BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

1. PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa

SKRIPSI KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. berarti batu, sehingga dapat diartikan sebagai batu besar (Soejono, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM. Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

FUNGSI SITUS PAGAR BATU DI DESA PARDOMUAN, SIMANINDO, SAMOSIR, SUMATERA UTARA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik

MEGALITIK DI MALUKU. Marlyn Salhuteru*

KEARIFAN EKOLOGIS KAMPUNG MEGALITIK RINDI PRAIYAWANG, SUMBA TIMUR Ecological Wisdom of The Megalithic Village Rindi Praiyawang, East Sumba

PENGGUNAAN TINGGALAN BATU PAMALI SEBAGAI MEDIA PELANTIKAN RAJA DI DESA LIANG KEC. TELUK ELPAPUTIH KABUPATEN MALUKU TENGAH

FUNGSI BUDAYA MEGALITIK DI ORAHILI-GOMO KABUPATEN NIAS SELATAN. ( Supsiloani, S.Sos dan Sulian Ekomila, S.Sos)

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan masa prasejarah pada masyarakat sekarang di antaranya hanya dapat

NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan daerah-daerah atau bangsa-bangsa lain di luar Indonesia.

SARKOFAGUS SAMOSIR: KREATIVITAS LOKAL MASYARAKAT SAMOSIR

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

MENENGOK KEMBALI BUDAYA DAN MASYARAKAT MEGALITIK BONDOWOSO. Muhammad Hidayat (Balai Arkeologi Yogyakarta)

ABSTRAK. Kata kunci: sarkofagus, bentuk perubahan fungsi, penyebab perubahan fungsi, makna perubahannya.

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Sejarah

MENGENAL NIAS SEBELUM KEKRISTENAN

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

PERUBAHAN TRADISI KUBUR BATU MASYARAKAT ADAT MARAPU PADA ERA MODERNISASI DI KAMPUNG RAJA KECAMATAN KAMBERA KOTA WAINGAPU

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

Penelaahan deskriptif dan grafis rumah tradisional di pemukiman etnik tertentu di Indonesia (2)

Hasil Kebudayaan masa Praaksara

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

89 Kapata Arkeologi Vol. 1 No. 1 Agustus / Marlyn Salhuteru Masyarakat Maluku Tenggara

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal ,2,3,4, dan 5. 2,3,4,5, dan 1. 3,4,5,1, dan 2.

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB V PENUTUP. penting yang menjadi pokok atau inti dari tulisan ini, yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai berbagai macam suku

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah Ngadha adalah wilayah di Flores Tengah. Kabupaten Ngadha terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. dari pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya. Hal tersebut

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB 1: SEJARAH PRASEJARAH

TUGAS KLIPING IPS KEHIDUPAN MANUSIA PURBA YANG HIDUP PADA MASA PRA-AKSARA

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

Kata Kunci : bentuk, fungsi arca, dan periodisasi

PENELITIAN ASPEK MEGALITIK PADA BATU MEJA DI SITUS DESA WAEYASEL, KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT PROVINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu,

DESKRIPSI PEMETAAN LOKASI SITUS MEGALITIK PAJAR BULAN KECAMATAN PAJAR BULAN KABUPATEN LAHAT

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang

TRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

BAB 3 PERBANDINGAN BANGUNAN PASIR KARAMAT DENGAN BANGUNAN BERKONSEP MEGALITIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN

MASYARAKAT PENDUKUNG TRADISI MEGALITIK: PENGHUNI AWAL SITUS TANJUNGRAYA, KECAMATAN SUKAU, LAMPUNG BARAT

PERSEPSI MASYARAKAT TINGGIHARI TERHADAP KEBERADAAN SITUS MEGALITIK TINGGIHARI KECAMATAN GUMAYULU KABUPATEN LAHAT

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan lingkungannya (Rossler, 2009: 19). Warisan Budaya dapat diartikan

ARCA PERWUJUDAN PENDETA DI PURA CANDI AGUNG DESA LEBIH, KABUPATEN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

Zaman Pra- Aksara masa Food Producing

IDENTIFIKASI BANGUNAN BERUNDAK PASIR KARAMAT DI KAMPUNG SINDANGBARANG DESA PASIR EURIH BOGOR JAWA BARAT

Winda Setya M. / Najwa Ilham K. /

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

MEREPOSISI FUNGSI MENHIR DALAM TRADISI MEGALITIK BATAK TOBA REPOSITIONING OF THE MENHIRS FUNCTIONS IN MEGALITHIC OF BATAK TOBA TRADITION

Pengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura

BAB III ZAMAN PRASEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

Budaya Banten Tingkat Awal

PRASEJARAH INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang akan

DIFERENSIASI SOSIAL (Kemajemukan)

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM

POLA PERSEBARAN TINGGALAN BUDAYA MEGALITIK DI LEUWISARI, TASIKMALAYA The Distribution Pattern of Megalithic Cultural Remains in Leuwisari, Tasikmalaya

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

Seni Rupa Pasemah: Arah Hadap dan Orientasi Karya Seni Rupa Pasemah

SIMBOLISME KEPURBAKALAAN MEGALITIK DI WILAYAH PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

Kajian Perhiasan Tradisional

ARKENAS MEMASYARAKATKAN LIVING MEGALITHIC: PESONA MASA LALU YANG TETAP BERGEMA. Retno Handini

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis pada Bab IV yaitu analisis kebudayaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang dapat dikelompokkan dalam beberapa masa yaitu masa berburu dan meramu makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian. Pada masa bercocok tanam muncul suatu budaya yang disebut dengan tradisi megalitik (Sukendar, 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang berarti batu. Tradisi Megalitik biasa disebut dengan tradisi batu besar, karena pada masa ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dari batu-batu alam dengan ukuran besar serta adanya kepercayaan terkait hubungan antara orang-orang yang masih hidup dan sudah mati (Suantika, 2010: 25). Tradisi megalitik tersebar hampir di seluruh Kepulauan Indonesia seperti Bali, Nias, Sumbawa, Sumba, Flores. Bangunan-bangunan megalitik dibuat untuk sarana pemujaan dan penghormatan kepada arwah nenek moyang yang sampai saat ini masih diterapkan oleh masyarakat pendukungnya dan menjadi tradisi megalitik berlanjut (living megalithic tradition). Ciri khas tradisi megalitik yang terdapat di Sumba salah satunya adalah berupa bangunan kubur batu, 1

2 masyarakat Sumba menyebutnya dengan istilah reti dan terkait dengan upacara merapu yang dilakukan untuk pemujaan kepada roh leluhur (Tunggul, 2003: 3). Reti merupakan sebuah peti yang dibentuk dari empat sampai enam buah papan batu yang terdiri atas dua sisi panjang, dua sisi lebar, sebuah lantai, dan sebuah penutup peti. Sebagian besar reti membujur dengan arah utara selatan. Seluruh papan batu tersebut disusun dalam sebuah lubang yang sudah disiapkan sebelumnya sebagai tempat untuk orang yang meninggal dengan posisi duduk (Boro, 1995: 3). Bangunanbangunan tradisi megalitik yang terdapat di Sumba Timur memiliki bentuk bangunan yang beragam dengan pola hias yang menarik sehingga dapat dibedakan dengan bangunan megalitik di tempat lainnya (Kusumawati, a. 2010: 193). Reti sengaja dibuat oleh masyarakat setempat menggunakan batu-batu yang berukuran besar yang diperuntukkan untuk raja atau kaum bangsawan dengan tujuan sebagai penghormatan terakhir kepada raja yang sudah meninggal (Kapita, 1976: 41). Pada reti terdapat pahatan berupa menhir yang oleh masyarakat pendukungnya disebut dengan penji. Hasil tradisi megalitik yang terdapat di Sumba berupa bangunan-bangunan batu besar yang biasanya dibuat hanya untuk raja atau bangsawan pada suatu perkampungan yang terdapat di Sumba salah satunya dapat ditemukan di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. Masyarakat pendukung tradisi megalitik yang terdapat di Sumba memiliki kepercayaan yang berorientasi pada pemujaan terhadap roh leluhur dan disebut dengan masyarakat marapu. Marapu merupakan sebuah kepercayaan lokal yang dianut oleh masyarakat di Pulau Sumba. Kepercayaan marapu merupakan konsepsi

3 yang masih hidup dan dianut oleh orang-orang Suku Sumba di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kepercayaan ini merupakan sistem keyakinan yang telah dilakukan sejak dulu (Soelarto: tt b. 52-54). Penelitian sebelumnya yang membahas tentang tradisi megalitik di Sumba Timur memiliki perbedaan pada pembahasan tradisi megalitik kali ini. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menjelaskan tentang tradisi megalitik di Sumba Timur oleh I Dewa Kompyang Gede yang membahas tinggalan tradisi megalitik secara umum terkait jumlah tinggalan yang terdapat di Kabupaten Sumba Timur secara keseluruhan. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Ayu Kusumawati dan Haris Sukendar membahas tradisi megalitik yang terdapat di Sumba Timur seperti tradisi penguburan yang dilakukan oleh masyarakat marapu. Tradisi megalitik di Kecamatan Pandawai, Sumba Timur diteliti sebelumnya oleh Wayan Badra. Dalam hasil penelitian tersebut dijelaskan jumlah reti dan membahas salah satu situs dengan tradisi megalitik yang sudah tidak berlangsung lagi atau sering disebut sebagai dead monument. Beberapa tempat di Sumba Timur memiliki tradisi megalitik yang berlanjut namun terdapat pula tempat tradisi megalitik sudah tidak berlanjut. Penelitian selanjutnya yang pernah dilakukan berupa kegiatan survei yang dilakukan oleh I Made Suastika dalam laporan penelitian arkeologi membahas tinggalan tradisi megalitik secara keseluruhan yang terdapat di Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur dengan membahas tinggalan megalitik yang secara umum tanpa menyebutkan sistem penguburan, siapa yang dikuburkan, dan bentuk yang berbeda. Penelitian sebelumnya yang sudah pernah

4 disebutkan hanya membahas jumlah reti dan penji tanpa membahas bentuk reti terkait ukuran yang bervariasi. Reti di Kampung Kawangu berjumlah 39 buah dengan ukuran yang berbeda-beda yaitu ukuran besar, sedang, dan kecil. Terdapat 2 buah reti berukuran besar dengan 4 dan 2 penji pada masing-masing reti di Kampung Kawangu. Terdapat perbedaan reti Kampung Kawangu dengan reti di Kelurahan Kawangu dimana reti di Kelurahan Kawangu tidak ada yang berukuran besar namun berukuran sedang sampai kecil dan tanpa penji. Penji yang terdapat pada reti di Kampung Kawangu memiliki perbedaan bentuk dengan penji di desa ataupun kelurahan lain yang terdapat di Sumba Timur, pahatan penji di Kampung Kawangu menggambarkan manusia, sedangkan penji yang terdapat di kampung lain menggambarkan sifat-sifat raja dengan pahatan hewan. Penelitian ini dilakukan karena adanya keunikan yang terdapat pada reti terkait sistem penguburan. Sistem kubur di desa ini berbeda, dimana penguburan dilakukan pada papan batu di atas permukaan tanah. Jenis penguburan seperti ini hanya dapat ditemukan di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. Reti di kampung lain, memiliki sistem penguburan yang umum yaitu dilakukan di tanah atau tidak dikubur pada papan batu, selain itu terdapat perbedaan ukuran pada kubur batu yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur yaitu ukuran besar, sedang, dan kecil. Reti di Kampung Kawangu, Pandawai memiliki keunikan tersendiri karena bukan hanya bentuk material yang besar dan megah, tetapi menampilkan bentuk yang khas berdasarkan hiasan berupa penji pada reti, sistem

5 penguburan dan kemungkinan merupakan simbol tersendiri yang memiliki arti kehidupan bagi masyarakat penganutnya. Reti masih difungsikan oleh masyarakat kepercayaan marapu. Bagi orang dengan keturunan raja atau bangsawan akan dikuburkan pada reti berukuran besar. Masyarakat dengan kepercayaan marapu sudah berkurang, namun setiap upacara adat masih dilakukan dengan konsep kepercayaan marapu. Masyarakat yang sudah menganut agama masih tetap ikut dalam setiap kegiatan di kampung yang berkaitan dengan kepercayaan marapu. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian kali ini akan membahas tinggalan tradisi megalitik berupa reti di Kampung Kawangu, Pandawai yang akan difokuskan pada bentuk, sistem penguburan, dan makna. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, terdapat beberapa pemasalahan yang nantinya akan dikaji lebih lanjut, terkait dengan reti yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan diajukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Bagaimana bentuk kubur batu (reti) yang ada di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur? 2. Bagaimana sistem penguburan pada kubur batu (reti) yang ada di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur?

6 3. Apa makna kubur batu (reti) bagi masyarakat pendukungnya yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur? 1.3 Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan tentunya memiliki tujuan umum dan tujuan khusus untuk mengetahui tentang karakteristik yang terdapat pada objek penelitian. 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian terkait dengan tujuan utama arkeologi yaitu (1) merekontruksi sejarah kebudayaan masa lalu, (2) merekontruksi cara-cara hidup manusia masa lalu, dan (3) penggambaran proses perubahan budaya manusia masa lalu, sedangkan dalam penelitian ini akan menggunakan dua tujuan utama arkeologi yaitu merekontruksi sejarah kebudayaan masa lalu dan merekontruksi cara-cara hidup manusia masa lalu untuk menjawab permasalahan yang terdapat pada reti di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. Berdasarkan tujuan umum arkeologi yang dikemukakan oleh Binford, penelitian arkeologi memusatkan perhatian pada aspek bentuk, ruang, dan waktu. Tujuan kedua penelitian arkeologi diharapkan memusatkan perhatian pada aspek fungsi dari tinggalan arkeologi dengan mengamati konteks. Penelitian arkeologi dalam tujuan ketiga diharapkan memahami proses budaya yang terjadi untuk memperoleh penjelasan terkait perubahan suatu budaya dalam masyarakat (Mundarjito, 2002: 16).

7 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus pada penelitian ini yaitu untuk mendapatkan jawaban dari beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui tipologi reti yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. 2. Untuk mengetahui sistem penguburan di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. 3. Untuk mengetahui makna reti bagi msayarakat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian tentang tradisi megalitik di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur, dapat dibedakan menjadi 2 yaitu berupa manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang arkeologi yang berhubungan dengan tradisi megalitik. Selain itu penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan nantinya bagi penelitian selanjutnya di bidang tradisi megalitik yang membahas terkait dengan reti.

8 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini yaitu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai tradisi megalitik yang masih berlanjut (living megalithic tradition) di Kampung Kawangu. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaaat praktis bagi masyarakat Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur, bagi pemerintah Kabupaten Sumba Timur, dan bagi orang yang berkepentingan khususnya tentang tradisi megalitik berupa reti guna mengungkap sejarah budaya masa lalu yang masih berlangsung sampai sekarang berdasarkan tinggalan tradisi megalitik yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan upaya untuk membahas beberapa permasalahan seperti yang telah dikemukakan di atas. Perlu adanya batasan atau ruang lingkup pada penelitian ini agar lebih terarah dan sistematis. Ruang lingkup penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu ruang lingkup objek yang akan membahas reti dan ruang lingkup permasalahan yaitu membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan reti. Ruang lingkup objek penelitian terkait tradisi megalitik yang ditemukan di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur, berupa kubur batu (reti). Kubur batu terdiri atas 4 kaki dan tertutup batu datar pada bagian atas, selain itu terdapat penji yang diletakkan pada bagian atas reti. Bentuk reti di Kampung Kawangu berbedabeda dengan jumlah 39 buah dan dapat diklasifikasi berdasarkan tipenya berupa tipe

9 besar, tipe sedang, dan tipe kecil. Reti tipe besar berjumlah 2 buah, reti tipe sedang berjumlah 18 buah, dan reti tipe kecil berjumlah 19 buah. Penelitian ini mencakup permasalahan yang diajukan yaitu terkait bentuk reti, sistem penguburan, dan makna reti untuk dikaji lebih lanjut guna mendapatkan jawaban dari permasalahan yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur.