BAB V ANALISIS 5.1 Umum 5.2 Analisis Statistik untuk Uji Kecukupan Data

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ekivalen Mobil Penumpang Kendaraan Berat Dan Motor Belok Kanan Pada Simpang Bersinyal. Adi Subandi 1 M. Gugun Gunawan 2

Analisis Simpang Bersinyal Metode Webster. Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. ARUS JENUH

STUDI ARUS JENUH PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL JALAN ACEH JALAN BANDA BANDUNG

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

STUDI WAKTU TUNDAAN AWAL DAN ARUS JENUH PADA PERSIMPANGAN JALAN CIPAGANTI - EYCKMAN BANDUNG

EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG

SIMPANG TANPA APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

STUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. Judul. Lembar Pengesahan. Lembar Persetujuan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

STUDI PUSTAKA PENGUMPULAN DATA SURVEI WAKTU TEMPUH PENGOLAHAN DATA. Melakukan klasifikasi dalam bentuk tabel dan grafik ANALISIS DATA

BAB III LANDASAN TEORI. lebih sub-pendekat. Hal ini terjadi jika gerakan belok-kanan dan/atau belok-kiri

STUDI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN CIPAGANTI BAPA HUSEN BANDUNG

TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja atau tingkat pelayanan jalan menurut US-HCM adalah ukuran. Kinerja ruas jalan pada umumnya dapat dinyatakan dalam kecepatan,

BAB III LANDASAN TEORI

Simpang Tak Bersinyal Notasi, istilah dan definisi khusus untuk simpang tak bersinyal di bawah ini :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuantitatif yang menerangkan kondisi operasional fasilitas simpang dan secara

EVALUASI SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH BANDUNG

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Observasi awal. Proposal disetujui. Ya Survei Pendahuluan

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA JALAN LEMBONG, BANDUNG MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH, BANDUNG, DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK KAJI

Dari gambar 4.1 maka didapat lebar pendekat sebagai berikut;

ANALISA PENENTUAN FASE DAN WAKTU SIKLUS OPTIMUM PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL ( STUDI KASUS : JL. THAMRIN JL. M.T.HARYONO JL.AIP II K.S.

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

KATA PENGANTAR. penyusunan tugas akhir ini dengan judul Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

HUBUNGAN KECEPATAN, VOLUME, KERAPATAN LALU LINTAS DENGAN METODE GREENSHIELDS PADA RUAS JALAN DR. DJUNDJUNAN BANDUNG

STUDI KINERJA JALAN SATU ARAH DI JALAN KEBON KAWUNG, BANDUNG

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL HALAMAN PENGESAHAN. ABSTRAK... i. ABSTRACT... iii. KATA PENGANTAR...v. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

STUDI TINGKAT KINERJA JALAN BRIGADIR JENDERAL KATAMSO BANDUNG

Kata kunci : Tingkat Kinerja, Manajemen Simpang Tak Bersinyal.

BAB 3 METODOLOGI Metode Pengamatan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Ruas Jalan A. Data Umum, Kondisi Geometrik, Gambar dan Detail Ukuran

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

EVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik arus jalan, dan aktivitas samping jalan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

Gambar 4.1 Potongan Melintang Jalan

STUDI VOLUME, KECEPATAN, KERAPATAN, DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA RUAS JALAN TERUSAN PASIRKOJA, BANDUNG

JURNAL EVALUASI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL PADA SIMPANG TIGA JALAN CIPTOMANGUNKUSUMO JALAN PELITA KOTA SAMARINDA.

tidak berubah pada tanjakan 3% dan bahkan tidak terlalu

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMBANG, NOTASI DAN SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN

TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI. yang mempegaruhi simpang tak bersinyal adalah sebagai berikut.

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR


MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL TIPE C KENDUNG BENOWO SURABAYA

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian

STUDI PARAMETER LALU LINTAS DAN KINERJA JALAN TOL RUAS MOHAMMAD TOHA BUAH BATU

TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan merupakan simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa

EVALUASI KINERJA SIMPANG TIGA TAK BERSINYAL DENGAN METODE MKJI 1997 (Studi Kasus Simpang Tiga Jalan Ketileng Raya-Semarang Selatan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN LALU-LINTAS DAN EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jl. Semolowaru-Jl. Klampis Semolo Timur-Jl.Semolowaru- Jl.

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. i ii iii iv v. vii. x xii xiv xv xviii xix vii

ARUS JENUH LAJUR BELOK KAJIAN PADA SATU PERSIMPANGAN BERSINYAL, DI BANDUNG TESIS MAGISTER

BAB III LANDASAN TEORI. manajemen sampai pengoperasian jalan (Sukirman 1994).

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga

PENENTUAN EKIVALENSI MOBIL PENUMPANG PADA SIMPANG TIGA TAK BERSINYAL ATAS DASAR KINERJA ARUS LALU LINTAS

BAB III LANDASAN TEORI. kapasitas. Data volume lalu lintas dapat berupa: d. Arus belok (belok kiri atau belok kanan).

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS HUBUNGAN KECEPATAN, VOLUME, DAN KERAPATAN LALU LINTAS PADA RUAS JALAN TERUSAN PASIR KOJA BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum memulai penelitian perlu dibuat langkah-langkah penelitian, dimana langkah- langkah penelitian tersebut adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mulai. Studi pustaka. Observasi awal. Proposal disetujui. Survei pendahuluan. Pelaksanaan survei dan pengumpulan data Rekapitulasi data

METODE BAB 3. commit to user Metode Pengamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH DELMAN TERHADAP KELANCARAN LALU LINTAS DI JALAN GUNUNG BATU BANDUNG

: 180 cm (as as) atau 150 cm (tepi tepi) Gambar IV.1. Penampang Melintang Jalan 3,5 M 3,5 M. Median Kerb. Perkerasan Jalan 2 M 1 M 7 M 7 M

STUDI PERBANDINGAN ARUS LALU LINTAS SATU ARAH DAN DUA ARAH PADA RUAS JALAN PURNAWARMAN, BANDUNG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG UNTUK PERTEMUAN JALAN MAYOR ALIANYANG DENGAN JALAN SOEKARNO-HATTA KABUPATEN KUBU RAYA

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN, DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN PURNAWARMAN, BANDUNG

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian (http :// 6 Maret 2013)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut MKJI (1997) ruas Jalan, kadang-kadang disebut juga Jalan raya

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. DAFTAR ISI... vii

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada jalan tersebut akibat pembangunan jalur

Langkah Perhitungan PERHITUNGAN KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN BERDASARKAN MKJI Analisa Kondisi Ruas Jalan. Materi Kuliah Teknik Lalu Lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Lokasi Penelitian. Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ekivalen Mobil Penumpang Untuk Kendaraan Berat Dan Sepeda Motor Yang Belok Kanan Pada Simpang Bersinyal

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil studi di kawasan sekitar Jalan Sardjito. Lokasi ini dipengaruhi oleh:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dijabarkan dalam sebuah bagan alir seperti gambar 3.1.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:

Transkripsi:

BAB V ANALISIS 5.1 Umum Analisis yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis statistik untuk uji kecukupan data dan analisis mengenai arus jenuh dan nilai EMP yang dihasilkan dari proses pengolahan data sebelumnya. Hal ini dilakukan melalui beberapa tahapan analisis data sedemikian sehingga tercapai sasaran dan tujuan penelitian yang diinginkan. Analisis statistik untuk uji kecukupan data ini dilakukan untuk keperluan arus jenuh dan nilai EMP yang dihasilkan dari hasil pengolahan data arus lalu lintas yang didapatkan. Sedangkan analisis mengenai arus jenuh dan nilai EMP dilakukan dalam beberapa tahapan, tahapan tersebut yaitu melakukan analisa pengaruh dari karakteristik perbedaan lebar pendekat dan radius tikungan terhadap nilai EMP kendaraan yang melakukan pergerakan belok kanan pada simpang, dimana pengaruh ini secara langsung berpengaruh terhadap besarnya nilai arus jenuh pada simpang yang bersangkutan (Webster, 1966). Berikutnya mengkaji pengaruh besarnya komposisi prosentase jenis kendaraan berat dan sepeda motor yang lepas dari lebar pendekat terhadap nilai EMP kedua jenis kendaraan tersebut. 5.2 Analisis Statistik untuk Uji Kecukupan Data Uji kecukupan data diperlukan untuk mengetahui apakah data yang didapat memenuhi jumlah data yang diperlukan atau tidak. Uji kecukupan data untuk keperluan perhitungan arus jenuh lapangan dengan menetapkan potongan waktu (time slice) pada beberapa siklus yang hanya mengandung kendaraan ringan, didapatkan bahwa untuk lajur belok kanan didapatkan 6 sampai 15 slice dengan hasil perekaman data pada masing-masing pendekat. Berdasarkan perhitungan kebutuhan data untuk keperluan arus jenuh pada lampiran A, dapat diketahui bahwa dengan tingkat konfedansi 90% ( nilai z = 1,64 ) hampir seluruh

59 lengan simpang tinjau memenuhi jumlah kebutuhan data yang diperlukan, kecuali untuk lengan timur simpang M. Toha dimana hanya memiliki 7 data (slice) dari jumlah data minimum yang dibutuhkan untuk lengan tersebut sebanyak 11 data (slice). Dengan demikian, secara statistik kecukupan data untuk menentukan arus jenuh lapangan untuk pergerakan belok kanan dianggap mewakili secara keseluruhan, karena keterbatasan data yang ada. Untuk keperluan perhitungan EMP kendaraan berat (HV) dan sepeda motor (MC) dilakukan atas dasar uji dua arah dengan menggunakan taraf nyata 10% (z = 1,64 dan 1,64), dan selisih rata-rata sampel dengan populasi untuk kendaraan berat dan sepeda motor ditentukan masing-masing sebesar 0.10 dan 0.03, maka dengan menggunakan rumus 3.3 didapatkan untuk lajur belok kanan diperlukan data minimum masing-masing lokasi tergambar seperti tabel kebutuhan jumlah data pada lampiran A. Berdasarkan perhitungan kebutuhan data penentuan EMP kendaraan berat (HV) dan sepeda motor (MC) pada lampiran A, dapat diketahui bahwa pada tingkat taraf nyata 10% tersebut seluruh lengan simpang tinjau memenuhi jumlah kebutuhan data yang diperlukan. 5.3 Analisis Arus Jenuh Pada perhitungan arus jenuh lapangan yang dilakukan dengan pendekatan metode Kumulatif didapat nilai maksimum terjadi pada simpang Kiaracondong lengan utara sebesar 2095 smp/jam dengan dimensi lebar pendekat dan radius tikungan masing-masing sebesar 3,20 m dan 32,20 m, sedangkan nilai minimum terjadi pada simpang M. Toha lengan timur sebesar 1851 smp/jam dengan dimensi lebar pendekat dan radius tikungan masing-masing sebesar 3,20 m dan 17,50 m. Dilihat dari kondisi geometrik kedua simpang diatas terlihat pengaruh besar radius tikungan sangat berpengaruh terhadap arus jenuh yang dapat dilewatkan dimana semakin besar radius tikungan akan semakin besar nilai arus jenuh yang dihasilkan, namun secara keseluruhan pengaruh radius tikungan terlihat relatif, hal ini disebabkan karakteristik pengendara untuk masing tiap simpang tinjau berbeda.

60 Sedangkan pada perhitungan arus jenuh MKJI 1997 terlihat bahwa dimensi lebar pendekat mempengaruhi besarnya nilai arus jenuh yang dihasilkan, dimana nilai arus jenuh tersebut dihitung berdasarkan persamaan 2.3. Komponen arus jenuh dasar (So) dipengaruhi besarnya dimensi lebar pendekat tiap lengan tinjau, dan dari hasil perhitungan arus jenuh dasar ini didapat nilai So yang cukup besar yang mendekati arus jenuh lapangan rata-rata tiap lengan yang didapat, namun pada perhitungan arus jenuh MKJI, faktor penyesuaian untuk masingmasing lengan tinjau mempengaruhi besarnya besarnya nilai arus jenuh yang dihasilkan. Sebagai contoh, pada komponen lebar pendekat yang sama sebesar 3,20 meter, lengan barat simpang Kiaracondong menghasilkan nialai arus jenuh sebesar 1766 smp/jam sedangkan untuk lengan timur simpang M. Toha nilai arus jenuh yang dihasilkan sebesar 1538 smp/jam. Dari contoh tersebut terlihat nilai arus jenuh MKJI yang dihasilkan berbeda, hal ini disebabkan faktor penyesuaian kedua lengan tersebut mempunyai nilai yang berbeda tergantung kondisi masing-masing simpang. Dari hasil perhitungan arus jenuh MKJI 1997 untuk semua lengan tinjau didapat nilai maksimum terjadi pada simpang Buah batu lengan selatan sebesar 1953 smp/jam dengan dimensi lebar pendekat dan radius tikungan masing-masing sebesar 3,50 m dan 18,40 m, sedangkan nilai minimum terjadi pada simpang M. Toha lengan timur sebesar 1538 smp/jam dengan dimensi lebar pendekat dan radius tikungan masing-masing sebesar 3,20 m dan 17,50 m. Dilihat dari kondisi geometrik kedua simpang diatas terlihat pengaruh besar lebar pendekat terhadap arus jenuh yang dapat dilewatkan, walaupun faktor penyesuaian kondisi lapangan pada masing-masing simpang akan sangat berpengaruh pula terhadap nilai arus jenuh yang dihasilkan. Berikut tabel yang memuat arus jenuh MKJI 1997 dan arus jenuh lapangan rata-rata untuk masing-masing lengan tinjau.

61 Tabel 5.1 Arus Jenuh MKJI dan Arus Jenuh Lapangan Rata-rata Tiap lengan No. Lokasi Belok Kanan Lebar Pendekat Radius Belok Kanan Arus Jenuh MKJI Arus Jenuh Lapangan rata-rata Ket. Dari Ke (m) ( m) (smp/jam) (smp/jam) Jl. Terusan Kiaracondong 6,20 21,50 3497 4272 2 lajur 1. Simpang Kiaracondong Jl. Ciwastra 3,20 20,50 1766 2040 Jl. Terusan Kiaracondong 3,20 32,20 1656 2095 Jl. Buah batu 3,20 18,13 1805 2057 2. Simpang Buah batu Jl. Terusan Buah batu 3,20 21,15 1805 1980 Jl. Terusan Buah batu 3,50 18,40 1953 2040 3. Simpang M. Tohha Jl. M. Toha (arah Tegalega) 3,20 17,50 1538 1851 4. Simpang Tegalega Jl. BKR Jl. M. Tohha 3,10 12,00 1748 2016 Jl. Peta Jl. Otista 3,00 13,50 1656 2029 Jl. M. Tohha Jl. Peta 3,00 17,00 1656 2070 Dari data arus jenuh diatas, terlihat perbedaan signifikan antara arus jenuh lapangan dengan arus jenuh berdasarkan MKJI 1997. Dari hasil analisa diatas dalam hal ini nilai arus jenuh lapangan rata-rata yang dihasilkan tiap lengan pada suatu simpang dipengaruhi besarnya radius tikungan, namun secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pengendara pada masing-masing simpang, sedangkan arus jenuh MKJI 1997 dipengaruhi oleh dimensi lebar pendekat dan faktor penyesuaian kondisi lapangan.

62 5.4 Analisis Ekivalen Mobil Penumpang Koefisien ekivalen suatu jenis kendaraan pada suatu persimpangan mungkin berbeda dengan persimpangan yang lain meskipun kondisi dan bentuknya identik. Hal ini terutama disebabkan oleh karakteristik lalu lintas dan perilaku pengemudi pada persimpangan itu. (Soegondo et al, 1983). Begitu juga koefisien ekivalen untuk kendaraan belok kanan, akan lebih besar dari koefisien ekivalen kendaraan belok kiri maupun kendaraan lurus. Hal ini disebabkan kendaraan belok kanan mengalami tundaan oleh kendaraan yang ada didepannya karena pengaruh radius tikungan pada masing-masing simpang. Dalam proses pengolahan data guna keperluan penentuan EMP kendaraan berat dan sepeda motor untuk pergerakan belok kanan terlindung yaitu dengan menentukan EMP kendaraan ringan = 1,00 maka diperoleh hasil EMP untuk kendaraan berat = 1,57 dan EMP sepeda motor = 0,40, dimana nilai EMP maksimum dan minimum untuk kendaraan berat masing-masing 1,67 (simpang Kiaracondong lengan utara) dan 1,39 (simpang Buah batu lengan selatan) dan nilai EMP maksimum dan minimum untuk sepeda motor masing-masing 0,33 (simpang M. Toha lengan selatan) dan 0,57 (simpang Kiaracondong lengan timur) dengan standar deviasi masing-masing sebesar 0,22 untuk kendaraan berat (HV) dan 0,12 untuk sepeda motor (MC). Adapun analisis pengolahan data untuk menentukan besarnya pengaruh komposisi kendaraan berat dan sepeda motor terhadap nilai ekivalen mobil penumpang dilakukan per siklus, hal ini bertujuan untuk mendapatkan sebaran data komposisi lebih bervariasi dari kedua jenis kendaraan tersebut. Penentuan nilai prosentase didasarkan atas prosentase jumlah suatu jenis kendaraan terhadap jumlah total keseluruhan kendaraan pada suatu siklus. Perhitungan nilai ekivalen mobil penumpang dilakukan dengan metode yang sama dengan metode awal (segmentasi), dengan menetapkan nilai ekivalen mobil penumpang suatu variabel (suatu jenis kendaraan) untuk menghitung besar nilai ekivalen mobil penumpang variabel lainnya. Perhitungan pengaruh komposisi ini dapat dilihat di lampiran D pada laporan ini, dan hasil rekapitulasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

63 Seperti dijelaskan diatas, proses perhitungan pengaruh komposisi kendaraan terhadap besarnya nilai ekivalen mobil penumpang untuk kendaraan berat (HV), nilai prosentase dihitung berdasarkan jumlah kendaraan berat terhadap jumlah total kendaraan yang lewat lajur pendekat dalam suatu siklus yang sama. Besarnya nilai ekivalen mobil penumpang untuk kendaraan berat pada siklus tersebut dihitung pada nilai ekivalen mobil penumpang untuk kendaraan ringan dan sepeda motor masing-masing 1,00 dan 0,40. Untuk keperluan perhitungan pengaruh besar prosentase komposisi terhadap EMP kendaraan berat digunakan sebanyak 125 siklus dari 151 siklus yang dapat direkam, sebanyak 26 siklus tidak digunakan dengan alasan bahwa siklus tersebut tidak mengandung kendaraan berat (HV). Dari hasil perhitungan maka nilai ekivalen mobil penumpang untuk kendaraan berat sesuai dengan tingkat prosentasenya dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini : Tabel 5.2 Prosentase & EMP HV EMP MC = 0,40 Prosentase HV EMP HV Jumlah siklus 0 < X < 5 1.58 63 5 < X < 10 1.56 37 10 < X < 15 1.55 9 15 < X < 20 1.38 7 20 < X < 25 1.37 7 25 < X 1.34 2

64 1.60 EMP HV >< Prosentase EMP HV 1.55 1.50 1.45 1.40 1.35 1.30 1.25 1.20 0 < X < 5 5 < X < 10 10 < X < 15 15 < X < 20 20 < X < 25 25 < X Prosentase Gambar 5.1 Grafik Hubungan EMP & Prosentase HV Dari tabel 5.2 & gambar 5.1 di atas dapat dilihat bahwa pengaruh komposisi terhadap nilai ekivalen mobil penumpang untuk kendaraan berat terlihat dimana semakin besar tingkat prosentase kendaraan berat nilai EMP akan semakin kecil. Tingkat penurunan nilai ekivalen mobil penumpang mengalami penurunan lebih tajam pada kisaran prosentase 10 20 % kendaraan berat. Berdasarkan perhitungan kebutuhan data untuk keperluan analisis hubungan tingkat prosentase dan EMP kendaraan berat (HV) dengan nilai EMP MC = 0,40 pada lampiran A menunjukan bahwa pada tingkat konfedansi 90 % (nilai Z = 1,64) dan nilai standar deviasi untuk masing-masing tingkat prosentase, dimana pada tingkat prosentase 0 sampai 15 % dan lebih dari 25 % jumlah data yang ada memenuhi kebutuhan data yang diperlukan, sedangkan pada tingkat 15 sampai 25 % jumlah data yang ada belum memenuhi kebutuhan data yang diperlukan. Pada tingkat prosentase lebih dari 25 %, hasil perhitungan kebutuhan data menunjukan bahwa jumlah data yang ada memenuhi jumlah data yang diperlukan, namun jumlah data yang ada tersebut secara statistik dianggap belum memenuhi jumlah data minimum, hal ini mengindikasikan bahwa perlu dilakukan kajian lebih lanjut terhadap nilai EMP HV kaitannya dengan jumlah kebutuhan data yang diperlukan pada tingkat prosentase tersebut untuk mendapatkan hubungan tingkat prosentase dan nilai EMP HV yang lebih representatif.

65 Seperti halnya pada perhitungan ekivalen mobil penumpang kendaraan berat, proses perhitungan pengaruh komposisi kendaraan terhadap besarnya nilai ekivalen mobil penumpang untuk sepeda motor (MC), nilai prosentase dihitung berdasarkan jumlah sepeda motor terhadap jumlah total kendaraan yang lewat lajur pendekat dalam suatu siklus yang sama. Besarnya nilai ekivalen mobil penumpang untuk sepeda motor pada siklus tersebut dihitung pada nilai ekivalen mobil penumpang untuk kendaraan ringan dan kendaraan berat masing-masing 1,00 dan 1,57. Untuk keperluan perhitungan pengaruh besar prosentase komposisi terhadap EMP sepeda motor digunakan sebanyak 149 siklus dari data yang terekap. Dari hasil perhitungan maka nilai ekivalen mobil penumpang untuk sepeda motor sesuai dengan tingkat prosentasenya dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini : Tabel 5.3 Prosentase & EMP MC EMP HV = 1,57 Prosentase MC EMP MC Jumlah siklus X < 30 0.32 3 30 < X < 40 0.35 6 40 < X < 50 0.40 17 50 < X < 60 0.40 59 60 < X < 70 0.39 54 70 < X 0.38 10

66 0.45 EMP MC >< Prosentase 0.40 0.35 EMP MC 0.30 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 0.00 X < 30 30 < X < 40 40 < X < 50 50 < X < 60 60 < X < 70 70 < X Prosentase Gambar 5.2 Grafik Hubungan EMP & Prosentase MC Dari tabel 5.3 & gambar 5.2 di atas dapat dilihat bahwa pengaruh komposisi terhadap nilai EMP hasil analisa secara keseluruhan terlihat fluktuatif, namun secara parsial nilai EMP MC cenderung meningkat pada kisaran prosentase < 40% tetapi cenderung menurun pada kisaran > 60 %, pada kisaran 40 sampai 60% nilai EMP berada pada kisaran 0,4. Secara keseluruhan, nilai EMP MC minimum diperoleh pada tingkat prosentase kurang dari 30% yaitu sebesar 0,32, sedangkan EMP maksimum diperoleh pada tingkat prosentase 40 sampai 60% yaitu sebesar 0,4, dimana dari data yang didapat nilai prosentase ini merupakan nilai prosentase yang sering muncul terjadi di lokasi penelitian. Dari uraian dan grafik diatas, hal ini mengindikasikan bahwa pengaruh komposisi terhadap EMP sepeda motor tidak terjadi secara signifikan. Berdasarkan perhitungan kebutuhan data secara keseluruhan jumlah data yang ada secara statistik sudah memenuhi jumlah data minimum, dan untuk keperluan analisis hubungan tingkat prosentase dan EMP sepeda motor (MC) dengan nilai EMP HV = 1,57 pada lampiran A menunjukan bahwa pada tingkat konfedansi 90 % (nilai Z = 1,64) dan nilai standar deviasi untuk masing-masing tingkat prosentase, dimana pada tingkat 40 sampai 70 % jumlah data yang ada

67 memenuhi kebutuhan data yang diperlukan, sedangkan pada tingkat prosentase 0 sampai 40 % dan lebih dari 70 % jumlah data yang ada tidak memenuhi kebutuhan data yang diperlukan. hal ini mengindikasikan bahwa perlu dilakukan kajian lebih lanjut terhadap nilai EMP HV kaitannya dengan jumlah kebutuhan data yang diperlukan pada tingkat prosentase tersebut untuk mendapatkan hubungan tingkat prosentase dan nilai EMP HV yang lebih representatif.