BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembuatan starter di pondok pesantren pertanian Darul Fallah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Susu Kambing. Dipasteurisasi 70 o C. Didinginkan 40 o C. Diinokulasi. Diinkubasi (sampai menggumpal) Yoghurt.

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA

BAB V RANCANGAN PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yoghurt merupakan proses fermentasi dari gula susu (laktosa) menjadi asam laktat

Chemistry In Our Daily Life

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIS MEKANIS BAHAN PENGEMAS B. KARAKTERISASI AWAL YOGURT KACANG HIJAU

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997 Menurut Davis (1975), umumnya bakteri Streptococcus adalah penghasil asam laktat, tumbuh sangat baik pada ph 6,

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT

BAB V METODOLOGI. 5.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dan Tahapan-tahapan dalam Penelitian

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon.

Susu Fermentasi dan Yogurt

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan Yoghurt Page 1

BAB V METODOLOGI. Alat yang digunakan pada praktikum penelitian, meliputi alat autoklaf

Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani

PENGARUH VARIASI SUHU FERMENTASI TERHADAP KADAR LEMAK DAN KEASAMAN PADA YOGHURT SUSU KEDELAI (SOYGHURT) KULIT BUAH PISANG RAJA (Musa textillia)

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

VARIASI PENAMBAHAN SUSU SKIM TERHADAP MUTU COCOGHURT MENGGUNAKAN Enterococcus faecalis UP 11 YANG DIISOLASI DARI TEMPOYAK. Riau.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan nama sapi Grati. Bentuk dan sifat sapi PFH sebagian besar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan

LAPORAN TUGAS AKHIR OPTIMASI PEMBUATAN COCOGURT MENGGUNAKAN FERMENTOR SERTA KULTUR CAMPURAN

Susu merupakan makanan pelengkap dalam diet manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

KAJIAN PEMBUATAN YOGHURT DARI BERBAGAI JENIS SUSU DAN INKUBASI YANG BERBEDA TERHADAP MUTU DAN DAYA TERIMA ABSTRAK

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau.

TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk

Pengaruh waktu dan Nutrien dalam pembuatan yoghurt dari susu dengan starter plain Lactobacillus Bulgaricus menggunakan alat fermentor

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

PENGARUH KONSENTRASI STARTER DAN KONSENTRASI KARAGENAN TERHADAP MUTU YOGHURT NABATI KACANG HIJAU

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

SUSU FERMENTASI BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang

Oleh Lovita Adriani SKIM X 30 Mei 2007 UKM Kualalumpur FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

PENGGUNAAN BERBAGAI TINGKAT KADAR LEMAK SUSU KAMBING DAN SUSU SAPI TERHADAP MUTU DAN CITA RASA YOGHURT

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN AKHIR PKM-P. Oleh:

PENAMBAHAN GUM ARABIK SEBAGAI SENYAWA PENSTABIL PADA YOGHURT PROBIOTIK

LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan dalam firman-nya dalam surat al-baqarah ayat 168 sebagai berikut:

Pengaruh Suhu dan ph Pada Pembuatan Yoghurt Jahe Dengan Starter Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Alat Fermentor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI FRUKTOSA PADA SUSU MENJADI ASAM LAKTAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah

HASIL DAN PEMBAHASAN

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2013 di Laboratorium

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat sangat memperhatikan pentingnya pengaruh makanan dan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

I. PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR

FERMENTASI FRUITGHURT DENGAN VARIASI KULIT BUAH UPAYA DALAM PEMANFAATAN LIMBAH CAIR BUAH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Sifat Fisik dan Kimiawi Susu Kambing Segar

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pembuatan Starter Proses pembuatan starter di pondok pesantren pertanian Darul Fallah bogor meliputi langkah-langkah sebagai berikut, dapat dilihat pada Gambar 1. Susu sapi 8 liter Disaring Dipasteurisasi suhu 100 waktu 5 detik Dituangkan ke dalam botol 200 ml Direbus dalam mendidih selama 10 menit Didinginkan sampai suhu ± 45 Inokulasi Bakteri 5 ml L.bulgaricus, 5 ml S.thermophilus, 5 ml B.animali Inkubasi pada suhu ruang selama 12 atau 24 jam Disimpan pada temperatur suhu antara 7-4 Starter Siap di gunakan Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan starter yoghurt. Tekhnik pembuatan biakan awal yoghurt atau disebut starter dilakukan dengan cara, pertama-tama susu sapi diperah, lalu disaring menggunakan alat 15

penyaring. Penyaring berguna untuk memisahkan kotoran yang terdapat pada susu. Setelah itu susu diambil sebanyak 8 liter dengan menggunakan gelas ukur yang berukuran 2000 ml. Gambar 2. Pasteurisasi susu sapi Tahapan selanjutnya susu dipasteurisasi dengan suhu 100 C dalam waktu 5 detik. Tujuan pasteurisasi adalah untuk membunuh mikroba kontaminan maupun pembusuk yang terdapat dalam bahan baku sehingga dapat memberikan lingkungan yang steril dan baik untuk pertumbuhan biakan yoghurt. 16

Gambar 3. Penuangan susu pada botol 200 ml setelah pasteurisasi Tahapan kedua, setelah susu dipasteurisasi kemudian dimasukkan kedalam botol yang sudah disterilkan, masing-masing botol berukuran 200 ml sebanyak 40 botol dan di tutup dengan rapat menggunakan karet dan plastik. Gambar 4. Pasteurisasi dengan cara di rebus selama 10 15 menit. Susu dituang kedalam botol, lalu dipasteurisasi kembali dengan cara direbus dalam air yang mendidih selama 10 15 menit. Pasteurisasi yang kedua 17

bertujuan agar tidak ada kontaminasi bakteri yang dapat merusak atau senyawa yang bersifat toksin yang masih tersisa. Botol yang telah diisi susu yang sudah dipanaskan tadi, kemudian didinginkan sampai suhu mencapai ± 45, gunanya untuk membuat suhu dan media bagi bakteri yang dibiakan dapat berkembang dengan baik. Gambar 5.Inokulasi bakteri L.bulgaricus, S.thermophilus, dan B.animalia. Tahapan selanjutnya, setelah susu dingin kemudian diinokulasi dengan penambahan 5 ml bakteri Lactobacillus bulgaricus, 5 ml bakteri Streptococcus thermophilus, 5 ml bakteri Bifidobacterium animalia, pada ruangan yang bersih dan steril. Biasanya proses inokulasi dilakukan di laminar flow cabinet. Penambahan bakteri ini berfungsi sebagai biakan awal pada saat pembuatan yoghurt. 18

Gambar 6. Inkubasi pada Suhu Ruang Starter setelah diinokulasi, kemudian diinkubasi pada suhu ruang (28 ) selama 12 atau 24 jam. Inkubasi dilakukan untuk pertumbuhan mikroba tersebut dalam starter. Tahapan berikutnya setelah diinkubasi starter tersebut di simpan dalam lemari pendingin dengan suhu antara 7 4, dan siap digunakan untuk sebagai biakan awal yoghurt. Gambar 7. Penyimpanan Starter 19

4.2. Proses Inokulasi Bakteri Pada pembuatan yoghurt susu sapi Starter digunakan pada proses pembuatan yoghurt yaitu setelah susu sapi dipasteurisasi dan didinginkan hingga suhunya mencapai ± 40 42. Tujuanya untuk memberikan kondisi suhu yang sesuai untuk Streptococus thermophilus dan L. bulgaricus tumbuh dengan cepat dan memproduksi asam laktat, suhu optimum untuk pertumbuhan L. bulgaricus adalah 40 45 sedangkan S. thermophilus pada suhu 40-37 C. Gambar 8. Pengukuran suhu Gambar 9. Penanaman Starter L. bulgaricus merupakan bakteri yang bersifat asidurat atau mempunyai kondisi yang agak asam (ph 5,5) untuk pertumbuhan optimumnya, sedang S. thermophilus menyukai kondisi ph lebih tinggi yaitu 6,5. Oleh karena itu, pada saat biakan diinokulasikan ke dalam susu, S. thermophilus mula-mula tumbuh dengan cepat, kemudian pada saat ph susu turun karena terbentuknya asam laktat, L. bulgaricus tumbuh dengan baik. 20

Volume starter yang digunakan yaitu 300 ml diinokulasi pada susu yang akan difermentasi sebanyak 10 liter. 4.3. Pengujian Aroma, ph, dan Kenampakan Starter Tabel 1. Pengamatan Starter mulai dari biakan awal sampai biakan selanjutnya. Biakan Awal (starter) Starter o Aroma PH Kenampakkan Keterangan Asam susu 3,5 Starter 1 Asam susu 3,5 Starter 2 Asam susu 3,5 Starter 3 Asam susu 3,5 Starter 4 Asam susu 3,5 Starter 5 Asam susu 3,5 Starter 6 Asam sus 4 Starter 7 Kurang asam 5,5 Mencair Kurang Sesuai hasil pengamatan dipondok pesantren pertanian Darull Fallah bahwa aroma kultur starter yang di hasilkan yaitu aroma asam buah, mulai dari biakan awal sampai biakan akhir. Penyebabnya adalah terbentuknya asam laktat menciptakan aroma dan cita rasa yang khas pada proses fermentasi yoghurt. Bakteri L. bulgaricus dan S. thermophilus mengurai laktosa (gula susu) menjadi asam laktat dan berbagai komponen aroma dan cita rasa. L. bulgaricus lebih berperan pada pembentukan aroma, sedangkan S. thermophilus lebih berperan pada pembentukan cita rasa (Hadi dan Fardiaz, 1990). 21

Starter yang ke 7 hasilnya kurang baik hal ini disebabkan karena bakteri yang sering diturunkan mulai kehilangan peranannya sebagai penghasil asam laktat sehingga berpengaruh pada kenampakan, aroma dan cita rasa khas, seperti yang di kemukakan oleh McKay, 1983; Davidson et al., 1995. Hal yang penting diperhatikan dalam mentransfer kultur starter, subkultur, yaitu transfer kultur berkali-kali bisa memicu terbentuknya strain yang termutasi, yang akan mengubah sifat starter. Terlalu sering transfer akan mengakibatkan hilangnya fungsi plasmid tertentu seperti Lac+, suatu plasmid yang berperan dalam produksi asam laktat. Sesuai hasil pengamatan secara langsung tingkat keasaman atau ph dari kultur tersebut berkisar 3,5 dan 4 mulai dari biakan Awal sampai biakan ke 7, tingkat keasaman ini sangat bagus untuk proses pembuatan yoghurt. Hal ini karena kombinasi kedua bakteri tersebut menciptakan asam laktat sehingga meningkatkan kadar keasaman atau menurunkan ph. Kerja sama dari kedua bakteri itu sangat berperan. Menurut Ouwehand(1998) komponen anti mikroba dari asam laktat antara lain adalah asam organik, hidrogen peroksida, karbondiksida, diasetil reuterin, bakteriosin. Asam organik yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat mengakibatkan asam akumulasi asam dalam produk akhir yang menyebabkan ph menjadi turun. Turunnya ph dapat berakibat pada penghambatan yang luas terhadap bakteri baik gram positif maupun negatif. Seperti yang tercantum dalam tabel kenampakkan starter mulai dari biakan awal sampai biakan ke 6 sangat baik, mulai dari teksturnya yang sangat kental dan 22

homogen. Berbeda dengan biakan yang ke 7 itu sudah mencair, hal ini di sebabkan faktor terjadinya mutasi pada peranan starter. Hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa starter yang baik untuk digunakan pada proses pembuatan yoghurt yaitu starter dengan tingkat keasaman 3,5 4 dan beraroma asam buah, dari segi kenampakkan yaitu kental dan homogen. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh bahwa teknik pembuatan starter yang dilakukan di PP Darul Fallah sama dengan teknik pembuatan starter menurut (Rahman et al, 1992), perbedaanya hanya pada penambahan bakteri B. animali. proses pembuatan starter di PP Darul Fallah bersifat modern karena sudah ada pengembangan sedangkan menurut (Rahman et al, 1992) proses pembuatannya hanya menambahkan dua bakteri saja yaitu S. thermopmhilus dan L. bulgaricus. 1. Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pembuatan starter : Pasteurisasi Menurut pengamatan secara langsung suhu pasteurisasi susu sapi di pesantren pertanian darull fallah bogor yaitu berbeda-beda, untuk pasteurisasi susu sapi yang akan dibuat media pertumbuhan bakteri yang menjadi biakan awal yaitu 100 dalam waktu 5 detik, sama halnya yang dikemukakan (Tamime dan Deeth (1979) Susu yang akan difermentasi dipanaskan terlebih dulu dan pemanasan ini sangat bervariasi, baik dalam penggunaan susu maupun lama pemanasannya. Tapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menurunkan populasi mikroba dalam susu dan memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan biakan yoghurt. 23

Selain itu, pemanasan susu sebelum dibuat yoghurt juga bertujuan untuk mengurangi airnya, sehingga akan diperoleh yoghurt yang lebih padat. Inokulasi Inokulasi pada proses pembuatan starter dipondok pesantren pertanian darul fallah bogor biasanya dilakukan pada suhu ±45, hal ini memberikan suhu dan lingkungan yang optimum bagi bakteri yang dibiakkan memproduksi asam laktat. Menurut (Rahman et al, 1992), inokulasi kultur starter dilakukan setelah suhu susu turun sampai sekitar 40 45, yang di anggap sebagai suhu optimum untuk pertumbuhan dan pembentukan asam oleh kultur starter. Maka diperoleh data bahwa proses inokulasi yang di lakukan di PP darul Fallah sama dengan proses inokulasi menurut (Rahmat et al. 1992). Inkubasi Inkubasi dilakukan pada suhu ruang selama ±12 jam atau juga pada alat inkubator dengan suhu 40-45 selama 3-6 jam. Tujuannya untuk mempercepat bakteri untuk memproduksi asam laktat. Menurut (Helferich & Westhoff 1980) Proses inkubasi biasanya dilakukan pada suhu 45 selama 3-6 jam. Fermentasi disarankan dilakukan pada suhu 40 42 yang merupakan suhu optimum pertumbuhan kedua bakteri asam laktat yoghurt (Tamime & Robinson 1989). 24