ANALISIS PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD PADA PT. BEST DENKI SURABAYA

Kata Kunci : Penilaian Kinerja dan Balanced Scorecard

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur

ANALISA KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCE SCORECARD ( Study Kasus di PABRIK GULA X ) ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sumber daya alam termasuk didalamnya air beserta kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM INFORMASI PENGUKURAN KINERJA UKM KERUPUK IKAN BERBASIS SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP DAN BALANCE SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien sehingga visi perusahaan dapat tercapai. Sebagai konsekuensi

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD DI PT. UBS SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. menerus dalam dunia usaha. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran dari

BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO), TBK CABANG MAKASSAR SKRIPSI

Analisis Balanced Scorecard Pada Bank X

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di saat ini, sehingga pelaku bisnis harus menyusun dan merancang

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini pengukuran kinerja semata-mata hanya berfokus pada aspek

Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Metode Balanced Scorecard

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

PENGUKURAN DAN ANALISA KINERJA DENGAN METODE BALANCED SCORECARD DI PT. X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembanding. Penelitian yang dilakukan oleh M. Toha Zainal tahun yang meneliti pada PT. Madura Prima Interna.

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (BSC) DENGAN PEMBOBOTAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan laba. Semua itu tidak lepas dari kemampuan perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Penilaian kinerja merupakan proses pengukuran organisasi dalam

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCE SCORECARD (STUDI KASUS PT. KITO INDONESIA) TESIS. Ida Nahriah

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Utara, baik yang dikelola oleh BUMN seperti PTPN 2, PTPN 3, dan PTPN 4

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kinerja usahanya yang dapat bertahan dan menghasilkan keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja secara profesional layaknya organisasi swasta. Sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus

DAFTAR TABEL. Tabel1.1: Konsep manajemen terpopuler...3 Tabel 2.1 : Faktor pendorong pencapaian tujuan keuangan...15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kantor Pusat PT. Asuransi Allianz Life

PENDAHULUAN. Saat ini perusahaan-perusahaan dalam menjalankan usahanya haruslah. pelanggan maupun mitra usaha. Sistem komunikasi dan kemudahan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (BSC) DENGAN PEMBOBOTAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT.

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengukuran yang diterapkan oleh perusahaan mempunyai dampak yang

ANALISIS KINERJA INDUSTRI KECIL SANDAL DAN SEPATU DI SENTRA INDUSTRI KECIL WEDORO SIDOARJO. MT Safirin Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Perusahaan Menggunakan Metode Balanced Scorecard

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak

Perancangan Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan (Studi Kasus: PT. MCA)

ANALISIS PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLAK UKUR KINERJA PERUSAHAAN SKRIPSI PROGRAM STUDI AKUNTANSI. Nama : Nurlinda Gultom.

ANALISIS KINERJA CV. FABAMUS FAMILI UTAMA SEMARANG DENGAN BALANCED SCORECARD

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS BALANCED SCORECARD UNTUK MENGUKUR KINERJA PERUSAHAAN PADA PT BANK RIAU KEPRI SKRIPSI OLEH ELVIS PRASETYO NIM:

ANALISIS KINERJA INDUSTRI KECIL SONGKOK DI SENTRA INDUSTRI KECIL SONGKOK GRESIK. Malikul dan MT Safirin Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

PEMBOBOTAN SASARAN STRATEGIS PERSPEKTIF BALANCE SCORECARD (BSC) PADA PERUSAHAAN AIR MINUM

I. PENDAHULUAN. makin ketat, sejalan dengan kecenderungan globalisasi perekonomian dan

BAB 5 PENUTUP. Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan yang bergerak di bidang engineering, pembelian dan jasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis yang ada berubah dari persaingan teknologi atau industrial

PENGARUH PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN PADA CV. PRATAMA MANDIRI SURABAYA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai bisnis, dewasa ini kita dapat merasakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dagang maupun perusahaan jasa. Dengan adanya persaingan tersebut,

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD DI RUMAH SAKIT PERKEBUNAN PTPN X JEMBER SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Persaingan dalam dunia bisnis semakin hari semakin menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan bisnis yang sangat kompetitif, kinerja

BAB I PENDAHULUAN. maka perusahaan akan mampu bersaing dan berkembang dengan baik. perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi pada periode yang lalu.

BAB I PENDAHULUAN. unggul secara berkelanjutan, tak terkecuali organisasi sektor publik yang bertugas

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengevaluasi kinerjanya sebagai bagian dari aktifitas perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Tujuan ini menentukan ke arah mana suatu perusahaan atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. : Balanced Scorecard, Pengukuran kinerja. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat penulis menulis skripsi ini, sudah banyak hotel-hotel yang berdiri di

Bandung adalah salah satu kota wisata yang dikunjungi para wisatawan baik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan baik jasa, dagang maupun industri selalu berusaha mengikuti

ABSTRAKSI. Kata kunci: sektor publik, kinerja, balance scorecard, PDAM

Perancangan Sistem Pengukuran Performansi PT. Pondok Indah Tower dengan Menggunakan Metode Balanced Score Card

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia menuju era globalisasi memungkinkan kegiatan

BAB V ANALISA DATA. Perspektif keuangan memiliki bobot criteria sebesar 25,2%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. himpun agar pekerjaan yang dilakukan dapat dikendalikan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam perusahaan dengan tujuan untuk memotivasi karyawan dalam

Key Performance Indicators Perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penguatan struktur perusahaan dalam rangka memenangkan persaingan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. rupa sehingga agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Air adalah

ALTERNATIF PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI PENILAIAN KINERJA PEMBERI LAYANAN KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat perkembangan yang saat ini terjadi dimana era globalisasi telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya era pasar bebas membawa dampak persaingan bisnis yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengukuran Kinerja Bulog Sub Divre Dumai dengan Konsep Balanced Scorecard

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGUKURAN KINERJA PADA KOPERASI SEMOGA JAYA UNIT SIMPAN PINJAM DI TENGGARONG

BAB 2 LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Kondisi ini memicu perusahaan-perusahaan untuk terus

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCE SCORECARD (Studi Kasus di PT Aneka Adhilogam)

Yuliatin Ali S UPN Veteran Jawa Timur

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORE CARD (BSC) DAN SWOT. Erlina Teknik Industri FT UPN Veteran Jawa Timur

PENERAPAN METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA PADA PT BUMI JASA UTAMA DI MAKASSAR AMRIL ARIFIN

Transkripsi:

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (BSC) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PABRIK GULA GENDING PROBOLINGGO Oleh Munifah Teknik Industri UNS ABSTRAKSI Pabrik Gula Gending, Probolinggo merupakan salah satu pabrik agribisnis yang memproduksi gula, berbagai usaha telah dilakukan PG. Gending untuk dapat meraih keunggulan di tengah kondisi persaingan bisnis yang semakin ketat. Salah satu faktor terpenting dalam menentukan keberhasilan jangka panjang adalah pengukuran kinerja. Selama ini perusahaan belum pernah melakukan pengukuran kinerja secara terintegrasi dan seimbang, dalam artian hanya menilai kinerja perusahaan dengan menggunakan tolok ukur dari segi finansial saja. Pada kenyataannya pengukuran kinerja yang hanya melihat tolok ukur keuangan saja sudah tidak relevan lagi dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Oleh karena itu perlu adanya suatu metode yang mengukur kinerja perusahaan secara meyeluruh dalam upaya peningkatan kinerja perusahan yaitu dengan metode BSC dan metode pembobotan AHP. Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran, dan pengendalian secara tepat dan menyeluruh yang dapat memberikan kerangka kerja dan berfikir yang integrasif. Pengukuran kinerja tersebut memandang unit bisnis dari empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pertumbuhan dan pembelajaran. Pengukuran kinerja yang dilakukan akan menghasilkan informasi-informasi yang diperlukan perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan sekaligus agar peneliti dapat memberikan masukan-masukan inisiatif strategi bagi perusahaan. Kata Kunci : BSC, AHP PENDAHULUAN Di masa sekarang ini, banyak manajer dalam berbagai macam industri memikirkan cara yang lebih baik dalam mengukur kinerja perusahaan. Pengukuran tersebut dapat digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan. Model pengukuran yang lama (tradisional), yaitu pengukuran dengan melihat hasil kinerja suatu organisasi yang digambarkan dalam laporan keuangan, sudah dirasakan tidak dapat digunakan lagi karena laporan keuangan sebagai tolak ukur kinerja tidak mampu lagi menggambarkan titik-titik strategis perusahaan. Sehingga perlu adanya penelitian mengenai bagaimana mengukur kinerja secara menyeluruh, terintegrasi dan seimbang sesuai dengan tujuan perusahaan. Adapun penelitian ini dilakukan pada Pabrik Gula Gending, Probolinggo. Yaitu sebuah pabrik agribisnis yang memproduksi gula. Perusahaan selama ini berusaha melakukan efisiensi-efisiensi dalam hal biaya, tetapi masih belum dapat melakukan pengukuran kinerja secara terintegrasi dan seimbang. Artinya perusahaan belum pernah melakukan pengukuran kinerja yang berhubungan dengan visi, misi serta strategi perusahaan. Sejauh ini penilaian kinerja perusahaan hanya didasarkan pada faktor finansial saja. Jadi, perusahaan menganggap apabila keuntungan semakin meningkat, maka hal itu menandakan bahwa kondisi kinerja perusahaan meningkat. Pada kenyataannya, pengukuran kinerja dengan cara seperti ini tidak lagi layak digunakan pada

iklim persaingan industri yang kian ketat. Melihat kondisi operasional perusahaan yang berubah-ubah, secara otomatis perusahaan dituntut melakukan pengukuran kinerja secara menyeluruh, agar informasi yang nantinya didapat, dapat bermanfaat untuk kepentingan perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan yang signifikan dengan kondisi persaingan bisnis saat ini dilakukan dengan metode BSC, yang diperkenalkan pertama kali dalam Harvard Business Review, januari 2002, oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Dan digabungkan dengan metode pembobotan AHP, yang mulai dikembangkan sekitar tahun 1970 oleh Thomas L. Saaty. Metode Balanced Scorecard merupakan metode pengukuran kinerja yang terintegrasi dan mencakup keseluruhan aspek finansial dan non finansial. Dengan kata lain metode balanced scorecard merupakan metode yang menerjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan ke dalam seperangkat sasaran-sasaran strategis, yang dirumuskan menggunakan 4 perspektif yang satu sama lain saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. 4 Perspektif BSC, antara lain: 1. Perspektif Keuangan, fungsinya yaitu mengukur kemampulabaan dan nilai pasar (market value) di antara perusahaan-perusahaan lain. 2. Perspektif Pelanggan, fungsinya yaitu mengukur mutu, pelayanan, dan rendahnya biaya dibandingkan dengan perusahaan lain. 3. Perspektif Proses Bisnis Internal, fungsinya yaitu mengukur efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam memproduksi barang dan jasa. 4. Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan, fungsinya yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya manusia sehingga tujuan strategik perusahaan dapat tercapai untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang. Sedangkan untuk pembobotan dilakukan dengan Analytical Hierarchy Process, sehingga dapat diketahui Critical Success Factors (CSFs) yang tidak memenuhi target dan memerlukan perhatian pihak manajemen untuk ditingkatkan. METODE PENELITIAN Identifikasi variable dalam peneltian ini meliputi empat perspektif BSC, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif proses pertumbuhan dan pembelajaran. Adapun definisi operasional dari keempat perspektif tersebut diatas, yaitu : 1. Perspektif keuangan, variabelnya diukur berdasarkan analisis Return on Equity (ROE), Return of Assets (ROA)), Total Asset Turnover (TATO), Sales Growth (SG) dan Profit Margin on Sales (PmoS) selama periode tahun 2004 dan 2005. 2. Perspektif pelanggan variabelnya diukur berdasarkan analisis Customer Retention (CR), DEV (Pembayaran Deviden), Number of New Customer (NNC), serta Number of Complaint (NC) selama periode tahun 2004 dan 2005. 3. Perspektif proses bisnis internal variabelnya diukur berdasarkan analisis Supplier Lead Time (SLT), Prosentase Kadar Gula dalam Tebu (PKG), serta Effisiensi Pabrik (Eff. P) selama periode tahun 2004 dan 2005. 4. Perspektif proses pembelajaran dan pertumbuhan variabelnya diukur berdasarkan analisis Employee Turnover (ET), Employee Productivity (EP), serta Absenteism (Abs) selama periode tahun 2004 dan 2005.

Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data, adalah sebagai berikut: menghubungkan visi, misi, dan strategi dengan pengukuran BSC, perancangan pengukuran BSC, perhitungan CSFs, pembobotan AHP untuk kuisioner keempat perspektif BSC beserta tolok ukur masing-masing perspektif BSC, pengukuran kinerja tiap perspektif BSC, pengukuran kinerja perusahaan keseluruhan, pembahasan hasil pengukuran kinerja, kesimpulan, dan saran. HASIL DAN PEMBAHASAN Data-data sekunder dari tolak ukur masing-masing perspektif BSC yang telah terkumpul, dihitung untuk mencari nilai prosentase CSFs masing-masing dari 4 perspektif BSC, dan hasil perhitungan pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Perhitungan CSFs tiap Perspektif BSC Tolok Perspektif Tahun Ukur 2004 2005 Perspektif Finansial Perspektif Pelanggan Perspektif Proses Bisnis Internal Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ROE 49,77% 59,48% ROA 13,70%% 17,67% TATO 1,45x 1,33x SGR 17,50% 17,58% PMoS 9,42% 13,19% CR 42,00% 43,75% NNC 58,00% 56,25% DEV 24,36% 16,92% NC 8% 10,94% SLT 100% 100% PKG 7,29% 6,33% Eff Pbrk 83,89% 84,35% ET 3,08% 5,66% EP 1,41% 1,42% Abs 0,054% 0,061% Kuisioner pembobotan AHP yang telah disebar kepada 5 orang expert (yang ahli bidangnya) dihitung untuk mencari bobot keempat perspektif dan tolok ukur masingmasing perspektif BSC, dan hasilnya pada tabel 2 dan tabel 3. Tabel 2. Bobot keempat perspektif BSC Perspektif Bobot Finansial 42,5% Pelanggan 8,00% Proses Bisnis Internal 21,3% Proses Pembelajaran & Pertumbuhan 28,2% Tabel 3. Bobot Tolak Ukur Perspektif BSC

Tolak Ukur Bobot Return On Equity (ROE) 24% Return On Assets (ROA) 23% Profit Margin on Sales (PMoS) 23% Total Assets Turn Over (TATO) 15% Sales Growth (SG) 15% Customer Retention 34,1% Number of Complaint 26,9% Number of New Customer 29,3% Pembayaran Deviden 9,70% Supplier Lead Time 32,7% Prosentase Kadar Gula 41,1% Effisiensi Pabrik 26,0% Employee Productivity 40% Emplyee Turn over 20% Absenteism 40% Setelah mengetahui bobot keempat perspektif dan tolok ukur masing-masing perspektif BSC dan nilai CSFsnya, maka langkah selanjutnya yaitu mengukur kinerja perusahaan. Pengukuran dimulai dengan penilaian kinerja dari masing-masing tolok ukur yang digunakan dalam setiap perspektif BSC. Penilaian (skor) kinerja akan semakin baik, apabila hasil yang dicapai dari suatu tolok ukur memiliki nilai yang mendekati target perusahaan. Dan pada tabel 4, adalah kutipan untuk penilaian kinerja tahun 2004, perspektif finansial. Tabel 4. Pengukuran Kinerja Perspektif Finansial th. 2004 No. Tolok Ukur Nilai Skor Bobot Jumlah 1. ROE 49,77% 2 0,248 0,496 2. ROA 13,70% 2 0,235 0,470 3. TATO 1,45x 2 0,146 0,292 4. SG 17,5% 2 0,146 0,292 5. PMoS 9,42% 1 0,225 0,225 Total 1,775 Setelah semua nilai dari keempat perspektif diketahui, maka dapat dicari pengukuran kinerja keseluruhan perusahaan. Berikut pada tabel 5 dan tabel 6, adalah hasil pengukuran kinerja keseluruhan perusahaan. Tabel 5. Pengukuran Kinerja Keseluruhan Periode Tahun 2004

Perspektif Nilai Bobot Jumlah Finansial 1,775 0,425 0,754 Pelanggan 3,038 0,080 0,243 Proses Bisnis Internal 2,327 0,213 0,496 Proses Pembelajaran & Pertumbuhan 1,800 0,282 0,508 Total 2,001 Tabel 6. Pengukuran Kinerja Keseluruhan Periode Tahun 2005 Perspektif Nilai Bobot Jumlah Finansial 2,708 0,425 1,151 Pelanggan 2,519 0,080 0,202 Proses Bisnis Internal 2,327 0,213 0,496 Proses Pembelajaran & Pertumbuhan 2,000 0,282 0,564 Total 2,413 Dari hasil pengukuran kinerja keseluruhan, maka dapat diketahui perbandingan tingkat kinerja perusahaan antara tahun 2004 dan tahun 2005 dan dibuat usulan perbaikan strategi perusahaan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian pada Pabrik Gula Gending, maka dapat diambil beberapa kesimpulan : Bahwa untuk kinerja pabrik secara keseluruhan, berdasarkan criteria penilaian, kinerja Pabrik Gula Gending pada tahun 2004 adalah 2,001 (Cukup) dan meningkat pada tahun 2005 menjadi 2,413 (Baik). Dan untuk masing-masing perspektif adalah sebagai berikut: Perspektif Finansial (Fin) dari tahun 2004 ke tahun 2005 mengalami peningkatan, dengan kata lain kinerja perspektif finansial PTPN XI, PG. Gending Probolinggo, adalah baik. Nilai Perspektif Finansial pada tahun 2004 adalah 2 (cukup), dan pada tahun 2005 meningkat menjdi 3 (baik). Sedangkan untuk Perspektif Pelanggan, nilainya tetap (stabil), yaitu dengan kondisi baik. Pada tahun 2004 adalah 3 (baik), dan pada tahun 2005 nilainya stabil, yaitu 3 (baik). Untuk Perspektif Proses Bisnis Internal, nilainya tetap (stabil). Pada tahun 2004 adalah 2 (cukup), sedang pada tahun 2005 juga sama yaitu 2 (cukup). Di sisi lain pada tahun 2004, Perspektif Proses Pembelajaran dan Pertumbuhan nilainya mencapai 2 (cukup), dan 2005 juga sama yaitu 2 (cukup). Pengukuran kinerja berdasarkan 4 perspektif saling berkaitan antara masingmasing perspektif. Kinerja persusahaan dilihat dari tahun 2004 ke tahun 2005, kinerja PG. Gending adalah baik. Meskipun pada tahun 2004 ke tahun 2005 yang terjadi adalah penurunan nilai kinerja, namun secara keseluruhan belum mencukupi syarat perubahan skor. Akan tetapi perusahaan harus selalu berusaha untuk mempertahankan, memperbaiki serta meningkatkan kinerja baik dari segi perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif proses pertumbuhan dan pembelajaran, agar visi dan misi perusahaan dapat tercapai dimasa yang akan datang.

Kesimpulan tersebut diatas dapat disarankan agar kinerja PG. Gending dapat lebih baik, sesuai dengan visi misi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan perusahaan baik jangka pendek dan jangka panjang adalah dengan cara meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memperhatikan faktor mutu dari gula yang dihasilkan. Mutu gula yang baik tidak terlepas dari bagaimana perusahaan dapat memaksimalkan effisiensi pabrik, meminimalkan kehilangan kadar gula dalam tebu dan diserta dengan sumber daya manusianya yang baik, yaitu memiliki loyalitas, kedisiplinan, keahlian, ketrampilan, tanggung jawab, dan bisa saling berkoordinasi dengan baik, antara pimpinan dan karyawan pelaksana.