III. METODE PENELITIAN. kebenaran. Kegiatan pengumpulan data merupakan kegiatan yang penting dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penerimaan pajak daerah dan pendapatan asli daerah di Kota Metro selalu

Di Kota Metro. Ferry Susanawati 1, I Wayan Suparta 2, Muhammad Husaini 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

III. METODE PENELITIAN. pendapatan daerah kota Bandar Lampung tahun Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah di kota Bandar Lampung

TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TAHUN 2007

ANALISIS KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS PAJAK SERTA RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BEKASI TAHUN

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PEKANBARU. Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekanbaru. Berdasarkan Surat Edaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dari tahun. mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 dan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pulihnya perekonomian Amerika Serikat. Disaat perekonomian global mulai

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB III METODE PENELITIAN. dan retribusi daerah Kabupaten Jepara. Penelitian dilakukan secara time

BAB III ANALISIS DATA DAN PEBAHASAN. Daerah Kabupaten Boyolali Tahun daerah kabupaten boyolali tahun :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : dapat dipaksakan untuk keperluan APBD.

JURNAL SKRIPSI EVALUASI POTENSI PENDAPATAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis dan mengetahui bagaimana tingkat efektivitas dan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakat bersama-sama mengelola sumber daya yang. perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut.

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri)

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari wajib pajak yang berdasarkan peraturan perundangan mempunyai. kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

BAB IV METODA PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kinerja Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Tengah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BADAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG TARGET KINERJA PENERIMAAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN CILACAP TAHUN 2013

Analisis Tingkat Pertumbuhan, Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Daerah pada Pendapatan Asli Daerah Kota Depok Periode

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: /199/KEP/ /2015 TENTANG

BAB V PENUTUP. 1.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Analisis Efektivitas,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Negara saat ini tak lepas dari campur tangan pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitiatif. Pendekatan ini mempergunakan suatu teori sesuai dengan makna yang

PENGARUH PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DERAH (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya)

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PEKANBARU. 2.1 Sejarah singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru

ABSTRACT. Keywords: Potential Local Tax, Local Tax Optimization, Revenue (PAD) vii

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN TENTANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Keuangan Kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal

BAB 3 GAMBARAN UMUM PENDAPATAN ASLI DAERAH, PAJAK DAERAH DAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlu terus dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

ISSN No Volume 4 / Nomor 2 / Tahun 2016 / Hal

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya. untuk membiayai kegiatannya, maka pemerintah daerah juga menarik pajak

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 1 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

ANALISIS PERANAN DAN KONTRIBUSI PAJAK REKLAME TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

Judul : Tata Cara Pemungutan, Perhitungan, Dan Pembayaran Pajak Hotel Dan Restoran Nama : Dewa Ayu Kartika Mahariani NIM : ABSTRAK

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Untuk menganalisis dan menginterprestasikan data dengan baik, maka diperlukan data yang baik dan reliabel supaya hasil yang diperoleh mengandung unsur kebenaran. Kegiatan pengumpulan data merupakan kegiatan yang penting dalam penelitian, karena dalam kegiatan ini akan diperoleh data yang disajikan sebagai hasil dari penelitian. Sesuai yang telah dikemukakan oleh Moh. Nazir bahwa Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (1983:51). Penelitian ini dilaksanakan dengan objek penelitian di Kota Metro. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. pendekatan kepustakaan, dilakukan untuk mendapatkan landasan teori yang mendukung penelitian dan diambil dari literatur maupun buku-buku, artikel ilmiah serta hasil penelitian sebelumnya yang dapat menjawab pertanyaan penelitian; 2. penelitian lapangan, dilakukan dengan mendatangi langsung terhadap objek penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder. Sesuai dengan permasalahan yang dibahas maka penelitian menggunakan data :

57 a. data primer, yang diambil berdasarkan hasil wawancara langsung kepada para responden diantaranya adalah Kepala Dinas Pendapatan Daerah beserta stafnya, Kepala Bagian Keuangan beserta staf dan Kepala Bagian Pemerintahan Sekretariat Kota Metro mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pajak daerah; b. data sekunder, yaitu sejumlah keterangan dan data yang digunakan seseorang dan diperoleh secara tidak langsung terdiri dari data pendapatan asli daerah, data jumlah jenis setiap pajak daerah tahun anggaran 2004-2013, sedangkan untuk data proyeksi menggunakan data total pajak daerah tahun anggaran 2004-2013. Selain data-data tersebut data sekunder yang dipergunakan juga adalah data pendukung untuk mencari potensi pajak setelah diklasifikasikan dengan menggunakan alat analisis. Data-data tersebut diperoleh dari Dinas/Instansi di lingkungan Pemerintah Kota Metro seperti Dinas Pendapatan Daerah, Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Bagian Keuangan, dan Bagian Pemerintahan; B. Pengolahan data Setelah melakukan pengumpulan data, maka tahap berikutnya adalah tahap analisis. Dalam menganalisis data digunakan analisis kuantitatif melalui berbagai alat analisis yang terdapat pada penelitian ini. Hasil pengolahan data tersebut diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh perumusan masalah sesuai dengan tujuan penelitian.

58 C. Definisi Operasional 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah realisasi penerimaan asli daerah yang berasal dari: pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba pengelolaan aset daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah Kota Metro dalam satuan rupiah. 2. Pajak Daerah adalah setiap jenis penerimaan pajak daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Walikota Metro yang berlaku selama satu tahun anggaran. 3. Potensi pajak daerah adalah kekuatan yang ada pada pajak daerah yang dapat dipungut untuk menghasilkan sejumlah penerimaan yang sesungguhnya terhadap pendapatan asli daerah. Oleh karena jenis pajak daerah Kota Metro mencakup 11 jenis pajak daerah, maka dalam penelitian Potensi Pajak yang akan dihitung adalah jenis pajak yang memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi selama periode penelitian dalam nilai rupiah. D. Metode dan Alat Analisis Alat analisis yang akan digunakan adalah sebagai berikut: a. Analisis Tingkat Pertumbuhan Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan masing-masing jenis pajak daerah digunakan rumus : gxi = Xit Xi (t-1) x 100% Xi (t-1) Dimana : gxi adalah pertumbuhan pajak daerah jenis i Xit adalah jumlah jenis pajak daerah tahun ke t Xi (t-1) adalah jumlah jenis pajak daerah tahun ke t-1

59 b. Analisis Tingkat Kontribusi Untuk mengetahui kontribusi masing-masing jenis pajak daerah digunakan rumus : wxi = Xi x 100% X Dimana: wxi adalah kontribusi pajak daerah jenis i Xi adalah jumlah pajak daerah jenis i X adalah total pajak daerah c. Analisis Klasifikasi Jenis Pajak Daerah (Overlay) Analisis Overlay dimaksud adalah untuk melihat deskripsi kegiatan jenis pajak daerah yang potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan dan kriteria kontribusi. Terdapat 4 kemungkinan dalam analisis overlay: 1) pertumbuhan (+) dan kontribusi (+), menunjukkan suatu kegiatan yang sangat dominan baik dari pertumbuhan maupun dari kontribusi; 2) pertumbuhan (+) dan kontribusi (-), menunjukkan suatu kegiatan yang pertumbuhannya dominan tetapi kontribusinya kecil. Kegiatan ini dapat ditingkatkan kontribusinya untuk dipacu menjadi kegiatan yang dominan; 3) pertumbuhan (-) dan kontribusi (+), menunjukkan suatu kegiatan yang pertumbuhannya kecil tetapi kontribusinya besar, kegiatan ini sangat mungkin merupakan kegiatan yang sedang mengalami penurunan; 4) pertumbuhan (-) dan kontribusi (-), menunjukkan suatu kegiatan yang tidak potensial baik dari kriteria pertumbuhan maupun kriteria kontribusi. Untuk mengetahui jenis pajak daerah diperlukan identifikasi atau klasifikasi kondisi yang didasarkan pada jumlah serta perkembangan setiap jenis Pendapatan Asli Daerah (PAD). Identifikasi ini dilakukan dengan cara

60 mematrik antara komposisi penerimaan dan pertumbuhan penerimaan, maksudnya adalah: 1) komposisi penerimaan yaitu total hasil setiap jenis pajak daerah terhadap rata-rata hasil penerimaan seluruhnya; 2) pertumbuhan penerimaan yaitu kenaikan hasil (perubahan penerimaan) setiap jenis penerimaan pajak daerah terhadap kenaikan atau pertumbuhan penerimaan pajak daerah. Secara tabel matrik komposisi penerimaan dan pertumbuhan penerimaan jenis pajak daerah dapat dilihat sebagai berikut (Jaya: 1996, 29-30) : Pertumbuhan Kontribusi gxi 1 (tinggi) wxi 1 (tinggi) Prima wxi < 1 (rendah) Berkembang gxi < 1 (rendah) Potensial Terbelakang Keterangan : gxi adalah pertumbuhan setiap pajak daerah jenis i wxi adalah kontribusi setiap pajak daerah jenis i Berdasarkan analisis overlay dan klasifikasi pajak daerah di Kota Metro tahun anggaran 2004 s/d 2013 secara garis besar dikelompokan menjadi 4 kondisi: 1) prima apabila pajak daerah diberikan kontribusi dan pertumbuhan sama dengan atau lebih dari 1 persen; 2) potensial apabila pajak daerah diberikan kontribusi sama dengan atau lebih dari 1 persen sedangkan pertumbuhan kurang dari 1 persen;

61 3) berkembang apabila pajak daerah diberikan kontribusi kurang dari 1 persen sedangkan pertumbuhan sama dengan atau lebih dari 1 persen; 4) terbelakang apabila pajak daerah diberikan kontribusi dan pertumbuhan kurang dari 1 persen d. Analisis Potensi Pajak Daerah Untuk menghitung dan menganalisis potensi pajak daerah digunakan rumus yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Metro melalui Peraturan Daerah. Perhitungan ini akan menggunakan data yang berkaitan terhadap perhitungan potensi sebenarnya. Perhitungan tersebut khusus bagi pajak daerah yang memenuhi kualifikasi potensi berdasarkan analisis overlay. Dalam rangka mendukung perhitungan tersebut dipergunakan data yang di dapat dari Pemerintah Kota Metro sesuai dengan Perda Nomor 02 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah Pemerintah Kota Metro adalah sebagai berikut : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, dan Pajak Parkir : menggunakan perhitungan : Omzet Minimal x Tarif Pajak Pajak Reklame menggunakan perhitungan: Ukuran Reklame x Nilai Sewa x Tarif Pajak; Pajak Penerangan Jalan menggunakan perhitungan : Tagihan Listrik x 10% (Tarif Pajak) x Jumlah Rumah Tangga/Pelanggan; Pajak Air Tanah menggunakan perhitungan : Penggunaan Air x Harga Air x Tarif ( per sumur bor);

62 Pajak BPHTB menggunakan perhitungan : Jumlah Transaksi Hak x Nilai Transaksi Kena Pajak x Tarif ; dan Pajak PBB menggunakan perhitungan : Jumlah Ketetapan Pajak / Objek Pajak. Dalam penelitian ini jenis pajak yang dianggap memiliki potensi untuk dikembangkan adalah pajak yang memiliki laju pertumbuhan tinggi selama periode penelitian. e. Analisis Proyeksi Dalam melakukan perkiraan dimasa yang akan datang diharapkan kesalahan diperkecil seminimal mungkin agar proyeksi yang dilakukan menjadi akurat. Penaksiran atau proyeksi ini juga diharapkan dapat menghasilkan data proyeksi yang sesuai dengan kenyataan di lapangan yaitu dengan menggunakan Teknik Anuitas. Asumsi dasar dalam penaksiran dengan Teknik Anuitas adalah, bahwa tingkat pertumbuhan (r = rate of growth) selama masa penaksiran bersifat tetap. Diharapkan dengan Teknik Anuitas ini dapat melihat proyeksi pajak daerah dimasa yang akan datang dengan tingkat akurasi yang tepat. Perhitungan Penarsiran atau Proyeksi dengan Teknik Anuitas Secara umum, persamaan penaksiran atau proyeksi dengan teknik anuitas dapat ditulis sebagai berikut (Modul Pendapatan Daerah, 2013:121) : Jika nilai P awal adalah P 0 dan tingkat pertumbuhan = r, maka : P 1 = P 0 + rp 0 = P 0 (1 + r) atau P 1 = P 0 (1 + r) 1 P 2 = P 1 + rp 1 = P 1 (1 + r) atau P 2 = P 0 (1 + r) 1 (1 + r) atau P 2 = P 0 (1 + r) 2

63 P 3 = P 0 + (1 + r) 2 (1 + r) = P 0 (1 + r) 3 Demikian seterusnya, sehingga berlaku rumus umum : P t = P 0 (1 + r) t Kemudian untuk penaksiran besarnya angka pertumbuhan rata-rata dengan teknik anuitas, dapat dilakukan dengan reversasi rumus umum tersebut di atas: (1 + r) t = (P t /P 0 ) (1 + r) = (P t /P 0 ) 1/t r = (P t /P 0 ) 1/t - 1 Dimana : P 0 adalah Penerimaan Pajak Tahun Awal P t adalah Penerimaan Pajak Tahun t r adalah Tingkat Pertumbuhan t adalah waktu/tahun