PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI BALI PEDOMAN PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI TAHUN SAKA 1938

dokumen-dokumen yang mirip
TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BANTEN PIODALAN ALIT PURA AGUNG GIRI KERTHA BHUWANA SANISCARA UMANIS WATUGUNUNG ( SARASWATI )

PEMARGI MELASTI LINGGIH IDA BHATARA RING PURA PUSEH

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

"Matangnyan prihen tikang bhutahita haywa tan mâsih ring sarwa prani."

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

PERUBAHAN DAN KONTINYUITAS TRADISI BUDAYA BALI OLEH KOMUNITAS ORANG-ORANG BALI YANG TINGGAL DI SURAKARTA

DUDONAN UPAKARA/UPACARA LAN RERAHINAN SUKA DUKA HINDU DHARMA BANJAR CILEDUG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015

DUDONAN KARYA MELASPAS, MUPUK PEDAGINGAN, NGENTEG LINGGIH, PADUDUSAN ALIT, TAWUR WERASPATI KALPA NO GALAH EED KARYA PENYANGGRA PEMUPUT PIRANTI

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

ARTIKEL. Judul. Oleh I Kadek Dharma Tanaya Nim

PEMERINTAH KOTA SALATIGA SEKRETARIAT DAERAH

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

Sambutan Presiden RI pd Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi, di Jakarta, 25 Apr 2014 Jumat, 25 April 2014

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

TRADISI NYUNGGI PRATIMA PADA UPACARA MELASTI DI DESA BUDENG KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG SEKRETARIAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

PROPOSAL KEGIATAN PERAYAAN HARI NYEPI TAHUN ŚAKA 1933 (2011 M)

1. PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI

MELASTI (Upacara Ritual Masyarakat Hindu) SKRIPSI

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah

Sambutan Presiden RI pd Upacara Tawur Agung Kesangan Nasional, di Candi Prambanan, tgl. 20 Mar 2015 Jumat, 20 Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Nyoman S. Pendit, Nyepi Hari Kebangkitan dan Toleransi, (Jakarta: Yayasan Mertasari,1984) h.37 2

KELUARGA MAHASISWA HINDU & BUDHA SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA (KMHB-STAN) PROGRAM KERJA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

MED-MEDAN SEBUAH TRADISI UNTUK KEBERSAMAAN. I Made Sudharma

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 13

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL.

NGAYAH PADA UPACARA PAMELASPASAN AGUNG PURA SANTI DHARMA, DI DUSUN RAJAN, DESA SENEPOREJO, KECAMATAN SILIRAGUNG, KABUPATEN BANYUWANGI

Oleh Ni Komang Sri Adnyani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

PURA ADITYA JAYA RAWAMANGUN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. suatu arena atau wilayah tertentu. Aktivitas sabung ayam sejatinya tidak dapat

Makalah Hari Raya Nyepi

FUNGSI WALI TARI REJANG SUTRI Oleh: I Wayan Budiarsa Dosen PS Seni Tari

PEMENTASAN WAYANG LEMAH PADA UPACARA CARU BALIK SUMPAH DI DESA PAKRAMAN KENGETAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PENDIDIKAN AGAMA HINDU

MENGAPLIKASIKAN NASKAH DENGAN VISUAL GAMBAR DALAM PROGRAM DOKUMENTER TERBIT INDONESIA KU EPISODE NYEMARANG (NYEPI DI SEMARANG)

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1935, Jakarta, 7 April 2013 Minggu, 07 April 2013

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT

UPACARA NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN MANDUANG KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN. Secara geografis lokasi penelitian ini berada di Jl. Ketintang Wiyata

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

ARTIKEL KARYA SENI NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI SANGHYANG PENYALIN DI SANGGAR KERTHI BHUANA SARI PANCASARI BULELENG. Oleh : LUH PUTU AYU KARUNI

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tinjauan tentang Ritual-ritual Keagamaan yang Menggunakan Tabuh

KAJIAN MAKNA DAN NILAI-NILAI AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGEMBAK GENI NYAKAN DIWANG

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

PEMAHAMAN UPACARA CARU PENGERUWAK MASYARAKAT HINDU DI DESA SAUSU TAMBU KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

TRADISI NYAAGANG DI LEBUH PADA HARI RAYA KUNINGAN DI DESA GUNAKSA KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

HUBUNGAN TIGA PILAR AGAMA HINDU DILIHAT DARI ASPEK EKONOMI 1 I Made Sukarsa 2

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN

BAB V KESIMPULAN. Penelitian lapangan ini mengkaji tiga permasalahan pokok. tentang bunyi-bunyian pancagita yang disajikan dalam upacara

KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 2/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN RUMAH TANGGA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG

PENDIDIKAN NILAI PADA TRADISI NYURUD AYU DALAM UPACARA PIODALAN DI DESA BERANGBANG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA

Hari Raya Nyepi. Musuh musuh dalam diri manusia A, Sad Ripu B, Sapta Timira

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR

FUNGSI DAN MAKNA UPACARA MAPAG TOYA DI SUBAK ULUN SUWI DESA NAMBARU KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG. Ni Ketut Ratini * ABSTRAK

DAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007.

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Bali terkenal memiliki sikap toleransi tinggi terhadap umat non-hindu.

Oleh: Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gianyar. Ni Ketut Sudani. Abstract

DRAFT MATERI SANGKEP 11 JUNI 2017

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA

Rencana Umum Pengadaan

BAB II REALISASI PENYELESAIAN MASALAH

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang. ebudayaanpadahakekatnyamemberi identitaskhusussertamenjadi modal

TATA TERTIB MAHASISWA

Resensi Buku Serba Serbi Tari Baris, Antara fungsi Sakral dan Profan Kiriman: Made Sudiatmika, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

ARTIKEL. Judul. Oleh : Ni Nengah Sariasih, Nim JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

Tradisi Upacara Ogoh-ogoh

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM. 2.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Asak Karangasem

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia, Bali kaya akan berbagai

Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

Transkripsi:

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI BALI PEDOMAN PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI TAHUN SAKA 1938 Om Swastyastu, Sehubungan dengan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1938 yang jatuh pada Hari : Rabu, Tanggal : 9 Maret 2016, Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Bali memandang perlu meyampaikan pedoman pelaksanaan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1938 sebagai Berikut : I. RANGKAIAN UPACARA/UPAKARA A. MELIS / MELASTI / MEKIYIS Kegiatan Upacara Melis/Melasti/Mekiyis dapat dilaksanakan dari hari Minggu Selasa, Tanggal 6-8 maret 2016, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan desa setempat dan diatur oleh Prejuru Desa masing-masing. B. BHATARA NYEJER DI PURA DESA/BALE AGUNG Sekembali dari Melis/Melasti/Mekiyis, Ida Bhatara nyejer di Pura Desa/Bale Agung sampai dengan Tanggal 8 Maret 2016, dan setelah selesai Ngaturang Tawur Kesanga, Ida Bhatara kembali ke Kahyangan masing-masing; C. TAWUR KESANGA Upacara Tawur Kesanga pada Tilem Kesanga Saka 1938, pada Hari Selasa, Tanggal 8 Maret 2016 dengan acuan pelaksanaan sebagai berikut : 1. NUNAS TIRTA DAN NASI TAWUR Tanggal 8 Maret 2016, perwakilan dari masing-masing desa/kecamatan agar datang ke Pura Besakih sekitar jam 10.00 Wita, dengan membawa Sujang untuk tempat Tirtha Tawur serta Daksina Pejati dan perlengkapan persembahyangan, guna mohon Nasi Tawur dan Tirtha Tawur untuk disebarkan dan dipercikkan di wilayah masing-masing.

2. TINGKAT KABUPATEN/KOTA Menggunakan Upakara Tawur agung dengan segala kelengkapannya. Dilaksanakan dengan mengambil tempat pada Catuspata pada waktu Tengai Tepet (Sekitar Pukul 12.00 Wita). Apabila Kabupaten/Kota belum mampu melaksanakan Tawur Kesanga dengan menggunakan Upacara Tawur agung, dilaksanakan paling tidak, bisa melaksanakan Panca Kelud Bhuwana atau sesuai dengan kemampuan. 3. TINGKAT KECAMATAN Menggunakan Upakara Caru Panca Sanak yaitu dengan lima ekor ayam (Panca Warna) ditambah itik belang kalung beserta kelengkapannya atau sesuai dengan kemampuan. Pelaksanaan upacara ini mengambil tempat di Cutuspata pada waktu Tengai Tepet (sekitar pukul 12.00 Wita). 4. TINGKAT DESA Mengunakan Upakara Caru Panca Sata dengan lima ekor ayam (Panca warna) beserta kelengkapannya atau sesuai dengan kemampuan desa maing-masing dengan mengambil tempat di Catuspata pada waktu Sandi Kala ( sekitar jam 18 : 30 Wita). 5. TINGKAT BANJAR Menggunakan Upakara Caru Eka Sata yaitu ayam Brumbun dngan olahan urip 33 (Urip Bhuwana) beserta kelengkapannya atau sesuai dengan kemampuan banjar masing-masing, dengan mengambil tempat di Catuspata pada waktu Sandi Kala (sekitar jam 18.20 Wita). 6. TINGKAT RUMAH TANGGA 6.1. MERAJAN / SESANGGAH Menghaturkan Banten Pejati/sakasidan (semampunya) di natar depan pelinggih cukup menghaturkan Segehang Agung Cacahan 11/33 Tanding dan dipersembahkan kepada Sang Bhuta Bhucari. 6.2. DI HALAMAN / NATAH RUMAH Menghaturkan Segehan Mancawarna 9 (Sembilan) tanding dengan olahan ayam brumbun, desertai tetabuhan tuak, arak, berem dan air yang didapat dari desa setempat, dihaturkan kehadapan Sang Bhuta Raja dan Sang Kala Raja

6.3. DI JABA / LEBUH ( Depan Pintu Masuk Halaman Rumah ) Menghatur upakara sebagai berikut : - Segehan Nasi cacah 108 (seratus delapan) tanding dengan ulam jejoran matah dilengkapi dengan Segehan Agung serta tetabuhan tuak, arak, berem, air tawar dari desa setempat, dihaturkan kehadapan Sang Bhuta Bala dan Sang Kala Bala. - Semua segehan tersebut diaturkan pada saat sandi kala (sekitar jam 18.30 Wita) - Di sanggah cucuk dihaturkan peras daksina kelanan. 6.4. SEMUA ANGGOTA KELUARGA (kecuali yang belum meketus) Mekiyakala dan meprayascita di halaman rumah masing-masing. Setelah itu dilanjutkan dengan pengurukan (mabuu-buu) berkeliling di rumah masing-masing dengan sarana api (obor), bunyi-bunyian kulkul bambu atau yang lain, bawang merah dan mesui. D. NGERUPUK Akhir dari pelaksanaan Upacara Tawur Kesanga terutama di tingkat Desa, Banjar dan Rumah Tangga adalah dengan melaksanakan upacara mabuu-buu atau lebih dikenal dengan Ngerupuk. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat Ngerupuk antara lain: 1. Ngerupuk agar dilaksanakan dengan hikmat, tertib dan aman sesuai dengan nilai-nilai kesucian keagamaan serta dipimpin oleh Bendesa/Klian Adat dan Perbekel setempat, sedangkan untuk ditingkat rumah tangga dipimpin oleh kepala keluarga. 2. Sarana pokok Ngerupuk berupa : api (obor), bawang, mesui, dan bunyi-bunyian atau tangguran/beleganjuran. Ngerupuk dilaksanakan Nyatur Desa (keliling desa/banjar/rumah) atau menyesuaikan dengan kondisi setempat. Perlu adanya koordinasi dengan desa/banjar sekitar demi terpeliharanya suasana khidmat, tertib dan keamanan bersama. 3. Ogoh-ogoh hendaknya diarak dengan tertib dan aman.

II. NYEPI SIPENG Nyepi Sipeng dilaksanakan pada Hari Rabu, 9 Maret 2016 selama sehari penuh (24 Jam) sejak jam 06.00 Wita sampai dengan jam 06.00 Wita keesokan harinya, dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian : 1. Amati Gni, yaitu : tidak menyalakan api/lampu termasuk api nafsu yang mengandung makna pengendalian diri dari segala bentuk angkara murka. 2. Amati Karya, yaitu : tidak melakukan kegiatan fisik/kerja dan yang terpenting adalah melakukan aktivitas rohani untuk penyucian diri. 3. Amati Lelungan, yaitu : tidak berpergian, akan tetapi senantiasa introspeksi diri/mawas diri dengan memusatkan pikiran astiti bhakti kehadapan Hyang Widhi/Ista Dewata beliau. 4. Amati Lelanguan, yaitu : tidak mengadakan hiburan/rekreasi yang bertujuan untuk bersenang-senang, melainkan tekun melatih bathin untuk mencapai produktivitas rohani yang tinggi. Pelaksanaan Catur Brata Penyepian ini supaya di awasi secara ketat dan seksama oleh Pecalang Desa/Banjar masing-masing dibawah koordinasi Prajuru Desa/Banjar setempat dan menghimbau kepada Pemerintah Daerah beserta Jajarannya untuk berkordinasi dengan umat lain melalui FKBU (Forum Kerukunan Umat Beragama) agar dapat menyesuaikan diri didalam menyukseskan pelaksanaan Brata Penyepian seperti : tidak ada bunyi pengeras suara saat Sholat dan tidak menyalakan lampu pada waktu malam hari. III. NGEMBAK GNI Setelah melakukan Nyepi Sipeng, keesokan harinya yaitu hari Kamis, Tanggal : 10 Maret 2016 dilaksanakan acara Ngembak Gni yaitu Ngelebar Brata Penyepian dengan melakukan Sima Krama atau Dharma Santi yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. IV. LAIN-LAIN Sehubungan dengan pelaksanaan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1938, Tanggal : 9 Maret 2016, maka bilamana umat Hindu di Bali ada yang melaksanakan upacara Piodalan/Pujawali di Merajan/Sanggah atau Pura tertentu, maka Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Bali menyampaikan himbauan sebagai berikut :

1. Upacara Piodalan/Pujawali tetap dilaksanakan, namun diusahakan agar menggunakan upacara tingkat terkecil dan dilaksanakan sedini mungkin saat Galang Kangin (pukul 06.00 Wita) pada Hari Nyepi, Tanggal : 9 Maret 2016. 2. Upacara Piodalan/Pujawali dipimpin oleh Pemangku Pura yang bersangkutan dengan meminimalkan penggunaan api/dupa, tidak menggunakan tetangguran/tetabuhan gong dan Dharmagitha. 3. Usahakan agar tidak mengerahkan umat terlalu banyak atau cukup dilaksanakan oleh Pengempon yang berdomisili dekat dengan Pura, sedangkan umat yang lainya cukup ngayat dari rumah masing-masing. 4. Pelaksanaan Piodalan/Pujawali seperti tersebut diatas, secara lebih teknis agar diatur/dikoordinasikan oleh Pengurus Parisada setempat sesuai dengan Dresta yang berlaku, dengan catatan agar tidak banyak menyimpang dari pelaksanaan Catur Brata Penyepian. Demikian pedoman ini, untuk disampaikan kepada lembaga/instansi terkait untuk menjadi maklum dan selanjutnya pedoman ini dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dengan tetap memperhatikan Dresta setempat yang berlaku. Om Santi, Santi, Santi, Om Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Bali Ketua, Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si