PEDOMAN LEI 77 SISTEM SERTIFIKASI BERTAHAP PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN KELEMBAGAAN SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PEDOMAN LEI 55 PEDOMAN PENYELESAIAN KEBERATAN ATAS KEPUTUSAN SERTIFIKASI

PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

dari Indonesia demi Indonesia

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

LEMBAGA EKOLABEL INDONESIA Indonesian Ecolabelling Institute

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMILIK HUTAN HAK

SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG

STANDARD PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

RINGKASAN PUBLIK AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PT. TUV INTERNATIONAL INDONESIA

RINGKASAN PUBLIK AKREDITASI TERHADAP LEMBAGA SERTIFIKASI PT. SUCOFINDO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.141, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Penilaian. Kinerja. Verifikasi. Legalitas. Pemegang Izin. Pedoman.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Kompetensi. Kelembagaan. Audit Lingkungan Hidup. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

MANUAL LEI 22-02: MANUAL LOGO << 1

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMILIK HUTAN HAK

Catatan Pengarahan FLEGT

BAB III STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3.1 Peraturan Perundang Undangan Standar Nasional Indonesia (SNI)

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TPT

Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan Departemen Kehutanan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 38/Menhut-II/2009 TENTANG STANDARD DAN PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TPT

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IUIPHHK DAN IUI

Nomor : P.38/Menhut-II/2009, Nomor : P.68/Menhut-II/2011, Nomor : P.45/Menhut-II/2012, dan Nomor : P.42/Menhut-II/2013

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA/PENGRAJIN

PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM

Komite Akreditasi Nasional

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat : kembali penilaian kinerja pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu pada pemegang izin atau pada hutan hak; c. ba

PRESS RELEASE Standar Pengelolaan Hutan Lestari IFCC (Indonesian Forestry Certification Cooperation) Mendapat Endorsement dari PEFC

4.12 SYARAT DAN KONDISI YANG MENGATUR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PROSES SERTIFIKASI 20/6/2012

PUP (Petak Ukur Permanen) sebagai Perangkat Pengelolaan Hutan Produksi di Indonesia

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA ETPIK NON-PRODUSEN

WALIKOTA MAKASSAR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Re

PROSES SERTIFIKASI Hal. 1 dari 8

DP INFORMASI KAN MENGENAI PROSEDUR AKREDITASI JANUARI 2004

2. Pelaksanaan verifikasi menggunakan standar verifikasi LK sebagaimana Lampiran 2.1, 2.2, 2.3, dan 2.4.

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IUIPHHK DAN IUI/TDI

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IUPHHK-HA/HT/RE/HAK PENGELOLAAN/IPK, DAN HUTAN NEGARA YANG DIKELOLA OLEH MASYARAKAT

RINGKASAN PUBLIK AKREDITASI TERHADAP LEMBAGA SERTIFIKASI PT. MUTUAGUNG LESTARI

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN REKTOR TENTANG PEDOMAN UMUM DAN AKADEMIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN. Pedoman Akademik 1

Identitas LV-LK : Identitas Auditee :

KERANGKA PROGRAM. Lokasi : Kab. Kuningan, Kab. Indramayu, Kab. Ciamis. Periode Waktu :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA. No.222, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Verifikasi. Akreditasi. Lembaga Bantuan Hukum. Organisasi Kemasyarakatan.

PENGUMUMAN PERUBAHAN SERTIFIKAT LEGALITAS KAYU (S-LK) DI CV SAUDARA BANGUN SEJAHTERA, KOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II PENERIMAAN MAHASISWA BARU

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN NOMOR : P.01/VI-BPHA/2007 TENTANG

SURAT KEPUTUSAN. Nomor : 027/EQC-KEP.Cert/Rev/XII/2013. Tentang

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

PEDOMAN PEMANTAUAN INDEPENDEN DALAM PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

DRAF REVISI. 6. ISO/IEC 17065:2012 Conformity Assessment Requirements for Bodies Certifying Products Processes and Services

5. Pengurus Lembaga Pendidikan Khusus di bidang Pasar Modal; SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.04/20...

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

P02 Rev.C 01/06/2016 : Pedoman Transfer Sertifikat PHPL dan Legalitas Kayu

LAMPIRAN II ORGANISASI LEMBAGA, UNIT SERTIFIKASI DAN KESEKRETARIATAN LEMBAGA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI NOMOR : P.14/PHPL/SET/4/2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

UNCONTROLLED WHEN DOWNLOAD

P01 Rev.C 01/06/2016 : Pedoman Penanganan Keluhan dan Banding

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

M E M U T U S K A N :

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2007

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA/PENGRAJIN

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR : P.95/Menhut-II/2014 TENTANG

Kebijakan NEPCon untuk Penyelesaian Sengketa

PEDOMAN PEMANTAUAN INDEPENDEN DALAM PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PENGUMUMAN PERUBAHAN SERTIFIKAT LEGALITAS KAYU (S-LK) DI PERUM PERHUTANI INDUSTRI KAYU WILAYAH I KBM IK CEPU, KABUPATEN BOJONEGORO PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA DEPARTEMEN DALAM NEGERI DENGAN LEMBAGA ASING NONPEMERINTAH

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 8 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2009

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE LISENSI UNIT SERTIFIKASI DAN TATA CARA PEMBERIAN LISENSI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SURAT KEPUTUSAN DEWAN PIMPINAN PUSAT PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA Nomor:2284/SK/DPP-PERSAGI/XI/2014 T E N T A N G

PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA

Transkripsi:

Jenis Dokumen : Usulan Status Dokumen : LEI III No. Dokumen : LEI-III/77/2 Tanggal : 19 Januari 2007 PEDOMAN LEI 77 SISTEM SERTIFIKASI BERTAHAP PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI 1. Pendahuluan Pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL) merupakan pengejawantahan dari konsep pembangunan berkelanjutan di bidang kehutanan. Untuk mencapai tujuan PHPL, diperlukan system pengelolaan hutan produksi yang menjamin kelestarian fungsi produksi, fungsi ekologi, dan fungsi social hutan. Namun permasalahannya terletak pada kesenjangan prakondisi yang kurang mendukung antara kondisi riil di lapangan dengan standard yang harus dicapai dalam PHPL. Sistem sertifikasi bertahap merupakan instrumen yang menjembatani kesenjangan antara kondisi riil di lapangan dengan standard yang harus dicapai dalam PHPL, melalui pelaksanaan kegiatan secara terencana dan bertahap yang disusun bersamasama dengan stakeholder kunci yang berkepentingan langsung dengan kegiatan pengelolaan suatu unit manajemen. Pelaksanaan Sistem Sertifikasi Bertahap PHPL dijabarkan dalam Pedoman LEI Seri 77 yang mencakup berbagai pedoman yang berkaitan dengan system tersebut. Standar acuan Pengelolaan Hutan Produksi Lestari adalah Standard LEI seri 5000 tentang Kerangka Sistem Pengelolaan Hutan Produksi Lestari. Keseluruhan standard acuan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari system sertifikasi bertahap PHPL. Unit manajemen yang mengikuti sertifikasi bertahap telah menunjukkan komitmennya untuk menuju pengelolaan hutan lestari sehingga perlu mendapatkan apresiasi para pihak, termasuk pasar, yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan perbaikan kinerjanya. 2. Ruang Lingkup Tujuan pedoman LEI 77 ini adalah untuk memberi panduan umum bagi proses pelaksanaan sertifikasi bertahap PHPL. Sistem sertifikasi bertahap PHPL mengatur tata laksana sertifikasi PHPL. 3. Pengertian 1 dari 8

Pengertian dari istilah-istilah yang berkaitan dengan sistem sertifikasi bertahap pengelolaan hutan produksi lestari merupakan pengertian istilah umum sertifikasi dan pengertian teknis kehutanan. Istilah-istilah berikut ini selanjutnya digunakan sebagai acuan. 1) Sertifikasi bertahap adalah kegiatan bertahap yang terencana oleh suatu unit manajemen (UM) atau unit usaha kehutanan (UUK) dalam upaya memenuhi tingkat kinerja yang disyaratkan oleh standard sertifikasi PHPL dan diverifikasi oleh lembaga sertifikasi. 2) Stakeholder adalah para pihak terkait yang berkepentingan langsung atas pengelolaan hutan oleh unit manajemen. 3) Konsultasi publik adalah pengumpulan persepsi stakeholder atas kinerja unit manajemen. 4) Rencana kegiatan adalah rencana program kerja yang disusun oleh unit manajemen untuk menyelesaikan rekomendasi dari Panel Pakar I dalam kurun waktu maksimal 4 tahun dengan memasukkan pertimbangan hasil konsultasi publik 5) Intensitas manajemen 6) Potensi hasil hutan 7) Potensi usaha 8) Panel Pakar adalah sekelompok orang, yang masing-masing memiliki keahlian dalam bidang ilmu tertentu dan/atau memiliki pengetahuan yang mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses sertifikasi pengelolaan hutan lestari atau sertifikasi lacak balak. 9) Penilai Lapangan 10) Lembaga Sertifikasi adalah badan hukum yang memiliki kompetensi untuk memberikan jasa sertifikasi pengelolaan hutan lestari dan telah diakreditasi oleh Lembaga Akreditasi. 11) Evaluasi 12) Unit Manajemen Hutan 13) Unit Usaha Kehutanan 4. Sistem Sertifikasi Bertahap Sistem sertifikasi bertahap PHPL dilakukan atas prinsip kesukarelaan (voluntarybased), transparansi, independensi, partisipatif, nondiskriminatif dan dapat dipertanggungjawabkan. Sistem sertifikasi bertahap dimaksudkan untuk memberikan panduan pengelolaan hutan lestari secara multipihak baik bagi pihak unit manajemen maupun unit usaha kehutanan dan para pihak lain yang akan terlibat dalam upaya pencapaian pengelolaan hutan lestari melalui sertifikasi. Tahapan system sertifikasi bertahap meliputi: 1. Aplikasi dan pengumuman publik 2. Penapisan 3. Penyusunan Rencana Kegiatan. 4. Pelaksanaan Rencana Kegiatan Sertifikasi Bertahap 5. Evaluasi Periodik 6. Penilaian Akhir 2 dari 8

7. Keputusan Sertifikasi 8. Surveillance / Penilikan 4.1.Aplikasi dan pengumuman publik Pada tahap ini, Unit Manajemen mengajukan permohonan sertifikasi dan menyatakan komitmentnya untuk mengikuti proses sertifikasi kepada Lembaga Sertifikasi, sedangkan Lembaga Sertifikasi mengumumkan kepada publik bahwa suatu Unit Manajemen akan mengikuti proses sertifikasi bertahap. Aspek-aspek dalam tahap aplikasi dan pengumuman publik meliputi: a) Pengajuan permohonan sertifikasi oleh Unit Manajemen kepada Lembaga Sertifikasi dengan melampirkan dokumen-dokumen sebagaimana ditetapkan dalam syarat pengajuan masing-masing sistem sertifikasi (PHAPL, PHTL, dan PHBML). b) Lembaga Sertifikasi mengumumkan kepada publik bahwa suatu Unit Manajemen akan menempuh proses sertifikasi bertahap. Hal ini dimaksudkan agar Lembaga Sertifikasi dapat mengundang masukan masyarakat untuk memperoleh informasi yang cukup bagi Panel Pakar I. 4.2.Penapisan. Penapisan dilakukan dengan tujuan untuk memilah Unit Manajemen melalui penilaian oleh Panel Pakar I untuk memutuskan layak tidaknya Unit Manajemen menempuh proses sertifikasi selanjutnya. Ada 2 kategori penapisan : 1) Penapisan terhadap Unit Manajemen yang memilih menempuh sertifikasi langsung. Panel Pakar I melakukan penapisan mengacu pada pedoman penapisan untuk sertifikasi pengelolaan hutan produksi lestari. 2) Penapisan terhadap Unit Manajemen yang memilih menempuh sertifikasi bertahap. Panel Pakar I melakukan penapisan mengacu pada pedoman penapisan untuk sertifikasi bertahap (-21). Proses penapisan oleh Panel Pakar I dalam konteks ini diperluas dengan melakukan penilaian faktor kritis, penilaian awal kesenjangan pencapaian kinerja pada setiap indikator, penetapan tipologi unit manajemen, melakukan konsultasi publik, menyusun rekomendasi perbaikan kinerja unit manajemen dan mengidentifikasi stakeholder kunci yang dapat memberikan peran bagi peningkatan kinerja indikator. Hasil Penapisan Panel Pakar I digunakan sebagai dasar bagi penyusunan rencana kegiatan menuju sertifikasi penuh. Panel Pakar I berdasarkan hasil penapisan membuat keputusan bagi Unit Manajemen yang terdiri dari 2 kategori : 3 dari 8

1) Apabila hasil penapisan menyatakan bahwa proses sertifikasi dapat dilanjutkan ke penilaian lapangan, Panel Pakar I merumuskan rekomendasi mengenai hal-hal penting yang perlu diklarifikasi lebih lanjut dalam penilaian lapangan. 2) Apabila hasil penapisan menyatakan bahwa proses sertifikasi dilanjutkan ke sertifikasi bertahap, Panel Pakar I menyusun rekomendasi mengenai hal-hal penting yang perlu dipenuhi oleh unit manajemen sebagai dasar penyusunan rencana kegiatan unit manajemen. 4.3.Penyusunan Rencana Kegiatan dalam Sertifikasi Bertahap. Jika Panel Pakar I memutuskan bahwa unit manajemen layak menempuh sertifikasi bertahap, maka unit manajemen harus menyusun rencana kegiatan (Workplan) untuk kurun waktu maksimal 4 tahun ke depan. Jangka waktu penyusunan rencana kegiatan maksimal 1 tahun. Rencana kegiatan yang telah disusun dan dikonsultasikan dengan stakeholder penting dan relevan (key stakeholder) selanjutnya diserahkan kepada Lembaga Sertifikasi untuk mendapatkan penilaian dan persetujuan Lembaga Sertifikasi. Proses penyusunan rencana kegiatan sertifikasi bertahap PHAPL dan PHTL diatur dalam -23 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kegiatan dan Pelaporan Sertifikasi Bertahap PHAPL dan PHTL. 4.4.Pelaksanaan Rencana Kegiatan Sertifikasi Bertahap Tahap pelaksanaan Sertifikasi Bertahap dimulai sejak Unit Manajemen telah menyusun rencana kegiatan untuk kurun waktu maksimal 4 tahun, serta telah dinilai dan disetujui oleh Lembaga Sertifikasi. Unit Manajemen akan mendapatkan pernyataan dari Lembaga Sertifikasi bahwa yang bersangkutan sedang menempuh proses sertifikasi bertahap. Pernyataan ini dapat digunakan dalam komunikasi bisnis oleh Unit Manajemen. Proses pelaksanaan sertifikasi bertahap merupakan tahap pelaksanaan rencana kegiatan yang dilakukan dalam kurum waktu maksimal 4 (empat) tahun, yaitu : 1) Realisasi rencana kegiatan unit manajemen yang menjadi target tahunan. 2) Apabila target tahun berjalan tidak tercapai maka dapat ditambahkan dan harus diselesaikan bersama-sama dengan target tahun berikutnya. Proses, hasil, maupun permasalahan yang dijumpai selama pelaksanaan sertifikasi bertahap didokumentasikan secara tertib oleh Unit Manajemen dan Lembaga Sertifikasi, seperti : laporan konsultasi publik, notulen rapat, berita acara, management review, dan lain-lain. 4.5.Evaluasi Periodik 1) Evaluasi periodik dilakukan untuk menilai hasil pelaksanaan rencana kegiatan setiap periode sampai dengan tahun ke - 4 sertifikasi bertahap. 2) Evaluasi periodik dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi. 3) Apabila dari hasil evaluasi periodik, kegiatan dinyatakan tidak memenuhi standard maka tahap selanjutnya tidak dapat dilanjutkan. 4 dari 8

4) Hasil evaluasi periodik disampaikan kepada Unit Manajemen, Lembaga Akreditasi (LEI) dan Departemen Kehutanan RI. 5) Lembaga Sertifikasi dapat menerbitkan pernyataan status perkembangan (progress statement) unit manajemen berdasarkan hasil evaluasi periodik dan dapat digunakan oleh Unit Manajemen untuk komunikasi bisnis (business to business communication). Proses evaluasi periodik sertifikasi bertahap untuk PHAPL dan PHTL diatur dalam -22, sedangkan tatacara penulisan laporan hasil evaluasi periodik diatur dalam -24. 4.6.Penilaian Akhir / Proses penilaian sertifikasi penuh. Penilaian akhir adalah proses penilaian unit manajemen berdasarkan kriteria dan indikator PHPL melalui perbandingan kondisi aktual dan standar yang ditetapkan untuk memutuskan kelulusan dan peringkat sertifikasi serta merumuskan rekomendasi untuk unit manajemen. Penilaian akhir merupakan proses penilaian sertifikasi penuh terhadap keseluruhan indikator, dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi. Penilaian akhir dilakukan pada tahun ke 5 Sertifikasi Bertahap, meliputi penilaian secara keseluruhan pelaksanaan rencana kegiatan dari tahun ke 1 sampai dengan tahun ke 4. Sumber informasi yang digunakan adalah laporan evaluasi periodik, laporan implementasi rencana kegiatan, masukan masyarakat, dan rekomendasi hasil penapisan. Pengambilan keputusan sertifikasi dilakukan oleh Panel Pakar II dari lembaga sertifikasi yang prosesnya mengacu pada Pedoman LEI 99-24 untuk PHAPL dan Pedoman LEI 99-34 untuk PHTL. 4.7.Keputusan Sertifikasi Hasil penilaian sertifikasi bertahap diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu lulus dan tidak lulus : 1) Unit Manajeman yang dinyatakan lulus proses sertifikasi bertahap akan mendapatkan sertifikat pengelolaan hutan lestari. 2) Unit Manajemen yang tidak lulus penilaian akhir dinyatakan gagal menempuh proses sertifikasi. Unit Manajemen dapat mengajukan kembali permohonan sertifikasi kepada Lembaga Sertifikasi. Untuk kepentingan perbaikan kinerja unit manajemen yang dinilai, maka hasil penilaian sertifikasi bertahap diklasifikasikan ke dalam 5 (lima) peringkat : a) Emas (terbaik); b) Perak; c) Perunggu; d) Tembaga; e) Seng (terburuk). 5 dari 8

Penetapan Keputusan Sertifikasi adalah proses pengesahan keputusan Panel Pakar II menjadi ketetapan lembaga sertifikasi. Dalam hal unit manajemen dinyatakan lulus, lembaga sertifikasi mengumumkannya secara terbuka melalui media massa, dan surat tertutup kepada pihak-pihak terkait dengan proses sertifikasi, baik dari kalangan pemerintah, LSM, maupun kalangan asosiasi/perkumpulan. 4.8.Penilikan / Surveillance Untuk menjaga kredibilitas ketetapan sertifikasi, lembaga sertifikasi menyelenggarakan kegiatan penilikan terhadap unit manajemen yang telah memperoleh sertifikat. Kegiatan penilikan dilakukan oleh suatu tim yang kualifikasi anggotanya setingkat Panel Pakar atau Penilai Lapangan Kepala. Penentuan anggota tim dan standar pelaksanaan penilikan akan diatur oleh lembaga sertifikasi yang mengacu pada Pedoman Penilikan (Surveillance) yaitu Pedoman LEI 99-26 untuk PHAPL dan Pedoman LEI 99-36 untuk PHTL. Pengumuman hasil penilikan dilakukan secara terbuka sesuai dengan sistem mutu lembaga sertifikasi yang bersangkutan. 4.9.Pencabutan, Penangguhan, Masa Berlaku, dan Perpanjangan Sertifikat 4.9.1 Pencabutan Sertifikat Sertifikat pengelolaan hutan produksi lestari yang telah diberikan oleh lembaga sertifikasi kepada unit manajemen hutan dapat dicabut apabila : a) Habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang; b) Hasil penilikan menyatakan bahwa sertifikat dicabut; c) Unit manajemen kehilangan hak usahanya; d) Pembubaran unit manajemen yang menerapkan PHPL; e) Dinyatakan melawan hukum; f) Atas permintaan tertulis dari pihak unit manajemen; g) Ketetapan Dewan Pertimbangan Sertifikasi yang menyatakan bahwa sertifikat dicabut. 4.9.2 Penangguhan Sertifikat Sertifikat PHPL yang telah diberikan kepada unit manajemen oleh lembaga sertifikasi dapat ditangguhkan apabila : a) Sebagian lokasi unit manajemen terkena bencana alam dan dinyatakan dapat mengganggu kelestarian sumber daya hutan; b) Unit manajemen berada dalam proses pengadilan atas tuduhan perbuatan melawan hukum; c) Ketetapan Dewan Pertimbangan Sertifikasi yang menyatakan bahwa sertifikat ditangguhkan. 4.9.3 Masa Berlaku dan Perpanjangan Sertifikat 6 dari 8

Masa berlaku sertifikat adalah 5 tahun. Sertifikat yang habis masa berlakunya dapat diperpanjang kembali. Proses perpanjangan sertifikat dilaksanakan dengan mempertimbangkan hasil penilikan. Permohonan perpanjangan harus diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa berlaku sertifikat berakhir. 4.9.4 Pengajuan kembali Unit Manajemen yang tidak lulus Sertifikasi Bertahap. Pengaturan pengajuan sertifikat bagi unit manajemen yang tidak lulus dalam proses sertifikasi bertahap adalah sebagai berikut : a) Bagi yang tidak lulus dalam proses penapisan, proses penilaian dilakukan dari tahapan penapisan; b) Bagi yang tidak lulus dalam proses evaluasi periodik, proses penilaian tidak melalui proses penapisan kembali, dengan syarat proses pengajuan sertifikasi kedua tidak lebih dari 6 bulan. c) Bagi yang tidak lulus dalam tahapan penilaian akhir, proses penilaian dilakukan dari tahapan penapisan. 4.9.5 Pengajuan ke Sertifikasi Bertahap bagi Unit Manajemen yang tidak layak meneruskan dalam proses sertifikasi langsung. Pengaturan pengajuan ke sertifikasi bertahap bagi Unit manajemen yang telah memilih menempuh sertifikasi langsung namun tidak lulus adalah sebagai berikut : 1) Bagi yang tidak lulus dalam proses penapisan pada proses sertifikas langsung, maka penilaian dilakukan dari tahapan penapisan sertifikasi bertahap dengan kedalaman penilaian ditambahkan seperti layaknya proses penapisan Sertifikasi Bertahap. 2) Bagi yang tidak lulus dalam penilaian lapangan, unit manajemen tidak perlu menempuh penilaian / verifikasi legalitas, sehingga dapat langsung dilanjutkan ke Sertifikasi Bertahap dengan menyusun rencana kegiatan. 5. Perubahan Sistem Sertifikasi Apabila terjadi perubahan/penyempurnaan atas Standar, Pedoman, dan Dokumen LEI, maka unit manajemen harus melakukan penyesuaian dengan sistem sertifikasi terbaru tersebut. Proses penilaian oleh Lembaga Sertifikasi terhadap penyesuaian atas sistem sertifikasi yang baru dilaksanakan maksimum 12 (dua belas) bulan setelah penetapannya. 7 dari 8

PROSEDUR SERTIFIKASI BERTAHAP Bagi UM Aplikasi Sertifikasi Bertahap APLIKASI UM MENEMPUH SERTIFIKASI BERTAHAP PENGUMUMAN PUBLIK R e a p I i k a s i m a k s i m u m 6 b u l a n PROSES PENAPISAN PANEL PAKAR I : 1. CEK DOKUMEN 2. CEK LAPANGAN/SCOPING 3. KONSULTASI PUBLIK 3. ANALISIS GAP SETIAP INDIKATOR 4. CEK ASPEK LEGALITAS 5. REKOMENDASI TIDAK LAYAK LAYAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK T 0 1 TAHUN EVALUASI KEGIATAN TAHUN KE-1, IMPLEMENTASI RENCANA KEGIATAN TAHUN KE-2 EVALUASI TAHUNAN KE-2 DAN IMPLEMENTASI RENCANA KEGIATAN TAHUN KE-3 EVALUASI TAHUNAN KE-3 DAN IMPLEMENTASI RENCANA KEGIATAN TAHUN KE-4 Pernyataan ke Buyers bahwa UM sedang menempuh Sertifikasi Bertahap 1. RENCANA KERJA 2. ASPEK LEGALITAS T 1 YA LANJUT KE IMPLEMENTASI KEGIATAN YA YA YA T 2 T 3 T 4 Batas waktu max 5 tahun FAIL FINAL ASSESSMENT DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN T 5 CERTIFIED Gambar 1. Prosedur Sertifikasi Bertahap 8 dari 8