BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004

dokumen-dokumen yang mirip
SURVEY POTENSI SUMBER BIBIT / BENIH JENIS RUMPUT PAKAN SATWA DI SEKSI KONSERVASI WILAYAH III KARANGTEKOK

BAB I PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian

POTENSI EDUWISATA KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BALURAN. Ambar Kristiyanto NIM

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Pengamatan Kondisi Sumber Air Tempat Minum Satwa Di Taman Nasional Baluran. Oleh :

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal

MAKALAH Pengendali Ekosistem Hutan

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

BAB II LANDASAN TEORI. komunikasi massa audio visual yang dibuat berdasarkan asas

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN KEGIATAN Pengendali Ekosistem Hutan PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM PENGHUJAN

Ekologi Padang Alang-alang

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan REHABILITASI SAVANA BEKOL DENGAN PEMBERANTASAN GULMA. Oleh : TIM PENGENDALI EKOSISTEM HUTAN

Evaluasi Rehabilitasi Merak Hijau (Pavo muticus) Dari Hasil Sitaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Seksi Karangtekok

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

MONITORING KEBERADAAN LUTUNG (Trachypithecus auratus cristatus) DI BLOK KELOR, RESORT BAMA SEKSI KONSERVASI WILAYAH II BEKOL

Balai Penelitian Kehutanan Palembang Jl. Kol. H. Burlian Km. 6,5 Punti Kayu PO. BOX. 179 Telp./Fax Palembang

PEMANTAUAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI TAMAN NASIONAL BALURAN

MONITORING KEBERADAAN LUTUNG (Trachypithecus auratus cristatus) DI BLOK MANTING, RESORT BAMA SEKSI KONSERVASI WILAYAH II BEKOL

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

BAB III ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

PENDAYAGUNAAN PLOT PERMANEN DI SAVANA BEKOL

Analisis Habitat Banteng (Bos javanicus) di Taman Nasional Baluran

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

menjadi lebih besar. Artinya, jenis-jenis tumbuhan bawah dan anakan memiliki potensi cukup tinggi sebagai pakan merak.

MONITORING KEBERADAAN LUTUNG (Trachypithecus auratus cristatus) DI BLOK KAJANG, RESORT BAMA SEKSI KONSERVASI WILAYAH II BEKOL

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

IV. METODE PENELITIAN

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Teknik Pembakaran Terkendali Dalam Upaya Pemeliharaan Savana Bekol

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

LAPORAN KEGIATAN IDENTIFIKASI HABITAT MAMALIA BESAR DI TAMAN NASIONAL BALURAN. Oleh : Tim Pengendali Ekosistem Hutan

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia


MONITORING KEBERADAAN LUTUNG (Trachypithecus auratus cristatus) DI BLOK KALITOPO, RESORT BAMA SEKSI KONSERVASI WILAYAH II BEKOL

BAB I PENDAHULUAN. dan kuat yang sebarannya hanya terdapat di pulau-pulau kecil dalam kawasan

Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Aseupan Banten BAB II METODE

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004

METODE PENELITIAN. Penelitian keberadaan rangkong ini dilaksanakan di Gunung Betung Taman Hutan

MONITORING KEBERADAAN LUTUNG (Trachypithecus auratus cristatus) DI BLOK SUMBERBATU, RESORT BAMA SEKSI KONSERVASI WILAYAH II BEKOL

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelestarian fungsi danau. Mengingat ekosistem danau memiliki multi fungsi dan

Tim Yayasan Silvagama Dipresentasikan kepada Balai TN Way Kambas Tridatu, 29 Okt Konsorsium ALeRT-UNILA

TAMAN NASIONAL BALURAN 2006

MONITORING KEBERADAAN LUTUNG (Trachypithecus auratus cristatus) DI BLOK BEKOL, RESORT BAMA SEKSI KONSERVASI WILAYAH II BEKOL

BAB VII KEBAKARAN HUTAN

Pengenalan metode survey satwa vertebrata (khususnya vertebrat besar) Andrew J. Marshall

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

Oleh : Tim Pengendali Ekosistem Hutan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

Deskripsi KHDTK Siali-ali Sumatera Utara

LAPORAN SEMENTARA KEGIATAN PENELITIAN. PEMODELAN KESESUAIAN HABITAT AKASIA BERDURI (Acacia nilotica (L.) Willd. ex Del) DI TAMAN NASIONAL BALURAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Sumatera merupakan pulau yang memiliki luas hutan terbesar ketiga setelah pulau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penurunan Populasi Keanekaragaman Flora dan Fauna

ANALISIS DAN SINTESIS

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

B. BIDANG PEMANFAATAN

III. METODE PENELITIAN

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION

PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM KEMARAU TAMAN NASIONAL BALURAN

LAMPIRAN. Hari ke Total

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

Usulan Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi DISUSUN OLEH : DYDIK SETYAWAN E

KEMENTERIAN KEHUTANAN NOMOR : SX. 16 IBTN.BTT-1/2013 TENTANG

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

Pengelolaan Kawasan Perlindungan Setempat (KPS)

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu dari sub

III. METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu

Camera Trap Theory, Methods, and Demonstration

LAMPIRANSURAT UJI VALIDITAS SD MANGUNSARI 05 SALATIGA

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Nasional

PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gedong Wani

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Hasil Monitoring Pergerakan Dan Penyebaran Banteng Di Resort Bitakol Taman Nasional Baluran Nama Oleh : : Tim Pengendali Ekosistem Hutan BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 1

HASIL MONITORING PERGERAKAN DAN PENYEBARAN BANTENG DI RESORT BITAKOL, TAMAN NASIONAL BALURAN TAHUN 2004 Tujuan Kegiatan monitoring satwa ini bertujuan antara lain untuk : Mengamati perkembangan/perubahan yang terjadi terhadap populasi mamalia besar beserta kondisi habitatnya. Mengumpulkan bahan analisa lapangan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan/perubahan yang terjadi. Mengetahui pola pergerakan dan penyebaran banteng di Taman Nasional Baluran. Alat dan Bahan Guna menunjang kelancaran kegiatan monitoring satwa ini diperlukan alat dan bahan sebagai berikut : Peta kerja, skala 1 : 50.000, Tally sheet, Alat tulis, Binoculer, Kompas. Metode Pelaksanaan Penentuan metode pelaksanaan kegiatan monitoring satwa di Taman Nasional Baluran disesuaikan serta berdasarkan pada kondisi populasi satwa dan habitatnya. Informasi yang dapat diperoleh tentang pola pergerakan serta penyebaran satwa mamalia besar di Taman Nasional Baluran adalah sebagai berikut : Lokasi Taman Nasional Baluran yang masih ditemukan banteng adalah wilayah Seksi Konservasi Wilayah Bekol (bama, bekol, kramat, balanan, kendal dan beberapa lokasi lain) dan Seksi Konservasi Wilayah Pandean (wil. Resort bitakol, Popongan, Candibang, Siruntuh, Semiang dan beberapa lokasi lain) Pada musim kemarau, banteng dan kerbau liar terkonsentrasi di lokasi sumber air minum yang masih tersedia, yang berada di pesisir bagian timur kawasan (kajang, bama, kelor, sumber batu, manting, popongan). Juga kecenderungan satwa liar yang mencari sumber air di Sungai Bajulmati (bentang alam-batas taman nasional bagian selatan) dan lokasi sumber air minum satwa lain yang belum terdata oleh petugas. Berdasarkan informasi, adanya peningkatan populasi ajag (Cuon alpinus) yang merupakan salah satu predator bagi mamalia besar di kawasan Taman Nasional Baluran. Hal ini nampak dari meningkatnya intensitas perjumpaan ajag oleh petugas, juga dari suara ajag ketika berburu mangsa secara berkelompok. Dengan meningkatnya populasi ajag terutama di sekitar bekol mempengaruhi keberadaan satwa mamalia besar, yang sebelumnya mereka sering dijumpai di sekitar bekol, sebagai respon untuk menghindari predator. Kegiatan manusia/masyarakat di dalam kawasan guna mengambil hasil hutan (biji akasia, bekicot, daun gebang, kayu, asam dll) mempengaruhi pola perilaku dan pergerakan satwa. Dimana mamalia besar cenderung menghindari perjumpaan dengan manusia. Memperhatikan hal-hal tersebut, metode pelaksanaan kegiatan monitoring satwa pada kesempatan ini dilakukan dengan metode pengamatan jalur dengan titik tujuan tertentu (suatu lokasi yang berada di sekitar bekol yang juga diketahui sebagai jalur edar/pergerakan satwa). Monitoring satwa dilakukan dengan mengamati sepanjang jalur yang dilalui, apakah daerah tersebut ada tanda-tanda identifikasi satwa (suara lenguhan, bekas jejak kaki satwa) maupun perjumpaan langsung dengan satwa target di lokasi survey. Berdasarkan informasi di lapangan ditentukan beberapa titik tujuan sebagai arah jalur. Pada tahap pertama ini kelompok pengamat diarahkan untuk memonitor wilayah Resort Bitakol, Seksi Kons. Wil. Pandean. Wilayah pengamatan ini sebagian besar adalah 2

areal hutan jati dan terdapat jalan raya propinsi yang membelah wilayah ini. Jalur dan lokasi yang diamati pada tahap pertama ini yaitu : 1. Blok Babadan Lokasi DAM Bajulmati. 2. Blok Tanah merah. 3. Blok Panjaitan Hasil dan Pembahasan Sesuai dengan keterangan yang menyebutkan bahwa pergerakan satwa merupakan suatu strategi untuk menyesuaikan dan memanfaatkan kondisi lingkungannya guna memenuhi kebutuhan hidupnya secara normal, maka keberadaan pergerakan banteng di Taman Nasional Baluran juga berusaha menyesuaikan dengan perkembangan kondisi yang ada. Perubahan habitat banteng yang berlangsung di kawasan ini banyak mempengaruhi pergerakan satwa tersebut. Pergerakan banteng dipengaruhi juga oleh aktivitas manusia yang sengaja atau tidak sengaja bersama-sama menggunakan suatu kawasan yang merupakan habitat banteng, sehingga mengakibatkan terdesaknya satwa dari habitatnya tersebut. Kegiatan perburuan liar, peladangan liar, perusakan habitat dengan tujuan lain dan penggembalaan liar satwa domestik merupakan contoh kasus yang mengganggu keberadaan satwa liar. Contoh kasus tersebut mengakibatkan terdesaknya satwa banteng di daerah baluran bagian utara (SubSeksi Karangtekok) oleh kegiatan penggembalaan liar dan meningkatnya kegiatan manusia. Untuk keperluan hidupnya, satwa memerlukan tempat-tempat yang dapat dipergunakan untuk mencari makan, minum, berlindung, bermain dan berkembang biak. Tempat-tempat yang berfungsi semacam ini membentuk satu kesatuan yang yang disebut habitat. Dari hasil pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa kondisi habitat satwa, khususnya banteng masih cukup baik yaitu dengan indikasi bahwa masih adanya ketersediaan komponen habitat yang dibutuhkan banteng, dimana daya dukung berupa pakan dan air dapat terpenuhi, serta memiliki komponen hutan sebagai tempat berlindung (cover), padang rumput/savana, dan dekat dengan pantai sebagai pemenuhan akan mineral (salt driver). Oleh karena itu kondisi habitat di Taman Nasional Baluran merupakan lingkungan yang ideal bagi banteng. Perkembangan yang terjadi, selain sumber-sumber air menyebar di wilayah bekol dan sekitarnya, keberadaan sungai Bajulmati yang sekaligus merupakan bentang alam batas kawasan di sebelah timur, sangat potensial sebagai sumber air minum satwa saat musik kemarau. Sepanjang sungai mulai dari DAM Bajulmati hingga pemancar (+ Km 11 jalan Batangan-Karangtekok) pernah dilaporkan ditemukan banteng sedang menyeberang jalan raya dari arah U S (menuju sungai) maupun S U (kembali ke hutan). Berdasarkan hasil pengamatan dinamika mamalia besar tahun 2003, disebutkan : Hasil kegiatan penjelajahan tim kelompok IV, dijalur a) Blok Panjaitan Petak 39 ke arah Gunung Baluran, b) Pos I (persemaian) Blok Babadan ke utara Belakang Pos Batangan dan c) Blok Tanah Merah ke arah Gunung Baluran Blok Babatan ditemukan beberapa tanda identifikasi satwa mamalia besar diantaranya yaitu : 1.Banteng (jejak, kotoran), 2. Rusa (jejak, kotoran), 4. Ajag (kotoran), 5. Lutung (jumpa langsung, bangkai sisa perburuan). Dari pengamatan tersebut, tanda identifikasi satwa banteng banyak dijumpai di sekitar lokasi penjelajahan. Jejak dan kotoran banteng ada yang masih baru dan sebagian sudah lama. Lokasi penjelajahan yang sebagian besar merupakan hutan jati dan sebagian hutan musim. Lokasi penjelajahan mulai dari Blok Panjaitan-Amparan hingga Blok Tanah Merah, Babatan dan Camping Ground Batangan merupakan jalur satwa dari dalam kawasan (arah utara Gunung Baluran) menuju sumber air minum berupa Sungai Bajulmati di sebelah selatan Jalan Raya Batangan Karangteko. Dari jejak kaki yang ditemukan sebagian besar merupakan 3

arah datang dan kembali dari sungai (arah U S dan atau S U) (lampiran 1). Penyebaran jejak dan kotoran banteng ditemukan cukup merata di sepanjang jalur penjelajahan. Akan tetapi, detemukan beberapa titik lokasi yang ditemukan jejak/kotoran banteng yang terkonsentrasi cukup banyak, lokasi tersebut berupa : lokasi tempat turun satwa ke sungai, karena sebagian besar tepi sungai berbatasan langsung dengan tebing yang curam dan terjal, sehingga satwa mencari alternatif jalur yang bisa dilewati, yaitu daerah yang cukup landai menuju sungai. (ditemukan di Blok Tanah Merah) Lokasi istirahat/tidur/berkumpulnya satwa. Hal ini ditandai dengan ilalang dan semak bekas rebahan satwa, serta jejak kotoran yang terkonsentrasi di lokasi tersebut. (ditemukan di Blok Kedondong utara Blok Babatan). (Balai TN Baluran, 2003) Dari informasi tersebut kemudian dilakukan tindak lanjut dengan pengamatan ulang ke lokasi dan atau jalur pada kegiatan tahun 2003 tersebut. Pada periode musim kemarau tahun 2004 dilakukan pengamatan ulang tahap pertama pada lokasi blok Tanah merah, Panjaitan dan Babadan ke arah sungai, dengan diskripsi sebagai berikut : 1. Blok Tanah Merah. Ditemukan tanda-tanda indikasi satwa di lokasi tersebut, berupa jejak dan kotoran banteng. Jejak banteng diperkirakan baru karena pada areal jati yang telah terbakar menyisakan abu yang ketika dilewati satwa akan nampak jajak kaki banteng pada permukaan tanah tersebut. Disamping itu belum ada benda lain (serasah, ranting maupun yang lainnya) pada bekas jejak tersebut. Jumlah jejak banteng yang diketemukan cukup banyak dan menyebar di sekitar lokasi tersebut, sedikitnya ada 4 (empat) jalur satwa yang diperkirakan individu banteng yang berbeda. Beberapa jalur tersebut menuju (dan atau menjauh) ke (dan atau dari) satu lokasi yaitu sumber air minum di Sungai Bajulmati. Tanda keberadaan satwa yang lainnya berupa kotoran yang ditemukan cukup banyak menyebar sepanjang jalur satwa. Kondisi kotoran yang ditemukan beberapa diantaranya masih baru (basah) sebagian lainnya dalam kondisi kering (cukup lama). Seperti halnya pada pengamatan pada tahun 2003, di lokasi tanah merah diketahui ada jalur pintu masuk menuju sungai dan cukup tersembunyi, karena diantara pintu masuk tersebut berupa tebing curam yang tidak memungkinkan satwa melewatinya. Di sepanjang jalur menyusuri tebing menuju sungai juga ditemukan lokasi yang diidentifikasi sebagai lokasi istirahat satwa, yaitu berupa semak belukar yang rebah karena diduduki satwa mamalia besar (banteng). Ditemukan juga indikasi gangguan manusia berupa penutupan beberapa jalur turun satwa ke sungai dengan menebangi beberapa tanaman tingkat tiang (diameter < 10 cm), sehingga akan mengarahakan jalur turun satwa seperti yang dikehendaki Pelaku. Lokasi/jalur di Blok Tanah Merah ini disimpulkan sebagai lokasi turun satwa kesungai yang cukup banyak didatangi satwa banteng, sehingga perlu monitoring lebih lanjut guna pengamanan kawasan dari gangguan perburuan liar. 2. Blok Panjaitan Pengamatan pada jalur/lokasi panjaitan dimulai dari tepi jalan raya kemudian menuju ke arah barat sejauh + 500 m. Pada lokasi ini ditemukan 6 (enam) jalur satwa banteng dan tidak ditemukan jejak yang mengelompok, sehingga diperkirakan merupakan satwa soliter. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa jalur-jalur tersebut dari individu dari satu kelompok. Selain jejak juga ditemukan kotoran satwa dalam kondisi yang masih baru. Jalur satwa tersebut diperkirakan 4

datang dari arah gunung kemudian menyeberang jalan melewati Blok Gemelinaan. Berdasarkan informasi yang diperoleh pada pengamatan tahun 2003, lokasi ini juga ditemukan tanda tanda indikasi satwa berupa jejak maupun kotoran, akan tetapi dalam jumlah yang relatif sedikit. 3. Blok Babadan Jalur/lokasi ini juga pernah dilalui pada monitoring mamalia besar pada tahun 2003. Pada awal pengamatan tidak diketemukan jejak maupun tanda satwa lainnya. Pengamatan dilanjutkan dengan arah menuju curah/sungai. Pada lokasi + 2 km dari jembatan gantung ke arah atas di temukan jejak baru dan bekas sanggongan. Tempat tersebut juga ditemukan pada tahun 2003 dan telah dilakukan perusakan sanggongan dengan harapan tempat tersebut tidak lagi dimanfaatkan sebagai lokasi pengintaian-perburuan satwa. Jejak juga dijumpai + 200 m ke arah timur dari jejak pertama dan + 500 m dari arah barat gua macan. Hasil pengamatan dapat diindikasikan bahwa satwa cukup sering mendatangi lokasi tersebut. Kesimpulan dan Saran Kegiatan monitoring mamalia besar di wilayah Resort Bitakol kali ini merupakan tindak lanjut pengamatan pada periode sebelumnya. Beberapa lokasi habitat banteng di sepanjang jalur pengamatan berupa tempat istirahat (tanda bekas rebahan) dan lokasi turun satwa ke sungai saat minum. Diketahui pula jalur edar satwa dengan tanda kotoran dan jejak kaki satwa. Pengamatan di fokuskan di 3 (tiga) lokasi, yaitu ; Blok Tanah Merah, Babadan dan Panjaitan. Monitoring satwa di lokasi pengamatan wilayah Resort Bitakol perlu dilakukan secara rutin, karena kecenderungan satwa mencari minum ke sungai Bajulmati semakin meningkat. Pengamanan daerah tersebut harus ditingkatkan, khususnya pada musim kemarau untuk mengantisipasi tindak perburuan liar. 5