PEMANFAATAN AMPAS KELAPA LIMBAH PENGOLAHAN MINYAK KELAPA MURNI MENJADI PAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
KANDUNGAN GIZI DAN SIFAT FISIK TEPUNG AMPAS KELAPA SEBAGAI BAHAN PANGAN SUMBER SERAT

FERMENTASI BUNGKIL INTI SAWIT SECARA SUBSTRAT PADAT DENGAN MENGGUNAKAN ASPERGILLUS NIGER

Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum yang Mengandung Lumpur Sawit Fermentasi pada Berbagai Lama Penyimpanan

Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Difermentasi dengan Aspergillus niger (Nutrient Value Test of Cassava Tuber Skin Fermented by Aspergillus niger)

PERLAKUAN PENYEDUHAN AIR PANAS PADA PROSES FERMENTASI SINGKONG DENGAN ASPERGILLUS NIGER

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini

PENGARUH WAKTU INKUBASI CAMPURAN AMPAS TAHU DAN ONGGOK YANG DIFERMENTASI DENGAN NEUROSPORA SITOPHILA TERHADAP KANDUNGAN ZAT MAKAN

Mairizal 1. Intisari. Kata Kunci : Fermentasi, Kulit Ari Biji Kedelai, Aspergillus Niger, Ayam Pedaging.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

PERUBAHAN NILAI BILANGAN PEROKSIDA BUNGKIL KELAPA DALAM PROSES PENYIMPANAN DAN FERMENTASI DENGAN ASPERGILLUS NIGER

PROSES PENGOLAHAN UBI KAYU / SINGKONG MENJADI CASSAPRO

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

Asam amino merupakan komponen utama penyusun

SUHARTO. Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Bogor RINGKASAN

TINJAUAN PUSTAKA. nabati seperti bungkil kedelai, tepung jagung, tepung biji kapuk, tepung eceng

KANDUNGAN DAN NILAI KECERNAAN IN VITRO BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK DAN PROTEIN KASAR CASSAPRO DENGAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI. Abstrak

EVALUASI NILAI GIZI LUMPUR SAWIT HASIL FERMENTASI DENGAN ASPERGILLUS NIGER PADA BERBAGAI PERLAKUAN PENYIMPANAN

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp

PENGARUH FERMENTASI Saccharomyces cerevisiae TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN AMPAS PATI AREN (Arenga pinnata MERR.)

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

Evaluasi Nilai Gizi Fermentasi Lumpur Sawit dengan Penambahan Fosfor dari Sumber yang Berbeda

III. BAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Maret--Agustus 2011 bertempat di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Pollard Fermentasi Dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

Pengumpulan daun apu-apu

PENGARUH SUHU RUANG FERMENTASI DAN KADAR AIR SUBSTRAT TERHADAP NILAI GIZI PRODUK FERMENTASI LUMPUR SAWIT

Fermentasi Lemna sp. Sebagai Bahan Pakan Ikan Untuk Meningkatkan Penyediaan Sumber Protein Hewani Bagi Masyarakat

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

I. PENDAHULUAN. pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

III. BAHAN DAN METODE

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

Pengkajian Nilai Gizi Hasil Fermentasi Mutan Aspergillus niger pada Substrat Bungkil Kelapa dan Bungkil Inti Sawit

BAB I PENDAHULUAN. Ternak sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan

ABSTRAK. pengolahan minyak kelapa murni (VCO) dari proses basah dan proses kering.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan

KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK TONGKOL JAGUNG (Zea mays) YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger SECARA IN VITRO

Lampiran 1. Susunan Perlakuan Saat Pelaksanan Penelitian

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

UJI PENDAHULUAN: EFEKTIVITAS Bacillus sp. UNTUK PENINGKATAN NILAI NUTRISI BUNGKIL KELAPA SAWIT MELALUI FERMENTASI

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

VOLUME O2, No : 01. Februari 2013 ISSN :

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 997 Selain itu, nilai tambah produk olahan dan sisa produk olahan pada akhirnya akan bisa menaikkan pendapatan petan

Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Kimia UNDIP 2009

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

PENGARUH LAMA FERMENTASI KULIT PISANG KEPOK. (Musa paradisiaca normalis) TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN, LEMAK, DAN KARBOHIDRAT ARTIKEL SKRIPSI

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

Lampiran 1 Media pupuk untuk pertumbuhan Spirulina fusiformis

PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

IV BAHAN PAKAN TERNAK UNGGAS

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode

PENGARUH PENGGUNAAN FERMENTASI KULIT BUAH KAKAO DALAM KONSENTRAT TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DOMBA LOKAL

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

MINYAK KELAPA DAN VCO. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KOMPOSISI KIMIA AMPAS KEDELAI HASIL SAMPING PENGOLAHAN KECAP

Pengaruh Dosis Inokulum dan Lama Fermentasi Buah Ketapang (Ficus lyrata) oleh Aspergillus niger terhadap Bahan Kering, Serat Kasar, dan Energi Bruto

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

Transkripsi:

PEMANFAATAN AMPAS KELAPA LIMBAH PENGOLAHAN MINYAK KELAPA MURNI MENJADI PAKAN (Fermented Virgin Coconut Oil Waste Product as Feed Source) MISKIYAH, IRA MULYAWATI dan WINDA HALIZA Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Kampus Peneltian Pertanian, Jl. Tentara Pelajar No. 12, Bogor ABSTRACT Processing of virgin coconut oil (VCO) resulted is coconut waste. Coconut waste product still contain high nutrient especially protein. Therefore this waste can be used as animal feed. Moreover fermentation using Aseprgillus niger improve its quality. Stages of fermentation include aerob fermentation and anaerob fermentation (enzymatic process). Results show that fermentation process increases protein content, decreases lipid content and improves digestibility. Protein content increases by 130% from 11.35% to 26.09%. Lipid content decreases by 11.39%. The dry matter and organic matter digestibility increase respectively form 78.99% and 98.19% to 95.1 and 98.82%. The fermented product is save for livestock since the aflatoxin content is < 20 ppb. Key Words: Coconut Waste, Fermentation, Feed ABSTRAK Pengolahan minyak kelapa murni menghasilkan produk samping berupa ampas kelapa. Ampas kelapa yang dihasilkan masih memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi terutama protein. Hal ini menyebabkan ampas kelapa berpotensi untuk diolah menjadi pakan. Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk mengolah ampas kelapa menjadi pakan adalah dengan fermentasi. Proses fermentasi dilakukan dengan menggunakan spora Aspergillus niger. Proses fermentasi dilakukan secara bertahap, yaitu dengan fermentasi aerob kemudian dilanjutkan dengan fermentasi anaerob (proses enzimatis). Hasil analisa menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar protein ampas kelapa setelah fermentasi dari 11,35% menjadi 26,09% atau sebesar 130% dan penurunan kadar lemak sebesar 11,39%. Kecernaan bahan kering dan bahan organik meningkat masing-masing dari 78,99% dan 98,19% menjadi 95,1% dan 98,82%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pakan yang dihasilkan cukup aman untuk ternak, yaitu dengan kandungan aflatoksin < 20 ppb. Kata Kunci: Ampas Kelapa, Fermentasi, Pakan PENDAHULUAN Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) termasuk jenis tanaman palma yang memiliki multi fungsi karena hampir semua bagian dari tanaman tersebut dapat dimanfaatkan. Tanaman ini banyak dijumpai di Indonesia yang merupakan penghasil kopra terbesar kedua di dunia, sesudah Phillipina. Usaha budidaya tanaman kelapa melalui perkebunan terutama dilakukan untuk memproduksi minyak kelapa yang berasal dari daging buahnya dengan hasil samping berupa ampas kelapa. Pada proses pembuatan minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil), daging kelapa segar yang telah diparut kemudian dikeringkan dan dipres hingga minyaknya terpisah. Hasil samping dari proses pembuatan minyak kelapa murni ini adalah ampas kelapa. Ampas kelapa hasil samping pembuatan minyak kelapa murni masih memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan ampas kelapa berpotensi untuk dimanfaatkan dan diolah menjadi pakan. Menurut DERRICK (2005), protein kasar yang terkandung pada ampas kelapa mencapai 23%, dan kandungan seratnya yang mudah dicerna merupakan suatu keuntungan tersendiri untuk menjadikan ampas kelapa sebagai bahan pakan pedet (calf), terutama untuk menstimulasi rumen. 880

Fermentasi merupakan salah satu cara untuk mengolah ampas kelapa menjadi bahan pakan. Pada proses fermentasi terjadi reaksi dimana senyawa komplek diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan membebaskan molekul air. Fermentasi dengan menggunakan kapang memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi lebih mudah dicerna, sehingga diharapkan dapat meningkatkan nutrisinya (SUPRIYATI et al., 1999). Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang digunakan. Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicobakan pada penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan PURWADARIA et al. (1995) menyebutkan bahwa bungkil kelapa yang difermentasi dengan Aspergillus niger mampu meningkatkan kadar protein dan daya cerna pakan yang dihasilkan. Aspergillus niger yang digunakan dapat memproduksi enzim lipase, sehingga lemak yang terdapat di dalam bungkil dapat berkurang. Lemak yang terkandung di dalam bungkil kelapa dapat mempengaruhi daya cerna. Lebih lanjut dijelaskan oleh HELMI et al. (1999) bahwa aktivitas enzim lipase selama fermentasi akan menurunkan kadar lemak bungkil kelapa sebesar 52,3% dan 61,6%. Proses pembuatan ampas menjadi pakan dilakukan secara fermentasi menggunakan spora Aspergillus niger. Penggunaan cara ini dapat mempengaruhi kandungan nutrisi produk pakan. Kadar lemak yang masih tinggi dapat dikurangi dengan adanya aktivitas enzim lipase dari Aspergillus niger selama fermentasi. BAHAN DAN METODE Kegiatan pengolahan ampas kelapa menjadi pakan dilakukan di Laboratorium Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian Bogor pada tahun 2005 sebagai bagian dari kegiatan Pengembangan Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni dan Produk Turunannya. ampas kelapa (1 kg) dikeringkan dihaluskan + 800 ML air kukus 30 menit dinginkan di atas plastik formika mineral (36 g (NH4)2SO4 + 20 g Urea + 7,5 g NaH2PO4 +2,5 g MgSO4 + 0,75 g KCl) + 8 g spora Aspergillus niger aduk sampai dengan homogen tempatkan pada baki plastik dengan ketebalan 1 cm fermentasi secara aerob pada suhu kamar 2 hari proses enzimatis dengan dibungkus dengan plastik, padatkan tanpa udara inkubasi suhu ruang 2 hari dikeringkan, digiling dan disimpan Sumber: Modifikasi PURWADARIA et al. (1995) Gambar 1. Diagram alir pembuatan pakan dari ampas kelapa 881

Bahan baku yang digunakan adalah ampas kelapa hasil samping pengolahan minyak kelapa murni di Cianjur Selatan dan spora Aspergillus niger yang diperoleh dari Balitnak Ciawi. Bahan kimia yang digunakan adalah (NH4) 2 SO 4, urea, NaH 2 PO 4, MgSO 4, dan KCl, serta bahan kimia lain yang digunakan untuk analisis. Alat-alat yang digunakan adalah timbangan kasar, timbangan analitik, kompor, pengukus, pengaduk, nampan, nampah, plastik, ember, dan alat-alat lain yang digunakan untuk analisa. Proses pengolahan ampas kelapa menjadi pakan dilakukan secara fermentatif, yaitu dengan menggunakan spora Aspergillus niger. Diagram alir pengolahan ampas kelapa menjadi pakan ternak terlihat pada Gambar 1. Ampas kelapa ditambah air, diaduk dan dikukus. Setelah didinginkan hingga mencapai suhu ± 70 C diaduk bersama campuran mineral, ditambahkan spora Aspergillus niger dan diaduk kembali sampai merata. Adonan kemudian dimasukkan ke dalam plastik dan difermentasi secara aerob dan anaerob. Ampas hasil fermentasi kemudian dikeringkan dan dikemas dalam wadah plastik. Analisis yang dilakukan meliputi Analisis Proksimat; Asam Amino (Thin Layer Chromatography); Aflatoksin (High Performance Liquid Chromatography); Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik (menggunakan metode Tillay dan Terry yang dimodifikasi oleh Van Soest yang dilakukan di Laboratorium Puslitbangnak Bogor). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik kimia ampas kelapa segar Hasil analisis proksimat ampas kelapa seperti disajikan pada Tabel 1. Dari hasil analisis diketahui bahwa ampas kelapa sebagai produk samping pengolahan minyak kelapa murni memiliki kadar protein kasar masih relatif tinggi yaitu sebesar 11,35% dengan kadar lemak kasar 23,36%. Protein merupakan salah satu komponen yang terpenting pada pakan sehingga tingginya kadar protein pada ampas kelapa merupakan suatu keuntungan untuk diolah menjadi pakan. Namun demikian, lemak yang cukup tinggi merupakan kendala pada pengolahan ampas kelapa yang akan diolah menjadi pakan karena akan mempengaruhi kualitas pakan yang dihasilkan terutama dalam mempengaruhi umur simpan dan daya cerna pakan. Tabel 1. Hasil analisis proksimat terhadap ampas kelapa segar Komposisi Kadar (%) Kadar air 11,31 Protein kasar 11,35 Lemak kasar 23,36 Serat makanan 5,72 Serat kasar 14,97 Kadar abu 3,04 Kecernaan bahan kering in vitro 78,99 Kecernaan bahan organik in vitro 98,19 Karakteristik fisik dan kimia ampas kelapa setelah difermentasi Komposisi kimia ampas kelapa setelah difermentasi seperti disajikan pada Tabel 2. Fermentasi merupakan salah satu metode yang digunakan dalam mengolah ampas kelapa menjadi pakan dengan menggunakan spora Aspergillus niger. Proses fermentasi dilakukan dalam 2 tahapan, yaitu fermentasi aerob dan fermentasi an aerob (proses enzimatis), sebelumnya telah dilakukan pada bungkil kelapa (PURWADARIA et al., 1995; HELMI et al. 1999). Pertumbuhan Aspergillus niger pada proses fermentasi ditandai dengan adanya miselium. Secara visual pertumbuhan miselium dapat dilihat dengan timbulnya serabut-serabut menyerupai benang halus dan memadatnya ampas. Perlakuan fermentasi menghasilkan struktur, warna, bau, dan juga komposisi kimia yang berbeda dari ampas kelapa yang belum difermentasi, terutama dalam meningkatkan kadar protein dan menurunkan lemak. Fermentasi juga menyebabkan kehilangan berat kering pada ampas, yaitu sebesar 16,67% pada ampas yang telah difermentasi secara aerob dan 5% setelah proses enzimatis. Analisis yang dilakukan terhadap kehilangan bahan kering menunjukkan terjadinya kehilangan bobot air selama proses fermentasi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan senyawa komplek menjadi senyawa yang lebih 882

sederhana selama proses fermentasi, dimana pada saat itu juga terjadi pelepasan molekul air. Secara visual pelepasan molekul air dapat terlihat dengan adanya air pada plastik yang digunakan sebagai wadah/tempat ampas difermentasi. Tabel 2. Hasil analisis kandungan kimia ampas kelapa hasil fermentasi Komposisi Kadar Kadar air (%) 8,32 Protein (%) 26,09 Asam amino (%) asam aspartat 0,16 asam glutamat 1,268 serin 0,216 glisin 0,132 histidin 0,213 arginin 0,681 threonin 0,229 alanin 0,214 prolin 0,303 tirosin 0,277 valin 0,300 methionin 1,224 sistin 0,164 isoleusin 0,249 leusin 0,825 phenilalanin 0,324 lisin 0,315 Lemak (%) 20,70 Aflatoksin (ppb) B1 < 4 B2 < 3 G1 < 4 G2 < 3 Kecernaan Bahan Kering 95,1 in vitro (%) Kecernaan bahan organik 98,82 in vitro (%) Fermentasi ampas kelapa juga mampu meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik, dimana komponen ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana pakan tersebut dapat dipergunakan dan dicerna oleh ternak. Hasil analisa menunjukkan bahwa kecernaan bahan kering (KCBK) dan bahan organik (KCBO) secara in vitro ampas kelapa sebelum dan setelah difermentasi cukup tinggi (Tabel 1 dan 2). Peningkatan kecernaan bahan kering ampas setelah difermentasi menunjukkan adanya proses pemecahan bahan yang tidak dapat dicerna. Penggunaan suhu ruang pada proses enzimatis juga mendukung diperolehnya nilai kecernaan yang tinggi (SUPRIYATI et al., 1999). PURWADARIA et al. (1995) menerangkan bahwa pada proses enzimatis bungkil kelapa ternyata suhu kamar lebih efektif dibandingkan dengan suhu 50 C. Menurut SUDARMADJI et al. (1989) efektifitas proses enzimatis juga dipengaruhi oleh suhu optimum berkembangnya Aspergillus niger yaitu 35 37 C. Aflatoksin merupakan toksin yang dihasilkan oleh jenis kapang Aspergillus terutama Aspergillus flavus dan memiliki daya racun yang cukup tinggi. Kandungan aflatoksin pada pakan dapat dijadikan indikator aman tidaknya pakan tersebut untuk diberikan kepada ternak. Hasil analisis terhadap aflatoksin produk hasil fermentasi ampas kelapa yang dilakukan pada penelitian ini mempunyai kandungan aflatoksin yang relatif aman untuk ternak, dimana ambang batas yang diijinkan untuk pakan ternak yaitu pakan dengan kandungan Aflatoksin < 20 ppb. KESIMPULAN 1. Ampas kelapa fermentasi mempunyai potensi sebagai pakan karena memiliki kadar protein 26,9%; Kecernaan bahan kering in vitro 95,1% dan kecernaan bahan organik in vitro 98,82%. 2. Proses fermentasi dapat menurunkan kadar lemak ampas kelapa sebesar 11,39%. 3. Pakan yang dihasilkan dalam proses fermentasi ini cukup aman untuk dikonsumsi olah ternak karena memiliki kandungan aflatoksin B1, B2, G1, dan G2 pakan < 20 ppb. 883

DAFTAR PUSTAKA DERRICK. 2005. Protein in Calf Feed. http: //www. winslowfeeds.co.nz/pdfs/feedingcalvesarticle. pdf. (2 Februari 2005). HELMI HAMID, T. PURWADARIA, T. HARYATI dan A.P. SINURAT. 1999. Perubahan nilai bilangan peroksida bungkil kelapa dalam proses penyimpanan dan fermentasi. JITV 4(2): 102 106. KETAREN, P.P., A.P. SINURAT, D. ZAINUDDIN, T. PURWADARIA dan I-P. KOMPIANG. 1999. Bungkil inti sawit dan produk fermentasinya sebagai pakan ayam pedaging. JITV 4(2): 107 112. PURWADARIA, T., T. HARYATI, J. DARMA dan O.I. MUNAZAT. 1995. In vitro digestibility evaluation of fermented coconut meal using Aspergillus niger NRRL 337. Bul. Anim. Sci. Special ed. pp. 375 382. SUDARMAJI, S., R. KASDMIDJO, SARDJONO, D. WIBOWO; S. MARGINO dan S.R. ENDANG. 1989. Mikrobiologi Pangan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. SUPRIYATI, T. PASARIBU, H. HAMID dan A. SINURAT. 1999. Fermentasi bungkil inti sawit secara substrat padat menggunakan Aspergillus niger. JITV 3(2): 165 170. 884