Pengolahan Air Limbah Laboratorium dengan Menggunakan Koagulan Alum Sulfat dan Poli Aluminium Klorida (PAC)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGOLAHAN AIR LIMBAH LABORATORIUM TERPADU DENGAN SISTEM KONTINYU INTEGRATED LABORATORY WASTE WATER TREATMENT WITH CONTINUE SYSTEM. Raimon.

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR LOGAM BERAT (LIMBAH B3) SECARA PRESIPITASI DAN KOAGULASI DI UPT PENGUJIAN DINAS PEKERJAAN UMUM. Wilyanda*) Yelmida, Chairul

LAPORAN PENELITIAN. Oleh : Eko Hartini, S.T, M.Kes (NPP ) MG. Catur Yuantari, S.KM, M.Kes (NPP )

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

PROSES RECOVERY LOGAM Chrom DARI LIMBAH ELEKTROPLATING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan semua makhluk hidup butuh air. Air merupakan material yang membuat

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK SECARA KOAGULASI DAN FLOKULASI

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

Teknik Bioseparasi. Dina Wahyu. Genap/ March 2014

KEGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PENYERAP TERHADAP UNSUR KOBALT (Co 2+ ) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

EFEKTIVITAS JENIS KOAGULAN DAN DOSIS KOAGULAN TEHADAP PENURUNAN KADAR KROMIUM LIMBAH PEYAMAKAN KULIT

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka

Lampiran 1. Prosedur Analisis

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

Elisa Oktasari 1, Itnawita 2, T. Abu Hanifah 2

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc


ASAM, BASA DAN GARAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berputar, sehingga merupakan suatu siklus (daur ulang) yang lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi hidro-orologi dan fungsi lingkungan lain yang penting bagi kehidupan seluruh

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L)

Coagulation. Nur Istianah, ST,MT,M.Eng

Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus Unit Pengolahan Air Bersih Rsup Dr.

Bab III Metodologi Penelitian

Gambar Rangkaian Alat pengujian larutan

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KECAP SECARA KOAGULASI DAN FLOKULASI

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

Indonesian Journal of Chemical Science

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI. ABSTRAK

PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENJERNIHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL KULIT

Reaksi dalam larutan berair

PRALAKUAN KOAGULASI DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR DENGAN MEMBRAN: PENGARUH WAKTU PENGADUKAN PELAN KOAGULAN ALUMINIUM SULFAT TERHADAP KINERJA MEMBRAN

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua mahluk hidup, dan merupakan kekuatan utama yang secara konstan

Perlakuan dan pembuangan limbah kimia dari pekerjaan laboratorium sehari-hari

Efektifitas Poly Aluminium Chloride (PAC) Pada Pengolahan Limbah Lumpur Pemboran Sumur Minyak

Pengendapan. Sophi Damayanti

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

BAB I PENDAHULUAN. (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

STUDI PENDAHULUAN : PENGOLAHAN LIMBAH CAIR HASIL PRODUKSI PATI BENGKUANG DI GUNUNGKIDUL

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

KINERJA KOAGULAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM PENJERNIHAN AIR SUNGAI KALIMAS SURABAYA MENJADI AIR BERSIH

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

LEMBARAN SOAL 11. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH )

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

TES PRESTASI BELAJAR. Hari/tanggal : Senin/7 Mei 2012 Mata Pelajaran: Kimia Waktu : 90 menit

STUDI PENAMBAHAN POLYALUMINIUM CHLORIDAE (PAC) DAL AM PROSES KOAGUL ASI LIMBAH CAIR PADA PRODUKSI ALKALI TREATED COT TONII (ATG)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati

PENANGANAN LIMBAH CAIR KILANG PENGOLAHAN KAYU DENGAN SISTEM RECYCLING

PENGARUH ph PADA PROSES KOAGULASI DENGAN KOAGULAN ALUMINUM SULFAT DAN FERRI KLORIDA

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga

Pengolahan Limbah Industri Elektroplating Dengan Proses Koagulasi Flokulasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

Transkripsi:

Jurnal Penelitian Sains Edisi Khusus Desember 2009 (C) 09:12-08 Pengolahan Air Limbah Laboratorium dengan Menggunakan Koagulan Alum Sulfat dan Poli Aluminium Klorida (PAC) Muhammad Said Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia Intisari: Telah dilakukan penelitian tentang pengolahan air limbah laboratorium dengan menggunakan koagulan Alum sulfat dan Poli Aluminium Klorida (PAC). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis dan dosis koagulan yang tepat dalam proses pengolahan air limbah. Parameter uji yang diamati adalah Zat padat terlarut (TDS), Logam besi (Fe), Mangan (Mn), Kromium (Cr), Amoniak (NH3), dan derajat keasaman (ph). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan zat Alum sulfat adalah lebih efektif. Efektifitas penurunan polutan dengan proses koagulasi mampu menurunkan zat padat terlarut 58,80%, Fe 99,14%, Cr 98%, Mn 77,24%, Amoniak 23,18% dan ph 6 Keywords: Alum sulfat, Logam Berat, Koagulasi Abstract: Have been investigated of the laboratory waste water treatment using coagulant Alum sulfat and Poly Aluminium Cloride (PAC). This research purposes to get the best kind and doses of coagulant in waste waster treatment. Parameter focus are Total Dissolved Solid (TDS), Fe, Mn, Amoniacs, and ph. The result shows that Alum sulfat more efective. The efectivity of pollutant decrease are TDS 58,80%, Fe 99,14%, Cr 98%, Mn 77,24%, Amoniacs 23,18%, and ph 6 Keywords: Alum sulfat, Hazardous waste, Coagulation E-mail: msaidpalembang@yahoo.co.id Desember 2009 1 PENDAHULUAN L aboratorium merupakan tempat di mana dilakukan suatu kegiatan pengujian pengujian untuk memperoleh data hasil uji yang akurat dan valid. Data yang diperoleh dari hasil pengujian di laboratorium baik pengujian secara kualitatif maupun secara kuantitatif merupakan data yang dapat ditelusuri, selanjutnya dapat juga digunakan sebagai proses hukum. Berbagai kegiatan dapat dilakukan di laboratorium, mulai dari persiapan contoh untuk pengujian sampai dengan kegiatan pengujian. Beberapa pengujian umum yang dilakukan di laboratorium antara lain pengujian fisika, kimia dan mikrobiologi. Alur kegiatan pengujian di laboratorium dimulai dari persiapan contoh sampai dengan pelaksanaan pengujian, memutuhkan bahan-bahan kimia utama dan pendukung. Jenis bahan kimia yang umum dipakai antara lain bahan kimia bersifat asam, basa, organik dan anorganik. Jenis asam-asam kuat yang digunakan seperti Asam Klorida (HCl), Asam Nitrat (HNO 3 ), Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) dan lain-lain. Beberapa asam lemah yang biasa digunakan antara lain Asam Posfat (H 3 PO 4 ), Asam Karboksilat (HCOOH) dan sebagainya. Jenis-jenis basa kuat yang umum digunakan seperti Natrium Hidroksida (NaOH) dan Kalium Hidroksida (KOH). Kelompok bahan kimia anorganik meliputi berbagai jenis garam seperti Natrium Klorida (NaCl), Magnesium Klorida (MgCl 2 ), Kalium Klorida (KCl), Merkuri Sulfat (MgSO 4 ), Kalium Kromat (KcrO 4 ), Kalium Bikromat (K 2 CrO 7 ), Ferro Ammonium Sulfat (Fe(NH 4 SO 4 ) 2 ) dan berbagai jenis garam lainnya. Bahan kimia organik yang sering digunakan seperti jenis Alkohol, Aldehida, Aseton, senyawa Amina, Amida dan sebagainya. Jenis bahan kimia pendukung yang digunakan seperti deterjen sebagai bahan pembersih. Bahanbahan kimia tersebut di atas pada umumnya dibuang sehingga menghasilkan limbah yang kemudian dikenal dengan limbah laboratorium. Aktifitas pengujian di laboratorium cukup padat sehingga sudah tentu volume air limbah yang dihasilkan cukup banyak. Karakteristik air limbah laboratorium dapat dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Sebagian besar unsur-unsur yang berbahaya yang terdapat dalam air limbah laboratorium adalah logam berat seperti Besi (Fe), Mangan (Mn), Krom (Cr), dan Merkuri (Hg). Selain itu terdapat juga zat padat terlarut (TDS), Amoc 2010 FMIPA Universitas Sriwijaya 0912-08-38

niak (NH 3 ) dan Nitril (NO 2 ) dan tentu saja pengaruh derajat keasaman (ph). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.85 Tahun 1999 [1], bahwa unsur-unsur di atas merupakan senyawa yang tergolong Bahan Berbahaya dan Beracun. Dengan demikian perlu dilakukan penanganan air limbah laboratorium dengan serius agar tidak mencemari lingkungan. Saat ini belum terdapat instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sehingga dikhawatirkan beberapa tahun ke depan akan terjadi degradasi lingkungan akibat pencemaran lingkungan dari air limbah laboratorium. Untuk itu diperlukan suatu rancangan pengolahan limbah terpadu. Penelitian ini dimaksudkan sebagai penelitian pendahuluan untuk mendapatkan data awal kondisi air limbah laboratorium di Jurusan Kimia FMIPA. Sebagai acuan digunakan air limbah laboratorium dari Lab. Kimia Dasar karena dianggap memenuhi syarat teknis yaitu: 1. Merupakan laboratorium dengan tingkat aktifitas terbanyak(setiap hari terdapat praktikum mahasiswa) 2. Memiliki keragaman jenis limbah mulai dari pelarut (etanol) sampai dengan asam kuat (HCl, H 2 SO 4, HNO 3 ), hingga logam-logam berat. 2 DASAR TEORI 2.1 Pencemaran Air Pencemaran air dapat mengurangi jumlah air bersih untuk keperluan sehari-hari. Zat buangan tersebut akan dirombak oleh bakteri menjadi nutrien atau substansi lain yang tidak membahayakan lagi bagi hewan, tumbuhan dan makhluk hidup lainnya. Tetapi sayangnya kemampuan bakteri ini memiliki keterbatasan. Hal ini disebut juga daya dukung air. Apabila jumlah buangan yang ada dalam suatu perairan melebihi kapasitas atau kemampuan penguraiannya, maka tidak semua buangan dapat terurai dan sisanya inilah yang akan menjadi zat pencemar dalam perairan tersebut. 2.2 Pengolahan secara kimia Pengolahan air limbah secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap. Jenis partikel tersebut antara lain: koloid, logam-logam berat, senyawa fosfor, dan senyawa organik beracun. Pengolahan dilakukan dengan cara membubuhkan bahan kimia tertentu yang dapat menghasilkan partikel berukuran lebih besar. Pengendapan bahan tersuspensi yang tidak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan zat elektrolit yang bermuatan berlawanan dengan zat koloidnya. Ketika zat elektrolit bertemu dengan zat koloid akan terjadi reaksi netralisasi muatan koloid membentuk senyawa berukuran lebih besar sehingga pengendapan dapat terjadi [2]. 2.3 Koagulasi-Flokulasi Koagulasi adalah proses penambahan dan pencampuran suatu koagulan dilaknjutkan dengan destabilisasi zat koloid tersuspensi dan diakhiri oleh pembentukan partikel berukuran besar (floc). Koagulan yang umumnya dipakai adalah garam-garam Aluminium seperti Aluminium sulfat dan Poli Aluminium Klorida (PAC) [3]. Pada proses koagulasi terjadi pembentukan inti endapan yang ditandai dengan pengadukan cepat (60-100 rpm) dengan ph bervariasi sedangkan pada tahap flokulasi terjadi penggabungan inti-inti endapan menjadi molekul besar (flok). Flokulasi dilakukan dengan pengadukan lambat (40-50 rpm). Flok yang terbentuk selanjutya dipisahkan dari cairan dengan cara diendapkan atau diapungkan [4]. Reaksi yang umum terjadi pada proses koagulasi [4] : Al 2 (SO 4 ) 3 18H 2 O + 3Ca(HCO 3 ) 2 2Al(OH) 3 + 3CaSO 4 + 18H 2 O + 6CO 2 Al 2 (SO 4 ) 3 18H 2 O + 3Ca(OH) 2 2Al(OH) 3 + 3CaSO 4 + 18H 2 O 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2009 di laboratorium Kimia Dasar Jurusan Kimia FMIPA UNSRI. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas, ph meter, spektrofotometer UV-Vis, Spektrofotometer AAS, neraca analitik dan lain-lain. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri atas dua kelompok yaitu bahan-bahan untuk analisis dan kegiatan penelitian. Bahan-bahan untuk analisis terdiri atas bahan kimia yang berkuali- 0912-08-39

Tabel 1: Pengolahan Secara Kimia Oksidasi/Reduksi Adsorpsi Netralisasi Penukar Ion - Aerasi - Karbon Aktif - Koagulasi - Resin penukar ion - Reduksi-Oksidasi - Flokulasi - Resin penkar kation - Ozonisasi - Alumina - Zeolit - Ultraviolet fikasi proanalysis (p.a) seperti Asam Sulfat, Asam Nitrat, Asam Klorida, NaOH, dan garam-garam Kalium Bikromat, Mangan Sulfat, Nessler, Brucin Sulfat, Alum Sulfat dan Ferro Sulfat serta logam-logam standar seperti Besi, Mangan dan Krom. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian terdiri atas limbah laboratorium, Alum sulfat (Tawas), dan Poli Aluminium Klorida (PAC). 3.3 Metoda Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu uji pendahuluan dan uji lanjutan. Uji pendahuluan merupakan uji awal terhadap air limbah laboratorium yang bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat dan karakteristik air limbah laboratorium sedangkan uji lanjutan untuk mencari konsentrasi optimum zat koagulan yang digunakan. Pada uji ini, konsentrasi koagulan yang digunakan berkisar antara 0,5 gr/l s/d 10 gr/l dengan variasi pengadukan cepat dan pengadukan lambat. Analisa Zat Padat Terlarut (TDS) Analisa zat padat terlarut menggunakan metoda potensiometrik atau elektrometrik dengan menggunakan alat TDS meter. Pengukuran ini mengacu pada SNI.06-6989.27-2004. Analisa Besi (Fe) Pengujian kadar besi berpedoman pada SNI.06.6989.4-2004. Pengujian ini merupakan pengukuran logam besi dalam air limbah secara metode AAS pada kisara kadar Fe 0,3-6,0 mg/l dan panjang gelombang 248,3 nm. Analisa Krom Total (Cr) Pengujian kadar Krom total berpedoman pada SNI 06-699.17-2004. Pengukuran logam Krom berkisar antara 0,2-5,0 mg/l pda panjang gelombang 357,9 nm Analisa Derajat Keasaman Pengukuran ph dilakukan dengan menggunakan ph meter digital yang sebelumnya dikalibrasi dengan menggunakan larutan buffer ph 4, 7, dan 10.Pengukuran ph ini berpedoman pada SNI.06-6989.11-2004 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang air limbah laboratorium dimaksudkan sebagai penelitian pendahuluan untuk menentukan jenis dan konsentrasi zat koagulan yang tepat bagi pengolahan limbah terpadu. Hasil penelitian awal terhadap air limbah laboratorium menunjukkan beberapa parameter uji yang bermasalahseperti zat padat terlarut, logam-logam berat seperti Fe, Mn, Cr dan unsur Nitrogen dalam senyawa Amoniak serta derajat keasaman (ph awal<2). Efektifitas zat koagulan Alum Sulfat dan PAC terhadap polutan terlarut dapat dilihat dalam grafik yang disajikan berikut ini. 4.1 Reduksi Zat Padat Terlarut (TDS) Pengaruh penggunaan zat Alum Sulfat dan PAC terhadap polutan TDS dapat dilihat pada Gambar 1. Analisa Mangan (Mn) Pengujian kadar Mangan berpedoman pada SNI 06-6989.5.2004 Pengukuran logam Mn berkisar antara 0,1-4,0 mg/l pada panjang gelombang 279,5 nm. Analisa Kadar Amoniak (NH 3 ) Pengujian kadar Amoniak berpedoman pada SNI.06-2478-1991. Pengukuran kadar Amoniak menggunakan metode spektrofotometi pada panjang gelombang 400-425 nm. Gambar 1: Efektifitas koagulan Alum Sulfat dan PAC terhadap penurunan Zat Padat Terlarut (TDS) 0912-08-40

Dari gambar 1 terlihat bahwa penurunan zat padat terlarut pada air limbah laboratorium dengan menggunakan koagulan Alum Sulfat rata-rata di atas 60%. Penurunan zat padat terlarut yang optimal terdapat pada konsentrasi Alum Sulfat 1 gr/l. Penurunan pada kondisi ini sangat tajam yaitu mencapai 80%. Hal ini menunjukkan bahwa proses koagulasi berlangsung dengan sangat baik.setelah penggunaan Alum Sulfat 1 gr/l, efektifitas Alum Sulfat mengalami sedikit penurunan dengan kondisi terendah pada konsentrasi 10 gr/l yaitu 61%. Penggunaan zat PAC pada proses koagulasi berkisar antara 20-60%. Efektifitas PAC masih jauh dibawah Alum Sulfat. Penurunan zat padat terlarut yang optimal terdapat pada konsentrasi 4 gr/l yaitu 60,5%. Sedangkan penurunan zat padat terlarut terendah berada pada konsentrasi 0,5 gr/l yaitu 20%. Pada gambar 1 memperlihatkan perubahan bentuk grafik yang hampir sama yaitu persen penurunan terus meningkat hingga mencapai nilai optimum. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu kontak, maka kesempatan zat aktif pengkoagulasi untuk bertumbukan dan saling berinteraksi dengan partikel koloid dalam limbah akan semakin besar. Banyaknya interaksi yang terjadi mengakibatkan stabilitas koloid menurun karena muatannya ternetralisasi dan koloid akan cenderung bersatu membentuk mikroflok dan kemudian mengendap. Setelah waktu kontak optimum tercapai konsentrasi ammonia lebih besar dibandingkan kondisi optimum. Hal ini dikarenakan proses netralisasi muatan koloid sudah tidak terjadi lagi sedangkan tumbukan terus terjadi, sehingga dimungkinkan tumbukan yang terjadi selanjutnya adalah tumbukan antar partikel koloid yang sejenis. Tumbukan partikel sejenis akan meningkatkan gaya repulse dan terbentuk restabilitasasi koloid mengakibatkan partikel koloid limbah tidak berikatan dengan koagulan. Gambar 2: Efektifitas Alum Sulfat dan PAC terhadap penurunan Logam Besi (Fe) atan positif 3. Setara dengan Alum Sulfat (Al 2 (SO 4 ) 3 ) sehingga terjadi pertukaran ion yang baik antara Fe dan Al. Penurunan logam Fe saat penambahan PAC cukup baik, berkisar antara 50-80%. Walaupun masih kalah dibandingkan dengan Alum Sulfat tetapi prosentase penurunan logam Fe stabil(sekitar 80%), tidak seperti Alum Sulfat yang terus mengalami penurunan. Efektifitas tertinggi dicapai pada saat konsentrasi 4 gr/l yaitu 82%. 4.3 Reduksi Krom (Cr) Penggunaan unsur logam Krom di Lab. Kimia Dasar cukup banyak. Logam Cr digunakan dalam bentuk senyawa garam yaitu Kalium Kromat (KcrO 4 ) dan Kalium Bikromat (K 2 CrO 7 ). Jenis logam Cr yang banyak terdapat di dalam air limbah laboratorium adalah Cr bervalenci enam (Cr 6+ ). 4.2 Reduksi Logam Besi (Fe) Logam besi dalam sistem berkala termasuk dalam unsur golongan VIII. Unsur ini sekelompok dengan Cobalt (Co) dan Nikel (Ni). Keberadaan Fe dalam dimungkinkan karena beberapa pengujian sampel menggunakan Fe baik sebagai unsur atau bersenyawa dengan unsur lain Pengaruh penggunaan koagulan Alum Sulfat dan PAC dilihat pada gambar 2. Secara keseluruhan efektifitas Alum Sulfat terhadap penurunan logam Fe di dalam air limbah laboratorium berkisar antara 85-100%. Efektifitas penurunan logam Fe tertinggi pada konsentrasi 1 gr/l yaitu hampir 100%. Hal ini menunjukkan terjadi reaksi pengikatan yang baik antara Alum Sulfat dengan logam Fe. Kandungan logam Fe di dalam air limbah biasanya bermu- Gambar 3: Efektifitas Alum sulfat dan PAC terhadap penurunan logam Krom (Cr) Kemampuan Alum sulfat dalam menurunkan logam Cr dalam air limbah laboratorium berbanding terbalik dengan PAC. Pada keadaan awal Alum sulfat bereaksi dengan baik tetapi setelah konsentrasinya 0912-08-41

lebih dari 1 gr/l maka efektifitas Alum sulfat menurun. Hal ini berarti penggunaan koagulan Alum sulfat yang berlebihan adalah tidak efektif. Sebaliknya yang terjadi dengan koagulan PAC yang terus mengalami kenaikan angka prosentase berarti reaksi penyerapan logam Cr berjalan efektif. Walaupun demikian secara keseluruhan Alum sulfat masih lebih baik dibanding PAC karena dengan hanya sedikit penggunaan Alum sulfat (1 gr/l) maka penyerapan logam Cr akan berjalan maksimal (98%). 4.4 Reduksi Logam Mangan (Mn) 4.5 Reduksi Amoniak (NH 3 ) Penurunan unsur Nitrogen dalam air limbah laboratorium diwakili dengan parameter uji Amoniak (NH 3 ) dalam bentuk senyawa Ammonium. Jenis senyawa ini cukup signifikan digunakan dalam proses pengujian di laboratorium. Unsur ini secara umum berasal dari penggunaan senyawa Feri amonium sulfat (FAS). Senyawa FAS digunakan sebagai pentiter (titrant) dalam proses pengujian parameter COD. Efektifitas zat koagulan Alum Sulfat dan PAC terhadap penurunan Amoniak dalam air limbah laboratorium dapat dilihat pada gambar 5. Penggunaan unsur logam Mn dalam pekerjaan analisa di laboratorium cukup banyak sehingga pada analisa awal kandungan logam Mn di atas 15 mg/l. Efektifitas penggunaan koagulan Alum Sulfat dan PAC di tampilkan dalam gambar 4. Gambar 5: Efektifitas Alum Sulfat dan PAC terhadap penurunan Amoniak (NH 3) Gambar 4: Efektifitas Alum Sulfat dan PAC terhadap penurunan Logam Mangan (Mn) Efektifitas penurunan konsentrasi logam Mn dalam air limbah laboratorium dengan penggunaan Alum Sulfat berkisar antara 44-58%. Efektifitas terbesar diperoleh pada konsentrasi optimum Alum Sulfat 1gr/L dengan prosentase penurunan mencapai 60% dan terendah pada konsentrasi 0,5 gr/l=42%. Demikian pula halnya dengan koagulan PAC, prosentase penurunan tertinggi pada konsentrasi 2 gr/l=58% dan terendah pada konsentrasi 0,5 gr/l=22%. Hal ini menunjukkan bahwa efektifitas kedua koagulan sama baiknya hanya pada konsentrasi rendah (0,5 dan 1 gr/l), koagulan Alum Sulfat lebih baik. Pada konsentrasi awal, ikatan kimia antara koagulan dengan air limbah belum berjalan dengan baik sehingga prosentase penurunan masih kecil. Selanjutnya penurunan kandungan logam Mangan berjalan efektif. Kemampuan Alum sulfat menurunkan konsentrasi Amoniak dalam air limbah laboratorium berkisar 0,3-25%. Efektifitas tertinggi terdapat pada konsentrasi Alum Sulfat 1 gr/l. Setelah itu efektifitas Alum Sulfat terus mengalami penurunan. Sedangkan kemampuan PAC berkisar antara 0-62%. Kebalikan dari Alum Sulfat, efektifitas PAC terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa koagulan PAC lebih efektif untuk menurunkan zat Amoniak dibandingkan dengan Alum Sulfat. Penjelasan dari hal ini adalah sebagai berikut: Karakteristik Amoniak di dalam air berbentuk Ammonium (NH 4 OH). Bila senyawa ini kelebihan satu atom Hidrogen (H) maka senyawa ini berubah menjadi senyawa ionik yang bermuatan positif. Bila Ammonium bereaksi dengan PAC maka ion-ion dari polimer PAC akan mengikat senyawa positif dari H+ dan akan berubah menjadi monomer-monomer rantai pendek. Sedangkan bila Ammonium bereaksi dengan Alum sulfat maka kedua senyawa akan mengalami kesulitan untuk bereaksi 4.6 Perubahan derajat keasaman (ph) Secara keseluruhan derajat keasaman akan berubah secara drastis. Bila pada analisa awal nilai ph<2 0912-08-42

maka setelah proses koagulasi menjadi 6. Hal ini menunjukkan bahwa baik koagulan Alum Sulfat ataupun PAC dapat meperbaiki nilai ph air limbah laboratorium. Gambar berikut menunjukkan peningkatan nilai ph pada analisa awal dan analisa akhir baik untuk koagulan Alum sulfat maupun PAC. Gambar 6: Nilai ph pada analisa awal dan analisa akhir 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari uraian hasil dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan 1. Penggunaan zat koagulan yang lebih efektif adalah Aluminium sulfat dengan konsentrasi 1 gr/l 2. Efektifitas penurunan zat padat terlarut adalah 80%, Logam Fe 99,80%, Logam Cr 98%, Logam Mn 60% dan Amoniak 25 3. Terjadi peningkatan nilai ph yang sangat signifikan yakni dari keadaan sangat asam (ph=2) hingga mendekati netral (ph=6) 5.2 Saran Mengingat air limbah laboratorium termasuk kategori limbah B3 maka perlu dilakukan penelitian lebih jauh sehingga dihasilkan suatu pengolahan limbah terpadu. DAFTAR PUSTAKA [1] Anonim, 1999, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1999, Sekretariat Negara, Jakarta [2] Anonim, 2006, Kumpulan Standar Nasional Indonesia (SNI) Bidang Lingkungan Kualitas Air dan Air Limbah Bagian I, Panitia Teknis 13-03 Kualitas Lingkungan dan Manajemen Lingkungan, Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta [3] Zweisty, Y. dan L.H. Poedji, 2005, Pengolahan Limbah Cair Jumputan Menggunakan Poli Aluminium Klorida (PAC), Jurusan Kimia, FMIPA UNSRI, Palembang [4] Jesse M., Cohen, dan Sidney A. Hannah, 1991, Coagulation and Flocculation, Mc Graw Hill, New York 0912-08-43