BAB IV KONSEP PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang

BAB IV KONSEP. 4.1 Konsep Dasar

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Kembali Terminal Bus. Tamanan Kota Kediri mencangkup tiga aspek yaitu:

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA. Gambar 20 Fungsi bangunan sekitar lahan

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

4.1 IDE AWAL / CONSEPTUAL IDEAS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Gambar 5. 1 Konsep Dasar. Sumber: dokumentasi pribadi, 2015

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan


BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Bina Nusantara adalah sebagai berikut :

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

STASIUN INTERCHANGE MASS RAPID TRANSIT BLOK M DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK DI JAKARTA

Pelabuhan Teluk Bayur

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6

6.1 Program Dasar Perencanaan

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

Pencapaian pejalan kaki dalam hal ini khususnya para penumpang kendaraan ang

BAB V KONSEP. Gambar 5.1 gambar konsep bentuk bangunan (Sumber : analisis 2013)

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

Transformasi pada objek

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

LOKASI Lokasi berada di Jl. Stasiun Kota 9, dan di Jl. Semut Kali, Bongkaran, Pabean Cantikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. Penumpang ANALISA LAHAN PABRIK KARET. 2. Pengunjung 3. Pengantar. 6. Pedagang / penyewa stan JEMBATAN SUTOYO JALAN SUTOYO PEMUKIMAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TERBOYO

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP. Gambar 25 Konsep Hub

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

BAB V HASIL RANCANGAN

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab V Konsep Perancangan

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN FASILITAS TRANSPORTASI INTERMODA BSD

BAB V KONSEP PERANCANGAN

STASIUN KERETA API PENUMPANG GEDEBAGE BANDUNG

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

Terminal Penumpang Terpadu di Pelabuhan Makassar

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil rancangan adalah output dari semua proses dalam bab sebelumnya

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP INFILL DEVELOPMENT STASIUN BOJONEGORO. Konsep dasar yang digunakan dalam Infill Development Stasiun

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KESIMPULAN. BAB V Kesimpulan dan Saran 126

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Transkripsi:

BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4. 1 Ide awal (conceptual idea) Ide awal dari perancangan stasiun ini muncul dari prinsip-prinsip perancangan yang pada umumnya diterapkan pada desain bangunan-bangunan transportasi. Ada 3 hal penting yaitu : 1. Sirkulasi Sirkulasi merupakan fungsi utama bangunan-bangunan transportasi. Pada dasarnya kuantitas sirkulasi (prosentase) pada bangunan transportasi lebih besar dari bangunan publik dan residensial lainnya. 2. Orientasi Orientasi dapat dilakukan secara arsitektural melalui studi bentuk bangunan. Tidak hanya itu, penggunaan material yang berbeda juga dapat membantu memudahkan orientasi. 3. Fasilitas Umum Sebagai bangunan publik, fasilitas umum diharapkan dapat membantu dan mendukung aktivitas utama yang dapat berlangsung monoton tiap harinya. Ketiga hal tersebut coba diterapkan pada perancangan stasiun ini, dan mulai dikembangkan pada konsep-konsep kecil yang mendukung prinsip-prinsip tersebut. Sehingga pada ide awal dari perancangan stasiun ini berangkat dari tema movement. Movement yang berarti pergerakan dapat menggambarkan citra stasiun sebagai bangunan transportasi. Tema movement tersebut kemudian diaplikasikan ke dalam konsep sirkulasi dan konsep bentuk bangunan. 1. Sirkulasi Sirkulasi merupakan bagian yang paling utama dalam merancang bangunanbangunan transportasi. Tema movement kemudian diaplikasikan ke dalam prinsip sirkulasi menjadi Efficient Passenger Movement, yang memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi, diantaranya adalah: Orientasi yang jelas terhadap lingkungan sekitar Tidak terdapat aliran penumpang yang saling bersilangan antara orang yang akan berangkat dengan orang yang datang. 44

Penyusunan ruang-ruang yang sesuai dengan hirarkinya, sehingga terdapat prosesi yang harus diikuti ketika menggunakan stasiun, mulai dari proses membeli tiket sampai mencapai peron yang tepat sesuai dengan keberangkatannya. Tidak adanya antrian yang berlebihan (penumpukan calon penumpang). 2. Bentuk bangunan Stasiun merupakan tempat peralihan antara penumpang yang akan naik ke kereta dengan kereta yang bergerak membawa penumpang. Berdasarkan hal tersebut maka stasiun dapat dikatakan sebagai tempat peralihan dari diam ke bergerak, sehingga untuk mencitrakan sebuah movement ke dalam stasiun sebagai salah satu bangunan transportasi bentuk bangunan yang harus dibuat adalah bentuk yang mampu mencitrakan transisi dari diam ke bergerak. Diam dapat diwakili oleh garis mendatar (flatline). Sedangkan bergerak dapat diwakili dengan garis gelombang (wave). 45

4. 2 Konsep tapak Stasiun Gedebage merupakan bagian dari pengembangan terminal terpadu Gedebage, sehingga kontinuitas alur pejalan kaki yang datang dari terminal bis perlu dipertahankan. Oleh karena itu terminal bis tersebut dapat dijadikan sumbu dalam perancangan. Selain itu, keberadaan pusat area komersial di bagian selatan tapak juga perlu diperhatikan karena area komersial ini berdasarkan rencana induk dari pengembangan kawasan pusat primer Gedebage merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan kawasan ini. Sehingga pada akhirnya terdapat dua sumbu dalam perancangan tapak, yaitu sumbu untuk menghubungkan antara area stasiun dengan terminal terpadu dan sumbu yang menghubungkan antara pusat area komersial dengan stasiun dan terminal terpadu. Keterangan : A : Area stasiun B : Pusat area komersial A C : Terminal bis antar kota (terminal terpadu) C B Gambar 19. Alur pejalan kaki dari area sekitar tapak Sumber dokumentasi pribadi Karena kontinuitas dari alur pejalan kaki yang harus dijadikan fokus utama dalam perancangan, maka konsep tapak yang dipakai pada stasiun ini adalah Pleasant Pedestrian 46

Environment. Kriteria-kriteria yang perlu dipenuhi dalam penerapan konsep Pleasant Pedestrian Environment diantaranya adalah : Meningkatkan kegiatan berjalan kaki. Menyediakan pengalaman berjalan kaki yang aman. Pejalan kaki perlu dihindarkan dari perpotongan dengan kendaraan. Konsep zoning Berdasarkan pertimbangan dan konsep diatas, maka secara garis besar diambil pola pengelompokan pada tapaknya, yaitu A C D B E Gambar 20. Konsep zoning Keterangan : A. Parkir : Parkir kendaraan publik (motor). B. Parkir : Parkir kendaraan publik (mobil) C. Area Servis : parkir pegawai dan area loading dan unloading barang 47

D. Bangunan stasiun : loket pembelian tiket, area tunggu, dan peron. E. Area Publik : Plasa, dan ruang terbuka. Area publik ditempatkan pada daerah yang berdekatan dengan terminal untuk menjaga kontinuitas aliran pejalan dari terminal bis menuju ke stasiun. Selain itu, proyeksi jumlah penumpang yang datang dari terminal bis lebih besar dibandungkan dengan orang yang datang dengan menggunakan kendaraan pribadi. Dengan menambahkan taman dan plaza pada daerah depan lahan dimaksudkan untuk menjadikan bagian depan stasiun sebagai ruang publik. Selain itu, taman dan plaza tersebut diintegrasikan dengan peneduh untuk angkutan umum sebagai salah satu alternatif moda trasnsportasi terdekat selain harus melewati terminal bis. Pengunaan pohon-pohon sebagai elemen lansekap yang bersifat kolumnar dan perbedaan material pada perkerasan di area plaza digunakan untuk memperjelas orientasi pergerakan dari stasiun ke terminal terpadu dan pusat area komersial sehingga ketiga area tersebut dapat terintegrasi dengan baik. Sirkulasi pada site Pencapaian menuju tapak dapat dilakukan dari beberapa arah, yaitu dari jalan kolektor sekunder di bagian selatan tapak, dari arah terminal bis antar kota (terminal terpadu), dan dari arah pusat area komersial di sebelah selatan tapak. Sirkulasi publik Sirkulasi servis Gambar 21. Alur sirkulasi pada tapak 48

Dari jalan kolektor sekunder pada bagian selatan tapak, pencapaian menuju tapak dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan baik itu angkutan umum (taksi) ataupun kendaraan pribadi. Dari jalan kolektor tersebut kendaraan diarahkan menuju ke entrance utama pada site. Dari entrance utama, alur sirkulasi kendaraan kemudian dipisah menuju ke area parkir kendaraan dan ke arah drop off pada bagian utama stasiun. Bagi pengguna kendaraan umum selain taksi, pencapaian menuju tapak dapat dilakukan melalui terminal terpadu. Terminal terpadu ini merupakan pusat keberangkatan dan kedatangan bagi bis antar kota, bis dalam kota, dan angkutan umum yang melewati daerah ini. Dari arah terminal terpadu, pencapaian menuju stasiun dapat dilakukan melalui area pedestrian pada desain terminal terpadu yang telah disediakan oleh rencana induk kawasan pusat primer Gedebage. Dari area pedestrian, pejalan kaki diarahkan menuju plasa. Perbedaan material perkerasan dan penggunaan pohon-pohon yang bersifat kolumnar dimaksudkan untuk membantu mengorientasikan pejalan kaki menuju ke bagian entrance stasiun. Pencapaian menuju stasiun dari arah pusat area komersial yang berada di bagian selatan tapak dapat dilakukan dengan berjalan kaki. Pejalan kaki dari area komersial diarahkan menuju ke plasa. Dari plasa tersebut, kemudian pejalan kaki diarahkan untuk menuju ke bagian entrance stasiun. Entrance untuk kendaraan servis digabungkan dengan entrance untuk pengguna umum karena akses untuk kendaran hanya bisa dicapai melalui jalan kolektor sekunder saja. Setelah melalui entrance utama pada site, kendaraan servis kemudian diarahkan ke bagian barat stasiun. Pada bagian tersebut, kendaraan servis dapat melakukan loading dan unloading barang. 4. 3 Konsep bangunan Massa bangunan stasiun ini terdiri dari dua bagian, yaitu massa bangunan penerima dan massa jembatan yang menghubungkan area tunggu penumpang dengan peron. Kedua massa tersebut dihubungkan dengan bangunan penghubung yang diangkat dari permukaan tanah (elevated station). Massa penghubung tersebut dihubungkan dengan masing-masing peron. Pembagian massa menjadi dua dilakukan dengan pertimbangan agar massa tidak terlalu besar (bulky), dan juga mengikuti dari bentuk tapak. Pemilihan jenis sebagai elevated station dinilai mempunyai beberapa keuntungan dan tujuan yaitu : 49

1. Ruangan di bawahnya menjadi lebih terang dan memudahkan untuk orientasi. 2. Mengurangi polusi dari asap kereta api dan mengalirnya cross ventilation. 3. Bentuk bangunan yang diangkat dapat menjadi penangkap dan ciri khas untuk pengguna dan citra bangunan transportasi. 4. Massa jembatan dapat diangggap sebagai ikon yang menggambarkan gerbang dari stasiun Gedebage. Konsep massa Stasiun sebagai bangunan transportasi dapat menjadi ikon sebuah daerah, oleh sebab itu bentuk bangunan yang dihasilkan haruslah unik sehingga mudah diingat dan dikenal oleh pengguna. Pada stasiun ini penampilan dan bentuk bangunan menjadi penting. Untuk menerapkan konsep sebuah movement ke dalam stasiun sebagai salah satu bangunan transportasi, bentuk bangunan yang harus dibuat adalah bentuk bangunan yang mampu mencitrakan transisi dari diam ke bergerak. Diam dapat diwakili oleh garis mendatar (flatline). Sedangkan bergerak dapat diwakili dengan garis gelombang (wave). 50

Gambar 22. Konsep bentuk massa Pendekatan yang dilakukan untuk menerapkan konsep movement pada bangunan adalah dengan metode folding. Folding sendiri merupakan teknik melipat kertas. Folding yang dipilih disini adalah folding repetitive. Alasan pemilihan folding repetitive adalah : 1. Bentuk tersebut dapat menjadi ikon kawasan dengan bentuk yang unik. 2. Bentuk yang repetitive dapat menimbulkan kesan teratur dan berirama sehingga bentuk lebih dinamis. 3. Konsep citra movement dapat diterapkan pada bentuk tersebut. Selain dengan bentuk tersebut, beberapa konsep yang ingin diangkat pada bentuk bangunan stasiun ini adalah : 1. Bentuk bangunan harus dapat lebih berkesan menerima pada bagian entrancenya. 2. Bangunan dominan transparan karena dengan permukaan yang transparan dapat memudahkan orientasi bagi pengguna. 3. Pemilihan bentuk dan material harus dapat mendukung kemudahan perawatan bangunan (maintenance). 4. Efisiensi dan penghematan biaya dalam bentuk massa dapat ditampilkan dengan penghawaan dan pencahayaan alami. Selain itu, pemilihan bentuk yang sederhana dan penggunaan elemen arsitektural yang seragam juga dapat mendukung efisiensi bangunan. 5. Selain harus sesuai dengan tapak, bentuk bangunan juga harus dapat menjaga kontinuitas aliran penumpang dari terminal bis. 51

Pola ruang Sirkulasi dalam bangunan Sebagai bangunan transportasi, kualitas lantai dasar menjadi cukup penting dalam melihat aktivitas pengguna di dalamnya. Sirkulasi menjadi elemen yang dominan dalam bangunan stasiun sehingga wajar jika prosentase jumlahnya lebih banyak dari bangunan publik lainnya. Oleh karena itu konsep yang diterapkan pada sirkulasi di bangunan ini adalah efficient passenger movement. Hal yang ingin dicapai dengan diterapkannya konsep ini ke dalam sirkulasi dalam bangunan adalah agar setiap calon penumpang dapat mencapai peron dengan jarak terdekat tanpa adanya penumpukan penumpang pada bagian entrance dan ruang tunggu. Untuk mendukung konsep sirkulasi tersebut, maka konfigurasi ruang-ruang pada bangunan ini dibuat sejajar dengan pergerakan linier dari penumpang sehingga dapat membantu mengorientasikan penumpang ke tempat tujuannya. Di stasiun ini lantai dasar dimanfaatkan sebagai fungsi publik dan komersial sebagai respon terhadap bangunan dengan skala urban. Fasilitas pendukung berupa retail, dan reservasi taksi ditempatkan di antara hall kedatangan dan loket pembelian tiket sebagai area transisi diantara fungsi keberangkatan dan fungsi kedatangan. Untuk fungsi keberangkatan, sebelum penumpang memasuki entrance utama penumpang diterima oleh area pusat informasi dan hall pembelian tiket. Loket pembelian tiket ditempatkan di bagian luar bangunan dengan alasan keamanan agar setiap orang yang memasuki bangunan hanya penumpang yang telah membeli tiket saja. Selain itu, area di luar bangunan lebih fleksible dalam mengatasi adanya antrian panjang di loket pembelian tiket pada saat peak hour. Setelah masuk ke dalam bangunan, penumpang kemudian di arahkan ke area tunggu sesuai dengan peron yang telah ditentukan. Untuk pelayanan peron A, penumpang dapat menunggu di area tunggu lantai dasar, sedangkan untuk pelayanan peron B dan C penumpang dapat menunggu di area tunggu lantai satu. Pelayanan untuk komuter patas dan komuter ekonomi dibagi berdasarkan peron-peron yang tersedia. Peron A melayani perjalanan untuk komuter patas, sedangkan peron B dan C melayani 52

perjalanan untuk komuter ekonomi. Sirkulasi Fungsi ruang Sirkulasi vertikal Gambar 23. Alur sirkulasi lantai dasar Sirkulasi Fungsi ruang Sirkulasi vertikal Gambar 24. Alur sirkulasi lantai 1 Sirkulasi vertikal ditempatkan linier dengan alur pergerakan penumpang menuju ke area tunggu keberangkatan untuk mempermudah pergerakan. 53

Sebagai bangunan transportasi, kualitas lantai dasar juga menjadi penting untuk menarik aktivitas agar tetap hidup dalam waktu tertentu, sehingga lantai dasar stasiun ini lebih dimanfaatkan untuk ruang publik dan fungsi operasional stasiun, sedangkan pada lantai atas digunakan untuk area tunggu bagi keberangkatan. B A B C D Gambar 25.Pembagian fungsi Keterangan : A : Area tunggu keberangkatan B : Fungsi operasional stasiun (kantor dan area servis) C : Fasilitas publik D : Area kedatangan Dengan konsep tersebut, maka pada lantai dasar pengguna publik dapat memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada sehingga tidak hanya dapat digunakan oleh pengguna langsung stasiun seperti penumpang, melainkan juga penjemput dan pengantar. Area publik (unpaid concourse) diletakkan di luar bangunan sehingga orang-orang yang masuk ke dalam bangunan (paid concourse) hanya penumpang saja. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan keamanan yang selama ini menjadi isu dalam perancangan stasiun. Selain itu, pembatasan orang yang dapat masuk ke dalam bangunan dilakukan unuk memudahkan dalam pengawasan dan pengontrolan keamanan. Selain dengan pola hubungan ruang, konsep pemisahan daerah paid concourse dengan unpaid concourse menjadi sangat penting dan harus jelas bagi bangunan transportasi khususnya 54

stasiun. Dengan pertimbangan tersebut, maka pembagian area yang dapat digunakan bagi pengguna yaitu : 1. Unpaid Concourse ( Pegawai, servis, penumpang, pengantar, dan penjemput) 2. Paid Concourse ( Penumpang dan pegawai ) A B Keterangan : A : Paid concourse B : Unpaid concourse Gambar 26. Konsep pemisahan paid concourse dan unpaid concourse Konsep tampak Konsep tampak yang digunakan pada stasiun ini harus mampu mendukung gagasan awal dalam perancangan yaitu movement. Untuk mendukung gagasan awal perancangan, maka desain bukaan dibuat dengan menyerupai gelombang (wave) seperti yang telah disebutkan dalam gagasan awal di atas. Gambar 27. Konsep tampak 55

Pada selubung bangunan, stasiun ini didesain dengan menggunakan elemen kisi-kisi sebagai elemen yang paling dominan. Kisi-kisi tersebut bertujuan untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk ke dalam bangunan. 4. 4 Konsep struktur Gambar 28 Konsep struktur Sumber : Heinrich Engel, Structure system Struktur yang digunakan untuk menahan lantai dan atap masing-masing dibuat agar dapat berdiri sendiri. Sehingga bentuk massa yang miring diteruskan dengan penggunaan kolom miring untuk menahan atapnya. Untuk struktur lantai, modul yang digunakan untuk menahan beban di lantai dua adalah 8 x 8 m. sesuai dengan nilai efisiensi pada modul struktur yang teratur. Pada bangunan penghubung, modul struktur disesuaikan dengan letak peron yang ada dibawahnya. Sistem struktur untuk atap yang digunakan adalah sistem portal, namun dalam sistem ini terdapat beberapa perubahan dengan membuat kolom-kolom penyangga atap yang miring. 4.5 Konsep utilitas Utilitas yang terdapat pada bangunan ini terdiri dari penggunaan elevator, air bersih, air hujan, sistem instalasi pengkondisian udara sentral, dan pembuangan sampah. Untuk jaringan air, stasiun ini menggunakan jasa PDAM, yang digunakan untuk kamar mandi dan WC. Untuk jalur air kotor, setelah dikumpulkan akan diteruskan ke riol atau sungai. Selain untuk distribusi air kotor di dalam bangunan, semua pemipaan berada dalam shaft. Penempatan wc/kamar mandi berdekatan dengan dinding terluar untuk memudahkan penghawaan. WC dan kamar mandi juga diletakkan menerus untuk memudahkan pemipaan dan penggunaan septic tank sesuai dengan persyaratan umum. 56

Sistem air hujan disalurkan dari atap dengan menggunakan talang air dan langsung dialirkan menuju riol kota. Untuk sistem pengkondisian udara, digunakan sistem pengkondisian udara sentral, karena selain lebih efisien juga lebih mudah dengan menyediakan ducting di atas langit-langit. Sistem pengkondisian udara ini hanya digunakan pada fasilitas kantor di lantai dasar. 57