FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN JAMBAN KELUARGA DALAM PROGRAM PAMSIMAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARUAH GUNUANG TAHUN 2015

Skripsi Diajukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas sebagai Pemenuhan Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut maka dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. penting agar masyarakat tahu dan mau serta mampu menerapkan pola perilaku hidup

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan mobilitas penduduk semakin pesat serta lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup,

ABSTRAK. Daftar Pustaka : 25 ( ) Kata Kunci : Pemanfaatan jamban CLTS. : Meiridhawati : Kesehatan Masyarakat

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BABs) di sembarangan

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs)

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

Jurnal Kesehatan Kartika 50

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PERILAKU STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN (BABS): STUDI PADA PROGRAM STBM DI DESA SUMBERSARI METRO SELATAN 2016

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya

RINGKASAN PRASTATI THALIB NIM :

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang berkembang yang giat giatnya melaksanakan

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

Oleh : VINELLA ISAURA No. BP

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di masyarakat adalah jamban. Jamban berfungsi untuk tempat

BAB 1 : PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat dan upaya penyehatan lingkungan yang setinggitingginya(

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, teknologi, pendidikan, perilaku terhadap upaya kesehatan (Depkes RI, 2009).

: [i] adanya inginan untuk meningkatkan kondisi air minum

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PROMOSI KESEHATAN TINGKAT MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK) Oktober 2017 E-ISSN : X Volume 1 Nomor 1 P-ISSN :

II. TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

PENDAHULUAN. atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 16/PRT/M/2008

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB V PENUTUP. 1. Terdapat pengaruh antara penerapan metode Community Led Total Sanitation

LAPORAN PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN BIDANG P2PL DINAS KESEHATAN KAB. BIMA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1,1 milyar orang tidak memiliki fasilitas sanitasi. Hal ini kemudian berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

Oleh: Aulia Ihsani

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. umur termasuk murid Sekolah Dasar (SD) (Kepmenkes, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani Cimahi

Yulisetyaningrum ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN BIDAN DI DESA DALAM PEMANFAATAN PARTOGRAF DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2013

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tingkat penerapan PHBS

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemapuan hidup sehat bagi setiap orang agar

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN JAMBAN KELUARGA DALAM PROGRAM PAMSIMAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTO TINGGI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2012 Pendahuluan Rencana Strategis yang yang disusun Kementerian Kesehatan untuk tahun 2010-2014 dengan visi baru yaitu Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan dengan Misinya ; (1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani ; (2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan ; (3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan, (4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. Arah kebijakan, sasaran, strategi, fokus prioritas serta program-program dilingkungan Kementerian Kesehatan telah ditetapkan melalui surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 60 Tahun 2010. 1 Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif secara sosial dan ekonomis. 2 Sebuah paradigma baru Sanitasi Total Berbasis Masyarakat mencakup pandangan menyeluruh, menggunakan pendekatan memicu dipimpin oleh masyarakat untuk menghasilkan kebutuhan akan peningkatan sanitasi lingkungan/penyehatan lingkungan. Sanitasi total mengharuskan setiap rumah tangga dan anggota masyarakat mengadopsi perilaku yang diinginkan dan menghentikan perilaku yang dapat mengancam kesehatan dan kesejahteraan bersama. 5 Program Community Lead Total Sanitation (CLTS) yaitu Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan salah satu program sanitasi total yang dipimpin oleh masyarakat yang dilatar belakangi oleh adanya kegagalan dari proyek-proyek sanitasi sebelumnya. 6 Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Millennium Development Goals (MDGs) yang disepakati seluruh negara di dunia termasuk Indonesia, menetapkan bahwa pada tahun 2015 separuh dari penduduk dunia yang saat ini belum mendapatkan akses terhadap sanitasi dasar (jamban) harus mendapatkannya. Sedangkan pada tahun 2025 seluruh penduduk dunia harus mendapatkan akses terhadap sanitasi dasar. Penetapan ini mendorong pentingnya program untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap perlunya pemilikan dan penggunaan jamban. 2 Sanitasi lingkungan di Indonesia pada umumnya dan Propinsi Sumatera Barat pada khususnya masih belum mencapai kondisi sanitasi yang memadai. Kebutuhan sanitasi dasar belum tercapai seperti pembangunan tempat pembuangan kotoran manusia. Fasilitas pembuangan tinja/pembuangan kotoran manusia yang memenuhi syarat kesehatan berpengaruh besar terhadap kesehatan lingkungan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat bahwa tahun 2010 menunjukkan hanya 42,65% rumah tangga di Sumatera Barat yang memiliki tempat pembuangan tinja sendiri, sebanyak 14,67% untuk bersama dan sebanyak 9,93% yang umum. Padahal cakupan jamban harus mencapai % atau semua masyarakat harus memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan dirumah. 7 Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, ada lima belas Kabupaten/Kota telah melaksanakan Program Penyedian Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS). Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan salah satu kabupaten yang telah melaksanakan program ini dan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, Puskesmas, Kader nagari yang dimulai pada tahun 2008. Dari 21 Puskesmas yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota, sebanyak 13 wilayah kerja yang sudah ikut dalam program PAMSIMAS dan yang paling rendah jumlah Kepala Keluarga yang memiliki jamban keluarga berada di wilayah kerja Puskesmas Koto Tinggi sebanyak 48,10% yang terdiri dari 7 Jorong (Aie Angek, Lokuang, Kampuang Goduang, Kampuang Patai, Sei. Dadok, Pelangkitangan dan Lubuak Aua). Sehingga pada wilayah kerja yang mendapatkan program PAMSIMAS cakupan kepemilikan jamban meningkat menjadi 90%. 8 Oleh karena itu untuk melihat keberhasilan kerja PAMSIMAS akan dilihat seberapa besar perilaku masyarakat dalam pemanfaatan jamban. Karena masih ditemukan ada sebagian masyarakat membuang tinja sembarangan seperti ke sungai dan semak-semak, sedangkan air sungai digunakan untuk keperluan lain seperti untuk mandi, mencuci pakaian, dan mencuci peralatan dapur. L Green (1980) menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku adalah faktor predisposisi (predisposing factor) merupakan faktor dasar motivasi untuk bertindak meliputi : pengetahuan, sikap, keyakinan, persepsi, sistim nilai yang dianut masyarakat, pendidikan dan sosial ekonomi. Faktor pemungkin (enabling factor)

merupakan faktor yang memungkinkan suatu motivasi pelaksana yang meliputi ketersediaan sarana SDM dan pelayanan kesehatan dan faktor penguat (reinforcing factor) merupakan faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang meliput dukungan keluarga, personal petugas kesehatan, atasan dan lainnya. Perilaku Kepala Keluarga dalam pemanfaatan jamban keluarga berkaitan dengan faktor predisposisi dan faktor penguat yaitu tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, sikap, dan peranan petugas kesehatan. 9 Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada 10 orang responden yang sudah memiliki jamban keluarga, diperoleh sebanyak 40% responden yang memanfaatkan jamban, sebanyak 70% tingkat pendidikan responden rendah yaitu tamat SD, sebanyak 60% tingkat pengetahuan responden rendah tentang pemanfataan jamban, sebanyak 70% sikap responden negatif terhadap pemanfataan jamban dan sebanyak 30% ada peranan petugas kesehatan dalam pemanfaatan jamban keluarga. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan pemanfaatan jamban keluarga dalam program PAMSIMAS di wilayah kerja Puskesmas Koto Tinggi Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2012. Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional, yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) yang artinya tiap subjek penelitian hanya di observasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.26 Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Koto Tinggi Kecamatan Gunuang Omeh Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah KK yang memiliki jamban sebanyak 1207 KK yang mendapatkan Program PAMSIMAS di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Tinggi Kabupaten Lima Puluh Kota. Sampel adalah sebagian dari populasi penelitian, yaitu semua KK yang memiliki jamban sebanyak 1207 KK yang mendapatkan Program PAMSIMAS di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Tinggi Kabupaten Lima Puluh Kota.sebanyak 98 KK sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil dan Pembahasan Tabel 5 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Tinggi Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012 Tingkat Pendidikan Rendah Tinggi F % f % F % 63 4 88,7 14,8 8 23 11,3 85,2 71 27 67 68,4 31 31,6 98 p value = 0,000 Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa proporsi lebih tinggi pada tingkat pendidikan rendah (88,7%) dibandingkan dengan tingkat pendidikan tinggi (14,8%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p < 0,05, berarti terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan jamban keluarga di wilayah kerja Puskesmas Koto Tinggi Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012. Tingkat pendidikan dan kebiasaan didalam keluarga mempengaruhi sikap responden dalam memanfaatkan jamban keluarga. Untuk mendorong semangat responden dalam memanfaatkan jamban keluarga dirumah perlu ditanamkan kebiasaankebiasaan yang baik terutama dari pihak puskesmas tentang pentingnya kesehatan dan memanfaatkan jamban keluarga dirumah. Tabel 6 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Tinggi Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012 Tingkat Pengetahuan F % f % f % Rendah Tinggi 64 3 97,0 9,4 2 29 3,0 90,6 66 32 67 68,4 31 31,6 98

p value = 0,000 Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa proporsi lebih tinggi pada tingkat pengetahuan rendah (97,0%) dibandingkan dengan tingkat pengetahuan tinggi (9,4%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p < 0,05, berarti terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan pemanfaatan jamban keluarga di wilayah kerja Puskesmas Koto Tinggi Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012. Menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan yang bersifat kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya suatu tindakan. Tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan responden tentang pentingnya memiliki jamban keluarga dirumah. Pengetahuan berhubungan erat dengan kemampuan intelektual seseorang. Pengetahuan yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang pemanfaatan jamban keluarga dirumah. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan tindakan seseorang dalam hal ini pengetahuan tentang pemanfaatan jamban keluarga dirumah akan sangat mempengaruhi perilaku dalam memilih. Hal ini sesuai dengan teori L Green bahwa adanya kecendrungan pengetahuan yang tinggi akan lebih tahu tentang kepemilikan jamban keluarga dirumah. Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk lebih meningkatkan pengetahuan dalam hal pemanfaatan jamban keluarga dirumah yaitu dengan menyebar luaskan informasi melalui leaflet, pamflet, poster, spanduk, penyuluhan baik secara individu maupun kelompok. lebih tinggi pada sikap negatif (80,8%) dibandingkan dengan sikap positif (54,3%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p < 0,05, berarti terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan pemanfaatan jamban keluarga di wilayah kerja Puskesmas Koto Tinggi Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang pada sesuatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. 22 Terwujudnya suatu sikap menjadi perbuatan yang nyata, diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan seperti fasilitas dan dukungan pihak lain. Dalam penelitian ini yang menjadi faktor pendorong yaitu sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang mudah diakses masyarakat dan dukungan pihak lain seperti dukugan petugas kesehatan. Penelitian ini sesuai menurut teori yang dikemukakan oleh L Green (2005) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku dalam pemanfaatan jamban keluarga adalah sikap. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Thurstone, bahwa semakin positif sikap responden maka ia cenderung untuk memanfaatkan jamban keluarga dirumah, sebaliknya semakin negatif sikap responden maka ia cenderung untuk tidak memanfaatkan jamban keluarga dirumah bahkan mereka pada umumnya buang air besar di pantai. Adapun usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan sikap kepala keluarga terhadap pemanfaatan jamban keluarga dirumah yaitu dengan penyebaran informasi melalui penyuluhan baik perorangan maupun kelompok serta menciptakan komunikasi yang baik antara pihak puskesmas dengan masyarakat sekitarnya. Tabel Tabel 7. Hubungan Sikap dengan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Tinggi Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012 Sikap F % f % f % Negatif Positif 42 25 80,8 54,3 10 21 19,2 45,7 52 46 67 68,4 31 31,6 98 p value = 0,010 Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa proporsi Tabel 8. Hubungan Peranan Petugas Kesehatan dengan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Tinggi Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012

Peranan Petugas Kesehatan Berperan Berperan F % F % F % 43 24 82,7 52,2 9 22 17,3 47,8 52 46 67 68,4 31 31,6 98 p value = 0,000 Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa proporsi lebih tinggi pada kurangnya peranan petugas kesehatan (82,7%) dibandingkan dengan adanya peranan petugas kesehatan (52,2%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p < 0,05, berarti terdapat hubungan yang bermakna antara peranan petugas kesehatan dengan pemanfaatan jamban keluarga di wilayah kerja Puskesmas Koto Tinggi Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadangkadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan juga dukungan dan contoh dari petugas kesehatan. Dukungan petugas terutama petugas kesehatan merupakan salah satu pendorong kepala keluarga dalam memanfaatkan jamban keluarga. Petugas kesehatan merupakan orang yang cukup didengar nasehatnya oleh masyarakat. Menurut kebiasaan bahwa setiap nasehat yang diberikan petugas kesehatan demi kesehatan keluarga, maka mereka sangat memperhatikannya, berhasil atau tidaknya tergantung pada petugas kesehatan. Pemanfaatan jamban keluarga sangat tergantung juga pada petugas kesehatan yang merupakan ujung tombak dalam mempromosikan dan memberikan penyuluhan tentang pentingnya memanfaatkan jamban keluarga di rumah. Untuk meningkatkan peranan petugas dalam memberikan penyuluhan tentang pemanfaatan jamban yaitu perlu diberikan pelatihan yang terpadu (pengetahuan dan keterampilan) mengenai jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan yang baik, serta perlu juga dilakukan observasi oleh petugas kesehatan ke rumah-rumah untuk memantau apakah jamban yang dimiliki oleh responden memenuhi syarat kesehatan dan juga dimanfaatakan untuk buang air besar. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diketahui lebih dari separoh kepala keluarga yang tidak memanfaatkan jamban keluarga hal ini disebabkan sebahagian besar tingkat pendidikan kepala keluarga rendah, Lebih dari separoh tingkat pengetahuan kepala keluarga rendah, lebih dari separoh sikap kepala keluarga negatife, lebih dari separoh kurangnya peranan petugas kesehatan terhadap pemanfaatan jamban keluarga dalam program Pamsimas di wilayah kerja Puskesmas Koto Tinggi Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2012. Berdasarkan uji statistik diketahui hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, sikap dan peranan petugas dengan pemanfaatan jamban keluarga dalam program Pamsimas di wilayah kerja Puskesmas Koto Tinggi Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2012. Saran Untuk Puskesmas Koto Tinggi meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat secara merata agar tingkat pengetahuan masyarakat tentang sanitasi dan pemanfaatan jamban lebih baik. Penyuluhan dapat dilakukan dengan cara kelompok (murid sekolah, PKK dan kelompok tani), penyuluhan perorangan (melalui ibu-ibu pengunjung posyandu, kunjungan rumah) dan penyuluhan melalui media massa (leaflet, pamfleat, spanduk dan penempelan stiker). Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota untuk dapat meningkatkan monitoring dan evaluasi terhadap Puskesmas terutama program yang berhubungan dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat ( pemanfaatan jamban dan sanitasi) DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Pembangunan Nasional. Perencanaan dan Penganggaran (RKA-RKL). Kementerian Pembangunan Nasional RI : 2005. 2. Undang-Undang No 36 Tahun 2009. Kesehatan dan Ruma Sakit. Fokus Indo Mandiri : 2010. 3. Azrul Azwar. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya : 1995. 4. Pamsimas. Modul Pelatihan CLTS : 2009 5. Savitri Rosnini. Buku Informasi Kesehatan Lingkungan. Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat : Padang : 2010

6. www.sanitasi.or.id.srategisanitasi : 2012 7. Laporan Tahunan tahun 2010. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat: 2010 8. www.pamsimas.org : 2012 9. Laporan Tahunan tahun 2010. Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota : 2010 10. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta : 2007 11. Depkes RI. Kegiatan Air Bersih dan Sanitasi untuk Berpenghasilan Rendah. Weslic 3 : Ditjen PP dan PL : 2011 12. UNICEF/INDONESIA. Penuntun Hidup Sehat. Jakarta : 2010 13. Depkes RI. Ditjen PP & PL. Kegiatan Air Bersih dan Sanitasi untuk Masyarakat Berpenghsailan Rendah (WSLIC-2) : 2005. 14.. Modul Pelatihan Stop BABS Melalui Metoda STBM. Pamsimas : 2011 15. PAMSIMAS. Manual Teknis Sanitasi Komunal Peri-Urban : 2011. 16. Mantra Harisandi. Pendidikan dan Pengetahuan Dasar. Bandung : Galia : 1993. 17. Ihsan Fuadi. Konsep Dasar Pendidikan. Jakarta : Rieneka Cipta : 2005. 18. Soekidjo Notoatmodjo. Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Seni. Jakarta : Rineka Cipta : 2007. 19.. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta : 2010 20. Depkes RI. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta : 2007. 21. Soekidjo Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta : 2005. 22. Sudigdo Sastroasmoro. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung Seto : Jakarta : 2002. 23. Ariawan Iwan. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Jurusan Biostatistik dan Kependudukan, FKM UI Depok : 1 April 1998. 24. Awal Isgiyanto. Teknik Pengambilan Sampel. Yogyakarta : Mitra Cendikia : 2009