BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pembaca dalam memahami maksud dari variabel-variabel yang akan diteliti.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono:2001). Setiap keputusan pendanaan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham (Sawir, 2009:10).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber utama yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan (Rodoni dan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) solvabilitas menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keputusan pendanaan merupakan salah satu keputusan penting yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2012:263). Setiap keputusan pendanaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

mengelola modal sendiri untuk menghasilkan laba. BAB II TINJAUAN PUSTAKA adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri. keputusan pendanaan yang baik untuk menentukan pertimbanganpertimbangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

PEMBAHASAN. Pengertian Modal dan Struktur Modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan menjalankan operasional usahanya. Ketika menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham et.al,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB I PENDAHULUAN. Pendanaan internal merupakan dana yang berasal dari internal perusahaan seperti

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

BAB I PENDAHULUAN. kreditur, serta pihak manajemen perusahaan itu sendiri. Selain itu pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah

BAB 1 PENDAHULUAN. baik mengunakan hutang (debt financing) ataupun dengan mengeluarkan saham

BAB I PENDAHULUAN. maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya hal ini tanpa mengurangi perhatian terhadap masalah-masalah lain yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis yang sedang memasuki era globalisasi mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan, apalagi pada perusahaan yang sedang tumbuh senantiasa. berhadapan dengan persoalan penambahan modal yang tujuannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Modal merupakan unsur penting dalam suatu perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TUJUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sedangkan penanaman pecking order theory dilakukan oleh Myers pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB II LANDASAN TEORI. modal. Leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau sumber dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Brigham dan Houston (2001) struktur modal adalah bauran dari hutang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Hasa, 2008) (Lusiana, 2006) (Meyulinda dan Yusfarita, 2010) Weston and Copeland (2010:19)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ekonomi global yang terus maju pada saat ini, dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjudul Factors Determining the Capital Structure of Pharmaceutical

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh sumber pendanaan jangka panjang (ekuitas dan utang) yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. industri perbankan. Selain menyangkut permasalahan modal, tingkat kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jumlah cabang, dan sebagainya. Profitabilitas adalah hasil bersih dari

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin ketatnya persaingan di dunia bisnis menyebabkan setiap perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran, dan pertumbuhan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola fungsi-fungsi

BAB II URAIAN TEORITIS. Octavianus Hendratmo (2004) meneliti dengan judul Analisis Pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio hutang disebut juga dengan rasio leverage. Rasio leverage

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau keuntungan perusahaan. Profitability menggambarkan kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua perusahaan termasuk perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman pada dasarnya melaksanakan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan, maupun sumber daya manusianya. Merupakan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkembang. Untuk mencapai hal tersebut tentu diperlukan biaya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam mendanai aktivanya (Sawir, 2004:2).

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam menjalankan serta mengembangkan kegiatan investasinya serta

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 2.1.1.1 Pengertian Struktur Modal Struktur modal merupakan suatu pilihan pendanaan perusahaan antar hutang dan ekuitas (Theresia,2007). Sedangkan menurut Sudana (2011:143), struktur modal berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan perbandingan utang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal menjadi masalah yang sangat penting bagi perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan dapat mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi nilai perusahaan. Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri (Riyanto 2001:296). Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang yang pada saatnya harus dibayar kembali. Modal asing digolongkan menjadi tiga berdasarkan jangka waktunya, yaitu modal asing jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Sedangkan modal sendiri adalah modal 10

11 yang berasal dari pemilik perusahaan yang tertanam di perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Sumber dari modal adalah apa yang dapat dilihat berupa hutang lancar, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal menggambarkan hak pemilik atas perusahaan, yang timbul sebagai akibat penanaman (investasi) yang dilakukan oleh pemilik atau para pemilik. Dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal, yaitu dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata rata sehingga dapat memaximalkan perusahaan. Struktur modal merupakan cermin dari kebijakan perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan, karena struktur modal merupakan masalah yang penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek yang langsung terhadap posisi finacial perusahaan. 2.1.1.2 Analisis Struktur Modal Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat diukur dengan harga saham atau biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan. Perusahaan memperoleh modal dari dua sumber yaitu modal sendiri dan modal asing. Masing masing sumber modal mempunyai risiko sendiri sendiri. Jika perusahaan menggunakan modal asing maka akan timbul kewajiban untuk membayar bunga sebagai beban tetap dari hutang (Irawati,2006).

12 Analisis leverage adalah penggunaan aktiva atau sumber dana dimana untuk penggunaannya harus menanggung biaya tetap atau membayar biaya tetap (Sutrisno, 2009). Analisis leverage ada dua macam yaitu leverage operasi dan leverage finansial. Terdapat kesimpulan mengenai leverage finansial (Ekawati, 2005) yaitu : a. Dengan memperoleh dana melalui hutang, pemegang saham bisa mempertahankan kontrol terhadap perusahaan tersebut tanpa harus menambah investasi. b. Kreditur mengharapkan ekuitas atau dana yang disetor oleh pemilik untuk memberikan margin keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi total modal yang disediakan oleh pemegang saham maka semakin kecil risiko yang ditanggung oleh kreditur. c. Jika perusahaan menghasilkan laba banyak pada investasi yang didanai dengan hutang dibanding dengan jumlah yang harus dikembalikan, maka tingkat laba yang diperoleh pemegang saham menjadi lebih besar meskipun tidak menambah penanaman modal. Berkaitan dengan teori tersebut maka analisis struktur modal juga terdiri dari analisis modal asing dan modal sendiri, antara lain : 1. Debt to Assets Ratio (DAR) Yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur presentase besarnya dana atau modal yang disediakan oleh kreditur. Semakin tinggi rasio ini akan semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

13 DAR = Total Hutang Total Aktiva x 100% 2. Debt to Equity Ratio (DER) Rasio ini digunakan untuk mengukur perimbangan antara kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi DER maka menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat. DER = Total Hutang Modal Sendiri x 100% 3. Longterm Debt to Assets Ratio (LDAR) Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar hutang jangka panjang yang digunakan untuk investasi pada sektor aktiva. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin besar hutang jangka panjang yang digunakan untuk investasi ke dalam aktiva guna menghasilkan keuntungan. LDAR = Total Hutang Jangka Panjang Total Aktiva x 100%

14 4. Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah hutang jangka panjang yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. LDER = Total Hutang Jangka Panjang Modal Sendiri x 100% 2.1.1.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor dimana faktor faktor yang utama ialah (Riyanto,2011: 297) : 1. Tingkat Bunga Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal adalah sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku pada waktu itu. Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham atau obligasi. 2. Stabilitas dari Earning Stabilitas dan besarnya earning yang diperoleh oleh suatu perusahaan akan menentukan apakah perusahaan tersebut dibenarkan untuk menarik modal dengan beban tetap atau tidak. Suatu perusahaan yang mempunyai earning yang stabil akan selalu dapat memenuhi kewajiban finansiilnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai earning tidak stabil dan unpredictable akan menanggung risiko tidak dapat

15 membayar beban bunga atau tidak dapat membayar angsuran angsuran hutangnya pada tahun tahun atau keadaan yang buruk. 3. Susunan dari Aktiva Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets), akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedang modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansiil konservatif yang horizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva lain yang sifatnya permanen. 4. Kadar Risiko dari Aktiva Tingkat atau kadar risiko dari setiap aktiva di dalam perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva di dalam perusahaan, makin besar derajat risikonya. Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang tak ada henti hentinya, dalam artian ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam artian teknis masih dapat digunakan. 5. Besarnya Jumlah Modal yang Dibutuhkan Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan juga mempunyai pengaruh terhadap jenis modal yang akan ditarik. Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sekiranya dapat dipenuhi hanya dari satu sumber saja, maka tidaklah perlu mencari sumber lain. Sebaliknya apabila jumlah modal yang dibutuhkan adalah sangat besar, sehingga tidak dapat dipenuhi dari satu sumber saja (misalnya

16 dengan saham biasa), maka perlulah dicari sumber lain (misalnya dengan saham preferen dan obligasi). 6. Keadaan Pasar Modal Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya apabila gelombang meninggi (upswing) para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham. Berhubung dengan itu maka perusahaan dalam rangka usaha untuk mengeluarkan atau menjual sekuritas haruslah menyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut. 7. Sifat Manajemen Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh yang langsung dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. 8. Besarnya Suatu Perusahaan Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atu tergesernya control dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana sahamnya hanya tersebar di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya control pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2006) pada umumnya mempertimbangkan faktor faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain:

17 1. Stabilitas Penjualan Sebuah perusahaan yang penjualannya relatif stabil dapat dengan aman mengambil lebih banyak hutang dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil. 2. Struktur Aktiva Perusahaan yang aktivanya cocok sebagai jaminan atas pinjaman cenderung lebih banyak menggunakan hutang. aktiva untuk tujuan umum yang dapat digunakan oleh banyak bisnis dapat menjadi jaminan yang baik dan sebaliknya pada aktiva untuk tujuan khusus. 3. Leverage Operasi Jika hal hal yang lain dianggap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih sedikit memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menerapkan leverage keuangan karena perusahaan tersebut akan memiliki risiko bisnis yang lebih kecil. 4. Tingkat Pertumbuhan Jika hal hal yang lain dianggap sama, perusahaan yang tumbuh dengan cepat harus lebih banyak mengandalkan diri pada modal eksternal. 5. Profitabilitas Bahwa perusahaan perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi menggunakan utang yang relatif sedikit. 6. Pajak Bunga adalah beban yang dapat menjadi pengurang pajak dan pengurang pajak adalah hal yang sangat berharga bagi perusahaan dengan tarif pajak

18 yang tinggi. Oleh karena itu, semakin tinggi tarif pajak sebuah perusahaan, semakin besar manfaat yang diperoleh dari utang. 7. Pengendalian Dampak utang versus saham pada posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal. Jika manajemen saat ini memiliki kendali atas pengambilan suara (memiliki lebih dari 50 persen saham) tetapi berada dalam posisi dimana mereka tidak dapat membeli saham lagi, manajemen mungkin akan memilih hutang untuk pendanaan pendanaan baru. 8. Sikap Manajemen Manajemen dapat menerapkan pertimbangan atas struktur modal yang tepat. Beberapa manajemen cenderung lebih konservatif daripada yang lainnya dan akibatnya menggunakan lebih sedikit hutang daripada rata rata perusahaan di dalam industri mereka sedangkan manajemen yang agresif menggunakan lebih banyak hutang di dalam pencarian laba yang lebih tinggi. 9. Sikap Pemberi Pinjaman dan Agen Pemberi Peringkat Dalam sebagian kasus, perusahaan akan mendiskusikan struktur modalnya dengan pemberi pinjaman dan agen pemberi peringkat dan memberikan bobot yang lebih besar. 10. Kondisi Pasar Kondisi dari pasar saham dan obligasi yang mengalami perubahan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek dapat memberikan arti yang penting pada struktur modal sebuah perusahaan yang optimal.

19 11. Kondisi Internal Perusahaan Kondisi internal sebuah perusahaan juga dapat memiliki pengaruh pada sasaran srtuktur modal. 12. Fleksibilitas Keuangan Menjaga fleksibilitas keuangan yang dilihat dari sudut pandang yang operasional artinya adalah menjaga kapasitas pinjaman cadangan yang memadai. 2.1.2 Ukuran Perusahaan 2.1.2.1 Pengertian Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah tolak ukur besar kecilnya perusahaan dengan melihat besarnya nilai ekuiti, nilai penjualan atau nilai total aset yang dimiliki perusahaan (Riyanto, 2011). Menurut Hanafi (2004:321) menyatakan bahwa perusahaan yang besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan risiko kebangkrutan. Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal, serta menunjukan hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan leverage. Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya assets yang dimiliki perusahaan. Menurut Yusuf dan Soraya (dalam Utami, 2009) ukuran perusahaan

20 dapat diukur dengan total aktiva perusahaan, asumsi yang mendasar adalah bahwa investor akan membaca atau menggunakan laporan keuangan perusahaan untuk pertimbangan investasi dalam saham perusahaan. Hal ini untuk mengetahui status suatu perusahaan apakah perusahaan itu mempunyai keuangan untuk kontinuitas produksinya dimasa mendatang atau sebaliknya. Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya control dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana sahamnya hanya tersebar di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya control pihak dominan terhadap perusahan yang bersangkutan. Dengan demikian maka pada perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil (Riyanto,2011). 2.1.2.2 Pengukuran Ukuran Persahaan Menurut Paramu (2007) ukuran perusahaan adalah tolak ukur besar kecilnya perusahaan dengan melihat besarnya nilai ekuiti, nilai penjualan atau nilai total aset yang dimiliki perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan di proxy dengan nilai logaritma natural dari total aset perusahaan pada tahun yang

21 bersangkutan. Skala pengukuran pada variabel ini menggunakan skala ratio. Dan dapat dirumuskan sebagai berikut : Ukuran Perusahaan = Ln (Total Aktiva) 2.1.3 Struktur Aktiva 2.1.3.1 Pengertian Struktur Aktiva Aset berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan atas hutang dan memberikan keamanan bagi peminjam seandainya terjadi financial distress karena nilai dari aktiva tetap lebih tinggi dibanding nilai dari variabel. Sedangkan menurut Syamsudin (2007:9) aset berwujud adalah penentuan berapa besar alokasi dana untuk masing masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap. Struktur aktiva menggambarkan sebagian jumlah aktiva yang dapat dijadikan jaminan (collateral value of assets). Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri, sedangkan hutang bersifat sebagai pelengkap. Hal ini bisa dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial konservatif horizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aset tetap ditambah aset lain yang sifatnya permanen, sedangkan perusahaan yang sebagian besar asetnya terdiri dari aset lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan hutang. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aset terhadap struktur modal suatu perusahaan (Riyanto,2011)

22 Menurut Adrianto dan Wibowo (2007), aktiva berwujud yang semakin besar akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan yang lebih tinggi, sehingga dengan mengasumsikan semua faktor lain konstan, perusahaan akan meningkatkan hutang untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan hutang. 2.1.3.2 Pengukuran Struktur Aktiva Struktur aktiva merupakan perbandingan antar aktiva tetap dengan total aktiva perusahaan. Penggunaan rasio aktiva tetap terhadap total aktiva dikarenakan aktiva tetap memberikan gambaran mengenai jaminan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang. Skala pengukuran pada variabel ini menggunakan skala rasio dapat dinyatakan dalam persamaan berikut : Struktuk Aktiva = Aktiva Tetap Total Aktiva x 100% 2.1.4 Profitabilitas 2.1.4.1 Pengertian Profitabilitas Menurut Moeljadi (2006 : 237), profitabilitas merupakan kemampulabaan. Pada umumnya profitabilitas dilihat dari angka laba, hal demikian berarti dari hutang jangka pendek. Sedangkan untuk hutang jangka panjang yang dipertimbangkan adalah net profit margin. Profitabilitas dalam sudut manajemen menyangkut efektivitas manajemen dalam menggunakan total aktiva maupun aktiva bersih seperti yang tercatat dalam neraca.

23 Profitabilitas ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan sumber sumber yang dimiliki perusahaan, seperti aktiva, modal, atau penjualan perusahaan. 2.1.4.2 Pengukuran Profitabilitas Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada. Ada tiga rasio yang digunakan, yaitu : 1. Net Profit Margin Digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan manajemen perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Net profit margin dapat dihitung sebagai berikut : Net Profit Margin = EAT Net Sales x 100% 2. Return on Total Assets (ROA) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya biaya untuk mendanai aset tersebut. ROA dapat dihitung sebagai berikut : ROA = Laba Bersih Total Aktiva x 100% Return on Assets (ROA) perusahaan yang tinggi menandakan tingkat kinerja manajemen yang efektif dalam menghasilkan laba dengan aset yang dimiliki.

24 Sebaliknya jika nilai ROA perusahaan yang rendah menunjukkan kurang efektifnya manajemen dalam mengelola modal yang dimiliki untuk menghasilkan laba. 3. Return on Equity (ROE) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rasio ROE dapat dihitung sebagai berikut : ROE = Laba Bersih Modal Sendiri x 100% Rasio yang tinggi menunjukkan kemampuan modal sendiri yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba. 2.1.5 Tingkat Pertumbuhan 2.1.5.1 Pengertian Tingkat Pertumbuhan Tingkat pertumbuhan adalah kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal hal yang menguntungkan. Pada dasarnya tingkat pertumbuhan bergantung pada peluang investasi perusahaan yang dapat dilakukan oleh perusahaan itu sendiri. Kim dan Stulz (dalam Utami, 2009) menyatakan tingkat pertumbuhan adalah kemampuan perusahaan untuk meraih profit materi dan profit non-materi sesuai target. Jika manajemen mendukung tujuan pertumbuhan, kepentingan manajemen dan pemegang saham cenderung sependapat dengan perusahaan yang mempunyai kesempatan investasi yang kuat. Tetapi bagi

25 perusahaan yang tidak ada kesempatan investasi, hutang memberikan batas biaya agensi dengan pertimbangan manajerial. Tingkat pertumbuhan adalah kesempatan yang dimiliki perusahaan untuk dapat berkembang dan mencakup kesempatan untuk melakukan investasi di masa mendatang. 2.1.5.2 Pengukuran Tingkat Pertumbuhan Tingkat pertumbuhan pada setiap perusahaan akan berbeda dengan perusahaan lainnya, nilai peluang pertumbuhan atau peluang investasi suatu perusahaan akan sangat tergantung pada aset aset yang dimiliki perusahaan. Menurut Kuntari (2002) pengukuran variabel tingkat pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan melihat investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Secara sistematis dapat diformulasikan sebagai berikut : Tingkat pertumbuhan = Total Aktiva t Total Aktiva t-1 Total Aktiva t-1 x 100% 2.1.6 Pengaruh Variabel terhadap Struktur Modal 2.1.6.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal Semakin besar suatu perusahaan, semakin mudah perusahaan itu memperoleh hutang. perusahaan besar memiliki kemudahan akses sehingga fleksibilitas perusahaan besar juga lebih besar. Pihak kreditur atau pemberi hutang tentunya lebih menyukai untuk memberikan kredit kepada perusahaan besar

26 sehingga perusahaan yang besar mempunyai kesempatan yang luas dan mudah memperoleh kredit (Riyanto, 2011). Menurut Huang dan Song (2006), ukuran perusahaan mempunyai hubungan positif terhadap struktur modal. Hubungan yang positif ini diartikan bahwa semakin besar sebuah ukuran perusahaan maka semakin besar hutang yang dimilikinya, ini disebabkan karena perusahaan dengan skala besar lebih memberikan informasi dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil sehingga perusahaan besar tersebut lebih mudah untuk mendapatkan hutang. perusahaan dengan ukuran besar akan menggunakan hutang yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan kecil. 2.1.6.2 Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal Struktur aktiva menjadi salah satu faktor yang akan mempengaruhi meningkat atau menurunnya nilai struktur modal. Pemilihan jenis aktiva oleh suatu perusahaan akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Proporsi aktiva yang lebih besar akan mendorong pemberi pinjaman untuk memberikan pinjaman yang berarti perusahaan akan mempunyai tingkat hutang yang lebih tinggi. Proporsi aktiva yang besar merupakan jaminan yang baik bagi pemberi pinjaman (Hadianto, 2008). Adrianto dan Wibowo (2007) menyatakan aktiva berwujud yang semakin besar akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan yang lebih tinggi, sehingga dengan mengasumsikan semua faktor lain konstan, perusahaan akan meningkatkan hutang untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan hutang.

27 Sedangkan perusahaan yang sebagian besar aktivanya terdiri dari aktiva lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan hutang. Aktiva berwujud diukur dengan didasarkan pada rasio fixed asset terhadap total aktiva, penggunaan rasio fixed asset terhadap total aktiva dikarenakan rasio ini memberikan gambaran mengenai jaminan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang. semakin tinggi rasio aktiva berwujud atau semakin besar jumlah aktiva tetap, maka perusahaanpun memiliki jaminan kemampuan yang lebih besar dalam melakukan pendanaan eksternal yang berarti berpotensi meningkatkan struktur modal perusahaan (Theresia, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa aktiva berwujud mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap struktur modal suatu perusahaan. 2.1.6.3 Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Theresia (2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Hal ini berarti semakin rendah profitabilitas, penggunaan hutang dalam struktur modal semakin tinggi. Kondisi ini disebabkan karena perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi akan mempunyai dana internal yang besar. Perusahaan akan menggunakan dana internalnya terlebih dahulu sebelum mengambil pembiayaan eksternal

28 melalui hutang. perusahaan akan lebih cenderung menggunakan dana internalnya karena biaya sangat murah dibandingkan sumber pembiayaan eksternal dari hutang. 2.1.6.4 Pengaruh Tingkat Pertumbuhan terhadap Struktur Modal Brigham dan Weston (2005) menyatakan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak mengandalkan pada modal eksternal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang (obligasi) dibanding dengan perusahaan yang lambat pertumbuhannya. 2.1.7 Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Theresia Tri Harjati dan Eduardus Tendelin (2007), dengan judul Pengaruh Firm Size, Tangible Assets, Growth Opportunity, Profitability dan Bussiness Risk pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Di Indonesia : Studi Kasus di BEJ. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh Firm Size, Tangible Assets, Growth Opportunity, Profitability dan Bussiness Risk pada struktur modal perusahaan manufaktur di Indonesia. Sampel dalam penelitianini adalah 115 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dan data diambil dari periode 2000 2004. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktural Equation Modeling (SEM).

29 Tabel 1 Penelitian Terdahulu Nama dan Tahun Penelitian Theresia Tri Harjati dan Eduardus Tendelin (2007) Judul Penelitian Pengaruh Firm Size, Tangible Assets, Growth Opportunity, Profitability dan Bussiness Risk pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Di Indonesia : Studi Kasus di BEJ Variabel Penelitian Variabel Dependen: Struktur Modal Variabel Independen: Firm Size, Tangible Assets, Growth Opportunity, Profitability dan Bussiness Risk Hasil Penelitian Firm Size berhubungan positif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan Tangible Assets, Growth Opportunity, Profitability dan Bussiness Risk berhubungan negatif tidak signifikan 2.2 Rerangka Berfikir Rerangka pemikiran disusun atas dasar tinjauan teoritis, untuk kemudian melakukan analisis dan pemecahan masalah yang dikemukakan peneliti. Dari latar belakang masalah, rumusan masalah serta tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka dapat disusun rerangka pemikiran dan rerangka konseptual. Tingkat ukuran perusahaan, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan, dan profitabilitas secara periodik dapat dijadikan informasi yang penting bagi perusahaan terkait dengan kebijakan untuk melakukan hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang, begitu juga sebaliknya pengadaan hutang diharapkan dapat meningkatkan ukuran perusahaan, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan, dan profitabilitas sehingga hal ini mempengaruhi struktur modal perusahaan.

30 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Menurut Bambang Riyanto : - Tingkat Bunga - Stabilitas dari Earning - Susunan dari Aktiva - Kadar Risiko dari Aktiva - Besarnya Modal - Sifat Manajemen - Besarnya Perusahaan Menurut Brigham dan Houston: - Stabilitas Penjualan - Struktur Aktiva - Leverage Operasi - Tingkat Pertumbuhan - Profitabilitas - Pajak - Pengendalian - Sikap Manajemen - Sikap Pemberi Pinjaman - Kondisi Pasar - Kondisi Internal Perusahaan - Fleksibilitas Keuangan Dalam Penelitian ini : - Ukuran Perusahaan - Struktur Aktiva - Profitabilitas - Tingkat Pertumbuhan Struktur Modal Gambar 1 Rerangka Pemikiran

31 Ukuran Perusahaan (UP) Struktur Aktiva (SA) Profitabilitas (P) Tingkat Pertumbuhan (TP) Pengaruh Parsial Pengaruh Parsial Struktur Modal (SM) Pengaruh Simultan Pengaruh Simultan Gambar 2 Rerangka Konseptual 2.3 Hipotesis Hipotesis adalah suatu proporsi, kondisi atau prinsip yang untuk sementara waktu dianggap benar dan barangkali tanpa keyakinan. Dari landasan konseptual dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, dapat disusun beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut : H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal H2 : Struktur Aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal H3 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal H4 : Tingkat Pertumbuhan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal H5 : Ukuran perusahaan, struktur aktiva, profitabilitas, dan tingkat pertumbuhan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal H6 : Ukuran Perusahaan berpengaruh dominan terhadap struktur modal