ASEAN ADB memperkirakan Jepang akan tumbuh 2,2% pada 2012 dan 1,5% pada 2013 atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

1. Tinjauan Umum

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

TENTANG NILAI PASAR WAJAR DARI EFEK DALAM PORTOFOLIO REKSA DANA KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN 30 April-4 Mei 2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN Juni 2012

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

Ekonomi Global. Ministry of Finance, Fiscal Policy Office Center for Macroeconomic Policy. March 5 th, Peringkat Utang Yunani Kembali Dipangkas

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi Pendahuluan Ekonomi Global...

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

Kondisi Perekonomian Indonesia

CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan April 2017

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat

Mencegah Krisis Ekonomi Datang Lagi 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

Diskusi Terbuka INFID

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012)

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Konsep keuangan berbasis syariah Islam (Islamic finance) dewasa ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL

Economic and Market Watch. (February, 6th, 2012)

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

Transkripsi:

Ekonomi Global Perkiraan Pertumbuhan Berbagai Kawasan (%, yoy) Negara/Kawasan 2011 2012 2013 April '12 July '12 April '12 July '12 AS 1.7 1.1 1.0 1.7 1.6 Eropa 1.4-0.5-0.7 1.0 0.8 Jepang -0.7 1.9 2.2 1.5 1.5 Negara Berkembang Asia 7.2 6.9 6.6 7.3 7.1 Cina 9.2 8.5 8.2 8.7 8.5 India 6.9 7.0 6.5 7.5 7.3 1 P a g e Dalam laporan terbarunya, ADB memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi di berbagai kawasan. ADB memperkirakan AS dan Eropa pada 2012 masing-masing tumbuh sebesar 1,0 % dan -0,7 %, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Perekonomian AS dan Eropa diperkirakan akan kembali rebound pada 2013 yaitu sebesar 1,6% dan 0,8%. Berbeda halnya dengan AS dan Eropa, ASEAN-5 4.5 5.6 5.6 5.9 5.9 ADB memperkirakan Jepang akan tumbuh 2,2% pada 2012 dan 1,5% pada 2013 atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Negara-negara Asia diperkirakan mengalami perlambatan dengan tingkat tumbuh sebesar 6,6% pada 2012 atau turun dibandingkan perkiraan pada bulan April sebesar 6,9%. Pada 2013 perekonomian Asia kembali rebound dengan tingkat pertumbuhan 7,1% atau lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 7,3%. ADB menyatakan bahwa pelemahan perekonomian Asia dipengaruhi oleh kondisi global yang sulit dan perlambatan pertumbuhan Cina dan India. Selain itu, ADB memperkirakan laju inflasi di negara berkembang Asia pada 2012 sebesar 4,4% atau lebih rendah dibandingkan proyeksi April sebesar 4,6%. Rendahnya tingkat inflasi didorong oleh melemahnya permintaan global yang mengakibatkan turunnya kinerja ekspor di kawasan Asia. Asia i. Bank sentral Korea memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 3%, pelonggaran kebijakan ini merupakan yang pertama sejak tahun 2009. Pemerintah Korea memangkas proyeksi pertumbuhan pada 2012 menjadi 3,3% atau lebih rendah dari perkiraan pada bulan Desember 2011 sebesar 3,7%. Selain itu, estimasi pertumbuhan ekspor pada 2012 turun dari 6,7% (estimasi Januari) menjadi 3,5%.

ii. Bank sentral Jepang menambah program pembelian aset dari 40 triliun yen menjadi 45 triliun yen atau sekitar US$ 564 miliar. iii. iv. IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Thailand dari 5,5% menjadi 5% pada 2012 dan memangkas pertumbuhan pada 2013 dari semula 7,2% menjadi 7%. Pertumbuhan Cina pada Q2-2012 jatuh ke level 7,6%, lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 8,1%. Sementara itu, surplus perdagangan Cina pada bulan Juni 2012 naik menjadi US$31,7 miliar didorong oleh kinerja impor yang naik sebesar 6,3% (yoy) sedangkan ekspor melambat sebesar 11,3% (yoy). Laju inflasi Cina melambat dari 3% pada bulan Mei menjadi 2,2% pada Juni 2012. Amerika Serikat i. Kinerja impor AS melemah pada bulan Mei turun sebesar 0,7% menjadi US$231,8 miliar atau paling rendah sejak bulan Februari. Penurunan impor ini dibarengi dengan kenaikan ekspor sebesar 0,2% menjadi US$183,1 miliar, sehingga defisit perdagangan AS pada bulan Mei mengecil sebesar 3,8% menjadi US$48,7 miliar. Salah satu faktor yang mengakibatkan turunnya defisit perdagangan yaitu turunnya harga minyak dan turunya permintaan domestik. ii. Tingkat pengangguran AS pada bulan Juni 2012 tetap berada pada level 8,2%. Pemerintah AS mencatat penyerapan tenaga kerja Juni lalu naik sebesar 80.000 orang dari bulan sebelumnya sebesar 77.000 orang, akan tetapi penambahan jumlah karyawan baru ini tidak mengubah tingkat pengangguran AS pada bulan Juni. Eropa i. Ekspor Jerman pada bulan Mei naik ke level 3,9% dibandingkan bulan sebelumnya, kinerja impor Jerman juga membaik. Surplus perdagangan Jerman pada bulan Mei naik dari 14,5 miliar pada bulan April menjadi 15,3 miliar. Akan tetapi surplus neraca berjalan turun menjadi 9 miliar di bulan Mei 2012. ii. Pemerintah Italia sepakat untuk memangkas belanja negara sebesar 4,5 miliar pada tahun ini dan menunda kenaikan pajak. Pemangkasan ini akan ditambah menjadi 10,3 miliar pada tahun 2013 dan 11 miliar pada tahun 2014. Sementara ini, pemerintah 2 P a g e

menunda peningkatan pajak penjualan sebesar 2% menjadi 23% hingga Juli 2013. Di sisi lain, lembaga pemeringkat Moody s memangkas peringkat obligasi Italia sebanyak dua level dari A3 menjadi Baa2 dengan outlook negative. Ekonomi Domestik Sektor Riil Kerjasama Jual Beli Listrik 660 MW antara PT. PLN dan PT. Lestari Banten Energi PT PLN menandatangani kerjasama jual beli tenaga listrik dari proyek PLTU Banten yang berkapasitas 1 x 660 Megawatt (MW). Proyek ini akan dikerjakan oleh PT Lestari Banten Energi (LBE). Penandatanganan ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pasokan listrik untuk wilayah Jawa dan Bali. PLTU Banten ini akan menyuplai listrik untuk system Jawa-Bali sebesar ± 4.380 GWh per tahun. Pengadaan proyek ini setelah melewati proses pelelangan umum dengan skema BOOT (Built, own, Operate & Transfer), dan pembangkit ini akan menjadi milik PLN setelah habis masa kontrak 25 tahun. Proyek ini dibangun tanpa jaminan pemerintah dan dijadwalkan financing date tercapai dalam tempo 12 bulan setelah penandatanganan. Dan diharapkan beoperasi setelah 57 bulan ditandatanganinya perjanjian kerjasama. Pemerintah Menerbitkan Aturan Baru bagi Pengembang Perumahan Pemerintah telah menerbitkan aturan baru mengenai Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan Hunian Berimbang yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2012 yang berlaku sejak 7 Juni 2012. Dalam aturan baru ini, Pengembang perumahan memiliki kewajiban untuk membangun hunian berimbang 1:2:3. Yang artinya, jika pengembang membangun satu unit rumah mewah, maka pengembang tersebut diwajibkan membangun dua unit rumah mengenah, dan tiga unit rumah sederhana. Deputi Bidang Pengembang Kawasan Kementerian Perumahan Rakyat, Hazadin Tende Sitepu, menjelaskan, bagi proyek properti yang sedang berjalan, maka masih berlaku ketentuan yang 3 P a g e

lama, yaitu 1:3:6. Tapi jika merupakan proyek yang baru, maka pengembang wajib mematuhi peraturan yang baru ini. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat ini tidak mengatur sanksi bagi pengembang yang melanggar, tetapi sanksi atas pelanggaran ini mengacu pada Undang-Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Sanksinya mulai dari peringatan tertulis, pencabutan izin usaha, pencabutan insentif, dan penutupan lokasi, bahkan ancaman penjara dan pidana denda Rp 5 miliar. Indonesia Masuk 5 Besar Negara Emerging Market Versi GIA Global Intelligence Alliance (GIA), lembaga market intelijen global mengumumkan peringkat negara yang masuk ke dalam 30 negara emerging market paling populer tujuan investasi dan perdagangan di dunia tahun 2012-2017. Dari 30 negara tersebut, Indonesia menduduki peringkat ke 5 di bawah Brasil, India, China, dan Rusia. Dari hasil survei GIA tersebut, sekitar 91 persen responden menyatakan investasi di negara berkembang memiliki potensi besar untuk berkembang lebih cepat. Sektor Finansial BI menahan Suku Bunga BI Rate pada 5,75% Bank Indonesia (BI) pada bulan Juli masih tetap mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%, hal ini dikarenakan menurut BI tingkat suku bunga tersebut masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013 yaitu 4,5% plus minus 1%. Namun demikian BI tetap mewaspadai perlambatan ekspor akibat melemahnya perekonomian global. Melemahnya perekonomian global berdampak pada pertumbuhan negara-negara di Asia, seperti China dan India, yang merupakan mitra dagang utama Indonesia. Sementara itu, harga komoditas global terus menurun seiring permintaan dunia yang melemah. 4 P a g e

Volatilitas Rupiah diperkirakan hingga triwulan tiga 2012 Pergerakan Rupiah bulan Juni Juli menunjukkan tingkat volatilitas yang cukup tinggi. Menurut BI, pergerakan volatile tersebut tidak selalu berarti pelemahan rupiah, namun merupakan dampak dari penyelesaian krisis Eropa. BI memperkirakan fluktuasi nilai tukar rupiah akan berlangsung hingga triwulan tiga 2012. Namun, akan membaik pada kuartal empat 2012, disaat masuknya capital inflow ke pasar Indonesia sebagai reaksi atas makin landainya bunga acuan Eropa. LPS menahan Suku bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menahan tingkat suku bunga penjaminan simpanan dalam bentuk rupiah maupun valas karena masih baiknya kondisi ekonomi dan perbankan. Adapun bunga penjaminan yang ditetapkan LPS untuk periode 15 Juli hingga 14 Sepember untuk simpanan Bank Umum dalam bentuk Rupiah sebesar 5,5% sedangkan Valas sebesar 1% dan simpanan di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam bentuk Rupiah sebesar 8%. Adapun kondisi ekonomi dan perbankan yang menjadi pertimbangan tersebut adalah 1. Kinerja Perekonomian Domestik yang relatif stabil, dengan tingkat inflasi yoy bulan Juni (4,53%) yang masih berada pada rentang target Bank Indonesia. 2. Kondisi likuiditas perbankan masih longgar dan tren biaya dana yang menurun. 3. Kondisi likuiditas pasar uang domestik yang masih baik (masih rendahnya Yield SBN jangka menengah dan Panjang, maupun PUAB). Kinerja Perbankan tetap terjaga Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, menyampaikan bahwa stabilitas sistem perbankan Indonesia sampai dengan semester pertama tahun 2012 masih terjaga dengan baik. Industri perbankan menunjukkan kinerja yang semakin baik yang terlihat pada tingginya rasio kecukupan modal yang berada di atas minimum 8% dan rasio kredit bermasalah gross yang dibawah 5%. Selain itu, Fungsi intermediasi perbankan semakin membaik, terlihat dari pertumbuhan kredit pada akhir Mei mencapai 26,3% (YoY), Kredit investasi tumbuh cukup tinggi sebesar 29,3% (YoY). Dan kredit modal kerja tumbuh 28,9%, serta kredit konsumsi tumbuh 20,3%. 5 P a g e

Bapepam-LK menerbitkan Revisi Aturan IV.C.2 tentang Nilai Pasar Wajar dalam Perhitunga Portofolio Reksadana Bapepam-LK menerbitkan revisi aturan IV.C.2 mengenai nilai pasar wajar dari efek dalam perhitungan portofolio reksa dana. Dalam aturan ini, nilai pasar wajar dari efek dalam portofolio reksadana wajib dihitung dan disampaikan oleh manajer Investasi kepada Bank Kustodian paling lambat pukul 17.00 WIB setiap hari bursa dengan menggunakan harga pasar wajar yang ditetapkan oleh Lembaga Penilai Harga Efek (LPHE). Jika harga perdagangan terakhir efek di Bursa Efek Indonesia tidak mencerminkan nilai pasar wajar pada saat itu, maka perhitungan nilai pasar wajar dari efek tersebut menggunakan harga pasar wajar yang ditetapkan oleh LPHE sebagai harga acuan bagi manajer investasi. Dalam hal LPHE tidak mengeluarkan harga pasar wajar terhadap efek, maka manajer investasi wajib menentukan nilai pasar wajar efek berdasarkan metode yang menggunakan asas konservatif dan diterapkan secara konsisten. Metode yang digunakan adalah harga perdagangan sebelumnya, harga perbandingan efek sejenis dan kondisi fundamental dari penerbit efek. LPHE tidak mengeluarkan harga pasar wajar atas efek dari perusahaan yang telah dinyatakan pailit atau dalam kondisi kemungkinan pailit atau gagal membayar pokok utang atau bunga dari efek tersebut. Untuk kasus ini, manajer investasi wajib menghitung nilai pasar wajar efek dengan pertimbangan harga perdagangan terakhir efek tersebut dan kecenderungan harga efek tersebut. Untuk reksadana yang ingin dibubarkan, baik atas perintah Bapepam-LK atau NAB reksa dana kurang dari Rp 25 miliar selama 90 hari berturut-turut, maka manajer investasi dapat menghitung sendiri nilai wajar reksadana tersebut berdasarkan metode yang menggunakan asas konservatif dan diterapkan secara konsisten. Dan untuk reksadana dalam mata uang asing, maka dihitung dengan menggunakan kurs tengah BI. 6 P a g e

Perkembangan Harga Komoditas di Pasar Domestik Untuk perkembangan harga komoditas di pasar domestik, tercatat pada periode 9-10 Juli 2012 ada beberapa komoditas yang harganya mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan harga dalam periode 2-6 Juli 2012. Untuk Telur ayam ras misalnya, dalam periode 9-10 Juli 2012 harganya berkisar Rp17.617 per kg atau naik 1,00 persen dibandingkan periode 2-6 Juli 2012 yang berkisar Rp17.442 per kg. Sebaliknya, Bawang Merah justru mengalami penurunan dalam periode 9-10 Juli 2012 menjadi Rp16.121 per kg jika dibandingkan harganya dalam periode 2-6 Juli 2012 yang sebesar Rp16.328 per kg. Sementara itu, untuk komoditas seperti Beras, gula Pasir, Tepung Terigu, Daging Sapi, dan Bawang Merah relatif bergerak dalam kisaran yang tipis dalam dua periode waktu tersebut sebagaimana bisa dilihat dalam tabel di bawah. Perkembangan Realisasi APBN 2012 7 P a g e

Hingga Pertengahan Juli 2012, realisasi pendapatan negara dan hibah dalam APBN 2012 mencapai Rp633,90 triliun atau sekitar 48,34% dari targetnya dalam APBN 2012. Dari realisasi pendapatan negara dan hibah tersebut, berasal dari penerimaan dalam negeri sebesar Rp632,64 triliun atau realisasinya telah mencapai 48,27% dari targetnya dalam APBN 2012. Sumber lainnya berasal dari Penerimaan Hibah yang sebesar Rp1,25 triliun. Realisasi Hibah ini mencapai 152,63% dari targetnya dalam APBN 2012. Kemudian, untuk penerimaan dalam negeri, bersumber dari penerimaan perpajakan sebesar Rp490,83 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang sebesar Rp141,81 triliun. Realisasi penerimaan perpajakan tersebut mencapai 47,54% dari targetnya dalam APBN 2012, sedangkan realisasi PNBP sebesar 51,01% dari targetnya. Untuk rincian penerimaan pajak, realisasinya penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) hingga pertengahan Juli 2012 tercatat sebesar 48,52% dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 44,78% dari targetnya dalam APBN 2012. Sedangkan, untuk PNBP, realisasi penerimaan tertinggi berasal dari penerimaan sumber daya alam (SDA) migas yang realisasinya mencapai Rp82,13 triliun. Untuk Bagian Pemerintah atas Laba BUMN (dividen), realisasinya hingga pertengahan Juli mencapai Rp16,50 triliun atau sekitar 58,94% dari targetnya dalam APBN 2012. Untuk rincian belanja pemerintah pusat, realisasi belanja subsidi mencapai Rp136,04 triliun atau sekitar 65,14% dari targetnya dalam APBN 2012. Dari jumlah tersebut, berasal dari realisasi belanja subsidi energi sebesar Rp124,36 triliun dan realisasi belanja subsidi nonenergi sebesar Rp11,68 triliun. Sementara, untuk alokasi transfer ke daerah, realisasinya hingga pertengahan Juli 2012 sebesar Rp246,04 triliun atau sekitar 52,3% dari targetnya dalam APBN 2012.*** 8 P a g e