PENGGUNAAN INDEKS PELAYANAN JALAN DALAM MENENTUKAN TINGKAT PELAYANAN JALAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN INDEKS PELAYANAN JALAN DALAM MENENTUKAN TINGKAT PELAYANAN JALAN PADA RUAS JALAN BANYAK LAJUR

PENGARUH KARAKTERISTIK JALAN DAN TATA GUNA LAHAN PADA PENENTUAN KAPASITAS JALAN STUDI KASUS : JAKARTA BARAT

PERBANDINGAN PENILAIAN TINGKAT PELAYANAN JALAN MENURUT PM 96/2015 DAN KM 14/2006

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN H.E.A MOKODOMPIT KOTA KENDARI

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

ANALISA KINERJA JALAN MARGONDA RAYA KOTA DEPOK Endang Susilowati Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

Kajian Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan Lalu-Lintas di Jalan Ahmad Yani Surabaya

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA. Lalu lintas di dalam Undang-undang No 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai. melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas.

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 ( ) ISSN:

Gambar 4.1 Potongan Melintang Jalan

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN. mengenai rekapitulasi untuk total semua jenis kendaraan, volume lalulintas harian

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EVALUASI FAKTOR PENYESUAIAN HAMBATAN SAMPING MENURUT MKJI 1997 UNTUK JALAN SATU ARAH

RINGKASAN SKRIPSI ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN SISINGAMANGARAJA (KOTA PALANGKA RAYA)

PENGARUH PARKIR ON-STREET TERHADAP KINERJA RUAS JALAN ARIEF RAHMAN HAKIM KOTA MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Efektivitas Penyediaan Celukan Angkutan Kota Di Jalan Margonda Raya (Studi Kasus: Depan Depok Town Square)

STUDI PUSTAKA PENGUMPULAN DATA SURVEI WAKTU TEMPUH PENGOLAHAN DATA. Melakukan klasifikasi dalam bentuk tabel dan grafik ANALISIS DATA

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina

III. PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA A. JENIS KENDARAAN

JURNAL ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN RUAS JALAN H.B YASIN BERDASARKAN MKJI Oleh RAHIMA AHMAD NIM:

ANALISIS INDEKS TINGKAT PELAYANAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PERSAMAAN DAVIDSON (STUDI KASUS : JALAN KAIRAGI-AIRMADIDI)

Iin Irawati 1 dan Supoyo 2. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Semarang, Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang

Doddy Cahyadi Saputra D y = 0,4371x + 496, PENDAHULUAN

PENGARUH AKTIVITAS PERDAGANGAN DAN JASA TERHADAP VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN HERTASNING KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS HUBUNGAN VOLUME, KECEPATAN DAN KERAPATAN LALU LINTAS PADA JALAN ASIA AFRIKA BANDUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN DALAM KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI

DERAJAT KEJENUHAN JALAN DUA ARAH DENGAN MAUPUN TANPA MEDIAN DI KOTA BOGOR. Syaiful 1, Budiman 2

STUDI KINERJA JALAN SATU ARAH DI JALAN KEBON KAWUNG, BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

PENGANTAR TRANSPORTASI

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA JALAN LEMBONG, BANDUNG MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PARAMETER LALU LINTAS DAN KINERJA JALAN TOL RUAS MOHAMMAD TOHA BUAH BATU

STUDI ANALISIS HUBUNGAN, KECEPATAN, VOLUME, DAN KEPADATAN DI JALAN MERDEKA KABUPATEN GARUT DENGAN METODE GREENSHIELDS

ANALISA KERJA RUAS JALAN S. TUBUN

Kata kunci : Kinerja ruas jalan, Derajat kejenuhan, On street parking

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL TIPE C KENDUNG BENOWO SURABAYA

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundang undangan dibidang LLAJ. pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuantitatif yang menerangkan kondisi operasional fasilitas simpang dan secara

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN

KINERJA RUAS JALAN KORIDOR JALAN TJILIK RIWUT AKIBAT TATA GUNA LAHAN DI SEKITAR KORIDOR BERDASARKAN KONTRIBUSI VOLUME LALU LINTAS

Kajian Lalu Lintas Persimpangan Tak Sebidang di Bundaran Satelit Surabaya

STUDI TINGKAT KINERJA JALAN BRIGADIR JENDERAL KATAMSO BANDUNG

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik

KELAYAKAN PENERAPAN LAJUR SEPEDA MOTOR DI JALAN SUNSET ROAD BALI FEASIBILITY OF MOTORCYCLE LANE APPLICATION IN SUNSET ROAD BALI

EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN

Irvan Banuya NRP : Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR DAN RUKO LAWANG KABUPATEN MALANG

ANALISIS KINERJA LALU LINTAS JAM SIBUK PADA RUAS JALAN WOLTER MONGINSIDI

ANALISA DAMPAK HAMBATAN SAMPING DAN U-TURN TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN (STUDI KASUS DEPAN PASAR FLAMBOYAN JALAN GAJAH MADA KOTA PONTIANAK)

ANALISA KINERJA RUAS JALAN MANADO BYPASS TAHAP I DI KOTA MANADO

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PARKIR BADAN JALAN TERHADAP KINERJA RUAS JALAN ( Studi Kasus Jalan Brigjen Katamso Tanjung Karang Pusat )

KAJIAN PELAYANAN FUNGSI JALAN KOTA BOGOR SELATAN (Studi Kasus Ruas Jalan Bogor Selatan Zona B)


EVALUASI KORIDOR JALAN SULAWESI JALAN KERTAJAYA INDAH SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER

BAB III METODE KAJIAN

PENGARUH PERLINTASAN KERETA API TERHADAP KINERJA JALAN RAYA CITAYAM (169T)

III. METODE PENELITIAN. Dalam studi ini, ruas Jalan Hayam Wuruk, Raya, Jalan Cokroaminoto, Jalan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu Penelitian yaitu pada jam-jam sibuk sekitar jam 06:00 sampai jam

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja atau tingkat pelayanan jalan menurut US-HCM adalah ukuran. Kinerja ruas jalan pada umumnya dapat dinyatakan dalam kecepatan,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Lokasi rumah sakit Royal. Rencana Royal. PT. Katrolin. Bank Central Asia. Jl. Rungkut. Industri I

STUDI KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN TOL RUAS PASTEUR BAROS

BAB III METODOLOGI. Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Sleman DIY. Simpang ini menghubungkan kota Jogjakarta dengan kota-kota lain di

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG UNTUK PERTEMUAN JALAN MAYOR ALIANYANG DENGAN JALAN SOEKARNO-HATTA KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL PESAPEN SURABAYA

ANALISIS KINERJA JALAN PERKOTAAN STUDI KASUS RUAS JALAN HR. SOEBRANTAS KM 3 PEKANBARU

BAB II DASAR TEORI. Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini.

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga

Transkripsi:

PENGGUNAAN INDEKS PELAYANAN JALAN DALAM MENENTUKAN TINGKAT PELAYANAN JALAN Oleh: Najid Dosen Jurusan Tek.Sipil Untar email : najid2009@yahoo.com Telp. 0818156673 Ofyar Z.Tamin Guru Besar Departemen Teknik Sipil ITB Email: ofyar@trans.si.itb.ac.id Telp.0811223169 ABSTRAK Tingkat pelayanan jalan adalah parameter yang penting terutama dalam menentukan unjuk kerja suatu jalan yang dipengaruhi oleh kecepatan dan volume lalu lintas pada jalan tersebut. Tingkat pelayanan jalan di Indonesia diatur oleh Keputusan Menteri Perhubungan No.14 tahun 2006 tentang Tingkat Pelayanan Jalan dan Karakteristik Operasi Terkait. Dalam lampiran keputusan menteri tersebut tertera kategori tingkat pelayanan jalan untuk setiap kondisi kecepatan dan perbandingan volume dan kapasitas untuk setiap fungsi jalan seperti Arteri, Kolektor dan Lokal. Namun tingkat pelayanan jalan pada peraturan menteri tersebut terlihat terlalu optimis sehingga jika diaplikasikan pada kondisi jalan saat ini terutama pada jalan-jalan di kota Jakarta maka semua jalan berada pada kondisi tingkat pelayanan jalan terendah atau level terutama pada jam sibuk. Kondisi tingkat pelayanan jalan tersebut tentu menyulitkan pada evaluasi. Usulan perbaikan kapasitas jalan atau pengaturan lalu lintas untuk mengurangi volume lalu lintas juga tidak akan mampu mengangkat kondisi jalan ke level yang lebih baik secara signifikan misalnya level C. Untuk itu perlu dilakukan revisi terhadap ketentuan mengenai tingkat pelayanan jalan. Revisi penentuan tingkat pelayanan jalan ini didasarkan pada perhitungan Indeks Pelayanan Jalan yang di dalamnya terdiri dari variabel waktu tempuh awal (kecepatan desain), waktu tempuh pada saat vol ume lalu lintas tertentu, kapasitas jalan dan volume lalu lintas pada saat tertentu. Pada setiap kondisi lalu lintas dengan indeks pelayanan jalan tertentu akan di kumpulkan data mengenai persepsi dari masing-masing pengguna kendaraan terhadap kondisi lalu lintas tersebut untuk menetapkan rentang nilai indeks pelayanan jalan terhadap kondisi tingkat pelayanan jalan tertentu yang akan dibagi menjadi level A, B, C, D, E dan. Revisi ketentuan mengenai tingkat pelayanan jalan ini nantinya dapat diusulkan untuk menjadi Keputusan Menteri Perhubungan Pengganti Keputusan Menteri sebelumnya yang mengatur mengenai tingkat pelayanan jalan. Kata Kunci: Indeks, Pelayanan, Tingkat, Pelayanan, Jalan 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan di kota Jakarta saat ini mencapai sekitar 20 juta orang perhari dengan jumlah pergerakan kendaraan mencapai 2 juta kendaraan perhari. Hal ini dipicu dengan makin tingginya penggunaan angkutan pribadi khususnya sepeda motor di DKI Jakarta, menurut data selama 8 tahun jumlah sepeda motor di DKI Jakarta telah meningkat 3 kali lipat yaitu

dari 2.212.961 tahun 2000 menjadi 6.765.723 tahun 2008, sementara pada beberapa rute penumpang angkutan umum menurun cukup berarti. Hal ini menunjukkan telah terjadi perpindahan permintaan pergerakan dari angkutan umum ke angkutan pribadi. Luas jalan di kota Jakarta saat ini hanya 6,28 persen dari luas wilayahnya, sementara pada kota-kota besar di dunia umumnya mencapai 15 persen luas jalan dibandingkan luas wilayahnya. Pertumbuhan luas jalan di kota jakarta tidak mencapai 0,01% pertahun sedangkan pertumbuhan kendaraan mencapai 10,79 persen per tahun (Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2009). Hal tersebut didukung fakta bahwa pada lima tahun terakhir penambahan jumlah kendaraan setiap hari di DKI Jakarta menunjukkan terdapat pendaftaran kendaraan baru sebanyak 1.127 kendaraan yang terdiri dari 236 kendaraan mobil dan 891 motor. Bahkan di Jadetabek (Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi) setiap hari bertambah kendaraan baru sebanyak 2.027 kendaraan terdiri dari 319 mobil dan 1.707 sepeda motor atau dengan angka rata-rata pertumbuhan kendaraan bermotor tetap 9,5% pertahun. Dengan perkembangan angka pertumbuhan tersebut kemungkinan kemacetan lalu lintas secara total akan lebih cepat terjadi atau sebelum perkiraan semula yaitu tahun 2014. Untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan penanganan yang tentunya harus didasarkan pada evaluasi yang tepat, terutama evaluasi terhadap tingkat kemacetan lalu lintas di jalan atau yang lebih dikenal dengan istilah Tingkat Pelayanan Jalan. Tingginya pergerakan lalu lintas di jalan tersebut menyebabkan lalu lintas semakin padat sehingga tingkat pelayanan jalan atau biasa juga disebut dengan singkatan LOS ( level of service) menjadi turun. Turunnya tingkat pelayanan jalan merupakan indikator yang tepat untuk digunakan oleh pemerintah dalam mengevaluasi kondisi kepadatan lalu lintas pada suatu jalan. Dengan demikian penetapan tingkat pelayanan jalan menjadi sangat penting, oleh karena itu Kementerian Perhubungan pada tahun 2006 telah mengeluarkan Keputusan Menteri no 14/ 2006 yang mengatur diantaranya tentang kriteria tingkat pelayanan jalan. Namun kriteria yang terdapat pada peraturan menteri Perhubungan tersebut perlu di evalusi melihat pada kondisi komposisi penggunaan kendaraan saat ini dan persepsi dari pelaku pergerakan atau pengguna jalan.

Kondisi tingkat pelayanan jalan sangat dipengaruhi oleh kondisi atau karakteristik tata guna lahan selain oleh karakteristik jalan itu sendiri berdasarkan fungsinya. Klasifikasi dari tingkat pelayanan jalan juga harus mudah di evaluasi untuk dilakukan revisi atau penyesuaian di masa yang akan datang. 2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis hubungan karakteristik jalan dan tata guna lahan terhadap indeks tingkat pelayanan jalan 2. Membuat indeks tingkat pelayanan jalan untuk setiap kategori jalan dan tata guna lahan 3. Merumuskan tingkat pelayanan jalan berbasis indeks tingkat pelayanan jalan berdasarkan persepsi pengguna jalan 3. Identifikasi dan Perumusan Masalah: Ada beberapa permasalahan yang ada disini antara lain adalah: - Kategori tingkat pelayanan jalan menurut KM 14/ 2006 terlihat terlalu optimis dan kasar atau tidak terlalu menggambarkan kondisi pelayanan sebenarnya. - Tidak mempertimbangkan kondisi perkerasan dan alinyemen jalan serta faktor lingkungan - Penilaian kategori tingkat pelayanan tidak didasarkan persepsi pengguna jalan, terutama untuk menjelaskan batas antara kategori - Penetapan kategori pelayanan jalan berdasarkan nilai kuantitatif akan lebih mudah dalam memberikan gambaran tentang tingkat pelayanan jalan dan lebih mudah dikoreksi atau dievaluasi

- Tingkat pelayanan jalan sangat erat hubungannya dengan fungsi jalan dan kondisi tata guna lahan disekitarnya. 4. Tinjauan Pustaka Klasifikasi jalan berdasarkan status dan kewenangan penyelenggraannya dikenal jalan yang diselenggrakan pemerintah,pusat (jalan nasional), jalan yang diselenggrakan pemerintah daerah (jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota). Dengan demikian jalan daerah meliputi jalan provinsi, jalan kabupaten dan jalan kota. Saat ini Dit.Jen. Bina Marga (2010) telah mencatat total pa njang jaringan jalan yang ada di Indonesia yaitu mencapai 376.176 km yang terdiri dari jalan tol sepanjang 741,97 km (0,20%), jalan nasional non tol 38.569 km (10,25%), jalan provinsi 48.681 km (12,94%), jalan kabupaten 255.253 km (67,85%) dan jalan Kota 3 2.932 km (8,75%). Sementara jalan Daerah yang diperlukan hingga tahun 2025 adalah hampir 480.000 km (secretariat Jenderal Dep.PU, 2008). Dari data tersebut di atas menunjukkan bahwa hampir 91% kebutuhan jalan di Indonesia didominasi jalan daerah. Dengan demikian pengelolaan jalan daerah harus memberikan jaminan pelayanan yang handal dan selamat sehingga mampu mewujudkan keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya, yang akhirnya berujung pada peningkatan pencapaian efisiensi dan efektifitas secara berkelanjutan (Mulyono, 2011). Sebagaimana disampaikan pada Latar Belakang Masalah yaitu karena pertumbuhan pergerakan lebih cepat dari pertumbuhan jalan maka unjuk kerja jalan atau tingkat pelayanan jalan semakin menurun yang di tandai dengan menurunnya kecepatan perjalanan karena bertambah kepadatan lalu lintas di jalan. Tentu untuk menangani jalan atau meningkatkan pelayanan jalan diperlukan kriteria tingkat pelayanan jalan. Oleh karena itu Kementrian Perhubungan telah mengeluarkan PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : KM 14 TAHUN 2006, yang diantaranya memuat kriteria tingkat pelayanan jalan.

Pada Lampiran PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : KM 14 TAHUN 2006, tanggal : 6 MARET 2006, telah dijabarkan TINGKAT PELAYANAN DAN KARAKTERISTIK OPERASI TERKAIT dari berbagai jenis jalan yaitu sebagai berikut: 1. Jalan Tol A Arus bebaskecepatan lalu lintas > 100 km/jam Service volume 1400 smp perjam pada 2 lajur 1 arah B Arus stabil dengan kecepatan tinggi, Kecepatan lalu lintas > 90 km/jam Service volume maksimal 2000 smp perjam pada 2 lajur 1 arah C Arus masih stabil, Kecepatan lalu lintas sekurang-kurangnya > 80 km/jam Service volume rate pada 2 lajur 1 arah tidak melebihi 75% dari capacity rate (yaitu 1500 smp perjam per lajur atau 3000 smp perjam untuk 2 lajur) D Arus mendekati tidak stabil dan peka terhadap perubahan kondisi, Kecepatan lalu lintas umumnya berkisar 65 km/jam, Volume lalu lintas sekitar 0,9 dari kapasitas Arus puncak 5 menit tidak melebihi 3600 smp per jam untuk 2 lajur 1 arah E Arus tidak stabil, Kecepatan lalu lintas antara 50 60 km perjam Volume mendekati kapasitas, sekitar 2000 smp per lajur per arah Arus tertahan, 2. Jalan Arteri A Kecepatan lalu lintas 100 km/jam, Jarak pandang bebas untuk mendahului harus selalu ada, Volume lalu lintas mencapai 20% dari kapasitas (yaitu 400 smp perjam, 2 arah) Sekitar 75% dari gerakan mendahului dapat dilakukan dengan sedikit atau tanpa tundaan B Awal dari kondisi arus stabil, Kecepatan lalu lintas > 80 km/jam Volume lalu lintas dapat mencapai 45% dari kapasitas (yaitu 900 smp perjam, 2 arah) C Arus masih stabil, Kecepatan lalu lintas > 65 km/jam Volume lalu lintas dapat mencapai 70% dari kapasitas (yaitu 1400 smp perjam, 2 arah) D Mendekati arus tidak stabil, Kecepatan lalu lintas turun sampai 60 km/jam Volume lalu lintas dapat mencapai 85% dari kapasitas (yaitu 1700 smp perjam, 2 arah) E Kondisi mencapai kapasitas dengan volume mencapai 2000 smp perjam, 2 arah Kecepatan lalu lintas pada umumnya berkisar 50 km/jam Kondisi arus tertahan, Kecepatan lalu lintas sekitar 40 km/jam Volume lalu lintas sekitar 30% dari kapasitas (yaitu 600 smp/jam/lajur) 3. Jalan Kolektor A Kecepatan lalu lintas 100 km/jam Volume lalu lintas sekitar 30% dari kapasitas (yaitu 600 smp/jam/lajur)

B Awal dari kondisi arus stabil, Kecepatan lalu lintas sekitar 90 km/jam Volume lalu lintas tidak melebihi 50% kapasitas (yaitu 1000 smp/jam/lajur) C Arus stabil, Kecepatan lalu lintas > 75 km/jam, Volume lalu lintas tidak melebihi 75% kapasitas (yaitu 1500 smp/jam/lajur) D Mendekati arus tidak stabil, Kecepatan lalu lintas sekitar 60 km/jam Volume lalu lintas sampai 90% kapasitas (yaitu 1800 smp/jam/lajur) E Arus pada tingkat kapasitas (yaitu 2000 smp/jam/lajur), Kecepatan lalu lintas sekitar 50 km/jam Arus tertahan, kondisi terhambat (congested), Kecepatan lalu lintas 40 Km/jam 4. Jalan Lokal B Arus stabil dengan sedikit tundaan, Kecepatan perjalanan rata-rata > 30 km/jam C Arus stabil dengan tundaan yang masih dapat diterima, Kecepatan perjalanan rata-rata > 25 Km/jam D Mendekati arus tidak stabil dengan tundaan yang masih dalam toleransi, Kecepatan perjalanan rata-rata > 15 Km/jam E Arus tidak stabil, Kecepatan perjalanan rata-rata 15 Km/jam Menurut Blunden (1971), parameter beberapa jenis jalan yang merupakan hubungan antara waktu tempuh dengan arus lalu lintas pada suatu ruas jalan tergantung pada lalu lintas yaitu kapasitas, waktu tempuh pada kondisi arus jenuh dan indeks tingkat pelayanan jalan (a), sebagaimana diperlihat pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1: Parameter:untuk beberapa jenis jalan Kondisi Tq (menit/ mile) a Arus Jenuh (kend/hari) Jalan Bebas Hambatam 0.8 1.0 0 0.2 2000 / lajur Jalan Perkotaan (banyak lajur) Jalan Kolektor dan pengumpan 5. Metode Penelitian 1.5 2.0 0.4 0.6 1800 / lajur 2.0 3.0 1.0 1.5 1800 / total lebar Penelitian didasarkan pada analisis obeservasi lapangan dan analisis didasarkan pada perhitungan matematis. Perhitungan matematis menggunakan rumus atau formula

hubungan volume atau arus lalu lintas dengan waktu atau biaya perjalanan. Pendekatan matematis untuk perhitungan indeks tingkat pelayanan jalan adalah dengan Pendekatan Linier yaitu: Tq = To + a.to. Q/ (C - Q).. (1) atau: a = (C - Q) (Tq - To) / To. Q (2) dimana: a = indeks tingkat pelayanan jalan C = kapsitas jalan Tq = waktu atau biaya perjalanan pada kondisi arus Q To = waktu atau biaya perjalanan pada kondisi arus mendekati 0 Q = arus atau volume lalu lintas Metodologi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini:

Penentuan Lokasi Survei Data arus lalu lintas dan Kapasitas jalan Survei Lalu Lintas Data waktu tempuh untuk setiap kondisi lalu lintas Peraturan dan Ketentuan Tentang Tingkat Pelayanan Jalan Data persepsi pengguna jalan setiap jenis kendaraan Identifikasi Masalah Manual Kapasitas Jalan Indonesia Perumusan Masalah Penentuan Indeks Pelayanan Jalan Analisis Indeks Pelayanan Jalan Konsep Tingkat Pelayanan Jalan didasarkan Indeks Pelayanan Jalan Kesimpulan Gambar 1. Bagan Alir Penelitian

6. Pengumpulan Data Pengumpulan data di lapangan atau survei lalu lintas dilakukan pada beberapa ruas jalan di kota Jakarta yang berada di sekitar wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Ruas jalan yang disurvei adalah sebagai berikut: Jalan Mangga Besar Jakarta Barat Jalan Sawah Besar Jakarta Barat Jalan Ketapang Jakarta Barat Jalan Pecenongan Jakarta Barat Jalan Otista Jakarta Timur Jalan Kolonel Sugiono Jakarta Timur Survei dilakukan dalam tiga periode waktu yaitu jam sibuk pagi hari, siang hari (off peak) dan jam sibuk sore hari, dengan harapan didapatkan variasi pada tingkat pelayanan jalan dari periode waktu pada jalan-jalan tersebut. Dilihat dari jumlah lajurnya maka Jalan Mangga Besar, jalan Sawah Besar dan jalan Otista mempunyai karakteristik yang hampir sama yaitu jalan 6 lajur 2 arah sedangkan jalan Ketapang Raya, jalan Pecenongan Raya dan jalan Kolonel Sugiono juga mempunyai karakteristik yang hampir sama yaitu jalan 4 lajur 2 arah. Hasil survei dengan metode MCO pada ke empat lokasi survei dsampaikan pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Hasil Survei Lalu Lintas dan Hasil Analisis pada 6 Ruas Jalan Nama Jalan Waktu Arah Q (smp/jam) V (km/jam) D (smp/km) Q/C LOS JL. Ketapang Jl. Sawah Besar Utara 1105.09 27.57 40.08 0.77 Selatan 1170.13 27.48 42.58 0.77 Utara 1295.13 21.10 61.37 0.81 Selatan 945.60 20.95 45.14 0.90 Utara 1392.22 24.05 57.90 0.66 Selatan 1432.95 20.09 71.32 0.97 Utara 1438.45 29.40 48.92 0.94 Selatan 1591.30 33.27 47.83 0.94 Utara 1584.92 25.40 62.39 1.04 Selatan 1352.78 22.15 61.06 1.03

JL. Mangga Besar Utara 1310.78 20.74 63.21 0.88 Selatan 1170.98 14.96 78.28 0.86 Utara 1465.26 11.75 124.72 0.70 Selatan 1677.37 11.53 145.47 0.88 Utara 1731.16 8.81 196.41 1.01 Selatan 1573.15 12.25 128.46 1.04 Utara 1534.52 11.74 130.69 0.94 Selatan 1267.48 13.71 92.43 0.92 Barat 445.43 21.45 20.77 0.85 Timur 765.51 21.50 35.61 0.30 JL. Pecenongan JL. Otista JL. Kolonel Sugiono Barat 1013.07 9.57 105.83 0.52 Timur 529.46 19.96 26.53 0.68 Barat 1310.78 12.44 105.34 0.36 Timur 1170.98 8.98 130.47 0.88 Barat 1865.53 10.32 124.72 1.12 Timur 1927.13 10.13 145.47 1.16 Barat 1831.26 9.35 196.41 1.10 Timur 1783.15 11.47 128.46 1.07 Barat 1492.93 11.29 130.69 0.90 Timur 1372.82 12.25 92.43 0.82 Barat 653.33 19.42 20.77 0.45 Timur 922.15 19.53 35.61 0.64 Barat 945.27 8.46 105.83 0.66 Timur 682.54 18.53 26.53 0.47

Barat 1125.67 10.34 105.34 0.78 Timur 1081.54 7.85 130.47 0.75 7. Analisis Data 7.1. Tingkat Pelayanan Jalan Analisis yang pertama kali dilakukan adalah mencari nilai kapasitas dari masing-masing ruas jalan tersebut berdasarkan MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia) 1997 untuk menentukan kapasitas suatu ruas jalan yaitu: C = Co X Cw X Csp X Csf X Ccs dimana: C : Kapasitas Jalan (Smp/Jam) Co : Kapasitas Dasar (Smp/Jam) Cw : aktor penyesuaian lebar jalan Csp : aktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi) Csf : aktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan Ccs : aktor penyesuaian ukuran kota Tabel 3: Kapasitas Ruas Jalan pada Lokasi Survei Nama Jalan Co/lajur CW CSP CS CCS Kapasitas/ Arah MKJI 1997 Jalan Ketapang 1650 0.92 0.97 0.95 1.03 2882 Jalan Sawah Besar 1650 0.92 1 0.98 1.03 4597 Jalan Mangga Besar 1650 1 1 0.98 1.03 4997 Jalan Pecenongan 1650 0.92 1 0.95 1.03 2971 Jalan Otista 1650 1 1 0.98 1.03 4997 Jalan Kolonel Sugiono 1650 0.92 0.97 0.95 1.03 2882 Setelah didapatkan nilai kapasitas pada ruas jalan maka dapat dihitung tingkat pelayanan jalan pada masing-masing ruas jalan yang merupakan hubungan antara Q/C (rasio volume

lalu lintas perkapasitas jalan) dengan kecepatan lalu lintas rata-rata. Hasil Analisis Tingkat Pelayanan Jalan pada masing-masing ruas jalan diperlihatkan pada Tabel 2 di atas. 7.2. Indeks Pelayanan Jalan Dengan menggunakan persamaan (2) yang merupakan turunan dari persamaan (1) dapat dihitung nilai Indeks Pelayanan Jalan sebagaimana disampaikan pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4 : Analisis Indeks Pelayanan Jalan Nama Jalan Waktu Arah LOS Indeks Pelayanan Jalan Kategori Indeks Pelayanan Jalan JL. Ketapang Jl. Sawah Besar JL. Mangga Besar Utara 0.25 B Selatan 0.25 B Utara 0.32 B Selatan 0.16 A Utara 0.57 C Selatan 0.05 A Utara 0.05 A Selatan 0.03 A Utara -0.04 Selatan -0.04 Utara 0.19 A Selatan 0.40 B Utara 1.37 Selatan 0.46 C Utara -0.03 Selatan -0.12

JL. Pecenongan JL. Otista JL. Kolonel Sugiono Utara 0.19 A Selatan 0.23 B Barat 0.23 B Timur 3.09 Barat 3.97 Timur 0.70 D Barat 5.45 Timur 0.61 D Barat -0.41 Timur -0.53 Barat -0.39 Timur -0.22 Barat 0.40 B Timur 0.66 D Barat 1.90 Timur 0.88 E Barat 2.57 Timur 1.89 Barat 1.07 Timur 1.78 Nilai Indeks Pelayanan Jalan tersebit dapat dikelompokkan menjadi 6 kategori sesuai dengan kategori pada Tingkat Pelayanan Jalan. Usulan untuk mengelompokkan Indeks Pelayanan Jalan tersebut dapa dilihat pada Tabel 5 berikut ini:

Tabel 5: Kategori Indeks Pelayanan Jalan Kategori Indeks Tingkat Pelayanan Jalan A 0.00-0.20 B 0.21-0.40 C 0.41-0.60 D 0.61-0.80 E 0.81-1.00 >1 atau nilai negatif 8. Kesimpulan dan Saran 8.1. Kesimpulan - Penentuan kondisi pelayanan jalan berdasarkan Indeks Pelayanan Jalan lebih mudah di evaluasi karena terlihat lebih sensitif dalam menggambarkan kondisi pelayanan jalan. - Penentuan kondisi pelayananjalan berdasarkan Indeks Pelayanan Jalan akan lebih teliti karena pengelompokkan hanya dilakukan saat terakhir setelah Indeks Pelayanan Jalan dihitung. 8.2. Saran - Perlu dilakukan penelitian pada kota sedang dan kota kecil untuk melihat perbandingan hasilnya dengan kota besar yang diwakili kota Jakarta. - Perlu dilakukan penelitian khusus untuk mendapatkan kelompok kategori yang lebih mewakili terhadap nilai Indeks Pelayanan Jalan. DATAR PUSAKA 1. Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, tahun 2001 sampai dengan 2011 2. Blunden,W.R. (1971), The land Use Transport System: Analysis and Synthesis, Oxford (Pergamon Press).

3. Hiep, DV (2010), Combined Optimization Simulation Methodology for Optimizing Pavement Design and maintenance Strategies, Journal of The Eastern Asia Society for Transportation Studies (EASTS), vol 6, pp.1123-1136. 4. Mulyono (2011), cs, Monitoring dan Evaluasi Penerapan SNI Bidang Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil Jalan, Jurnal Transportasi (terakreditasi nasional), volume 10 nomor 3, Desember 2010. 5. Mulyono (2011), Model Kebijakan Usulan Jenis konstruksi dan lebar jalan Kabupaten dengan mempertimbangkan potensi Daerah. 6. Sheffi,Y, (1985). Urban Transportation Network: Equilibrium Analysis with Programming Methods Mathematical, Prentice-Hall, Inc,Englewood Cliffs, New Jersey, USA. 7. Tamin, O Z, (1997). Perencanaan dan pemodelan transportasi, Penerbit ITB, Bandung. 8. Tamin, O Z, (2008). Perencanaan, pemodelan & Rekayasa transportasi:teori, Contoh Soal, dan Aplikasi, Penerbit ITB, Bandung.