HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH DAN KEPADATAN PENDUDUK DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIPATANA Verawati Panigoro 1), Rama Hiola 2), Sri Manovita Pateda 3) Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,Universitas Negeri Gorontalo Verawati Panigoro verapanigoro@gmail.com Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,Universitas Negeri Gorontalo Rama Hiola hiola.rama@gmail.com. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,Universitas Negeri Gorontalo Sri Manovita Pateda manovitapateda@gmail.com Abstrak Kejadian penyakit Chikungunya merupakan kejadian luar biasa yang terjadi di wilayah Sipatana sebab daerah ini termasuk daerah endemis DBD, dengan gejala demam disertai nyeri sendi serta bintik kemerahan pada kulit. Penyakit ini ditularkan oleh vektor yaitu nyamuk Aedes aegypti yang disebabkan oleh kondisi lingkungan rumah yang buruk dan tingkat kepadatan penduduk. Hal ini dapat dirumuskan apakah ada hubungan tempat penampungan air dan sampah berdasarkan keberadaan jentik, keberadaan semak-semak dan kepadatan penduduk dengan kejadian penyakit Chikungunya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tempat penampungan air dan sampah berdasarkan keberadaan jentik, keberadaan semak-semak dan kepadatan penduduk dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Sipatana. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional study. Sampel dalam penelitian adalah orang yang menderita chikungunya dan tidak menderita chikungunya sebanyak 257 orang dengan cara pengambilan sampel menggunakan metode Simple Random Sampling. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p value (0,003) < 0,05 untuk variabel tempat penampungan air, p value (0,041) < 0,05 untuk variabel sampah, p value (0,002) < 0,05 untuk variabel keberadaan semak-semak dan p value (0,728) > 0,05 untuk variabel kepadatan penduduk. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara variabel tempat penampungan air, sampah dan keberadaan semak-semak dengan kejadian penyakit Chikungunya. Sedangkan variabel kepadatan penduduk tidak ada hubungan dengan kejadian penyakit Chikungunya. Saran kepada masyarakat agar masyarakat secara rutin harus membersihkan lingkungan rumah yang meliputi tempat perindukan, tempat peristrahatan dan keberadaan jentik baik yang berada didalam rumah maupun di luar rumah. Kata Kunci: Chikungunya, Lingkungan rumah, Kepadatan penduduk
Abstract Verawati Panigoro, Nim 811 410 133. The correlation between House Environment Factor and Population Density with Chikungunya Diseases in Puskesmas Sipatana. Departement of Public Health, Faculty of Health and Sports Sciences, Universitas Negeri Gorontalo. The principal supervisor is Dr. Hj. Rama P. Hiola, Dra, M.Kes and the co-supervisor is dr. Sri Manovita Pateda, M.Kes. Chikungunya disease which occurs in Sipatana area is a bizarre occurrence since this place is also the DBD endemic area. It is infected by Aedea aegypti mosquito because bad environment in residential area and the high level of population density. The problem statement is the correlation between water storage and garbage based on the existence of larvae, bush, and population density with Chikungunya disease in the area of Puskesmas Sipatana. This is an analytic observational research with cross sectional study approach. The sample is people who suffer from Chikungunya disease which is 257 people. The samples are taken by using simple random sampling method. The statistic result shows that p value (0,003) < 0,05 for water storage variable, p value (0,041) < 0,05 for garbage variable, p value (0,002) < 0,05 for bush variable, and p value (0,728) > 0,005 for population density variable. It can be concluded that there is a correlation between water storage and garbage based on the existence of larvae, and bush with Chikungunya disease. There is no correlation between the population density with Chikungunya disease. It is suggested that the community to clean their houses routinely including garbage as the place of mosquito both inside and outside their houses. Keywords : Chikungunya, Hose Environment, Population Density
1. PENDAHULUAN Beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan menurut Hendrik L. Blum dalam Notoatmodjo, 2007 antara lain faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.dari keempat faktor tersebut, salah satunya adalah faktor lingkungan dimana faktor ini memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan proses interaksi antara penjamu dan unsur penyebab dalam proses terjadinya penyakit. Kondisi lingkungan yang kurang sehat akan mempengaruhi derajat kesehatan seseorang. Salah satu penyakit yang ditimbulkan oleh lingkungan yang kurang bersih adalah Chikungunya. Chikungunya atau demam chik adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang bersifat self limiting disease, tidak menyebabkan kematian dan diikuti dengan adanya imunitas di dalam tubuh penderita.(depkes RI, 2009). Berdasarkan data awal dari Puskesmas Sipatana Kota Gorontalo, ada tiga kelurahan yang masuk kategori Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit Chikungunya antara lain Kelurahan Bulotadaa Barat, Bulotadaa Timur dan Molosipat U. Pada bulan Juni sampai pada bulan November 2013. Kondisi faktor lingkungan rumah di wilayah kerja Puskesmas Sipatana yang terdiri dari 5 kelurahan sesuai observasi awal bahwa sebagian ada rumah yang ditemukannya jentik nyamuk pada tempat penampungan air, pada ban bekas, pada kaleng/botol bekas disektiar rumah, Serta banyaknya semak-semak disekitar rumah. Selain itu, kejadian ini sering terjadi pada pemukiman yang padat yang disebabkan banyaknya penduduk yang tinggal di wilayah Kecamatan Sipatana, sehingga mempermudah penularan penyakit Chikungunya. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sipatana, Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo. Adapun Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian adalah seluruh masyarakat yang menderita Chikungunya dan tidak menderita Chikungunya sebanyak 722 orang sesuai data laporan Puskesmas Sipatana pada bulan Juni - November 2013. Teknik pengambilan sampel secara Simple Random Sampling dimana pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak sehingga diperoleh sampel sebanyak 257 orang baik yang menderita maupun tidak menderita chikungunya yang terbagi dalam 5 kelurahan. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kejadian Chikungunya sedangkan variabel bebas atau variabel independen yaitu tempat penampungan air, sampah, keberadaan semaksemak dan kepadatan penduduk. 3.HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian untuk kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Sipatana sesuai dengan observasi bahwa dari 257 sampel (responden) terdapat 109 atau 42,4% yang menderita Chikungunya sedangkan responden yang tidak menderita Chikungunya sebanyak 148 atau 57,6%. Tabel:Distribusi Kejadian Penyakit Chikungunya Berdasarkan Keberadaan Jentik Pada Tempat Penampungan Air Keberadaa Keja dian Penyakit n jentik Chikungunya pada tempat penampun gan air Ada 59 52, 47, 53 7 3 ada 50 34, 65, 95 5 5 109 42, 57, 148 4 6 Sumber : Data Primer 2014 n % n % n % 11 2 14 5 25 7 43,5 8 56,4 2 100 Termpat penampungan air merupakan salah satu tempat yang disukai nyamuk Ae.aegypti betina untuk bertelur, tempat air yang tertutup lebih disukai oleh nyamuk betina sebagai tempat bertelur dibandingkan tempat air yang terbuka. (Surono, 2009). Berdasarkan observasi bahwa sebagian besarresponden yang memiliki tempat penampungan air terdapat jentik nyamuk yaitu 54,1% yang dialami oleh penderita Chikungunya. Dari hasil analisis uji Chi square didapatkan nilai p(0,003) < α(0,05) yang berarti H 0 ditolak yaitu ada hubungan p value 0,003
yang signifikan antara tempat penampungan air dengan kejadian penyakit chikungunya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wuryanto (2009), menyatakan bahwa ada hubungan tempat penampungan air dengan kejadian penyakit Chikungunya. Tabel 2 : Distribusi Kejadian Penyakit Chikungunya Berdasarkan Keberadaan Jentik Pada Sampah Kebera Kejadian Penyakit daan Chikungunya jentik pada sampah n % n % n % Ada 45 51,1 43 48,9 88 34,25 ada 64 37,9 105 62,1 169 65,75 10 42,4 148 57,6 257 100 p value 0,041 9 Sumber : Data Primer 2014 Sampah adalah hasil suatu kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna.(notoatmojo, 2003). Berdasarkan observasi di lapangan bahwa sebagian besar responden di temukan tidak adanya jentik pada sampah disekitar rumah responden sebesar 58,7% yang terdidtribusi pada penderita Chikungunya. Dari hasil analisis uji Chi square didapatkan nilai p (0,041) < α (0,05) yang berarti H 0 ditolak yaitu ada hubungan yang signifikan antara sampah dengan kejadian penyakit chikungunya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitria (2006) di Tegal dan Mahardika (2009) di Kendal yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara kebiasaan membuang sampah dengan kejadian DBD. Tabel 3 : Distribusi Kejadian Penyakit Chikungunya Berdasarkan Keberadaan Semak-semak Kebera daan semaksemak 51, 48, 13 Ada 71 68 54,1 1 9 9 32, 67, 11 38 80 45,9 ada 2 8 8 10 42, 14 57, 25 100 9 4 8 6 7 Sumber: Data Primer 2014 Banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, dapat mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan dalam rumah dan halaman. sehingga menambah tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap berisitirahat dan menambah umur nyamuk (Cut Irsanya Nilam Sari dalam Santoso, 2011). Berdasarkan observasi di lapangan bahwa sebagian besar responden yang terdapat semak-semak disekitar rumah yaitu 65,1%. Dari hasil analisis uji Chi square didapatkan nilai p (0,002) < α (0,05) yang berarti H 0 ditolak yaitu ada hubungan yang signifikan antara keberadaan semak-semak dengan kejadian penyakit chikungunya. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2011), yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara keberadaan semak-semak dengan kejadian penyakit Chikungunya. Kepada tan pendudu k Tabel 4 : Distribusi Kejadian Penyakit Chikungunya Berdasarkan Kepadatan Penduduk Kejadian Penyakit Chikungunya n % n % n % Padat 21 padat 88 109 Kejadian Penyakit Chikungunya n % n % n % 44, 7 41, 9 42, 4 26 122 148 55, 3 58, 1 57, 6 47 18,29 210 81,71 257 100 p Value 0,002 p Value 0,728
Bertambahnya jumlah penduduk dan overcrowding mempercepat terjadinya penularan penyakit dari orang ke orang. Faktor pertumbuhan dan mobilitas penduduk ini juga mempengaruhi perubahan gambaran epidemiologis serta virulensi dari penyakit menular tertentu (Chin, 2006). Berdasarkan observasi di lapangan bahwa di wilayah kerja Puskesmas Sipatana yang terdiri dari lima kelurahan dimana hasil kepadatan penduduk yang tergolong padat ( 50 jiwa/ha) adalah kelurahan Molosipat U sebesar 51 jiwa/ha dibandingkan dengan kelurahan lainnya yang masih terolong tidak padat atau dibawah 50 jiwa/ha. Kelurahan yang tergolong tidak padat tersebut yaitu kelurahan Bulotadaa Barat, Bulotadaa Timur, Tanggikiki dan Tapa sebesar 80,7% terdistribusi pada responden yang menderita Chikungunya. Dari hasil analisis uji Chi square didapatkan nilai p (0,728) >α (0,05) yang berarti H 0 diterima yaitu tidak ada hubungan antara kepadatan penduduk dengan kejadian penyakit chikungunya. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2012) menyatakan bahwa sebagian besar kasus KLB chikungunya terjadi didaerah dengan kepadatan penduduk atau jarak antar rumah yang dekat. 4. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan Faktor Lingkungan Rumah dengan Kejadian Penyakit Chikungunya yaitu antara lain: a. Ada hubungan tempat penampungan air dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Sipatana, dengan nilai p value = 0,003 b. Ada hubungan sampah dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Sipatana, dengan nilai p value = 0,041. c. Ada hubungan keberadaan semak - semak dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Sipatana, dengan nilai p value = 0,002 2. ada hubungan kepadatan penduduk dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Sipatana, dengan nilai p value = 0,728. 2. Saran 1. Bagi Instansi Terkait khususnya Puskesmas Sipatana : a) Meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat agar masyarakat lebih memperhatikan kondisi lingkungan rumah. b) Menyelenggarakan pelatihan bagi kader kesehatan guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader khususnya dalam penanggulangan penyakit Chikungunya. 2. Bagi Masyarakat Masyarakat secara rutin harus membersihkan lingkungan rumah yang meliputi tempat perindukan, tempat peristrahatan dan keberadaan jentik baik yang berada di dalam rumah maupun di luar rumah. 3. Bagi Peneliti Lain Diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menambahkan variabel lain yang ada hubungannya dengan kejadian penyakit Chikungunya. 5.DAFTAR PUSTAKA Chin, J. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta : Infomedika Depkes RI. 2009. Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Menular dan Keracunan. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta Rahmawati, 2012. Difusi Dan Pola Persebaran Kasus Chikungunya Di Rukun Warga 08, Kelurahan Grogol Kecamatan Limo, Kota Depok 2012. Skripsi Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. (online), http://skripsi.ui.ac.id. Diakses tanggal 17 November 2014 Santoso, F. 2011. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Chikungunya di Wilayah Kerja
Puskesmas Gunungpati Kota Semarang Tahun 2010. Skripsi. Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.(online), http://lib.unnes.ac.id Diakses tanggal 30 November 2013 Wuryanto, M.Arie. 2009. Aspek Sosial Dan Lingkungan Pada Kejadian Luar Biasa (KLB) Chikungunya (Studi Kasus KLB Chikungunya di Kelurahan Bulusan Kecamatan Tembalang Kota Semarang). Jurnal. Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.(online), http://lib.unnes.ac.id Diakses tanggal 30 November 2013