BACK SCHOOL SEBAGAI SALAH SATU MANAJEMEN TERAPI KONSERVATIF UNTUK NYERI PUNGGUNG BAWAH

dokumen-dokumen yang mirip
REHABILITASI STROKE FASE AKUT

BAB I PENDAHULUAN. LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa situasi dan kondisi pekerjaan, baik tata letak tempat kerja atau

PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN ULTRASOUND PADA LOW BACK PAIN KINETIK

LAYANAN REHABILITASI MEDIK DALAM KEJADIAN KEGAWATDARURATAN. dr Luh K Wahyuni, SpKFR-K*, dr Fitri Anestherita, SpKFR

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kerja bagi tubuh dalam aspek ergonomi (Windi, Rasmidar Samad 2015).

BAB I. gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di setiap negara. Di dunia, sedikitnya 50% dari semua petugas. mencapai 80% dari semua tenaga kesehatan.

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN WILLIAM S FLEXION EXERCISES PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION PADA

BAB I PENDAHULUAN. Dunia globalisasi menuntut masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Association for Study of Pain (IASP) dalam Potter & Perry

BAB I. punggung bawah. Nyeri punggung bawah sering menjadi kronis, menetap atau. sehingga tidak boleh dpandang sebelah mata (Muheri, 2010).

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut sebagai nyeri pinggang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. keluhannya seringkali rancu, sehingga pasien selalu menduga panyakitnya ada di

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga

BAB I PENDAHULUAN. lokal di bawah batas kosta dan di atas lipatan glutealis inferior, dengan atau tanpa

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. merupakan gejala terbanyak kedua, setelah masalah saluran pernapasan atas, yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN. dan produktifitas tenaga kerja serta perbaikan mutu produk dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. NPB lebih kurang 15% - 20% dari populasi, yang sebagian besar merupakan NPB

NYERI DAN EFEK PLASEBO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Untuk mendapatkan kekuatan fisik serta kesehatan tubuh selain

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB III METODE PENELITIAN. untuk membandingkan adakah perbedaan Visual Analog Scale (VAS)

PENGARUH WILLIAM FLEXION EXERCISE DAN CORE STABILIZATION EXERCISE TERHADAP NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam

Pembimbing: dr Tumpal Siagian, Sp.S. Allert Benedicto Ieuan Noya (07-110)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada

BAB I PENDAHULUAN. Unit perawatan intensif atau yang sering disebut Intensive Care Unit

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, baik fisik, mental, dan sosial. Maka diperlukan suatu kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat tersebut menuntut kualitas

I. PENDAHULUAN. dari berbagai sebab (kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2011). Nyeri ini dapat menjalar ke tungkai bawah posterior lateral dan ke lutut

PREVENSI & REHABILITASI KARDIOVASKULAR DI RSJPDHK

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. memberikan prioritas pada upaya promotif dan preventif tanpa

BAB I PENDAHULUAN. bertambah cenderung lebih cepat (Bandiyah, 2009). tujuh tulang (vertebra) dengan bantalan lunak (cakram) antara masing-masing

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia hidup pasti bergerak, termasuk ketika sedang melakukan aktivitas kerja

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah

CASE REPORT SESSION LOW BACK PAIN OLEH : Dani Ferdian Nur Hamizah Nasaruddin PRESEPTOR: Tri Damiati Pandji,dr.,Sp.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. paling sering terjadi. Menurut Harrianto (2009) NPB banyak diderita oleh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penentu negara ini memiliki investasi sumber daya manusia yang

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

Integrated Care for Better Health Integrasi Layanan untuk Kesehatan Yang Lebih Baik

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, terutama di negara-negara industri. Sekitar 70-85% dari seluruh

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah merupakan kasus yang banyak ditemui. dalam praktek sehari-hari, umumnya menyerang semua orang tanpa

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

ABSTRAK HUBUNGAN POSISI KERJA DOKTER GIGI TERHADAP LOW BACK PAIN DI RSKGM KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Gagal jantung kronik (GJK) merupakan penyakit yang sering muncul dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah menyelenggarakan. bagian-bagian integral dari pembangunan nasional.

tumpul, aching, dan menyebar, yang dapat berubah menjadi nyeri akut pada saat rahang berfungsi serta menyebabkan disfungsi mandibular berupa

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

CASE REPORT SESSION OSTEOARTHRITIS. Disusun oleh: Gisela Karina Setiawan Abednego Panggabean

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

LAMPIRAN II. Kuisioner Prevalensi Low Back Pain

PEMULIHAN KONTROL MOTORIK PENDERITA STROKE DENGAN MOTOR RELEARNING PROGRAMME

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan masalah kesehatan, sosial, ekonomi yang penting di seluruh dunia dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

PROFIL PASIEN KONTRAKTUR YANG MENJALANI PERAWATAN LUKA BAKAR DI RSUD ARIFIN ACHMAD PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2013

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Transkripsi:

MAKALAH BEBAS TINJAUAN PUSTAKA BACK SCHOOL SEBAGAI SALAH SATU MANAJEMEN TERAPI KONSERVATIF UNTUK NYERI PUNGGUNG BAWAH Vitriana,dr Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin, Bandung ABSTRAK Nyeri punggung bawah merupakan suatu gejala yang banyak terjadi di masyarakat. Statistik menunjukkan bahwa hampir 90% masyarakat pernah mengalami episode nyeri punggung bawah yang menyebabkan disabilitas. Sekitar 80% dari kasus tersebut mempunyai prognosis yang baik dengan atau tanpa terapi dan hampir sebagian besar nyeri punggung bawah tersebut dapat dicegah. Mengingat hal tersebut, terapi konservatif (salah satunya berbentuk back school) sebagai salah satu bentuk terapi nyeri punggung bawah menjadi sangat penting. Back school merupakan suatu bentuk pendidikan dan pelatihan pengajaran cara perawatan kesehatan punggung dan mekanika tubuh agar pasien dapat menolong dirinya sendiri untuk kembali ke aktivitas normal serta mencegah insidensi lanjut sakit punggung bawah. Saat ini keberhasilan back school telah dapat dibuktikan di berbagai negara dengan adanya penurunan rekurensi nyeri punggung bawah pada peserta yang mengikutinya. Mengacu pada keberhasilan tersebut maka diharapkan program back school dapat berkembang di masa yang akan datang di Indonesia. Kata Kunci : nyeri punggung bawah - terapi konservatif - back school I. Pendahuluan Nyeri punggung bawah merupakan suatu keadaan yang menyebabkan inefisiensi pekerjaan dan kondisi yang paling banyak membutuhkan perawatan kesehatan. Hal ini menyebabkan timbulnya gangguan dalam produktifitas kerja sehingga secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi ekonomi. 1

Konsep back school (program edukasi tulang belakang) merupakan salah satu bentuk manajemen konservatif nyeri punggung bawah yang paling penting saat ini. Dengan program ini terbukti gejala nyeri punggung bawah akan berkurang sehingga produktifitas dapat dipertahankan (1,2). II. Definisi Back School Secara terbatas, back school didefinisikan sebagai suatu fasilitas pendidikan dan latihan yang mengajarkan perawatan kesehatan punggung serta mekanika tubuh agar pasien dapat kembali ke aktivitas normal sehari-harinya dan mencegah insidensi lebih lanjut sakit punggung bawah (1). Dalam definisi luas, back school menekankan pada edukasi dini masyarakat, edukasi spesifik dan terapi seluruh pasien dengan berbagai bentuk sakit punggung bawah, perubahan tempat industri dan deskripsi kerja yang baik, perawatan pasien di rumah sakit sebelum dan sesudah operasi, pengontrolan rasa nyeri, serta pengembangan materi pelajaran nyeri punggung bawah di seluruh segmen masyarakat (1). III. Tujuan Back School Tujuan umum back school adalah mengajarkan pasien bagaimana cara menolong diri sendiri melalui suatu program yang komprehensif tentang perawatan punggung melalui pendekatan kognitif, fisik serta perilaku. Untuk mencapai hal tersebut, program harus diterangkan secara jelas dan dilakukan secara benar serta berulang kali sejak awal. Dalam program ini tenaga profesional kesehatan hanya akan berperan sebagai mentor untuk membantu pasien. Tujuan jangka pendek program back school adalah mengurangi nyeri, mendorong pasien melakukan istirahat dengan cara yang baik, menekankan baiknya prognosis untuk sebagian besar masalah nyeri punggung. 2

Tujuan jangka panjang program back school adalah meningkatkan kemampuan fungsional pasien nyeri punggung bawah dengan cara meningkatkan pengetahuan tentang anatomi, memperbaiki postur dan mekanika tubuh (proper body mechanics), memperbaiki kekuatan dan fleksibilitas, menerima tanggung jawab yang diberikan untuk pemulihan dirinya sendiri serta memperbaiki kondisi fisik secara umum untuk membantu mencegah nyeri punggung bawah yang sifatnya rekuren (1,2,3,5). IV. Program Back School Program Back School saat ini bervariasi di setiap pusat kesehatan, tergantung dari jumlah pasien, kemampuan pusat kesehatan, tehnik pendekatannya, kerjasama dan kemampuan pasien melakukan ide-ide yang disampaikan instruktur. Tidak ada konsensus dalam literatur tentang lama dan durasi yang diperlukan untuk memberikan suatu program back school, hanya disarankan agar program berlangsung minimum 6 jam selama lebih dari dua minggu kunjungan untuk memberikan dasar pengetahuan dan program latihan yang baik bagi pasien. Durasi ini akan bervariasi, tergantung berbagai faktor, seperti motivasi, kesadaran kinestetik, bentuk nyeri punggung dan lama disabilitas yang dialami pasien. Suatu program back school komprehensif dimulai dengan evaluasi pasien pada awal program yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian informasi yang penting dan diakhiri dengan latihan. Bentuk dan jenis informasi yang disampaikan disesuaikan kebutuhan pasien, sementara cara yang paling efektif untuk memberikan informasi, disarankan dalam bentuk kelompok peserta berjumlah kecil disertai alat bantu visual dan pendekatan individual (5,6,7). Walaupun setiap program back school berbeda-beda untuk setiap pusat kesehatan, tetapi umumnya mencakup (1,3-14) : Edukasi-mekanika tulang belakang, anatomi dan fisiologi, tehnik mengangkat dan membawa barang, ergonomi (memilih alat, perlengkapan, furniture, 3

mempertimbangkan bentuk, ukuran serta berat beban untuk meminimalkan strain tulang belakang) Saran postur yang baik pada posisi berdiri, duduk dan berbaring Pengetahuan tentang kesehatan secara secara umum dan gizi Program latihan stabilisasi tulang belakang yang netral dengan melakukan latihan fleksibilitas, latihan penguatan, latihan ketahanan otot dan kardiovaskular, latihan koordinasi pergerakan serta latihan relaksasi Pendekatan psikologis (membangun kepercayaan diri) dan interaksi sosial V. Macam-macam Back School dan Keberhasilannya Di bawah ini contoh beberapa back school yang sudah berjalan di beberapa pusat kesehatan (2,3,5) : 1. The Swedish Back School Dirancang sebagai suatu program pemberian informasi umum untuk pasien nyeri punggung bawah akut dan kronik. Program diberikan selama lebih dari 2 minggu dengan 4 kali kunjungan berdurasi 45 menit. Pasien dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 8 orang, diberikan informasi mengenai epidemiologi, anatomi, fungsi punggung, terapi modalitas dan posisi yang baik untuk beristirahat. Selanjutnya pasien juga diinformasikan tentang masalah strain punggung yang berhubungan dengan postur buruk dan aktivitas kerja, cara untuk mengurangi strain dan metode umum untuk memperbaiki kondisi umum. 2. The Canadian Back School Berorientasi untuk terapi nyeri punggung bawah kronik melalui pendekatan psikologis untuk mendorong pasien agar bertanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri. Pertemuan dilakukan pada 20 orang pasien satu kelompok, berlangsung selama 4 minggu dengan total durasi pertemuan 90 menit. Pada dua minggu pertama informasi yang diberikan sama dengan apa yang diberikan oleh The Swedish Back School. Pada minggu ke tiga, dijelaskan mengenai aspek 4

emosional nyeri kronik dan menjelaskan hubungannya dengan kecemasan, ketegangan otot dan nyeri. Pertemuan terakhir (minggu ke empat), diinformasikan tentang metode terapi fisik untuk relaksasi dan memperbaiki kekuatan otot. Hall melaporkan bahwa dari 6418 partisipan program ini, terjadi perbaikan nyeri punggung pada 64% partisipan dan 97% menyatakan bahwa program ini sangat membantu. 3. The Californian Back School Ditujukan untuk pasien nyeri punggung bawah akut. Komponen utamanya adalah suatu obstacle course yang dilakukan pada hari pertama untuk menilai penampilan fisik secara objektif sehingga diketahui postur atau pergerakan yang menyebabkan nyeri. Program berlangsung selama 3 minggu untuk 90 menit kunjungan setiap minggunya, dengan kunjungan ke empat dilakukan 1 bulan berikutnya. Pasien dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 orang. Pada kunjungan pertama dilakukan obstacle course dan pendidikan dasar anatomi, fisiologi dan sejumlah aktivitas yang harus dihindari. Kunjungan ke dua menekankan pada latihan obstacle course, menerangkan tentang mekanik tubuh dan program latihan di rumah. Kunjungan selanjutnya, dilakukan tes untuk menguji hasil obstacle course dan infomasi yang telah diberikan sebelumnya. Pada kunjungan ulang kemudian akan dibahas mengenai masalah mekanik secara individual. Dari 300 pasien nyeri punggung bawah akut yang mengikuti program ini, 89% tidak memerlukan terapi medis lebih lanjut dan 95% kembali ke aktivitas normal serta 64% partisipan tidak mengalami perubahan pada gaya hidupnya. 4. The Low Back Club Pada tahun 1986 sebuah prototipe back program komprehensif untuk pasien rawat jalan yang diberi nama The Low Back Club telah dimulai di kampus Abbott-Northwestern Hospital, Minneapolis. Tujuannya adalah untuk merubah program terapi pasien rawat inap rumah sakit yang dimulai 10 tahun sebelumnya 5

ke dalam suatu program yang lebih modern dan bersifat cost-effective. Dengan mengkombinasikan program back school dan terapi fisik, program ini mengupayakan agar pasien dengan 5 hari program rawat jalan dapat melakukan program terapi secara independen di rumah sehingga dapat mempertahankan kesehatan punggungnya untuk waktu yang lama. Selain hal tersebut diatas The Low Back Club bertujuan pula untuk mengurangi perasaan cemas, terisolasi dan ketakutan pasien-pasien setelah rawat inap, menggantikan perasaan itu dengan perasaan persahabatan serta mendorong pasien untuk membantu dirinya sendiri menuju keadaan yang sehat. Seluruh partisipan The Low Back Club pernah mempunyai riwayat nyeri punggung bawah yang berhubungan dengan disabilitas. Partisipan kelompok ini bergabung dalam kelompok kecil terdiri dari 6-10 orang pasien. Pada setiap kelompok ditekankan perlunya kepercayaan terhadap diri sendiri dan rasa tanggung jawab. Pasien diberi semangat untuk merubah pola ketergantungan terhadap tenaga kesehatan. The Low Back Club telah terbukti sangat berhasil. Pada sampel sebanyak 21 pasien hanya 9,5% yang memerlukan terapi tambahan. Daftar pertanyaan yang diajukan pada partisipan telah menunjukkan bahwa 84,6% menyatakan telah mendapatkan hasil yang baik berdasarkan skala nyeri, penilaian fungsional, level aktivitas, dapat kembali ke pekerjaannya dan opini pasien. Pada saat ini model The Low Back Club telah berkembang menjadi suatu program komprehensif untuk industri. Dalam melakukan hal ini, penekanan utama ditujukan pada pengindentifikasian pekerja yang cedera dan memasukannya ke dalam program, 24-48 jam setelah cedera akut. Hal ini dilakukan agar dapat mengembalikan seseorang yang tidak mempunyai kelainan neurologis sehingga dapat kembali bekerja dalam hitungan hari. 6

VI. Kesimpulan Back school telah terbukti merupakan cara yang efektif untuk mendidik pasien dengan nyeri punggung bawah akut ataupun kronis. Pasien yang menderita nyeri punggung bawah seharusnya menjalani program back school (program edukasi tulang belakang) sedini mungkin. Dalam back school pasien diharapkan dapat menolong dirinya sendiri dan mengurangi berulangnya nyeri punggung bawah. Keberhasilan back school ditentukan oleh kerjasama pasien, tehnik pendekatan, tim kesehatan yang profesional serta kombinasi dengan terapi lainnya. Informasi yang dibeirkan haruslah disesuaikan dengan kebutuhan partisipan dan seluruh tim kesehatan harus memberikan informasi secara konsisten kepada pasien. VII. Daftar Pustaka 1. Cailliet R. Low Back Pain Syndrome. Philadelphia : F.A. Davis Company; 1995.p. 1-93,276-301. 2. Hepper E, Kirkaldy-Willis E, Saunders, R. Back School. In : Burton C, Kirkaldy-Willis W, editors. Managing Low Back Pain. New York : Churchill Livingstone;1992.p.263-82. 3. Borenstein D, Wiesel S, Boden S. Anatomy dan Biomechanics of the Lumbosacral Spine. In: Low Back Pain : Medical Diagnosis and Comprehensive Management. Philadelphia : W.B. Saunders Company; 1995.p.3-21,641-43. 4. Reyes T.M., Luna Reyes O.B. Kinesiology. Manila : U.S.T. Printing Office; 1978.p.21-50. 5. Fardon DF. Back School. In : Hochscholer S.H., Cutler H.B., Guyer R.D. editors. Rehabilitation of The Spine : Science and Practice. Philadelphia : Mosby; 1993.p.725-40. 6. Swezey R.L and Swezey A. Back Protection Principles and Fundamentals. In : Good News For Bad Backs. New York : Knightsbridge Publishing Company; 1990.p.147-65 7. Lynne A. White. The Evolution of Back School. In : Ocupational Medicine- Back School Programs. Philadelphia : Hanley & Belfus, Inc.,.p.1-4 8. Jensen C, Schultz G, Bangerter B. In:Applied Kinesiology and Biomecanics. New York : McGraw-Hill; 1983.p.111-19, p. 272-75 9. Martin L. Back Basics : General Information For Back School Participants. In : Ocupational Medicine-Back School Programs. Philadelphia : Hanley & Belfus, Inc.;.p. 9-12 7

10. Robinson R. The New Back School Prescription : Stabilization Training Part I. In : Ocupational Medicine-Back School Programs. Philadelphia : Hanley & Belfus, Inc.p.17-23 11. Weinstein S.M, Herring S.A, Cole A.J. Rehabilitation of the Patient with Spinal Pain. In : DeLisa J.A, editors. Rehabilitation Medicine : Principles and Practise.Philadelphia : Lippincott-Raven; 1996. p.1443-7. 12. White A.H. Back School and Other Conservative Approaches to Low Back Pain. St.Louis:The C.V. Mosby Company ;1983.p.43-81 13. Saal J. The New Back School Prescription : Stabilization Training Part II. In : Ocupational Medicine-Back School Programs. Philadelphia : Hanley & Belfus, Inc., p.33-7 14. Sarno J.E. Therapeutic Exercise for Back Pain. In : Basmajian J.V, Therapeutic Exercise. Baltimore/London: Williams and Wilkins;1990.p. 441-63 8