SIKAP DENGAN PERILAKU PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

dokumen-dokumen yang mirip
Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014).

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL

PERILAKU WANITA PEKERJA SEKSUAL (WPS) DALAM MELAKUKAN SKRINING INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI LOKALISASI TEGAL PANAS KABUPATEN SEMARANG

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

UNIVERSITAS UDAYANA GAMBARAN PERILAKU HYGIENE VAGINA PADA WUS YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS DI KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MELALUI METODE PAP SMEAR PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Abstrak

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA/ MAHASISWI TERHADAP INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

ABSTRAK KORELASI ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP DAN PERILAKU LAKI-LAKI SEKS DENGAN LAKI-LAKI MENGENAI GONORE DI YAYASAN X BANDUNG

Mamik R 1, Endang 1 1. Program Studi DIII Keperawatan STIKES Pemkab Jombang ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

Fajarina Lathu INTISARI

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pencegahan Keputihan di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan Sleman Yogyakarta

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Laporan analisis kasus, September 2014 ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.1. Januari 2012

HUBUNGAN ANTARA USIA, PEKERJAAN, PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

SIKAP IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PERTAMA (K1) COMPLIANCE WITH THE ATTITUDE OF PREGNANT WOMEN PRENATAL CARE FIRST VISIT

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

1. Pendahuluan FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GONORE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKSUAL PADA REMAJA DI SMP N 7 SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

KOSALA JIK. Vol. 3 No. 2 September 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

GAMBARAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI KONDOM PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI SUKOSARI KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG.

KARYA TULIS ILMIAH. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP PERILAKU SEKSUAL Studi Kasus di PT Esa Express Surabaya

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN SERTIFIKAT LAIK SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURNAMA KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

RSUD Ratu Zalecha Martapura, Jl. Menteri Empat, Martapura, Kalimantan Selatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Balangan, Jl. A.Yani km. 2,5 Paringin Selatan

Rahmawati, Murwati, Henik Istikhomah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU PENCATATAN DAN PELAPORAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS (TBC) PADA KELOMPOK USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KARANGANYAR, DEMAK

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

Dwi Sulistyowati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan. Keywords: Knowledge, Attitudes, Behaviors, Inos, Nurse.

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN SUAMI UNTUK MENCEGAH HIV/AIDS DI DESA X KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KADER KESEHATAN DENGAN TES HIV/AIDS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BERGAS KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERSEDIAAN SUMBER ATAU FASILITAS DENGAN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

Kata kunci : Perilaku, Kanker Leher Rahim, Ibu Rumah Tangga Kepustakaan : 28 buah ( )

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

Erma Prihastanti, Puji Hastuti Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DI KEBAYANAN TERSO DESA KANDANGSAPI JENAR

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA PRE MENARCHE DI SMPN 1 BRATI

Transkripsi:

SIKAP DENGAN PERILAKU PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) ATTITUDE BEHAVIOR RELATIONS WITH COMMERCIAL SEXS WORKERS ABOUT PREVENTION OF SEXUALLY TRANSMITTED INFECTIONS Claudia Raynera, Sri Wahyuni, Sri Sumarni Poltekes Kemenkes Semarang. Jl. TIrto Agung Pedalangan Banyumanik Semarang marninugroho@yahoo.com ABSTRACT Background: There are 26 Public Health Centers in the district of Semarang. The PHC of Bergas is the highest number of sexually transmitted infection cases. There are 767 cases which is occurred during 2012 at Tegalrejo Bergas Localization.The problem in this study is is there any relationship between the attitude with prevention behaviors about Sexually Transmitted Infections by sexual commercial workers in brothels Tegalrejo, Bergas, Semarang in 2013. Method: This research is quantitative research. The design in this study is used a correlation study and using cross-sectional approach. The variables of this study is the attitude and behavior about prevention behaviors about Sexually Transmitted Infections of sexual commercial workers. The subjects were commercial sex workers who working at Localization of Tegalrejo, Bergas, Semarang. There are 150 populations. However, only 60 respondents were involving in this study. The simple random sampling is used in this study. The data was gained by quessionaires. Moreover, the data was analized by frequency distribution and chi square analysis. Result: The results showed that there were 56.7 % of respondens at health reproductive age. The highest number of level education was 56.7 % who have a basic education level. Moreover, most of respondens have positive attitude (56.7 %) about prevention in Sexually Transmitted Infections. The positive behaviors was 61.7 %, more than the number of responden who did negative behaviour about prevention in Sexually Transmitted Infections. Conclusion: It is concluded that there is a relationship between the attitude with prevention behaviors about Sexually Transmitted Infections by sexual commercial workers in brothels Tegalrejo, Bergas, semarang which was showed by ρ value 0.001. It is expected to health care professionals in order to improve the programs are closely to do intensive counseling and distributing more condoms for sexual commercial workers, who has a high risk of sexually transmitted infections. Keywords: attitudes, behaviors, sexually transmitted infections INTISARI Latar belakang: Dari 26 puskesmas di wilayah Kabupaten Semarang, Puskesmas Bergas tercatat mempunyai kasus infeksi menular seksual (IMS) tertinggi. Sebanyak 767 kasus IMS terjadi selama tahun 2012 di lokalisasi Tegalrejo Bergas, kabupaten Semarang. Masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara sikap dengan perilaku pekerja seks komersial tentang pencegahan infeksi menular seksual di lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kabupaten Semarang. Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan design korelasi yang menggunakan pendekatan crossseksional. Variabel dalam penelitian ini adalah sikap dan perilaku mengenai pencegahan infeksi menular seksual. Sampel dalam penelitian ini adalah pekerja seks komersial yang berada di wilayah lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kabupaten Semarang. Seluruh populasi 150 orang yang diambil sampel sebanyak 60 responden dari sampling acak sederhana. Pengumpulan data sikap dan perilaku dengan menggunakan kuesioner. Analisa data dengan distribusi frekuensi dan uji chi square untuk menganalisa korelasi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,7 % responden berusia reproduksi sehat. Tingkat pendidikan tertinggi responden adalah pendidikan dasar sebanyak 56,7 %. Sebanyak 56, 7 % responden memiliki sikap positif terhadap pencegahan penyakit menular seksual. Sedangkan responden yang memiliki perilaku positif terhadap pencegahan infeksi menular seksual sebanyak 61, 7 %, Simpulan: ada hubungan antara sikap dengan perilaku pekerja seks komersial tentang pencegahan infeksi menular seksual di lokalisasi tegalrejo, Bergas, Kabupaten Semarang yang dibuktikan dengan nilai p 0,001. Disarankan bahwa pemberi pelayanan kesehatan lebih intensive dalam didalam konseling dan pendistribusian kondom khususnya kepada PSK dalam rangka menurunkan infeksi menular seksual Kata kunci: sikap, perilaku, infeksi menular seksual 78 Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume I, Nomor 2, Agustus 2013

Sikap dengan Perilaku Pekerja Seks Komersial... PENDAHULUAN Infeksi menular seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehat an masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Pening katan insiden IMS dan penyebarannya di seluruh dunia tidak dapat diperkirakan secara tepat. Di beberapa negara disebutkan bahwa pelaksanaan program penyuluhan yang intensif akan menurunkan insiden IMS atau paling tidak insidennya relatif tetap. Namun demikian, di sebagian besar negara insiden IMS relatif masih tinggi dan setiap tahun beberapa juta kasus baru beserta komplikasi medisnya antara lain kemandulan, kecacatan, gangguan kehamilan, gangguan pertumbuhan, kanker bahkan juga kematian memerlukan penaggulangan, sehingga hal ini akan meningkatkan biaya kesehatan 1. Kasus IMS banyak terjadi pada wanita termasuk juga pada Pekerja Seks Komersial (PSK). Hal ini disebabkan mereka sering berganti-ganti pasangan, yang dapat memperting gi resiko penularan IMS. Peningkatan IMS ini berkaitan dengan bertambahnya ang ka PSK. Data resmi menunjukkan jumlah pekerja seks sampai tahun 1995 tercatat 71.281 belum termasuk mereka yang berada di luar pagar lokalisasi, jadi jumlah PSK sesungguhnya sulit diperhitungkan 2. Menurut World Health Organization (WHO) information sheet No.249 tahun 2004 perempuan lebih rentan terkena IMS baik secara biologis, kultur, maupun sosio ekonomi dibandingkan laki-laki. Kemungkinan seorang wanita tertular infeksi dari pasangan yang menderita IMS dua kali lebih besar dari pada pria. Menurut Dr. Farida, 2005, IMS ditularkan melalui hubungan seksual baik dari kelamin dengan kelamin (Genitogenital), mulut dengan kelamin (Orogenital), ataupun anus dengan kelamin (anugenital). Penularan IMS terjadi melalui cairan yang dukeluarkan saat berhubungan seksual. Cairan pembawa kuman tersebut masuk melalui luka kecil akibat gesekan saat behubungan seksual. WHO memperkirakan pada tahun 1999 ter dapat 340 juta kasus baru IMS setiap tahunnya, dan jumlah tersebut menurut analisis WHO cenderung meningkat dari waktu ke waktu 1. Di Indonesia sendiri, telah banyak lapor an mengenai prevalensi infeksi menular seksual ini. Beberapa laporan yang ada dari beberapa lokasi antara tahun 1999 sampai 2001 menunjukkan prevalensi infeksi gonore dan klamidia yang tinggi antara 20% - 35% 3. Di Provinsi Jawa Tengah, jumlah kasus baru IMS pada tahun 2011 sebanyak 10.752 kasus 4. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang tahun 2011, dari 29 kabupaten dan 6 kota di Provinsi Jawa Te ngah Kabupaten Semarang yang menduduki peringkat pertama kasus IMS yaitu sebanyak 2.438 kasus pada tahun 2010 dan 2.463 kasus pada tahun 2011. Dari 26 puskesmas di wilayah Kabupaten Semarang, Puskesmas Bergas memiliki jumlah kasus baru IMS tertinggi pertama. Kasus IMS di Puskesmas Bergas terjadi di Lokalisasi Tejalrejo pada tahun 2010 ada 1.844 kasus, pada tahun 2011 menurun menjadi 1.296 kasus dan menurun lagi menjadi 767 kasus yang didapat dari jumlah kasus pada tahun 2012 5. Menurut data Puskesmas Bergas, 2012, jenis kasus IMS terbanyak pada PSK di lokalisasi Tegalrejo pada tahun 2012 adalah diplokokus, yang positif sebanyak 42 PSK, servisitis sebanyak 640 PSK, bakteri vaginosis sebanyak 81 PSK dan candidiasis sebanyak 4 PSK. Berbagai upaya telah dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas Bergas Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume I, Nomor 2, Agustus 2013 79

untuk menurunkan kasus IMS. Upaya tersebut adalah pemeriksaan skrining dan penyuluhan setiap bulan dari tenaga kesehatan yang langsung di lakukan di lokalisasi Tegalrejo. Selain itu puskesmas Bergas juga telah memiliki klinik IMS yang terletak di samping puskesmas Bergas dan memiliki 4 tenaga kesehatan didalamnya. Hasil studi pendahuluan pada 5 PSK, didapatkan bahwa PSK yang tidak menggunakan kondom dikarenakan beberapa alasan diantaranya 3 PSK tidak menawarkan kondom kepada pelanggan saat akan melakukan hubungan seksual, 2 PSK takut jika pelanggannya pergi. Dan 2 PSK menyatakan tidak menggunakan kondom karena ribet. Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut Adakah Hubungan Sikap dengan Perilaku Pekerja Seks Komersial (PSK) Tentang Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kabupaten Semarang pada Tahun 2013. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu studi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja seks komersial (PSK) di lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kabupten Semarang pada bulan Juli 2013. Besar populasinya 150 orang. Sampel dalam penelitian ini seba nyak 60 orang Pekerja Seks Komersial yang bekerja di Lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kabupaten Semarang. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2013. Pengumpulan data yang digunakan kuesioner melalui daftar pertanyaan yang diisi responden sendiri tentang sikap pekerja seks komersial (PSK) terhadap infeksi menular seksual (IMS) dengan perilaku pekerja seks komersial (PSK) dalam pencegahan infeksi menular seksual (IMS), yang diisi langsung oleh responden. Peneliti melakukan penilaian dari hasil jawaban responden tentang sikap Pekerja Seks Komersial (PSK) tentang Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan cara memberi skor 1 untuk sikap positif dan 0 untuk sikap negatif. Begitu juga dengan penilaian dari hasil jawaban responden tentang perilaku Pekerja Seks Komersial (PSK) tentang Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan cara memberi skor 1 untuk perilaku positif dan 0 untuk perilaku negatif. Analisa univariat dilakukan untuk menggambarkan variabel umur, pendidikan, sikap dan perilaku yang diperoleh dari hasil penelitian yang menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap variabel dengan perhitungan distribusi frekuensi dan persentasenya. Analisa bivariat uji chi square dilakukan untuk menilai apakah ada hubungan antara variabel-variabel sikap dengan perilaku tentang pencegahan infeksi menular seksual. HASIL PENELITIAN Pengumpulan data pada 60 pekerja seks komersial (PSK) tentang pencegahan infeksi menular seksual (IMS) di lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kabupaten Semarang pada tahun 2013 telah dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2013. a. Umur PSK Tabel 1. Distribusi frekuensi umur PSK di Lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kabupaten Semarang Pada Tahun 2013 No umur Frekuensi Persentase (%) 1 <20 tahun 7 11,6 2 20-35 tahun 34 56,7 3 > 35 tahun 19 31,7 jumlah 60 100.0 80 Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume I, Nomor 2, Agustus 2013

Sikap dengan Perilaku Pekerja Seks Komersial... Dari tabel 1, menunjukkan bahwa usia PSK di Lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Semarang pada tahun 2013 terdiri dari reproduksi tidak sehat umur <20 tahun seba nyak 7 responden (11,7%), reproduksi sehat antara umur 20-35 tahun sebanyak 34 responden (56,7%) dan reproduksi tidak sehat umur >35 tahun sebanyak 19 responden (31,7%). b. Pendidikan Terakhir PSK Tabel 2. Distribusi frekuensi pendidikan terakhir PSK di Lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Semarang Pada Tahun 2013 No Pendidikan Frekuensi Persentase (%) 1 Dasar 34 56,7 2 Menengah 22 36,7 3 Tinggi 4 6,6 Jumlah 60 100.0 Dari tabel 2, menunjukkan bahwa pendidikan terakhir PSK di Lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kabupaten Semarang Pada Tahun 2013 didapatkan hasil PSK dengan pendidikan dasar sebanyak 34 responden (56,7%), pendidikan menengah sebanyak 22 responden (36,7%) dan pendidikan tinggi sebanyak 4 responden (6,7%). c. Sikap PSK tentang pencegahan IMS Tabel 3. Distribusi frekuensi sikap PSK tentang pencegahan IMS di Lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kabupaten Semarang Pada Tahun 2013 No Sikap PSK Frekuensi Persentase (%) 1 Positif 34 56,7 % 2 Negatif 26 43,3 % jumlah 60 100 % Dari tabel 3, menunjukkan bahwa sikap PSK di Lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kabupaten Semarang pada tahun 2013 tentang pencegahan IMS terdiri dari 2 kategori yaitu positif sebanyak 34 PSK (56.7%) dan PKS bersikap negatif sebanyak 24 PSK (43.3%). d. Perilaku pencegahan IMS oleh PSK Tabel 4. Distribusi frekuensi Perilaku PSK tentang pencegahan IMS di Lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kabupaten Semarang Pada Tahun 2013 No Perilaku Frekuensi Persentase pencegahan IMS (%) 1 Positif 37 61,7 % 2 Negatif 23 38,3 % Jumlah 60 100 % Dari tabel 4, menunjukkan bahwa perilaku pencegahan IMS oleh PSK di Lokali sasi Tegalrejo, Bergas, Kabupaten Semarang pada ta hun 2013 terdapat 37 PSK (61.7%) berperilaku positif dan 23 PSK (38.3%) berperilaku negatif. e. Hubungan Sikap dan perilaku Tabel 5 Tabel silang antara Sikap dengan Perilaku Pekerja Seks Komersial (PSK) Tentang Pen cegahan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kabupaten Semarang Pada Tahun 2013 Perilaku negatif positif Total Sikap Jumlah % Jumlah % Jumlah % negatif 20 86,9 6 16,2 26 43,3 positif 3 13,1 31 83,8 34 56,7 Total 23 100 37 100 60 100 X 2 = 19,222 P value = 0,001 Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai sikap negatif dan berperilaku negatif yaitu sebanyak 20 PSK (86,9%), lebih banyak dibandingkan res ponden yang mempunyai sikap negatif dan berperilaku positif yaitu sebanyak 6 PSK (16,2%). Sedangkan responden yang mempunyai sikap positif dan berperilaku negatif yaitu sebanyak 3 PSK (13,1%), lebih sedikit dibandingkan responden yang mempunyai si kap positif dan berperilaku positif yaitu sebanyak 3 PSK (83,8%). Hasil uji statistik chi square antara sikap dengan perilaku PSK terhadap pencegahan Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume I, Nomor 2, Agustus 2013 81

IMS diperoleh X 2 hitung sebesar 19,222 dan berdasarkan df = 1 dengan taraf kesalahan 5% (α = 0,05) dan harga x 2 tabel = 3,841 maka Ho ditolak dan Ha diterima karena harga continuity correction hitung lebih besar dari harga tabel, jadi ada hubungaan antara sikap dan perilaku PSK tentang pencegahan IMS. PEMBAHASAN 1. Analisa Univariat a. Usia saat ini PSK di Lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kabupaten Semarang Pada Tahun 2013 Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuh an fisik secara garis besar ada empat kate gori perubahan, yaitu perubah an ukur an, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciriciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa 6. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa sebagian besar PSK memiliki reproduksi yang sehat. Reproduksi yang sehat sangat mempengaruhi kesehatan organ reproduksi itu sendiri, yang seharusnya responden lebih bisa menjaga kesehatan reproduksinya. memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut (7). Masyarakat yang berpendidikan rendah akan bersikap masa bodoh terhadap perkembangan pengetahuan disekitarnya, sehingga masyarakat tidak peduli ter hadap informasi atau sesuatu dari luar. Rendahnya tingkat pendidikan seseorang atau masyarakat sangat berpengaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan, oleh karena sikap masyarakat yang belum terbuka dengan hal-hal atau inovasi baru. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 60 responden, didapatkan responden dengan pendidikan dasar paling banyak dibandingkan de ngan re s ponden yang berpendidikan meneng ah maupun pendidikan atas. Namun hal tersebut tidak selalu mempengaruhi responden untuk bersikap dan berperilaku negatif. Karena perubahan sikap dan perilaku bukan semata-mata hanya dipengaruhi oleh jenjang pendidikan saja, namun dapat pula dipengaruhi oleh stimulus dari luar seperti sosialisasi maupun penyuluhan pendidikan kesehatan seperti yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas Bergas. b. Pendidikan terakhir PSK di Lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kabupaten Semarang Pada Tahun 2013 Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon ter hadap sesuatu yang datang dari luar, orang yang berpendidikan tinggi akan c. Sikap PSK tentang pencegahan IMS di Lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kabupaten Semarang Pada Tahun 2013 Faktor pembentuk sikap antara lain yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pe ngaruh kebudayaan, media massa, lembaga 82 Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume I, Nomor 2, Agustus 2013

Sikap dengan Perilaku Pekerja Seks Komersial... pendidikan dan lembaga agama, dan pengaruh faktor emosional. Namun sikap seseorang tidak statis, dapat berubah tergantung pada kondisi dan faktor yang mempengaruhi 8,9. Berdasarkan distribusi jawaban responden tentang sikap PSK terhadap pen cegahan IMS, dapat diketahui bahwa dari 60 responden, 36 responden memiliki sikap yang positif. Hal tersebut menunjukan bahwa kondisi dan faktor yang mempengaruhi responden adalah baik. Sehingga responden pun mempu menunjukkan sikap yang positif terhadap stimulus yang diberikan. Dilihat dari jawaban responden, ternyata masih terdapat 26 responden (43,3%) yang mempunyai sikap negatif. Hal ini bila dilihat dari distribusi jawaban responden, masih ada 27 responden (45%) yang selain berhubungan melalui alat kelamin, responden juga akan berhubungan seksual melalui mulut dan anus. Selain itu masih ada 26 responden (43,3%) yang akan selalu menerima pelanggan yang datang. Dan masih ada 22 responden (36,7%) yang setiap selasai melakukan hubungan seksual, responden tidak akan membersihkan alat kelamin. Namun dari 26 responden (43,3%) yang mempunyai sikap negatif, 34 responden (56,7%) telah mempunyai sikap yang positif. d. Perilaku PSK tentang pencegahan IMS di Lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kabupaten Semarang Pada Tahun 2013 Perilaku terjadi diawali dengan adanya pengalaman-pengelaman seseorang serta faktor-faktor diluar orang tersebut (lingkungan) baik fisik maupun nonfisik. Kemudian pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini, dan sebagainya sehingga menimbulkan motivasi, niat, sikap untuk bertindak, dan akhirnya terjadilah perwujudan berupa perilaku 7,13. Dalam hal ini perilaku pelayanan pencegahan IMS termasuk dalam perilaku kesehatan, yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: faktor predisposing (pengetahuan, kepercayaan, sikap, nilai, dll), faktor pemungkin (ketersediaan pelayanan kesehatan, akses pelayanan kesehatan, pendapatan keluarga, ketersedian waktu, ketrampilan petugas) dan faktor pendorong (keluarga, petugas kesehatan, tokoh masyarakat, pengambil keputusan) 9,12. Dari hasil penelitian, responden yang berperilaku positif sebanyak 37 responden (61,7%) dari 60 responden yang berarti sebagian besar responden kemungkinan mampu menerapkan penyuluhan yang telah diberikan dengan menunjukkan perilaku yang positif. Sebanyak 35 responden (58,3%) jawab annya tidak menolak jika pelanggannya tidak menggunakan kondom dan ada 20 responden (33,3%) yang dibayar lebih oleh pelanggan jika responden tidak menggunakan kondom. Dan masih ada 18 responden (30%) yang setiap selesai melakukan hubungan seksual responden tidak membersihkan alat kelaminnya. Namun dari 23 responden (38,3%) yang mempunyai perilaku negatif, 37 responden (61,7%) telah mempunyai perilaku yang positif. Hal ini tidak sesuai dengan sikap responden yang sebagian besar adalah positif. Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume I, Nomor 2, Agustus 2013 83

2. Analisa Bivariat Sikap dengan Perilaku Pekerja Seks Komersial (PSK) Tentang Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS). Responden yang mempunyai sikap negatif dan berperilaku negatif yaitu sebanyak 20 PSK (86.9%), lebih banyak dibandingkan responden yang mempunyai sikap negatif dan berperilaku positif yaitu sebanyak 6 PSK (16,2%). Responden yang bersikap positif dan berperilaku negatif yaitu sebanyak 3 PSK (13,1%), lebih sedikit dibandingkan responden yang mempunyai sikap positif dan berperilaku positif yaitu sebanyak 31 PSK (83,8%). Hasil uji Chi Square antara variable sikap dengan perilaku PSK tentang pencegahan IMS didapatkan nilai X 2 hitung sebesar 19,222 X 2 tabel (sebesar 3,841). Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap belum, merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku 7,11,13. Faktor yang mempengaruhi sikap yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa dan lembaga pendidikan. Dalam hal ini, termasuk tenaga kesehatan yang ada di puskesmas. Petugas puskesmas yang mengampu dan membantu responden dalam mencegah IMS dengan melaksanakan penyuluhan setiap bulannya (8,14). Dan dari hasil uji chi kuadrat didapatkan bahwa ρ value sebesar 0,001 0.05, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan perilaku PSK tentang pencegahan IMS. Sikap adalah reaksi yang masih tertutup dari seseorang dan dapat terwujud nyata dalam praktik (dalam hal ini adalah sikap PSK tentang pencegahan IMS) yang sebelumnya telah mendapatkan informasi atau telah memahami suatu obyek, sehingga dapat mempengaruhi tindakan atau perilaku seseorang. Sehingga responden yang memiliki sikap positif dengan perilaku positif akan cenderung berhasil dalam kaitannya dengan pencegahan IMS. Dan dalam penelitian ini didapatkan gambaran bahwa sikap yang positif akan menjadikan perilaku yang positif pula dari seseorang. SIMPULAN 1. Usia PSK di Lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kab.Semarang pada tahun 2013 sebagian besar PSK memiliki reproduksi yang sehat, terdiri atas reproduksi tidak sehat umur <20 tahun sebanyak 7 responden (11,6%) dan umur >35 tahun sebanyak 19 responden (31,7%), reproduksi sehat antara umur 20-35 tahun sebanyak 34 responden (56,7%). 2. Pendidikan terakhir PSK di Lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kab.Semarang Pada Tahun 2013 terbnayak adalah pendidikan dasar sebanyak 34 responden (56,7%), pendidikan menengah sebanyak 22 responden (36,7%) dan pendidikan tinggi sebanyak 4 responden (6,6%). 3. Sikap PSK tentang pencegahan IMS di Lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kab.Semarang Pada Tahun 2013 sebagian besar adalah positif yaitu sebanyak 34 responden (56,7%) dan yang bersikap negatif sebanyak 26 responden (43,3%). 4. Perilaku PSK tentang pencegahan IMS 84 Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume I, Nomor 2, Agustus 2013

Sikap dengan Perilaku Pekerja Seks Komersial... di Lokalisasi Tegalrejo, Bergas, Kab.Semarang Pada Tahun 2013sebagian besar adalah positif yaitu sebanyak 37 responden (61,7%) dan yang berperilaku negatif sebanyak 23 responden (38,3%). 5. Responden yang mempunyai sikap negatif dan berperilaku negatif yaitu sebanyak 20 PSK (71.4%), lebih banyak dibandingkan responden yang mempunyai sikap negatif dan berperilaku positif yaitu sebanyak 4 PSK (12.5%). Responden yang mempunyai sikap positif dan berperilaku negatif yaitu sebanyak 8 PSK (28,6%), lebih sedikit dibandingkan responden yang mempunyai sikap positif dan berperilaku positif yaitu sebanyak 28 PSK (87,5%). Dan dari hasil uji chi kuadrat didapatkan bahwa ρ value 0,001 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima sehinngga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan perilaku PSK tentang pencegahan IMS. SARAN 1. Bagi masyarakat (PSK) khususnya PSK agar lebih menjaga kesehatan alat reproduksinya terutama pada penularan infeksi menular seksual (IMS), seperti menggunakan kondom yang telah dibagikan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas Bergas. 2. Bagi petugas kesehatan diharapkan agar meningkatkan program-program yang erat kaitannya dengan pencegahan IMS, terutama pada PSK yang mempunyai resiko tinggi terkena IMS, seperti melakukan penyuluhan lebih intensif dan membagikan kondom lebih banyak setiap bulannya. 3. Bagi instansi pemerintah agar lebih meningkatkan kinerja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dalam pencegahan IMS serta memberikan sarana prasarana untuk pencegahan IMS itu sendiri. 4. Bagi penelitian selanjutnya hendaknya dapat dikembangkan pada penelitian lanjut yang membahas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan penularan infeksi menular seksual (IMS). DAFTAR PUSTAKA 1. Daili, Sjaiful Fahmi, dkk. 2009. Infeksi Menular Seksual. edisi 4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI 2. Zubair. 2004. Penyakit Menular Seksual. edisi 4. Jakarta : Badan Penerbit FKUI 3. Irianti, Indah dan Nina Herlina. 2010. Buku Ajar Psikologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC 4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2011. Profil Kesehatan Provins Jawa Tengah. Semarang, 2012 5. Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. 2010. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2010. Semarang: Dinkes Kabupaten Semarang. 6. Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2011. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2011. Semarang: Dinkes Kabupaten Semarang 7. Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta 8. Azwar. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pe lajar 9. Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta 10. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek edisi revisi 2010. Jakarta : PT Rineka Cipta 11. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume I, Nomor 2, Agustus 2013 85

Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika 12. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta 13. Wawan, A dan Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Jogjakarta: Nuha Medika 14. AR, Henderina. 2012. Skripsi Wanita Pekerja Seks Komersial. Makassar: Universitas Hasanudin. (Online) (www.unhas.ac.id) 86 Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume I, Nomor 2, Agustus 2013