PERBANDINGAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING DAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING ADJUSTED FOR TREND (HOLT S METHOD) UNTUK MERAMALKAN PENJUALAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. 3.1 Alasan digunakan Metode Exponential Smoothing. Banyak metode peramalan yang dapat digunakan dalam memprediksi tingkat

PENGEMBANGAN SISTEM PERAMALAN PENJUALAN GALON MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING

Dwi Puspitasari 1, Mustika Mentari 2, Wildan Ridho Faldiansyah 3

Bab Implementasi Sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang ada pada CV. Agung Jaya Cabang Pabean diperoleh dari supplier atau

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar global dewasa ini tanpa disadari telah membuat kompetisi di dalam dunia

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PEMBELIAN DAN PENJUALAN ( STUDI KASUS : UD. KUDA MAS LUMAJANG)

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

OPTIMASI PARAMETER α DAN γ DALAM PEMULUSAN EKSPONENSIAL DUA PARAMETER DENGAN METODE MODIFIKASI GOLDEN SECTION

SISTEM PERAMALAN PENJUALAN PRODUK USAHA KECIL MENENGAH BERDASARKAN POLA DATA RIWAYAT PENJUALAN

Estimasi, Pemilihan Model dan Peramalan Hubungan Deret Waktu

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB II LANDASAN TEORI

METODE PERAMALAN HOLT-WINTER UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS RIAU ABSTRACT

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

APLIKASI PERAMALAN PENGADAAN BARANG DENGAN METODE TREND PROJECTION DAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING (STUDI KASUS DI TOKO PIONIR JAYA)

Universitas Gunadarma PERAMALAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI: S1 SISTEM INFORMASI Semester : Genap

BAB 2 LANDASAN TEORI

JURNAL PENERAPAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING DAN DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING PADA PERAMALAN PENJUALAN PAKAIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini, data yang diperoleh dari 4 tahun terakhir pada toko

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vanissa Hapsari,2013

Peramalan Jumlah Penumpang Pada Siluet Tour And Travel Kota Malang Menggunakan Metode Triple Exponential Smoothing

PENERAPAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING PADA PERAMALAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN

PERAMALAN DENGAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING DAN ANALISIS SISTEM UNTUK PENENTUAN STOK ATK (KERTAS A4)

BAB III PERAMALAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

milik UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

PERAMALAN PENJUALAN OBAT MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING PADA TOKO OBAT BINTANG GEURUGOK

PENERAPAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING PADA PERAMALAN PENJUALAN DALAM PENENTUAN KUANTITAS PRODUKSI ROTI (STUDI KASUS PERUSAHAAN ROTI DHIBA KENDARI)

BAB IV METODE PENELITIAN

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di:

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

Aplikasi Sistem Informasi Forecasting pada PD. Maha Jaya. Teknik Informatika 1 Teknik Industri 2 Universitas Kristen Petra Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Sistem Infornasi Estimasi Penjualan Dengan Menggunakan Metode Exponential. Abstraksi

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

PENGGUNAAN ALGORITMA NONLINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PARAMETER DALAM METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL SATU PARAMETER

PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN METODE MOVING AVERAGE DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN JUMLAH PENGUNJUNG HOTEL MERPATI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAMALAN PRODUKSI SARUNG TENUN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMULUSAN DATA

SISTEM PERAMALAN PERSEDIAAN UNIT MOBIL MITSUBISHI PADA PT. SARDANA INDAH BERLIAN MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING

Jurnal Aksara Komputer Terapan Politeknik Caltex Riau Vol. 4, No. 2, Tahun

BAB. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

U K D W BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN METODE SMOOTHING EKSPONENSIAL DALAM MERAMAL PERGERAKAN INFLASI KOTA PALU

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 45 Edisi... Volume..., Bulan 20.. ISSN :

JSIKA Vol. 5, No. 10, Tahun 2016 ISSN X

JURNAL PERAMALAN OMZET PENJUALAN BARANG ELEKTRONIK TOKO BERDIKARI ELEKTRO MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada

PERENCANAAN SISTEM PERSEDIAAN SUKU CADANG SEPEDA MOTOR UNTUK MENGURANGI BIAYA PERSEDIAAN PADA PT. UTOMO MOTOR DI SURABAYA

SISTEM PERAMALAN STOK OBAT MENGGUNAKAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING

Penerapan Metode Smoothing Untuk Peramalan Penghasilan Retribusi Toko

ABSTRAK. Kata Kunci :Single Exponential Smoothing,Double Exponential Smoothing,Mean Absolute Percentage Error.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kondisi ekonomi dan bisnis selalu berubah setiap waktu, maka para

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

PENERAPAN METODE PERAMALAN (FORECASTING) DALAM PENENTUAN PERMINTAAN BARANG

BAB I PENDAHULUAN. PT. Baba Rafi Indonesia merupakan perusahaan waralaba (franchise)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMODELAN SISTEM

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENERAPAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MERAMALKAN PERMINTAAN OBAT DI GUDANG FARMASI DINAS KESEHATAN KOTA SURABAYA

BAB 2 LANDASAN TEORI. sama setiap hrinya. Pada bulan-bulan tertentu curah hujan sangat tinggi dan pada

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1

S (t)=ax(t)+(1-a)s t-1 (2) S (t)=asn(t)+(1-a)s t-1 (3) F(t+m)=S(t)+mb(t) (4)

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

PERAMALAN DEBIT ALIRAN SUNGAI MENGGUNAKAN METODE NAÏVE

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

(FORECASTING ANALYSIS):

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prosiding Manajemen ISSN:

PENDAHULUAN BAB I. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN APLIKASI PERAMALAN PENJUALAN HANDPHONE DENGAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING

PENERAPAN ALGORITMA FORECASTING UNTUK PREDIKSI PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN SRAGEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi dan Tujuan Forecasting. yang belum terjadi (Pangestu S, 1986:1). Forecasting atau peramalan

ABSTRAK. vii. Universitas Kristen Maranatha

Harwein et al., Peramalan Data Times Series Kebutuhan Tepung Terigu Sebagai Bahan Baku Pembuatan Roti...

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN

BAB 4 METODOLOGI. Dalam penelitian ini bahan / materi dikumpulkan melalui : selama 4 tahun penjualan besi Wiremesh untuk diramalkan

Febriyanto, S.E., M.M.

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN PENDEKATAN PERIODIC REVIEW DAN ADAPTIVE RESPOSE RATE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING DI ARTA SWALAYAN KEDIRI

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAMALAN PENJUALAN BERAS DI TOKO WIDODO MAKMUR MENGGUNAKAN METODE MOVING AVERAGE

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PERAMALAN (FORECASTING)

PENENTUAN JUMLAH PERENCANAAN PERMINTAAN CAT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT AKURASI PERAMALAN BERDASARKAN PERAMALAN PERMINTAAN CAT PADA PT.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

Evelina Padang, Gim Tarigan, Ujian Sinulingga

BAB III LANDASAN TEORI

PENGEMBANGAN SI STOK BARANG DENGAN PERAMALAN MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING (STUDI KASUS : PT. TOMAH JAYA ELEKTRIKAL)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

PERBANDINGAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING DAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING ADJUSTED FOR TREND (HOLT S METHOD) UNTUK MERAMALKAN PENJUALAN. STUDI KASUS: TOKO ONDERDIL MOBIL PRODI, PURWODADI Djoni Dwijana, Wimmie Handiwidjojo Abstrak Salah satu masalah didalam sebuah toko adalah memprediksi jumlah barang. Memprediksi jumlah barang yang akan terjual dapat dilakukan dengan mempelajari data penjualan pada periode sebelumnya. Untuk memprediksi jumlah barang, dapat dilakukan dengan cara meramalkan. Perbandingan metode Single Exponential Smoothing dan Exponential Smoothing Adjusted for Trend digunakan untuk keakuratan meramalkan jumlah barang yang akan terjual untuk periode yang akan datang. Single Exponential Smoothing merupakan metode peramalan yang digunakan untuk data stasioner atau data yang relatif stabil. Exponential Smoothing Adjusted for Trend digunakan untuk data yang memiliki trend atau data yang memiliki kecenderungan peningkatan atau penurunan dalam jangka panjang. Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah metode Single Exponential Smoothing lebih tepat dibandingkan metode Exponential Smoothing Adjusted for Trend ( s Method) karena pada histori penjualan tidak mengalami peningkatan penjualan / tidak ada trend. Selain itu, persentase kesalahan (selisih data aktual dengan nilai peramalan) dan MAD (untuk menghitung forecast error) yang didapat dari metode Single Exponential Smoothing lebih kecil dibandingkan dengan metode Exponential Smoothing Adjusted for Trend. Kata Kunci : Peramalan,, Single, Exponential, Smoothing 1. Pendahuluan Peramalan penjualan merupakan hal yang penting dalam sebuah toko karena dengan menggunakan peramalan, toko dapat memprediksi jumlah barang yang harus ada di dalam gudang. Stok barang terlalu banyak menyebabkan terjadinya penumpukan barang di gudang yang pada akhirnya berpengaruh terhadap perputaran barang dan keuangan. Stok barang yang terlalu sedikit juga berpengaruh terhadap perputaran uang karena barang yang habis tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan. Stok barang yang terlalu banyak dan terlalu sedikit ini disebabkan oleh pemilik toko yang tidak tahu seberapa banyak barang yang akan terjual untuk periode berikutnya. Berdasarkan masalah tersebut, maka perlu dibangun sistem berupa aplikasi berbasis komputer yang berfungsi untuk meramalkan jumlah barang yang akan terjual untuk periode berikutnya. Sistem ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif solusi untuk mengatasi masalah ini. Untuk mendukung proses tersebut, maka diperlukan Forecasting / Peramalan dengan metode Single Exponential Smoothing dan Exponential Smoothing Adjusted for Trend ( s Method). 2. Peramalan Peramalan merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien. Peramalan merupakan bagian integral dari kegiatan pengambilan keputusan manajemen. Organisasi/ departemen selalu menentukan sasaran dan tujuan, berusaha menduga faktor-faktor

PERBANDINGAN METODE SINGLE EXPONENTIAL lingkungan dan kemudian memilih tindakan yang diharapkan akan menghasilkan pencapaian sasaran tujuan tersebut. 2.1 Single Exponential Smoothing Metode Single Exponential Smoothing adalah metode yang menunjukan pembobotan menurun secara eksponensial terhadap nilai observasi yang lebih tua. Yaitu nilai yang lebih baru diberikan bobot yang relatif lebih besar dibanding nilai observasi yang lebih lama. Metode ini memberikan sebuah pembobotan eksponensial rata-rata bergerak dari semua nilai observasi sebelumnya. Pada metode ini tidak dipengaruhi oleh trend maupun musim. Rumusnya adalah sebagai berikut: Ŷ t+1 = αy t + (1-α) Ŷ t............. (1) Keterangan: Ŷ t+1= nilai peramalan untuk periode berikutnya Y t =permintaan untuk periode t Ŷ t= nilai peramalan untuk periode t α = faktor bobot penghalusan (0 < α < 1) Pada rumus (1), untuk meramalkan nilai periode berikutnya, diperlukan data permintaan dari periode sebelumnya dan peramalan periode sebelumnya. 2.2 s Method Metode ini sering disebut dengan s Method. Metode ini digunakan ketika permintaan dipengaruhi trend tetapi tidak dipengaruhi oleh musim. Menurut Makridakis, Wheelwright dan Hyndman (1998) metode ini memuluskan nilai trend dengan parameter yang berbeda dari parameter yang digunakan pada deret yang asli. Untuk meramalkan permintaan di periode berikutnya, harus diketahui ramalan level / nilai penghalusan baru dan estimasi trend nya. Berikut rumus untuk mengetahui ramalan level dan estimasi trend nya: L t = αy t + (1-α)(L t-1 + T t-1)............. (2) T t = β(l t - L t-1) + (1- β)t t-1............. (3) Pada rumus (2), nilai penghalusan yang ke -t memerlukan data permintaan yang ke-t, nilai penghalusan periode sebelumnya dan nilai trend sebelumnya. Setelah diketahui nilai penghalusan yang ket, maka bisa didapat nilai trend yang ke-t (rumus (3)). Ramalan level dan estimasi trend nya sudah didapat, kemudian bisa mengetahui peramalan permintaan yang sesungguhnya di periode p di masa mendatang dengan rumus sebagai berikut: Ŷ t+p = L t + pt t............. (4) Keterangan: L t=estimasi level (nilai penghalusan baru) Y t= permintaan di periode t T t= estimasi trend untuk periode t Ŷ t+p= ramalan untuk periode p di masa mendatang p = jumlah periode untuk ramalan di masa mendatang 9

Jurnal EKSIS Vol 05 No 01 Mei 2012: halaman 8-18 α = faktor bobot penghalusan untuk level (0 < α < 1) β = faktor bobot penghalusan untuk trend (0 < β < 1) 2.3 Mean Absolute Deviation MAD adalah salah satu rumus untuk menghitung kesalahan peramalan. MAD adalah penyimpangan mutlak rata-rata. Penggunaannya adalah dengan cara menghitung semua penyimpangan (selisih antara permintaan dan peramalan) dan memutlakkan semua nilai negatif menjadi positif kemudian dibagi dengan jumlah data yang ada (rumus (5)). Rumusnya adalah sebagai berikut: MAD n = (Sum (t=1 to n)[a t])/n............. (5) Keterangan: A t= penyimpangan mutlak untuk periode t = E t n = jumlah data Untuk menghitung E t, diperlukan data periode sekarang dikurangkan dengan nilai ramalan periode sekarang seperti yang tercantum pada rumus (7): E t= Y t - Ŷ t............. (7) Keterangan: E t= kesalahan peramalan pada periode t Y t= nilai sesungguhnya pada periode t (permintaan) Ŷ t= nilai peramalan untuk periode t 3. Perancangan Sistem 3.1 Konteks Diagram Gambar 1. Konteks Diagram Pemilik toko menginputkan data melalui setup barang, setupa barang yang diramalkan, setup nota jual, kriteria peramalan dan setup tambah jenis barang. Data diolah dan menghasilkan tabel dan grafik hasil peramalan. 10

PERBANDINGAN METODE SINGLE EXPONENTIAL 3.2Data Flow Diagram Level 0 Gambar 2 Data Flow Diagram Level 0 Pemilik toko memasukkan data ke setup barang, ke setup penjualan dan ke setup permalan. 3.3.Data Flow Diagram level 1 3.3.1 DFD Setup Barang Gambar 3. Data Flow Diagram Setup Barang Level 1 Pemilik toko menginputkan data barang ke setup data barang dan sistem akan update data ke datastore barang. 3.3.2 DFD Nota Penjualan Gambar 4. Data Flow Diagram Nota Penjualan Level 1 Pemilik toko menginputkan data penjualan ke setup penjualan kemudian sistem akan memasukkan data penjualan kedalam datastore penjualan. 11

Jurnal EKSIS Vol 05 No 01 Mei 2012: halaman 8-18 3.3.3 DFD Hasil Peramalan Gambar 5. Data Flow Diagram Hasil Peramalan Level 1 Pemilik toko menginputkan kriteria peramamalan kedalam setup permalan kemudian sistem akan memproses hasil peramalan kedalam datastore SES dan. 3.4.Database Ada 8 tabel yang dibuat dalam database. Tabel-tabel tersebut ada yang saling berkaitan maupun tidak berkaitan. Tabel yang berkaitan antara lain adalah tabel holt, tabel barang, rekap, SES, detailjual dan tabel penjualan. Sedangkan tabel jenisbarang dan tabel user tidak berkaitan dengan tabel lainnya. Database yang dirancang adalah sebagai berikut: Jenisbarang kode* nama_jenis kode_barang** minggu tahun data level trend peramalan error error_p kode_barang+minggu+tahun ) user username* password Rekap kode_barang** minggu tahun jumlah kode_barang+minggu+tahun ) Barang kode_barang* nama_barang kategori satuan SES kode_barang** minggu tahun data_x peramalan_f error error_p kode_barang+minggu+tahun ) Detailjual kode_barang** no_nota** kode_barang+no_nota ) Penjualan no_nota* tgl_jual Gambar 6. Rancangan Database 12

PERBANDINGAN METODE SINGLE EXPONENTIAL 3.5 Alur Kerja Sistem Keseluruhan Dalam proses perancangan sistem ini, akan digambarkan alur kerja sistem keseluruhan dalam bentuk flowchart yang dapat dilihat pada gambar 7. Alur kerja sistem merupakan algoritma dari jalannya sistem yang dimulai dengan login, pemilihan menu utama dan keluar. Menu utama memiliki beberapa submenu diantaranya adalah setup barang, setup barang terpilih, setup nota jual, setup kriteria peramalan, setup tambah jenis barang dan setup ubah password. Jika keluar dari setup, maka akan kembali ke menu utama. Gambar 7 Flowchart Kerja Sistem Keseluruhan 13

Jurnal EKSIS Vol 05 No 01 Mei 2012: halaman 8-18 4. Implementasi dan Analisis Sistem 4.1 Implementasi Sistem Gambar 8 Form Setup Parameter Peramalan Gambar 9 Form Grafik & Tabel Hasil Peramalan Gambar 8 adalah form setup parameter peramalan. Form ini berfungsi untuk menentukan barang yang akan diramalkan, banyaknya data yang digunakan, pemberian bobot alpha dan beta serta penentuan banyaknya periode ramal. Gambar 9 adalah form hasil peramalan yang didapat dari gambar 8 (dengan cara klik tombol Next). Implementasi rumus (gambar 8) di dalam sistem dapat dilihat pada prosedur dibawah ini: && menghitung peramalan dan nilai error alpha = thisform.txtsesa.value dperamalan(1) = ddata(1) derror(1) = ddata(1) - dperamalan(1) derrorp(1) = ABS(derror(1)) verrorp = derrorp(1) && menghitung nilai peramalan dan nilai error dengan rumus SES FOR j=2 TO i-1 dperamalan(j) = (alpha*ddata(j-1)) + ((1-alpha)*dperamalan(j-1)) derror(j) = ddata(j) - dperamalan(j) derrorp(j) = ABS(derror(j)) verrorp = verrorp + derrorp(j) ENDFOR Prosedur diatas melakukan penghitungan peramalan pertama dengan mengisi nilainya menggunakan nilai dari data yang pertama. Sedangkan untuk peramalan selanjutnya menggunakan rumus yang sesungguhnya. Dalam prosedur tersebut, digunakan array agar tidak mengganggu isi dari tabel asli. Kemudian jika array sudah terisi semua, isi array tersebut akan dipindahkan kedalam tabel SES. Nilai dari MAD ditampung didalam variabel MADSES. Prosedurnya seperti berikut ini: 14

&& input data kedalam tabel SES dari array FOR j=1 TO (i+thisform.txtperiode.value-1) SELECT SES APPEND BLANK replace kode_barang WITH xkodebarang replace minggu WITH dminggu(j) replace tahun WITH dtahun(j) replace data_x WITH ddata(j) replace peramalan_f WITH dperamalan(j) replace error WITH derror(j) replace error_p WITH derrorp(j) ENDFOR && tampung nilai MAD kedalam variabel MADSES MADSES = MAD PERBANDINGAN METODE SINGLE EXPONENTIAL 4.2 Analisis Perbandingan Metode Single Exponential Smoothing dengan s Method Penulis akan membandingkan metode Single Exponential Smoothing dan metode untuk 8 barang dengan ketentuan alpha dan beta adalah yang terbaik (memiliki MAD terkecil), data yang digunakan adalah 104 minggu dari tahun 2009 bulan Januari hingga tahun 2010 bulan Desember dan menggunakan periode peramalan 1 minggu. Tabel 1. Hasil MAD terkecil Percobaan ke- Kode Barang Alpha SES Alpha Beta MAD SES MAD 1 SB001 0,1 0,1 0,2 3,51 3,72 2 SB002 0,3 0,2 0,1 3,15 3,19 3 SB003 0,2 0,2 0,1 3,98 4,21 4 SB004 0,1 0,1 0,1 3,50 3,68 5 BB001 0,1 0,2 0,1 4,61 4,84 6 BB002 0,1 0,1 0,5 4,56 4,84 7 PR001 0,1 0,2 0,1 9,02 9,93 8 RK001 0,2 0,2 0,3 3,80 3,97 Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa: a.nilai alpha yang mendapatkan nilai MAD terkecil untuk metode SES maupun adalah pada nilai konstanta alpha 0,1 dan 0,2. b. Dari semua barang, MAD yang terkecil didapat adalah dengan metode SES. 3.3 Analisis Selisih Data Aktual dengan Nilai Peramalan dan Persen Kesalahan Analisis konstanta dan analisis tingkat kesalahan / MAD telah dilakukan. Penulis mencoba untuk menganalisis selisih dari data aktual dengan nilai peramalan dan tingkat kesalahan berdasarkan persen. Berikut ini adalah rincian mengenai selisih data aktual dengan nilai peramalan (tabel 2) serta persen kesalahan yang didapat dari selisih antara data aktual dengan nilai peramalan baik peramalan dari metode Single Exponential Smoothing maupun metode (tabel 3). 15

Jurnal EKSIS Vol 05 No 01 Mei 2012: halaman 8-18 Kode Barang Nilai Alpha SES Nilai Alpha Tabel 2. Selisih Data dengan Peramalan Nilai Beta Data Aktual Minggu 52-2010 Peramalan SES Minggu 52-2010 Peramalan Minggu 52-2010 Metode dengan Nilai MAD Terkecil Selisih Peramalan dengan Data Aktual SB001 0,1 0,1 0,2 32 34,89 37,69 SES; 3,52 SES = 2,89 SB002 0,3 0,2 0,1 35 35,76 36,93 SES; 3,18 SES = 0,76 SB003 0,2 0,2 0,1 35 36,83 37,31 SES; 4,01 SES = 1,83 SB004 0,1 0,1 0,1 27 27,66 28,26 SES; 3,53 SES = 0,66 BB001 0,1 0,1 0,4 32 33,74 38,60 SES; 4,64 SES = 1,74 BB002 0,1 0,1 0,5 36 36,12 37,67 SES; 4,61 SES = 0,12 PR001 0,1 0,2 0,1 80 79,62 82,83 SES; 9,10 SES= 0,38 RK001 0,2 0,2 0,4 31 31,94 33,58 SES; 3,83 SES = 0,94 Tabel 3. Persen Kesalahan Kode Barang Persen Kesalahan Metode SES Persen Kesalahan Metode SB001 9.03% 17.78% SB002 2.17% 5.51% SB003 5.23% 6.60% SB004 2.44% 4.67% BB001 5.44% 20.63% BB002 0.33% 4.64% PR001 0.47% 3.54% RK001 3.03% 8.32% Rata - rata Persen Kesalahan 3.40% 8.96% Dari tabel 2, dapat diambil kesimpulan bahwa metode Single Exponential Smoothing dengan data 103 minggu untuk meramalkan minggu ke 104 menghasilkan nilai MAD terkecil di setiap barang dan memiliki selisih antara data aktual dengan nilai peramalan yang lebih sedikit dibandingkan dengan metode. Dari tabel 3, rata-rata persen kesalahan yang didapatkan dari metode SES juga lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata dari metode. Hal ini menandakan bahwa SES lebih baik digunakan untuk 8 jenis onderdil ini dibandingkan dengan metode. 16

PERBANDINGAN METODE SINGLE EXPONENTIAL Tabel 4. Persentase Kesalahan Berdasarkan Kategori Barang Kategori Barang Persen Kesalahan Metode SES Persen Kesalahan Metode Sil Rem Belakang 4,7175% 8,64% Baut Roda 2,885% 12,635% Perpak As Roda 0,47% 3,54% Repair Kit Kopling 3,03% 8,32% Dari tabel 4 diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa kategori barang Sil Rem Belakang lebih baik menggunakan metode Single Exponential Smoothing karena memiliki rata-rata persentase kesalahan yang lebih kecil yaitu 4,7175% dibandingkan dengan metode yaitu 8,64%. Untuk kategori barang Sil Rem Belakang, metode yang lebih baik digunakan adalah metode Single Exponential Smoothing karena memiliki rata-rata persentase kesalahan yang lebih kecil yaitu 2,885% dibandingkan dengan metode yaitu 12,635%. Untuk kategori barang Perpak As Roda, metode yang lebih baik digunakan adalah metode Single Exponential Smoothing karena memiliki persentase kesalahan yang lebih kecil yaitu 0,47% dibandingkan dengan metode yaitu 3,54%. Kategori barang yang terakhir adalah Repair Kit Kopling Bawah yang lebih cocok menggunakan metode Single Exponential Smoothing karena memiliki persentase kesalahan yang lebih kecil yaitu 3,03% dibandingkan dengan metode yaitu 8,32%. Dari percobaan-percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap barang lebih cocok menggunakan metode Single Exponential Smoothing karena metode ini merupakan metode yang cocok digunakan untuk barang yang muncul secara acak namun cenderung stabil dan tidak mengandung trend ataupun musim. 5. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis yang telah dilakukan adalah: a. Metode Single Exponential Smoothing lebih cocok digunakan untuk 8 barang dengan studi kasus toko onderdil mobil Prodi karena memiliki MAD yang lebih kecil dibandingkan dengan metode. b. Metode Single Exponential Smoothing memiliki rata-rata persentase kesalahan (selisih antara data aktual dengan nilai peramalan) lebih kecil yaitu 3,4% dibandingkan metode memiliki persentase kesalahan 8,96%. c. Untuk setiap kategori barang yang dianalisis, metode Single Exponential Smoothing lebih cocok untuk meramalkan jumlah penjualan barang dibandingkan metode karena rata-rata persentase kesalahan yang didapat lebih kecil menggunakan metode Single Exponential Smoothing. d. Karakteristik penjualan dari onderdil mobil ini adalah muncul secara acak namun cenderung stabil dan tidak terpengaruh oleh trend maupun musim dan karakteristik ini sesuai dengan karakteristik dari metode Single Exponential Smoothing. Sedangkan karakteristik dari metode adalah penjualan yang mengandung trend dan tidak ada satu onderdil pun yang memiliki karakteristik seperti ini. 17

Jurnal EKSIS Vol 05 No 01 Mei 2012: halaman 8-18 Daftar Pustaka Akins, Marcian, Andy Kramek and Rick Schummer, 1001 Thing You Wanted to Know About Visual FoxPro, Hentzenwerke Publishing, Whitefish Bay, 2000. Butler, William F., Robert A. Kavesh, Robert B. Platt, Methods and Techniques of Business Forecasting, Prentice Hall, New Jersey, First Edition, 1996. Hanke, John E., and Dean W. Whicern, Business Forecasting, Prentice Hall, New Jersey, Eight Edition, 2005. Hanke, John E., and Dean W. Whicern, Business Forecasting Ninth Edition. Prentice Hall, New Jersey, Ninth Edition, 2008.. Marakas, George M., Decision Support Systems in the 21 st Century, Prentice Hall, New Jersey, Second Edition, 2003. Makridakis, Spyros, Steven C. Wheelwright, Rob J.Hyndman, Forecasting: Methods and Applications (Third Edition), John Wiley & Sons, Canada, 1998. Sugiarto, Harijono, Peramalan Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000. 18