Pembinaan Pedagang Makanan Kaki Lima untuk Meningkatkan Higiene dan Sanitasi Pengolahan dan Penyediaan Makanan di desa Penatih, Denpasar Timur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. makanan (foodborne illnesses) pada orang yang mengonsumsinya. Lebih dari 250

KUALITAS MIKROBIOLOGIS MAKANAN DAN SIKAP PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN PADA KANTIN SEKOLAH DASAR DI WILAYAH

HIGIENE SANITASI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

GAMBARAN JUMLAH ANGKA KUMAN DAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA PIRING DI RUMAH MAKAN PASAR SERASI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2015 Cindy Stevani Sape

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari luar Provinsi Gorontalo maupun mahasiswa yang berasal dari luar Kota Gorontalo.

GAMBARAN ANGKA KUMAN DAN BAKTERI

BAB I PENDAHULUAN. serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya (Depkes RI, 1999). Memenuhi kebutuhan makhluk hidup membutuhkan bermacam-macam

ABSTRACT. Keywords: Food Handler s Hygiene Sanitation Practice, Escherichia coli RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

ABSTRAK. Kata kunci : Tingkat pengetahuan sanitasi makanan, pemilihan tempat makan.

ABSTRAK DUKUNGAN SEKOLAH BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTEK KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DI KANTIN SEKOLAH DASAR KECAMATAN GIANYAR

Jurnal Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

BAB I PENDAHULUAN. diseduh dengan teh ditambah gula dan es. Minuman es teh banyak digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food)

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 DENPASAR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

HIGIENE DAN SANITASI NASI TEMPE PENYET PEDAGANG KAKI LIMA JALAN KARANGMENJANGAN SURABAYA

STUDI IDENTIFIKASI KEBERADAAN Escherichia coli PADA AIR CUCIAN DAN MAKANAN KETOPRAK DI KAWASAN KAMPUS UNDIP TEMBALANG

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

PERILAKU HIGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN PADA KATERING RUMAH TANGGA DI LEUWIDAHU KOTA TASIKMALAYA. *Nunun Khoerun Nisa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA SERTA PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR BARAT

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

Cindy K Dastian 1, Idi Setyobroto 2, Tri Kusuma Agung 3 ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air

BAB 1 : PENDAHULUAN. aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan lain yang

HIGIENE DAN SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN KEPADATAN LALAT PADA WARUNG MAKAN DI PASAR TRADISIONAL PASAR HORAS PEMATANGSIANTAR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

Keywords: food safety, school-age children, school s canteens, food vendors

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PERILAKU BERISIKO TERINFEKSI

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

KUSMIYATI, ENNI R. SINAGA, WANTI. Abstract

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG SERTIFIKASI LAIK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

ABSTRAK. Kiky Fitria, Pembimbing I : dr. Fanny Rahardja,M.Si. Pembimbing II : dr. Dani, M.Kes.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN GIZI UNTUK MENCEGAH FOODBORNE DESEASES PADA PENJUAL MAKANAN JAJANAN

STUDI PENGETAHUAN KEAMANAN PANGAN DAN TINDAKAN PENANGANAN BAHAN PANGAN DI RUMAH SUSUN BANDARHARJO, SEMARANG

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food

The Condition of Food Handler s Higiene and Canteen Sanitation in Senior High School 15 Surabaya

ANALISA BAKTERI COLIFORM

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM ISI ULANG PADA TINGKAT PRODUSEN DI KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Setiap penyedia jasa penyelanggara makanan seperti rumah

UNIVERSITAS UDAYANA GAMBARAN PERILAKU HYGIENE VAGINA PADA WUS YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS DI KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. kimia fisika dan radio aktif (Menteri Kesehatan RI, 2010). Air di dalam tubuh

BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN

PERANAN HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN UNTUK MENJAGA KUALITAS MAKANAN HOTEL. Oleh: Nama : I Wayan Lingga Dwi Prabawa Kelas : XI IPA 2 No : 15

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) : Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semester : Dosen Pengampuh :

HYGIENE SANITASI MAKANAN DAN PEMERIKSAAN FORMALIN SERTA BORAKS PADA MAKANAN JAJANAN (OTAK-OTAK) DI KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2013 SKRIPSI OLEH

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,

GAMBARAN KARAKTERISTIK SUMUR WARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

Faktor Penentu Kontaminasi Bakteriologik pada Makanan Jajanan di Sekolah Dasar

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

HIGIENE SANITASI DI TEMPAT KERJA PERTEMUAN KE-6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNIVERSITAS UDAYANA. Oleh: Ni Putu Dewi Tata Arini NIM : PROGRAM STUDI KESEHATANMASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

Transkripsi:

Pembinaan Pedagang Makanan Kaki Lima untuk Meningkatkan Higiene dan Sanitasi Pengolahan dan Penyediaan Makanan di desa Penatih, Denpasar Timur I Nengah Sujaya, Ni Made Utami Dwipayanti, Ni Ketut Sutiari, L.P Lila Wulandari Ni Kadek Tresna Adhi (PS.IKM Universitas Udayana) Abstract Generally street vendor has little knowledge on hygiene and sanitation of food handling. Usually they trade in a night market or on street sides. There are two markets in Penatih Village that operate night market. Both markets located in a strategic location thus they have many visitors every day. In these two markets there are some vendors that need to be counseled and assisted in order to improve their knowledge on hygiene and sanitation of food handling. The counseling and assistance was conducted every week from 25 September to 10 October 2009, with 10 vendors as target participants. The venues were located in Penatih Market and Agung Market, Penatih Village, East Denpasar. The activities were conducted in the form of counseling and assisting during trading hours towards the participants in regards of hygiene and sanitation of food handling. In order to evaluate and measure the knowledge improvement of the participants, pre test and post test were carried out. The result shows that, most of participants have less knowledge on food additives in terms of usage, types and risk of usage. The participants have good knowledge on usage of clean water for utensil and food washing as well as knowledge on personal hygiene. It is recommended to conduct a continuous and regular counseling to street vendors with the involvement of local primary health care (puskesmas). Keywords: hygiene, sanitation, food handling, street vendor knowledge ANALISA SITUASI Jumlah pedagang kaki lima di kota Denpasar semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi. Banyak pedagang yang memilih metode tersebut karena dianggap lebih hemat dari segi biaya sewa dibandingkan dengan toko permanen. Jumlah pedagang kaki lima ini umumya lebih banyak pada malam hari dari pada siang hari. Hal ini khususnya terjadi pada waktu pasar senggol (pasar malam) dibuka. Para pedagang kaki lima yang menjajakan makanan umumnya tidak memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, khususnya dalam hal hygiene dan sanitasi

pengolahan makanan. Pengetahuan pedagang makanan kaki lima tentang hygiene dan sanitasi pengolahan makanan akan sangat mempengaruhi kualitas makanan yang disajikan kepada masyarakat konsumen. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dan BPOM Bali, masih menunjukkan bahwa pada beberapa jenis makanan olahan tradisional yang dijual oleh pedagang kaki lima di Denpasar ditemukan kandungan bakteri golongan coliform dan E.Coli dalam jumlah yang melebihi baku mutu yang ditetapkan. Keberadaan bakteri coliform ini menunjukkan bahwa terdapat cross contamination dari sumber pencemar yang terjadi selama proses pengolahan makanan. Walaupun masyarakat Denpasar mungkin memiliki toleransi yang cukup besar terhadap bakteri golongan coliform, namun jalur kontaminasi tersebut yang harus dihentikan. Jika cross contamination terus berlangsung, maka pada suatu saat ketika sumber pencemar mengandung bakteri pathogen lain yang dapat berakibat lebih fatal, terdapat kemungkinan lebih besar untuk terjadi kejadian sakit akibat pathogen tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pengetahuan kepada pedagang makanan kaki lima mengenai hygiene dan sanitasi pengolahan makanan serta pembinaan dan pendampingan untuk menumbuhkan kesadaran dan melakukan pemantauan terhadap praktek hygiene dan sanitasi pengolahan makanan. Di desa Penatih terdapat dua pasar yang juga mengoperasikan pasar malam. Pengunjung pasar tersebut relative cukup banyak, terutama dari daerah Denpasar Timur dan Utara yang berjarak cukup jauh dari pasar Kreneng dan pasar Badung di pusat kota. Pada pasar tersebut terdapat beberapa pedagang makanan kaki lima yang perlu mendapat pembinaan dan pendampingan sehingga dapat meningkatkan kualitas makanan yang dijajakan. Rendahnya tingkat pengetahuan pedagang makanan kaki lima mengenai hygiene dan sanitasi pengolahan makanan serta masih ditemukannya bakteri golongan coliform pada beberapa jenis makanan olahan dari pedagang kaki lima di Denpasar adalah beberapa masalah yang bisa diangkat dalam pengabdian ini. Adapun tujuan pengabdian adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pedagang makanan kaki lima mengenai sanitasi dan hygiene pengolahan makanan.

Upaya meningkatkan hygiene dan sanitasi pengolahan makanan pada pedagang kaki lima diharapkan dapat meningkatkan kualitas makanan yang dihidangkan kepada masyarakat konsumen METODE PELAKSANAAN KEGIATAN Sasaran dalam kegiatan ini adalah para pedagang makanan kaki lima (10 orang) yang menjual makanan hasil olahan di daerah Penatih. Pengabdian dilakukan setiap minggu mulai tanggal 25 September sampai dengan 10 Oktober 2009. Minggu pertama dilakukan pre test, minggu kedua dilakukan pengabdian dan minggu ketiga dilakukan post test. Kegiatan pengabdian dilakukan dengan bentuk pembinaan dan pendampingan kepada pedagang makanan kaki lima tentang hygiene dan sanitasi pengolahan makanan. Pada awal dan akhir pembinaan dan pendampingan, dilakukan semacam pre test dan post test untuk mengukur tingkat pengetahuan pedagang kaki lima tentang hygiene sanitasi makanan. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN Pedagang makanan kaki lima adalah pedagang makanan yang menempati satu tempat tanpa bangunan yang permanen. Pedagang makanan kaki lima menggunakan segala peralatan untuk menyimpan atau menyajikan dan membuat makanan untuk dijual kepada konsumennya. Makanan yang dijual oleh pedagang makanan kaki lima dapat menimbulkan risiko untuk menularkan penyakit karena makanan, keracunan makanan, dan gangguan kesehatan lainnya. Pedagang makanan kaki lima yang memenuhi syarat kesehatan jika ditunjang dengan higiene perorangan, sanitasi fasilitas, dan sanitasi makanan yang baik. Pengabdian kali ini dilakukan terhadap pedagang makanan kaki lima. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan pada dua lokasi yaitu pasar Agung Penatih dan Senggol di Desa Penatih. Pelaksanaan pengabdian diawali dengan dilakukannya semacam pendekatan terhadap beberapa pedagang kaki lima yang berdagang di dua lokasi di atas. Dari pendekatan yang dilaksanakan tersebut akhirnya mendapatkan 10 pedagang yang

bersedia menjadi responden pengabdian ini. Pengabdian dilakukan tiga kali kunjungan yaitu kunjungan pertama (25 September 2009), kunjungan kedua (2 Oktober 2009) dan kunjungan ketiga (10 Oktober 2009). Kegiatan pada kunjungan pertama, yang dilakukan adalah pemberian kuesioner tingkat pengetahuan pedangan kaki lima (pre test) dan observasi awal mengenai sanitasi dan hygiene makanan yang dijajakan oleh pedagang kaki lima. Pre test yang diberikan berupa pertanyaan-pertanyaan dalam hal: kebersihan tangan, cara mengolah dan memilih bahan makanan, air bersih dan cara mencuci, penyebab kontaminasi makanan, bahan tambahan makanan. Sedangkan observasi (awal dan akhir), yang dilakukan adalah observasi mulai dari persiapan, pengolahan, penyajian makanan, dan food handler. Kunjungan kedua dilakukan pembinaan kepada 10 pedagang kaki lima yang menjadi responden. Pembinaan yang diberikan tersebut berupa personal hygiene, sanitasi lingkungan pengolaham dan sekitar tempat berdagang serta penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM: yang berbahaya dan tidak berbahaya) dan bahaya penggunaan BTM yang dilarang atau terbatas digunakan. Dan pada kunjungan ketigaang dilakukan post test dengan kuesioner yang sama dengan pre test. Hasil Pre test menunjukkan bahwa hamper semua responden (80%) sudah memahami mengenai kebersihan diri (cara mencuci tangan), cara mengolah dan memilih bahan makanan. Responden juga telah memahami penggunaan air bersih (air untuk cucian dan air minum) dan mengetahui penyebab kontaminasi pada makanan. Akan tetapi di sisi lain mereka belum memahami mengenai penggunaan BTM, dan risiko penggunaan BTM yang dilarang penggunaannya. Hal-hal di atas sangat perlu diketahui oleh pedagang kaki lima. Test awal yang diberikan kepada pedagang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman mereka mengenai kesehatan makanan dan minuman. Penyehatan makanan dan minuman sangat penting untuk menghindari terjadinya kontaminasi makanan dan penyakit yang diakibatkan oleh makanan yang tidak sehat. Selain memberikan kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan pedagang kaki lima, pengabdian ini juga melakukan observasi. Observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada awal berbarengan dengan pemberian pre tes dan pada akhir pengabdian bersamaan dengan pemberian post tes.

Observasi awal dan akhir pembinaan menunjukkan sebagian besar responden (80%) telah mengikuti proses pengolahan yang baik (Good Manufacturing Product). Hal ini dapat dilihat berdasarkan pengamatan mengenai persiapan bahan makanan, responden sudah melakukan penyortiran terhadap bahan makanan yang memang bagus dan layak untuk diolah dengan memperhatikan aspek fisik (pasir, kerikil, batu, atau kotoran lainnya) dan biologis (kutu, dan hewan lainnya) bahan. Di sisi lain, semua responden telah memperhatikan tangal kadaluarsa bahan, penggunaan bahan tambahan makanan (BTM), proses pengolahan dan penyajian makanan. Dua responden dari 10 responden belum menyiapkan tempat sampah dan menyediakan lap lebih dari satu serta tempat penampungan air pada tempat jualan. Hal ini disebabkan oleh karena perilaku responden tentang hygiene dan sanitasi terkait dengan kesehatan makanan dan minuman yang kurang. Perilaku ini bukan terkait dengan pengetahuan responden yang kurang, akan tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh habit atau kebiasaan. Kebiasaan inilah yang lebih susah untuk diubah. Oleh karena itu perlu dilakukan semacam pembinaan kepada pedagang kaki lima tersebut. Pembinaan tersebut diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan dan pada akhirnya mengubah perilaku. Manajer TPM dan juga penjaja makanan kaki lima sering kali merupakan orang yang tidak memiliki pengetahuan khusus tentang keamanan makanan. Mereka menyiapkan makanan berdasarkan pengetahuan yang diperolehnya ketika menyiapkan makanan di rumah dan tidak menyadari bahwa aturan dalam penyiapan makanan yang aman dengan jumlah besar ternyata berbeda dengan aturan dalam penyiapan makanan untuk keluarga sendiri. Sebagai contoh makanan dalam jumlah besar memerlukan waktu yang lebih lama untuk didinginkan sampai mencapai suhu yang aman, kecuali jika makanan tersebut secara hati-hati dibagi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil atau jika dapurnya dilengkapi lemari es dengan sistem sirkulasi udara (konveksi) yang dapat meningkatkan kecepatan pemindahan panas. Guna menghindari kontaminasi makanan dan menciptakan keamanan makanan, pendidikan dan pelatihan terhadap orang-orang yang terkait dengan pengolahan sangat diperlukan. Pendidikan kepada masyarakat dan penjamah makanan baik yang domestic ata pun professional mengenai cara-cara menyiapkan makanan yang aman adalah penting untuk menjamin: 1). agar makanan tidak terkontaminasi oleh mereka sendiri, 2).

kontaminan yang mungkin ada dalam bahan pangan dapat dihilangkan atau dikurangi sampai ke tingkat yang aman, 3). pertumbuhan mikroorganisme sampai mencapai tingkat yang menimbulkan penyakit, ataupun menghasilkan toksin, dapat dicegah, 4). makanan terkontaminasi yang tidak bisa dianggap aman dapat dihindari. Sebagian besar penanganan dan pengolahan makanan dilakukan di rumah, catering atau pun di tempat penjual makanan kaki lima. Siapa pun yang melakukan penanganan dan pengolahan makanan tersebut, tindakan suatu inspeksi dan kontrol terhadap keamanan produk olahan adalah penting. Hal ini sebaiknya dilakukan oleh pihak yang berwenang di bidang kesehatan, misalnya oleh pihak puskesmas khususnya tenaga kesehatan yang bergerak dalam bidang kesehatan lingkungan Pembinaan yang dilakukan terhadap pedagang kaki lima pada pengaabdian ini pernah mereka peroleh sebelumnya dari pihak tenaga puskesmas yang membawahi wilayah desa penatih. Pedagang kaki lima di pasar agung desa penatih pernah mendapatkan binaan dari pihak puskesmas dan bahkan mereka pernah diminta melakukan tes sweb pada anus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui derajat kesehatan pedagang selaku penjamah makanan (food handler). Pada proses pendidikan (pembinaan) terhadap pedagang, sangatlah sulit dan membutuhkan banyak waktu, karena mereka sibuk berjualan sehingga pembinaan diberikan ketika mereka sedang tidak ada pembeli. Setelah proses pembinaan, selanjutnya dilaksanakan post tes dengan memberikan kuesioner seperti pada pre tes sebelumnya. Materi pembinaan adalah hal-hal yang diberikan pada kuesioner dan observasi, yang intinya bagaimana mengolah bahan makanan yang baik untuk menghindari kontaminasi makanan dan menciptakan keamanan makanan. Hasil post tes menunjukkan bahwa semua responden mulai paham mengenai proses menciptakan hygiene dan sanitasi. Hal ini dipengaruhi oleh pemberian pendidikan (pembinaan) yaitu seminggu setelah pre tes dan meski pun pembinaan tersebut diberikan singkat. Pengetahuan yang cukup yang dimiliki oleh responden kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain tingkat pendidikan, informasi tentang hygiene dan sanitasi yang diperoleh dari berbagai media, dan pendidikan atau pembinaan dari pihak puskesmas. Pada hasil post tes juga didapatkan bahwa semua responden masih belum mengetahui dengan baik mengenai BTM baik dalam hal penggunaannya, jenis dan risiko jika menggunakan. Informasi tentang BTM ini perlu diberikan secara khusus dan

tidak bisa diberikan dengan singkat apalagi dalam keadaan yang dibina sibuk berjualan. Pembinaan sebaiknya diberikan kepada pedagang kaki lima dalam waktu beberapa hari dan pada tempat pelatian bukan pada tempat jualan pedagang, Penelitian Agustin tentang Studi pada pedagang makanan kaki lima di Karangmenjangan Surabaya menunjukkan E Coli pada nasi tempe penyet adalah negative. Hal ini disebabkan oleh higiene sanitasi pedagang makanan kaki lima memenuhi syarat kesehatan (75%), sanitasi fasilitas memenuhi syarat kesehatan (67%), dan sanitasi makanan yang memenuhi syarat kesehatan (58%). SIMPULAN DAN SARAN Hasil test menunjukkan ada peningkatan pengetahuan pada semua responden (10 pedagang kaki lima) di pasar agung dan pasar penatih di desa penatih. Peningkatan tersebut dalam hal penggunaan air bersih, pemilihan bahan makanan segar dan penyebab kontaminasi makanan. Setelah pembinaan dilakukan, hal hal mengenai BTM (penggunaan dan jenis BTM) belum diketahui dengan baik oleh pedagang. Hasil observasi setelah masa pembinaan menunjukkan tidak ada perubahan yaitu masih ada dua pedagang dari 10 pedagang (responden) yang belum menyiapkan tempat sampah di tempat jualan dan masih menyiapkan lap bersih terbatas (1 buah). Saran yang dapat diberikan adalah pembinaan perlu diberikan beberapa waktu atau hari dan tidak bisa diberikan singkat (1 kali). Dan pembinaan yang selama ini sudah pernah diberikan oleh pihak puskesmas adalah sangat baik dan bisa dilakukan kerja sama antara pihak akademisi dengan tenaga kesehatan. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih kami ucapkan kepada: 1). Rektor Universitas Udayana yang telah menyetujui pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang kami laksanakan. 2). Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana yang telah mendanai pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakar yang kami laksanakan. 3). Ketua PS. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana yang telah menyetujui pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang kami rencanakan. 4). Bapak Kepala Pasar Agung dan Pasar Penatih

yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini. 5). Para pedagang makanan kaki lima yang telah bersedia mengikuti kegiatan ini. DAFTAR PUSTAKA Agustin, T. E, 2008. Higiene Sanitasi dan E. Coli pada Nasi Tempe Penyet: Suatu Studi pada Pedagang Kaki Lima di Karangmenjangan Surabaya, Surabaya, Undergraduate Theses Airlangga University. Hartono, A. 2002. Penyakit Bawaan Makanan: Fokus Pendidikan Kesehatan (Foodborne Disease: a focus for health education), Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta. Penerbit Gramedia Pustaka Utama.