiqamah. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MA Al-Istiqamah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

INSTRUMEN WAWANCARA KEPALA MTS. SAFINATUL HUDA SOWAN KIDUL KEDUNG JEPARA. 1. Bagaimana sejarah berdirinya MTs. Safinatul Huda Sowan Kidul Kedung

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Madrasah Ibtidaiyah (MI) Siti Mariam beralamatkan di Jalan Kelayan A Gg. PGA

BAB IV UPAYA KETELADAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI MI MUHAMMADIYAH KARANGASEM UTARA BATANG TAHUN 2010

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran, antara lain guru sebagai penginisiatif moral dan pengasuh serta. memperoleh perubahan diri dalam pengajaran.

LAMPIRAN EVALUASI PEMBELAJARAN AQIDAH...,CICI WAHYUNI,F.AGAMA ISLAM,UMP 2017

BAB III KONDISI OBJEKTIF PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Berdirinya MI Nurul Huda Negeri Ratu Baru Kab.OKUT

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Keadaan Umum MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus 1. Sejarah Berdirinya MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus Madrasah Ibtidaiyah NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus, didirikan pada tahun 1968 oleh para ulama dan tokoh masyarakat Desa Mejobo. Adapun tokoh pendiri Madrasah Ibtidaiyah NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus ialah: 1 a. Bapak K.H. Nashan Amir. b. Bapak K.H. Masyhud Siddiq c. Bapak Kyai. Ahmad Sholihun d. Bapak K.H. Hasanuddin e. Bapak K.H Rukhan Mahfudzi. Berdirinya MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus juga didukung oleh masyarakat dan perangkat Desa Mejobo. Selaku pelindung madrasah adalah Bapak Camat, Bapak Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) dan Bapak Kepala Desa Mejobo. Sedangkan yang menjabat sebagai Kepala Sekolah MI NU Miftahut Tholibin pada waktu itu adalah Bapak KH. Nashan Amir. Berkat perjuangan keras pengurus madrasah dan tokoh masyarakat, Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama Miftahut Tholibin Mejobo pada tanggal 9 Januari 1978 mendapat predikat terdaftar dari pemerintah dan mulai saat itu MI NU Miftahut Tholibin mendapat bantuan guru negeri dan bantuan operasional lainnya. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, Pengurus MI NU Miftahut Tholibin dan segenap tokoh masyarakat bermusyawarah membentuk yayasan, tepatnya pada tanggal 9 Januari 1987 lahirlah 1 Dokumentasi MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus Tahun 2005, hlm. 1. Data dikutip pada tanggal 20 November 2010. 30

31 yayasan pendidikan dengan nama Yayasan Suryo Kusumo sedangkan kepengurusan yang baru adalah sebagai berikut: 2 Pelindung : Departemen Agama (Depag). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (P & K) Ketua Yayasan : I. Bapak. Drs. H. Noor Cholis II. Bapak Kyai. Ahmad Sholihun Sekeretaris : I. Bapak Drs. H. Muchroni II. Bapak Mustain Noor, S.Pd Bendahara. : I. Bapak H. Toyo Nasir, SH. MM II. Bapak H. Ribaan Anggota : I. Bapak KH. Masyhud Siddiq II. Bapak Drs. Hadi Warsito III.Bapak H. Dahwan Adapun perkembangan status MI NU Miftahut Tholibin Mejobo sebagai berikut: 3 a. Pada tanggal 09 Januari 1978 mendapat predikat Terdaftar. b. Pada tanggal 09 Pebruari 1995 mendapat status Diakui dari Depag dengan Nomor Statistik Madrasah 15.2.03.19.05.05. c. Pada tanggal 30 April 2000 memperoleh status Disamakan dengan Nomor Statistik Madrasah 11.2.33.09.05.063. d. Pada tanggal 08 Juli 2005 mendapat status Terakreditasi A dengan Nomor Statistik Madrasah 11.2.33.19.05.063. Demikian sejarah singkat berdirinya MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus. 2. Letak Geografis MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus MI. NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus berlokasi di Desa Mejobo Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus tepatnya di sebelah selatan 2 Ibid., hlm. 3. 3 Ibid., hlm. 4.

32 simpang empat Mejobo Kudus. Letak MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah sebagai berikut: a. Sebelah utara rumah warga. b. Sebelah selatan berbatasan dengan MTs NU Miftahut Tholibin c. Sebelah timur berbatasan dengan jalan raya d. Sebelah barat berbatasan dengan sungai. 4 Jika dilhat dari letak geografis, maka posisi MI NU Miftahut Tholibin sangat strategis karena mudah dijangkau oleh siswa. Dan bagi siswa yang rumahnya di luar Desa Mejobo dapat dengan mudah memakai kendaraan pribadi maupun memanfaatkan jasa angkutan umum. 3. Visi, Misi dan Tujuan MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus Adapun visi, misi dan tujuan MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah sebagai berikut: 5 a. Visi Visi MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus yaitu membentuk siswa yang bertakwa kepada Allah SWT, berilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmunya serta berakhlakul karimah Berdasarkan ajaran Islam ala Ahlussunah Waljamaah, Pancasila dan UUD 1945. b. Misi Misi MI NU Miftahut Tholibin adalah terwujudnya manusia muslim yang berilmu amaliyah dan beramal Islamiyah yang berguna bagi sesama umat, bangsa dan negara. c. Tujuan adalah: Tujuan berdirinya MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus 1) Mewujudkan generasi yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT 4 Observasi peneliti di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus pada tanggal 27 November 2010. 5 Dokumentasi MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus Tahun 2005, hlm. 7.

33 2) Menciptakan generasi yang berbudi pekerti yang luhur dan berilmu pengetahuan dengan berpegang pada ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah Waljama ah 3) Melatih dan mengembangkan daya nalar siswa 4) Membentuk generasi yang mampu bersaing dalam prestasi secara kompetitif 5) Menciptakan generasi yang mampu memanfaatkan ilmunya. 4. Struktur Organisasi MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus Agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan tertib dan lancar, maka disusunlah struktur kepengurusan MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus, yang meliputi: Struktur organisasi MI NU Miftahut Tholibin, Struktur Yayasan Badan Pelaksana Pendidikan (BPP) MI NU Miftahut Tholibin, dan Struktur Komite MI NU Miftahut Tholibin. Lebih jelasnya mengenai ketiga struktur tersebut dapat dilihat dalam lampiran (Bagan 1, 2 dan 3). 5. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus a. Keadaan Guru Guru adalah faktor yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran di sebuah lembaga pendidikan, karena di tangan guru berhasil/tidaknya proses pembelajaran ditentukan. Guru yang berkualitas yaitu guru yang mampu mendesain dan melaksanakan pembelajaran dengan baik serta memiliki kemampuan akademik. Dalam rangka mengelola dan meningkatkan kualitas pendidikan, MI NU Miftahut Tholibin merekrut guru yang memiliki kompetensi akademik dan profesional. Pada tahun pelajaran 2010/2011 MI NU Miftahut Tholibin memiliki 12 tenaga pengajar. Meskipun terdapat beberapa guru lulusan MA/MAN, namun mereka sampai saat ini masih menempuh/melanjutkan ke jenjang S1,

34 termasuk peneliti sendiri. Data guru MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus tahun pelajaran 2010/2011 dapat dilihat dalam lampiran (tabel 1). b. Keadaan Karyawan MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus sampai saat ini memiliki 2 karyawan, yaitu Bapak Syafa at dan Ibu Siti Fadlilah, S.Pd.I. Bapak Syafa at bertugas sebagai tenaga nonakademik, seperti; keamanan dan kebersihan madrasah. Sedangkan Ibu Siti Fadlilah, S.Pd.I bertugas bagian tata usaha (TU), dan juga merangkap sebagai guru. Keadaan karyawan MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus tahun pelajaran 2010/2011 dapat dilihat pada lampiran (tabel 2). c. Keadaan Siswa Siswa merupakan subjek dalam penduduk yang selalu membutuhkan arahan dan bimbingan. Pada tahun pelajaran 2010/2011 jumlah siswa Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama Miftahut Tholibin Mejobo Kudus berjumlah 122 siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran (tabel 3). 6. Sarana dan Prasarana Pembelajaran MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus Madarasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama Miftahut Tholibin Mejobo Kudus menempati gedung milik sendiri berlantai tiga. Dari tahun ke tahun MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus berusaha melengkapi dan menyempurnakan sarana dan prasarana pembelajarannya demi meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikannya. Adapaun sarana yang telah dimiliki Madrasah Ibtidaiyah NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus meliputi; sarana gedung, sarana meubelair, dan sarana alat olahraga dan keterampilan. Kondisi sarana dan prasarana sampai sekarang sangat baik dan terawat dengan rapi. Mengenai

35 kondisi sarana dan prasarana di Madrasah Ibtidaiyah NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus tahun pelajaran 2010/2011 dapat dilihat dalam lampiran (tabel 4). B. Implementasi KTSP dalam Pembelajaran PAI di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus Perubahan kurikulum yang terjadi di dunia pendidikan dari kurikulum berbasis kompetensi ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sedikit ataupun banyak berpengaruh terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Karena konsep dasar yang berbeda antara kedua kurikulum tersebut, maka berbeda pula dalam perumusan, perencanaan, maupun pelaksanaannya. Perbedaan yang mendasar dari kedua kurikulum ini nampak jelas pada sistem operasional yang dijalankannya. Dengan adanya perubahan kurikulum, sekolah atau madrasah dituntut untuk segera mengaplikasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Begitu juga dengan MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus, juga dituntut untuk menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan secara menyeluruh dalam bentuk operasional. Berdasarkan wawancara peneliti dengan Waka Kurikulum, Ibu Dra. Hj. Yuliati, penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus, secara garis besar dapat diketahui dalam hal; penjabaran standar kompetensi lulusan, pengembangan kurikulum, penyusunan kurikulum, pengembangan silabus, pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan sistem penilaian, dan pengembangan materi muatan lokal dan pengembangan diri. 6 Penjabaran standar kompetensi lulusan di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus memuat; standar kompetensi lulusan satuan pendidikan, standar kompetensi kelompok mata pelajaran, standar kompetensi dan 6 Wawancara peneliti dengan Dra. Yuliati, Waka Kurikulum MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus pada tanggal 1 Desember 2010.

36 kompetensi dasar (SKKD), dan penjabaran kompetensi dasar ke dalam indikator kompetensi. Pengembangan KTSP di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus meliputi; pengembangan kurikulum, prinsip pengembangan KTSP, strategi pengembangan KTSP, dan acuan operasional penyusunan KTSP. Cara menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus didasarkan pada pengembangan komponen KTSP yang meliputi; visi dan misi satuan pendidikan, tujuan pendidikan satuan pendidikan, menyusun kalender pendidikan, membuat struktur muatan KTSP, menyusun silabus, dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Proses pembelajaran di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus didasarkan pada standar nasional pendidikan pasal 19 ayat 1, yaitu proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. 7 Sedangkan penilaian didasarkan pada penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan, sertifikasi, dan penilaian program. Dalam merespon penerapan KTSP, MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus juga melakukan pengembangan materi muatan lokal dan pengembangan diri. Banyak muatan lokal yang menjadi keunggulan dan spesifikasi madrasah diajarkan secara khusus sebagai sarana pengembangan diri siswa seperti ekstrakurikuler qiro ah. 8 Terkait dengan implementasi KTSP dalam pembelajaran PAI, berdasarkan wawancara peneliti dengan guru PAI, Yusuf, S.Pd.I bahwa pembelajaran PAI di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus meliputi aspek Al-Qur an Hadits, Fikih, Akidah Akhlak, Bahasa Arab, dan SKI. Pelaksanaan 7 Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1. Lihat juga dalam Enco Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 245. 8 Observasi peneliti di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus pada tanggal 8 Desember 2010.

37 pembelajaran PAI setiap aspeknya adalah 2 jam pelajaran dalam satu minggu untuk setiap kelas. Adapun pelaksanaannya dalam pembelajaran PAI meliputi tiga tahap, yaitu: 9 1. Tahap Perencanaan Pembelajaran PAI Perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem, terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Adapun langkah-langkah dalam menentukan keberhasilan pengajaran, perlu adanya perencanan yang biasanya tercantum dalam bentuk rencana pengajaran ataupun satuan pengajaran. Satuan pelajaran dalam proses belajar mengajar bukan sematamata tuntutan administrasi belaka, melainkan kegiatan penting dari praktek pengajaran agar dapat diperoleh hasil belajar yang optimal. Sedangkan rencana pengajaran, memuat beberapa komponen pengajaran yang telah ditentukan, meliputi: tujuan pengajaran, yang tediri dari tujuan umum (kompetensi dasar) dan tujuan khusus (hasil belajar dan indikatornya), bahan/materi pengajaran, strategi mengajar, metode mengajar, media dan alat belajar serta penilaian. Semua komponen pengajaran tersebut dapat direalisasikan oleh guru PAI dan siswa dalam pembelajaran. Menurut Siti Nafisatun, S.Pd.I selaku guru PAI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus setiap hendak mengajar selalu membuat rencana pengajaran dengan pokok bahasan (materi) yang telah ditentukan. 10 2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran PAI Perencanaan pengajaran yang telah disusun dalam satuan pelajaran akan disampaikan oleh guru PAI di depan kelas. Adapun pelaksanaannya ditempuh melalui 3 tahap, yaitu: a. Tahap prainstruksional (pretest) 9 Wawancara peneliti dengan Yusuf, S.Pd.I, guru PAI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus pada tanggal 15 Desember 2010. 10 Wawancara peneliti dengan Siti Nafisatun, S.Pd.I, guru PAI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus pada tanggal 15 Desember 2010.

38 Kegiatan yang dilakukan pada tahap prainstruksional meliputi: 1) Guru menjelaskan kompetensi yang diharapkan dari suatu topik atau materi yang akan dipelajari. 2) Guru bertanya pada siswa sampai di mana pembahasan sebelumnya. 3) Menyampaikan pertanyaan pada siswa mengenai pokok materi pelajaran yang lalu. 4) Guru memberi ulasan secukupnya mengenai materi yang telah disampaikan, kemudian mengkaitkan dengan materi yang akan disampaikan (dibahas). Tahap ini bertujuan membangkitkan kembali ingatan siswa pada materi pelajaran yang telah lalu dan memberi motivasi serta simpati siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran yang akan berlangsung. b. Tahap instruksional Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi: 1) Guru menjelaskan pokok-pokok materi yang tertera dalam satuan pelajaran. 2) Guru menggunakan media dan alat-alat bantu pengajaran dalam menjelaskan materi. 3) Guru membangkitkan minat siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. 4) Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan bila belum paham. 5) Memberi kesempatan pada siswa untuk mempraktekkan materi yang telah dipelajari sebagai wujud keaktifan siswa bila materi tersebut mengandung unsur keterampilan. 6) Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi yang telah disampaikan. Dalam pembelajaran PAI, guru menggunakan pendekatan individual/personal. Pendekatan ini bertujuan agar setiap siswa dapat

39 menguasai kompetensi yang diharapkan secara individual, dapat mencapai kompetensi secara keseluruhan (tuntas) tidak hanya aspek pengetahuan saja tetapi sampai tingkat sikap dan keterampilan (pembiasaan). Guru PAI dalam mengajar menggunakan beberapa metode dan juga mengkombinasikan antara metode yang satu dengan metode lain seperti metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, penugasan, dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar lebih memudahkan dan memahamkan daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan. c. Tahap Penilaian (post test) Pada tahap penilaian atau post test ini dilakukan secara tertulis atau pun praktek (tidak tertulis) tergantung sifat materi dan waktu yang tersedia. Apabila materinya bersifat kognitif maka menggunakan tes tertulis. Tetapi apabila materi bersifat afektif-psikomotorik bentuk testnya adalah dengan menggunakan skala sikap atau praktek (unjuk kerja). Tes ini bukanlah unsur penilaian terhadap siswa yang dimasukkan dalam raport, melainkan hanya untuk mengadakan penjajakan sejauh mana daya serap anak terhadap materi yang telah disampaikan. Dengan hasil tes ini guru dapat menentukan strategi dan metode mengajar yang tepat dalam proses pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar yang selanjutnya dapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 3. Tahap Evaluasi/Tindak Lanjut Evaluasi dilaksanakan melalui test formatif dan semester. Tes formatif merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah sejumlah satuan pelajaran diselesaikan, dan dilaksanakan pada pertengahan semester. Sedangkan tes semester merupakan penilaian yang dilakukan pada akhir semester. Hasil dari test formatif dan semester menjadi pertimbangan menentukan nilai raport.

40 yang memiliki nilai <7,50 maka dilaksanakan remedial dan bagi siswa yang memiliki nilai antara 7,50-8,50 dilaksanakan pengayaan sedangkan siswa yang memiliki nilai >8,50 dilaksanakan akselerasi. Penilaian yang dilakukan oleh guru PAI dibagi tiga yaitu penilaian dari aspek: a. Kognitif, dengan jenis tagihan seperti ulangan harian, dan ulangan semester. b. Psikomotorik, yaitu praktik-praktik ibadah. c. Afektif, seperti sikap, kehadiran, dan kedisiplinan siswa. Di samping hasil tes formatif dan semester, guru PAI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus, juga mengadakan penilaian kurikuler yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil pekerjaan siswa atau tugas yang diberikan siswa dalam rangka memperdalam materi pelajaran yang diterima, melalui kegiatan intrakurikuler. Sedangkan penilaian ekstrakurikuler di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus dilakukan terhadap hasil kegiatan keagamaan, seperti: shalat Dhuhur berjama ah, qiro ah, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kegiatan ekstra kurikuler ini bertujuan untuk mendorong pembinaan nilai sikap melalui pembiasaan dalam rangka menerapkan lebih lanjut pengetahuan yang telah diperoleh siswa. Penilaian ekstra kurikuler ini menjadi pertimbangan bagi guru untuk menentukan peringkat siswa dalam kelasnya. C. Hambatan dalam Implementasi KTSP pada Pembelajaran PAI di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru PAI, Moh. Yusuf, S.Pd.I dapat diidentifikasi hambatan dalam implementasi KTSP di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus. Hambatan tersebut yaitu terbatasnya sarana pembelajaran keagamaan. Berdasarkan observasi peneliti di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus, jumlah sarana pembelajaran keagamaan di MI NU Miftahut Tholibin

41 Mejobo Kudus masih sangat terbatas. Meskipun telah memiliki sarana pembelajaran yang baik, namun karena jumlahnya sangat terbatas, implementasi KTSP pada mata pelajaran PAI pun jadi kurang maksimal. 11 Implementasi KTSP pada pembelajaran PAI perlu didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Tanpa adanya kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran PAI, maka mustahil implementasi KTSP dalam pembelajaran PAI dapat berlangsung secara optimal. Implementasi KTSP yang bertujuan menciptakan kompetensi pada tiap satuan pendidikan dan mata pelajaran akan terhambat manakala tidak tersedia fasilitas pembelajaran, termasuk di dalamnya pembelajaran PAI. 12 11 Observasi Peneliti di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus pada tanggal 8 Desember 2010. 12 Wawancara peneliti dengan Moh. Yusuf, S.Pd.I, guru PAI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus pada tanggal 15 Desember 2010.