Seminar Kajian Peraturan Pendanaan Dana Pensiun

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77/KMK.017/1995 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 113/PMK.05/2005 TENTANG

PEDOMAN PENGISIAN FORMULIR DATA ELEKTRONIK UNTUK LAPORAN AKTUARIS

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

UU No. 13/2003 Ketenagakerjaan Perkiraan Beban Pendanaan

PPMP vs PPIP a a new perspective

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

Yang Terlupakan Dari Pembahasan Kepmennaker(trans) (?):

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

Daftar Pustaka. Artikel:

BAB IV ANALISIS POSISI PENDANAAN DANA PENSIUN PLN TERHADAP KENAIKAN MANFAAT PENSIUN

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN

Sistem dan Beban Kesejahteraan Karyawan serta Pendanaannya

Sistem dan Beban Kesejahteraan Karyawan serta Pendanaannya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

- 1 - DANA PENSIUN. PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN AKTIVA BERSIH

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu badan hukum yang mengelola dan. menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun (Pasal 1 Undangundang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pensiun diibaratkan sebagai individu-individu yang melayani raja dan negara

- 6 - DANA PENSIUN. PROGRAM PENSIUN IURAN PASTI LAPORAN AKTIVA BERSIH

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 343/KMK.017/1998 TENTANG IURAN DAN MANFAAT PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Penjelasan atas UU Nomor 11 Tahun 1992 P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB II LANDASAN TEORI

PROGRAM PENSIUN/PROGRAM PENDANAAN & UUTK 13/2003: PENGUKURAN DAN PENGUNGKAPAN SESUAI PSAK-24 REVISI 2004

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 230/KMK.017/1993 TENTANG MAKSIMUM IURAN DAN MANFAAT PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENGUKUR POTENSI KEKURANGAN PROGRAM PENSIUN/PROGRAM PENDANAAN TERHADAP UUTK 13/2003

SURVEI KHUSUS DANA PENSIUN DAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN (SKDPP) TAHUN 2013

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk. SELAKU PENDIRI DANA PENSIUN SEMEN GRESIK. Nomor : 0033/Kpts/Dir/2014 TENTANG

Sistem dan Beban Kesejahteraan Karyawan serta Pendanaannya

PEDOMAN AKTUARIA DAN PENDANAAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2016 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1992

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Kenaikan Manfaat Pensiun dan Pemisahan Pendanaan

Undang-Undang Nomor 11 tahun 1992 Tentang Dana Pensiun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan-pendekatan yang menjelaskan pengertian tingkat kecukupan dana

Mengenal. Dana Pensiun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INFORMASI UMUM. Lampiran IIA Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor : KEP-4777/LK/2003 Tanggal : 21 Agustus

32/DP. Mengingat : 1. DANA PENSIUN

Lampiran III PENJELASAN SETIAP PERKIRAAN DALAM LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PMK.01/2007

DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN. LAPORAN AKTIVA BERSIH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KAITAN PROGRAM DANA PENSIUN DENGAN PENERAPAN PSAK NO. 24 (REVISI 2004) PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-368/KM.5/2005 TENTANG

PP Nomor 76 Tahun 1992 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

ADMINISTRASI. Kesejahteraan. PENSIUN. Tenaga Kerja. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

SALINAN KEPUTUSAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR : KEP-60/NB.1/2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. makin menjamurnya perusahaan-perusahaan asuransi baik yang dikelola oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana Pensiun merupakan suatu badan hukum yang mengelola dan

Sedangkan pengertian Pensiun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003; 850) adalah :

LAPORAN TAHUNAN DEWAN PENGAWAS DANA PENSIUN BRI TAHUN 2012

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 446 /Kpts/Dir/2011. Tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.219, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Program Tabungan Hari Tua. Kesehatan Keuangan.

MENGENAL DANA PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga menciptakan lingkungan persaingan yang semakin ketat hal ini. kesejahteraan masa tua karyawan dengan mengikuti

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).

Petunjuk Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah

KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN LIA No. 028/SK/P/V/2012 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN LIA PENGURUS YAYASAN LIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Manfaat Pasti (PPMP) dan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP).

Penerapan Metode Projected Unit Credit dan Entry Age Normal pada Asuransi Dana Pensiun (Studi Kasus : PT. Inhutani I Cabang Kabupaten Berau)

BAB II LANDASAN TEORITIS

NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN

PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Mata uang

Jakarta, 22 Maret 2017 Direktorat Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan IKNB

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 343/KMK.017/1998 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PSAK 18 PROGRAM PURNA KARYA (REVISI 2010) Retirement Benefit Plans Pelaporan

INDONESIA. Half-day Seminar: Sistem dan Beban Kesejahteraan Pekerja serta Pendanaannya DAYAMANDIRI DHARMAKONSILINDO. Hotel Manhattan, 30 November 2006

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 50/PMK.010/2012 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

A. LAPORAN PENGURUS. I. Kepesertaan 1. Jumlah Peserta per 31 Desember 2010.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SOSIALISASI PROGRAM PENSIUN PADA FORUM PERWAKILAN PESERTA AKTIF, UNSUR PENSIUNAN dan SERIKAT PEKERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 18 AKUNTANSI DANA PENSIUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

Hotel Sheraton Media, Jakarta, 4 September 27 Steven Tanner Seminar Kajian Peraturan Pendanaan Dana Pensiun Biro Dana Pensiun DAYAMANDIRI DHARMAKONSILINDO Providing Professional Actuarial Consulting Services

Daftar Isi Pendanaan Laporan Aktuaris Pernyataan Aktuaris Asumsi Aktuaria Cost Sharing Kekayaan Untuk Pendanaan Iuran Tambahan 2

Pendanaan (1) Aspek pendanaan merupakan salah satu asas penting yang terkandung dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku di bidang dana pensiun Tujuan pokok dari pendanaan suatu program pensiun adalah untuk menyediakan dana yang cukup guna memenuhi kewajiban dana pensiun, kepada peserta, tepat waktu, dengan cara menghimpun secara teratur, terencana dan sistematis Sebagai jaminan terpenuhinya janji pemberi kerja Diperlukan adanya teknik pengukuran dan perhitungan kewajiban secara handal yang menghasilkan suatu pola pendanaan goingconcern yang teratur, terencana dan sistematis pula 3

Pendanaan (2) Pemilihan metode Biaya sebenarnya tidak dapat diketahui secara pasti sampai semua peserta habis Sebagai sarana untuk memperkirakan pembiayaan dari sudut timing Petunjuk pemilihan Kemampuan pembentukan kekayaan yang dapat memenuhi pembayaran manfaat pensiun, atau security Kemampuan menghasilkan tingkat iuran yang tidak dipengaruhi oleh fluktuasi perbedaan realisasi dari asumsi, atau stability Kemampuan menghasilkan pendanaan yang tidak berlebihan dan tidak kekurangan, atau liquidity Pendapat dan masukan dari pihak-pihak terkait (pemberi kerja, dewan pengawas dan pengurus) 4

Laporan Aktuaris Hasil yang diperoleh dari teknik pengukuran dan perhitungan dimaksud harus dituangkan dalam bentuk laporan aktuaris Laporan mengenai kewajiban Dana Pensiun dan iuran kepada Dana Pensiun beserta metode, asumsi dan data yang dipergunakan untuk melakukan perhitungan aktuaria, yang disusun di bawah arahan dan ditandatangani oleh aktuaris Laporan aktuaris merupakan dokumen penting karena menjadi dasar pembayaran iuran-iuran oleh pemberi kerja ke Dana Pensiun Muatan dalam laporan aktuaris yang wajib dibuat adalah pernyataan aktuaris dan informasi serta asumsi yang mendasari dibuatnya pernyataan aktuaris 5

Pernyataan Aktuaris Pernyataan bahwa data yang diterima oleh aktuaris, sepanjang pengetahuannya, lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan untuk maksud penyusunan laporan aktuaris, dan untuk itu telah dilakukan pengujian guna menilai keandalannya Pernyataan bahwa laporan aktuaris dimaksud Memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku Telah disusun berdasarkan peraturan dana pensiun Menggunakan asumsi-asumsi yang dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai untuk Dana Pensiun yang bersangkutan Menggunakan metode-metode perhitungan yang sesuai dengan prinsipprinsip aktuaria yang wajar dan diterima secara umum Penegasan mengenai besaran hasil perhitungannya secara rinci 6

Asumsi Aktuaria (1) Umum Harus mencerminkan penilaian mengenai keadaan di masa yang akan datang, dengan memperhitungkan dan memperhatikan keadaan Dana Pensiun yang bersangkutan Asumsi yang dipilih harus sesuai dengan prinsip-prinsip aktuaria yang wajar dan diterima secara umum dan harus dipahami secara utuh dalam satu kesatuan (terkait), tidak dipahami secara sendiri-sendiri (terisolasi) Penggunaannya harus konsisten Tidak menghasilkan pembiayaan yang berlebihan atau kekurangan Peran dan keterlibatan pemberi kerja dalam penetapan dan pemilihan asumsi sangat diperlukan sebelum perhitungan dilakukan 7

Asumsi Aktuaria (2) Asumsi-asumsi Asumsi ekonomis Tingkat bunga, tingkat kenaikan gaji dan tingkat kenaikan manfaat pensiun berkala Asumsi penyusutan aktuaria (decrements) Peluang terjadinya pensiun normal, pensiun dipercepat dan pensiun wajib, tingkat kecacatan, tingkat kematian, tingkat pengunduran diri Asumsi lain-lain Struktur keluarga, perbedaan usia antara peserta dengan istri/suami, asumsi usia peserta baru di masa datang, biaya pengelolaan, pajak atas manfaat pensiun bila ditanggung oleh Dana Pensiun Harus ada justifikasi dari setiap asumsi yang digunakan 8

Asumsi Aktuaria (3) Tabel mortalita Tabel-tabel mortalita berisikan nilai peluang hidup Untuk rumus sekaligus, lebih tinggi peluang hidup lebih rendah nilai kewajiban yang diperoleh Mirip dengan pola pembiayaan asuransi jiwa Untuk rumus bulanan, lebih tinggi peluang hidup lebih tinggi nilai kewajiban yang diperoleh 9

Asumsi Aktuaria (4) Harapan hidup (tahun) 1

Cost Sharing Penyelenggaraan program pensiun secara kelompok (bermitra, lebih dari satu pemberi kerja) dengan hanya mendirikan satu Dana Pensiun Hanya karena berada dalam kendali suatu kelompok usaha saja atau terbuka untuk umum, atau untuk efisiensi pengelolaan secara administratif saja atau termasuk kebersamaan secara keuangann Haruskah setiap pemberi kerjabertanggungjawab atas pendanaan program pensiun yang berkaitan dengan karyawannya? Cost sharing menghasilkan subsidi silang dalam pembiayaan Dapat menimbulkan kondisi yang tidak fair Pemberi kerja yang kenaikan gajinya tinggi akan mendapat subsidi dari pemberi kerja yang kenaikan gajinya rendah 11

Kekayaan Untuk Pendanaan (1) Digunakan untuk menetapkan kualitas pendanaan Aktiva Bersih dikurangi dengan Kekayaan dalam sengketa atau yang diblokir oleh pihak yang berwenang Piutang iuran yang belum disetor lebih dari 3 bulan Kekayaan yang ditempatkan di luar negeri Piutang lain-lain dan aktiva lain-lain Selisih lebih nilai investasi nilai investasi per pihak Selisih lebih nilai investasi (tanah/bangunan) Aktuaris menetapkan besar Kekayaan Untuk Pendanaan berdasarkan laporan keuangan 12

Kekayaan Untuk Pendanaan (2) Mungkinkah aktuaris diberikan kewenangan untuk menentukan kekayaan yang layak untuk diperhitungkan sebagai pendanaan selain dari hanya berdasarkan padalaporan keuangan? Haruskah aktuaris, misalnya, menentukan sendiri nilai wajarnya atas dasar peluang terjualnya investasi pada tanah dan bangunan selain dari nilai wajar dalam laporan keuangan? Mungkinkah penilai independen yang harusdiberikan kewenangan untuk itu? Pembatasan penggunaan kekayaan tidak dimaksudkan untuk menciptakan kondisi double financed Lebih pada pengendalian resiko agar pemberi kerja lebih berhati-hati dan agar hak-hak peserta dapat lebih terjamin ketersediaan dananya 13

Iuran Tambahan (1) Defisit Dalam hal terdapat Defisit, dilunasi dengan Iuran Tambahan Iuran Tambahan dapat terdiri dari Iuran Tambahan melunasi Defisit Pra-Undang-undang Iuran Tambahan melunasi Defisit Masa Kerja Lalu yang diperhitungkan sebagai Kekurangan Solvabilitas, DMKL (K/S) Iuran Tambahan melunasi Defisit Masa Kerja Lalu selain yang telah diperhitungkan sebagai Kekurangan Solvabilitas, DMKL (non K/S) Perlu mengungkapkan dalam laporan aktuaris metode angsuran yang digunakan, pada awal, pertengahan atau akhir periode dan standarisasi perhitungan faktor pembagi angsuran (anuitet) 14

Iuran Tambahan (2) Perhitungan (1) Experience Defisit/Surplus Keterangan Kewajiban Solvabilitas Kewajiban Aktuaria Kekayaan Untuk Pendanaan Defisit NS sisa DMKL (K/S) NS sisa DMKL (non K/S) DMKL (K/S) baru DMKL (non K/S) baru I/Tambahan DMKL (K/S) I/Tambahan DMKL (non K/S) 31/12/26 1,18 1,684 1, 684 18 576 3 = 18 / 36 16 = 576 / 36 31/12/27 1,3 1,9 1,2 7 72 384 1) Masa angsuran Iuran Tambahan 31/12/26 = 36 bulan dan tanpa memperhitungkan bunga 15

Iuran Tambahan (3) Perhitungan (1) Experience Defisit/Surplus Keterangan Kewajiban Solvabilitas Kewajiban Aktuaria Kekayaan Untuk Pendanaan Defisit NS sisa DMKL (K/S) NS sisa DMKL (non K/S) DMKL (K/S) baru DMKL (non K/S) baru I/Tambahan DMKL (K/S) I/Tambahan DMKL (non K/S) 31/12/26 1,18 1,684 1, 684 18 576 3 = 18 / 36 16 = 576 / 36 31/12/27 1,3 1,9 1,2 7 72 384 28 216 1) Masa angsuran Iuran Tambahan 31/12/26 = 36 bulan dan tanpa memperhitungkan bunga 16

Iuran Tambahan (4) Perhitungan (1) Experience Defisit/Surplus Keterangan Kewajiban Solvabilitas Kewajiban Aktuaria Kekayaan Untuk Pendanaan Defisit NS sisa DMKL (K/S) NS sisa DMKL (non K/S) DMKL (K/S) baru DMKL (non K/S) baru I/Tambahan DMKL (K/S) I/Tambahan DMKL (non K/S) 31/12/26 1,18 1,684 1, 684 18 576 3 = 18 / 36 16 = 576 / 36 31/12/27 1,3 1,9 1,2 7 72 384 28 216 3 + 28 / 24 16 + 216 / 24 1) Masa angsuran Iuran Tambahan 31/12/26 = 36 bulan dan tanpa memperhitungkan bunga 17

Iuran Tambahan (5) Perhitungan (2) Experience Defisit/Surplus Keterangan Kewajiban Solvabilitas Kewajiban Aktuaria Kekayaan Untuk Pendanaan Defisit NS sisa DMKL (K/S) NS sisa DMKL (non K/S) DMKL (K/S) baru DMKL (non K/S) baru I/Tambahan DMKL (K/S) I/Tambahan DMKL (non K/S) 31/12/26 1,18 1,684 1, 684 18 576 3 = 18 / 36 16 = 576 / 36 31/12/27 1,3 1,9 1,5 4 72 384 1) Masa angsuran Iuran Tambahan 31/12/26 = 36 bulan dan tanpa memperhitungkan bunga 18

Iuran Tambahan (6) Perhitungan (2) Experience Defisit/Surplus Keterangan Kewajiban Solvabilitas Kewajiban Aktuaria Kekayaan Untuk Pendanaan Defisit NS sisa DMKL (K/S) NS sisa DMKL (non K/S) DMKL (K/S) baru DMKL (non K/S) baru I/Tambahan DMKL (K/S) I/Tambahan DMKL (non K/S) 31/12/26 1,18 1,684 1, 684 18 576 3 = 18 / 36 16 = 576 / 36 31/12/27 1,3 1,9 1,5 4 72 384 1) Masa angsuran Iuran Tambahan 31/12/26 = 36 bulan dan tanpa memperhitungkan bunga 16 19

Iuran Tambahan (7) Perhitungan (2) Experience Defisit/Surplus Keterangan Kewajiban Solvabilitas Kewajiban Aktuaria Kekayaan Untuk Pendanaan Defisit NS sisa DMKL (K/S) NS sisa DMKL (non K/S) DMKL (K/S) baru DMKL (non K/S) baru I/Tambahan DMKL (K/S) I/Tambahan DMKL (non K/S) 31/12/26 1,18 1,684 1, 684 18 576 3 = 18 / 36 16 = 576 / 36 31/12/27 1,3 1,9 1,5 4 72 384 16 + 16 + 16 / 24 1) Masa angsuran Iuran Tambahan 31/12/26 = 36 bulan dan tanpa memperhitungkan bunga 2

Iuran Tambahan (8) Perubahan asumsi aktuaria Perubahan asumsi tentu diperkenankan sepanjang dapat dipertanggungjawabkan dan memiliki dasar yang kuat untuk berubah Didasarkan pada realisasi asumsi secara konsisten berbeda dengan asumsi yang digunakan Setiap perubahan tentu harus ada justifikasi mengapa diubah Ketentuan yang berlaku saat inibagipelunasan Iuran Tambahan dalam hal terdapat perubahan asumsi aktuaria dan atau metode perhitungan aktuaria pada laporan aktuaris baru Rangkaian Iuran Tambahan bulanan harus terus dibayarkan sesuai dengan penetapan pada laporan aktuaris sebelumnya 21

Informasi Untuk memperoleh softcopy materi ini, kami persilakan Bapak/Ibu mengirim e-mail ke infocenter@dayamandiri.co.id, atau dapat Bapak/Ibu mengunduhnya (download) sendiri di website kami, http://www.dayamandiri.co.id 22