No Pemberi Saran Saran Tanggapan/Comments

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. /Menhut-II/2012 T E N T A N G MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Definisi menurut FAO: Forest tenure detemines who can use what resources, for how long and under what conditions. Forest tenure is abroad concept

SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI. Koordinator DEDEN DJAENUDIN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 68/Menhut-II/2008 TENTANG

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Perizinan. Karbon. Hutan Lindung. Produksi. Pemanfaatan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013

RENCANA KERJA USAHA PEMANFAATAN PENYERAPAN DAN/ATAU PENYIMPANAN KARBON PADA HUTAN PRODUKSI

West Kalimantan Community Carbon Pools

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

2011, No.68 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Ind

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

BIRO HUKUM DAN ORGANISASI - KEMENTERIAN KEHUTANAN Pemerintah dapat menetapkan kawasan hutan tertentu untuk tujuan khusus.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.388, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Izin Usaha. Kawasan Hutan Silvo Pastura. Hutan Produksi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

SERBA SERBI HUTAN DESA (HD)

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN LITBANG KEHUTANAN PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2006 TENTANG INVENTARISASI HUTAN PRODUKSI TINGKAT UNIT PENGELOLAAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERDAGANGAN SERTIFIKAT PENURUNAN EMISI KARBON HUTAN INDONESIA

2 Mengingat : 1. c. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal 39 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008, penugasan sebagian urusan pemerintahan dari

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEKANISME DISTRIBUSI PEMBAYARAN REDD : Studi Kasus Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan PUSLITSOSEK 2009

PERAN STRATEGIS KPH. Oleh : M.Rizon, S.Hut, M.Si (KPHP Model Mukomuko) Presentasi Pada BAPPEDA Mukomuko September 2014

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

Tata ruang Indonesia

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :.P. 7/Menhut-II/2012 /Menhut-II/2009 TENTANG

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu perbaikan dan pemisahan dalam Peraturan tersendiri menyangkut Inventarisasi Hutan Berkala dan Rencana Kerja

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PELAKSANAAN REDD

PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 66 /Menhut-II/2014 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN. Ekosistem /SDAL memiliki nilai guna langsung dan tidak langsung

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

KEMAJUAN PENYIAPAN ARSITEKTUR REDD+ INDONESIA: SISTEM INFORMASI SAFEGUARDS (SIS) REDD+ INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

Apakah ikan bisa memanjat?

KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN. Oleh : Ir. Masyhud, MM Kepala Pusat Humas selaku PPID Utama Jakarta, 27 Juni 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.01/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

RPPI 14 Keekonomian/Daya Saing Industri dan Kebijakan Tata Kelola LHK

Program Mitigasi Berbasis Lahan pada Kawasan Karst, DAS Kritis, dan Kawasan Konservasi di Kabupaten Gunungkidul Yayasan JAVLEC Indonesia

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

VISI, MISI & SASARAN STRATEGIS

RENCANA KEHUTANAN TINGKAT NASIONAL (RKTN)

Percepatan dan Pengarus Utamaan Pembangunan KPH menuju hutan masa depan

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 03 TAHUN 2005 TENTANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas

I. PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Transkripsi:

Matriks Masukan dan Akomodatif terhadap Permenhut Penyelenggaraan Karbon Hutan No Pemberi Saran Saran Tanggapan/Comments 1 bambang winarto bambangredd@gmail.com HAL HAL YANG MENDASAR : 1. Apakah boleh di dalam PERATURAN MENTERI KEHUTANAN ditindaklanjuti lagi dengan PERATURAN MENTERI KEHUTANAN juga? Kalau ditindaklanjuti dengan Peraturan eselon satu tidak jadi masalah. 2. Apakah boleh suatu Undang- Undang (Undang- Undang Nomor 41 Tahun 1999) terdapat pada menimbang dan mengingat? 3. Sepengetahuan saya dalam membuat PERATURAN MENTERI KEHUTANAN harus diperintahkan oleh peraturan yang lebih tinggi (dalam hal ini Peraturan Pemerintah). Apakah memang demikian? 4. Karbon dalam konteks permenhut dilihat sebagai KOMODITI atau JASA LINGKUNGAN. Pengertian ini sangat penting untuk mengatur dalam pasal Bisa dilakukan, karena peraturan menteri tersebut akan mengatur penyelenggaraan karbon yang lebih detail di masing- masing fungsi hutan Bisa, karena itu payung hukum bagi kawasan hutan di Indonesia Benar, yaitu PP 28 Tahun 2011 untuk Kawasan Konservasi, dan PP 6 Tahun 2007 untuk kawasan hutan produksi dan hutan lindung, dan sudah ada pada bagian Mengingat Sudah diakomodir

pasal nya. MASALAH TEKNIS Mengingat : Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); SUDAH DIGANTI DENGAN : Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Peraturan Menteri Kehutanan, apakah dapat dijadikan konsideran MENGINGAT untuk PERMENUT? Pasal 1 : PENGERTIAN MITRA? Mitra adalah pemerintah, badan internasional, swasta dan perorangan yang memiliki kemampuan untuk mendanai penyelenggaraan demonstration activities dan implementasi. Mitra adalah pemerintah? Sudah diakomodir Sudah diakomodir, mitra bisa pemerintah, misalnya dalam hal pelaksanaan demon Demonstration activities adalah kegiatan pengujian dan pengembangan metodologis, teknologi dan institusi pengelolaan karbon hutan dalam rangka fase readiness. Pengertian Demonstration activities kurang

jelas. FASE READINESS : adalah tahun 2009-2012), JADI Demonstration activities tidak ada lagi mulai tahun 2013 (?) Pengertian lebih jauh apakah Permenhut ini hanya sampai tahun 2012 (?). Perlu didefinisikan apa yang dimaksud dengan Pengelolaan Karbon Hutan. Pengertian Fase readiness tidak mengartikan bahwa permenhut ini hanya sampai tahun 2012. Sudah jelas dalam Permenhut tentang definisi Pengelolaan Karbon Hutan. Pasal 2 : MAKSUD DAN TUJUAN. TIDAK JELAS TUJUAN Dari Permenhut Tentang Penyelenggaraan Karbon Hutan Pasal 3 Penyelenggaraan Karbon Hutan, AYAT 2 Kegiatan karbon hutan dapat berupa penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, yang terdiri atas: a. Pembibitan, penanaman, pemeliharaan hutan dan lahan dan pemanenan hutan yang menerapkan prinsip pengelolaan lestari; b. Perpanjangan siklus tebangan pada dan/atau penanaman pengayaan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu; Sudah diakomodir, Pasal 2 (Maksud dan tujuan)

c. Perlindungan, pengamanan pada areal izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu; d. Perlindungan keanekaragaman hayati; e. Pengelolaan hutan lindung lestari; f. Pengelolaan hutan konservasi; Perlindungan dan Pengelolaan hutan DAPAT dijabarkan lebih rinci dalam BERBAGAI KEGIATAN JADI : perlu penjabaran kegiatan apa saja yang terdapat pada perlindungan dan pengelolaan hutan Penjabaran kegiatan perlindungan dan pengelolaan hutan akan didetailkan pada peraturan selanjutnya untuk masing- masing fungsi hutan Pasal 4 Kriteria Kegiatan Demonstration Activities Kriteria kegiatan demonstration activities adalah sebagai berikut: a. Membangun proses- proses pembuatan atau penyempurnaan standar teknis pengukuran, implementasi standar, serta pelaporan hasil pengukuran. b. Fasilitasi yaitu pendampingan untuk proses- proses pembuatan atau penyempurnaan standar teknis pengukuran, implementasi (implementasi) standar, serta pelaporan Sudah diakomodir

hasil pengukuran. c. Kegiatan karbon hutan harus dapat diterapkan (workable), replikatif dalam skala yang lebih luas, dan berkesinambungan setelah demonstration activites berakhir. a, b, dan c di atas BUKAN KRITERIA JUDUL pada Pasal 4 : Kriteria Kegiatan Demonstration Activities, KURANG atau TIDAK TEPAT, karena isinya adalah PROSEDUR. Pada Pasal 4, ada izin Demonstration Activities, pada pasal 5 ada izin penyelenggaraan karbon hutan? Pasal 7, ayat (2) Izin penyelenggaraan karbon hutan terintegrasi dengan izin yang melekat pada pemanfaatan hutan/hasil. (?). SEHARUSNYA sama dengan pasal 6 ayat (4). Pasal 7, ayat (3) Izin penyelenggaraan karbon hutan pada kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung yang belum dibebani Pada Pasal 5 tidak terkait dengan Izin. Izin penyelenggaraan karbon hutan diakomodir pada Pasal 6 ayat 1 Pasal 7 ayat (2), terkait dengan izin terintegrasi Pasal 6 ayat (4), terkait dengan Penyelenggara karbon hutan yang berasal dari penyelenggaraan melalui DA dan penyelenggaraan baru tanpa DA, adalah: a s/d p Pasal 7 ayat (3) ttg KPHP/L Yang dimaksud oleh pemberi saran sudah diakomodir pada Pasal 7 ayat (4).

perizinan adalah izin usaha pemanfaatan penyimpanan dan/atau penyerapan karbon. SEBAIKNYA gunakan hutan produksi dan hutan lindung (kata KAWASAN dihilangkan). Hutan produksi dan hutan lindung adalah istilah baku menurut UU Kehutanan. Pasal 7, ayat (6) Tatacara pemberian izin penyelenggaraan karbon hutan pada kawasan hutan, dan hutan hak, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri. Peraturan selanjutnya mengatur tentang pengaturan dimasing- masing fungsi hutan SEHARUSNYA tidak perlu ada, langsung diatur dalam permenhut ini. Menurut saya, permenhut harus dapat diimplementasikan, dan jika ada pengaturan lebih lanjut dalam bentuk perdirjen. Pasal 8, ayat 1 s/d 5 Apakah perlu dimuat? Pasal 8, ayat 6 : Diperbaharui bahasanya. Dalam penyusunan Permenhut yang berhubungan dengan karbon, mungkin perlu dilibatkan dari perguruan tinggi untuk membuat naskah akademik. Sudah diakomodir Sudah dilibatkan dalam proses diskusi penyusunan permenhut sejak awal,

2 Barbara Lang (FROCLIME) 1. Judul, maksud dan tujuan belum bisa menjelaskan regulasi ini mengatur apa. Disarankan: judul, maksud dan tujuan lebih umum, sedangkan substansi lebih fokus kepada carbon trading Permenhut ini sepertinya mengatur 2 objectives yaitu: a. mengatur pemanfaatan karbon hutan terkait jasa lingkungan (penurunan emisi karbon, konservasi dan meningkatkan karbon stock): definisi ruang lingkup kegiatan, tipe pemanfaatan, pungutan pemanfaatan, dan registrasi kegiatan/pemanfaatan b. Mengatur registrasi DA Substansi permenhut ini sudah cukup menjelaskan maksud dan tujuan. Disarankan: judul, maksud dan tujuan adalah regulasi terkait pemanfaatan karbon hutan sebagai jasa lingkungan. Sedangkan penyelenggaraan karbon hutan atau implementasi dari pelaksanaan karbon hutan (seperti pada draft) sebenarnya saat ini sudah dilaksanakan dalam kebijakan pengelolaan kawasan hutan dan kawasan Sudah tersirat pada pasal 3.

konsevasi. Istilah pada tujuan yaitu optimalisasi penyelenggaraan karbon hutan, biarkan saja terbuka apakah optimalisasi itu dimaksud sebagai suatu status untuk melindungi seluruhnya atau meningkatkan karbon stok atau optimal itu adalah tambahan manfaat dari penyelenggaraan karbon hutan Tersirat dalam pasal 3 3.Pemanfaatan karbon hutan melalui perdagangan karbon (Pasal 8). a..(ayat 1). Perdagangan karbon tidak hanya sebatas pada jenis pemanfaatan dari hasil kegiatan karbon hutan sebagaimana disebut pada draft. Regulasi harus menyebutkan bahwa perdagangan karbon merupakan salah satu opsi atau tipe pemanfaatan dari hasil kegiatan karbon hutan. Opsi- opsi lain seperti skema insentif pembiayaan domestik, skema insentif pembiayaan dari luar, dan pendekatan program lainnya. b.(ayat 2). Permenhut sebaiknya menyebutkan sertifikat mana yang diterima, karena VCS belum diatur, jadi, kata sertifikat sebagaimana disebut dengan peraturan yang saat ini dibuat Tersirat dalam pasal 3 ayat 5, Pasal Diakomodir

untuk perdagangan karbon memberikan ruang bagi penyalahgunaan. c.(ayat 3). Hasil dari kegiatan karbon hutan adalah penurunan emisi, konservasi dan/atau peningkatan stok karbon. Harus jelas didefinisikan apa yang merupakan penurunan emisi dan apa yang merupakan peningkatan stok karbon. Yang diperdagangkan bukan karbon itu sendiri, tetapi suatu unit (dari penurunan emisi/peningkatan stok) yang dijelaskan dengan suatu standar/metodologi. Perlu menjelaskan mana yang merupakan penurunan emisi/peningkatan karbon terkait dengan berbagai tipe pemanfaatan (pasar karbon, mekanisme insentif domestik, mekanisme insentif berbasiskan pembiayaan/fund- based incentive mechanism, dst). d. (Ayat 5). Peraturan ini masuk akal jika peraturan ini telah menjelaskan bahwa yang merupakan penurunan emisi adalah untuk mencapai target domestik. Unit dari penurunan emisi / peningkatan stok Ada Pasal 8 ayat (3) Diakomodir

yang dihitung untuk mencapai target domestik dapat menggunakan berbagai standar/metodologi daripada yang dipersyaratkan pasar karbon internasional. Tidak jelas, apa sebenarnya maksud bahwa pembeli luarnegeri terbatas hanya pada 49% dari nilai penurunan emisi? Apakah 49% adalah penurunan emisi dari sebuah area?. Atau apakah pembeli luar negeri hanya mendapatkan sebagian dari setiap ton CO2e untuk setiap ton yang mereka beli? Umum: Disarankan untuk melakukan review terhadap draft permenhut berdasarkan suatu analisa kebutuhan kebijakan dengan menyelaraskan pada berbagai tipe/opsi pemanfaatan hasil dari kegiatan karbon hutan, contohnya pasar/perdagangan, mencapai target domestic, non- market arrangements for performance- based payments. 3 Nanang Roffandi Ahmad 1. Terhadap judul, apabila tidak mungkin dirubah (diperjelas) maka judul dapat tetap dipertahankan akan tetapi pengertian/definisi karbon hutan perlu diperbaiki sbb : Pada pasal 8 ayat (6) Sudah tersirat pada judul

Karbon hutan adalah salah satu produk jasa lingkungan hutan dari penyerapan dan penyimpanan karbon yang dihasilkan hutan pada saat hutan tsb dikelola dengan baik dengan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari sehingga menghasilkan penurunan emisi, peningkatan penyerapan dan penyimpanan serta perlindungan karbon pada hutan tsb. 2. Draft permenhut tsb harus mengisi gap yang ada terutama terkait hutan konservasi dan pasar alternative terutama melalui instrument investasi. 3. Penyelenggaraan karbon hutan harus diatur jelas cakupannya seperti yang disyaratkan dalam UU No. 12 tahun 2011 tentang Penerbitan Peraturan Perundang-undangan Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3). Sudah menjadi substansi permenhut, bahwa penyelenggaraan karbon di hutan konservasi juga diatur pada Permenhut ini Sudah Diakomodir 4. Terkait Pasal 19 ayat (3) UU No. 12 tahun 2011, masukan tsb pada BAB I, II, III dan IV tulisan di atas perlu mendapat perhatian. 5. Hati-hati dalam menerapkan aturan

terkait pungutan pemerintah agar para pemrakarsa, para mitra dan investor tidak memandangnya sebagai hambatan atau dis-insentif. 6. Finalisasi penyusunan draft harus melibatkan masyarakat utamanya peran pihak terkait (stakeholder) agar sesuai dengan kaidah tata kelola yang baik (good governance) serta sesuai dengan Pasal 96 UU No. 12 tahun 2011 tentang partisipasi masyarakat. Diakomodir