Sudah Bayar, Terdakwa Korupsi Minta Bebas PALANGKA RAYA Fried Asahel (39) Mantan Bendahara Pengeluaran pada Sekretariat DPRD Kota Palangka Raya membela diri melalui Penasehat Hukum saat sidang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Palangka Raya, Selasa (29/12). Kami minta terdakwa dibebaskan karena dana Uang Persediaan (UP) sudah dikembalikan semua, Ucap Ipik Haryanto, salah satu Tim Penasehat Hukum Terdakwa usai sidang, Senada, anggota Tim PH lainnya, Kartika Chandrasari menyatakan ada bukti pembayaran untuk UP senilai Rp301.560.500.- yang dituduhkan Jaksa Penuntut Umum (JPU). Laporan Hasil Pertanggungjawaban (LHP) nihil untuk UP. Yang ada masalah pajak. Sedangkan pajak itu kewenangan pengadilan pajak. papar Kartika kepada wartawan. Tim PH terdakwa masih menunggu tanggapan JPU terhadap permintaan bebas terdakwa dan dalil yang mereka sajikan pada sidang berikutnya. Kronologis kejadian, JPU menuding Fried menggunakan UP yang sedianya untuk membiayai kegiatan sesuai DIPA-SKPD.UP sebesar Rp301.560.500,- menurut jaksa digunakan terdakwa untuk mengganti setoran Pajak Penghasilan atau PPh Pasal 21 tahun 2012 yang tidak dia setorkan karena digunakan untuk keperluan pribadi. Kemudian terdakwa membuat surat pertanggungjawaban (SPJ) UP seolah-olah telah dipergunakan sesuai peruntukannya. Dalam surat tuntutannya, JPU mengancam Fried dengan pidana penjara 3,5 tahun dan denda Rp50 juta subsidair kurungan 3 bulan serta membayar uang pengganti kerugian negara RP301.560.500,- atau diganti kurungan 6 bulan. Sumber Berita : 1. Harian Palangka Pos, Sudah Bayar, Terdakwa Korupsi Minta Bebas, Tanggal 03 Desember 2015. 2. Harian Kalteng Pos, Kadihub Kota Bersaksi Sidang Tipikor Mantan Bendahara DPRD Kota, Tanggal 03 Oktober 2015. Catatan : Peraturan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi adalah : a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari KKN d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban. Fungsi bendahara adalah, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang yang dalam pengelolaannya adalah, dengan penjelasan Sbb : a. Tugas menerima mengandung pengertian bahwa Bendahara harus mengadministrasikan dengan baik aliran kas masuk yang diterimanya. b. Tugas menyimpan mengandung pengertian keamanan dan keselamatan dari kas yang diterimanya menjadi tanggung jawab bendahara. c. Tugas membayarkan merupakan tugas fungsional bendahara yaitu membantu pelaksanaan pembayaran belanja negara pada tingkat satuan kerja yang tidak dapat secara langsung dibayar oleh Kuasa Bendahara Umum Negara, untuk pelaksanaan ini bendahara mendapatkan Uang muka kerja yang selanjutnya dikenal dengan istilah Uang persediaan (UP). d. Tugas menatausahakan mengandung pengertian seluruh kegiatan Bendahara (fungsi kebendaharaan yang telah disebutkan diatas) harus diadministrasikan dengan menggunakan prosedur sesuai kaidah pengendalian internal. e. Terakhir, Tugas mempertanggungjawabkan mengandung pengertian bahwa bendahara baik sebagai pemberi tugas atau penerima tugas, dapat memastikan bahwa tugas yang diberikan terlaksana dengan baik dan mengkomunikasikan pelaksanaan tugasnya sebagai bentuk dari pertanggungjawabannya. Adapun sarana pertanggungjawaban yang digunakan adalah berupa Laporan pertanggungjawaban (LPJ). Bendahara pengeluaran wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas pengelolaan uang yang terdapat dalam kewenangannya. Pertanggungjawaban tersebut terdiri atas: 1. Pertanggungjawaban Penggunaan Uang Persediaan (UP). Bendahara pengeluaran melakukan pertanggungjawaban penggunaan UP setiap akan mengajukan GU. Dalam melakukan pertanggungjawaban tersebut, dokumen yang disampaikan adalah Laporan Pertanggungjawaban UP dan dilampiri dengan bukti-bukti belanja yang sah. Langkah-langkah dalam membuat pertanggungjawaban UP adalah sebagai berikut: a. mengumpulkan bukti-bukti yang sah atas belanja yang menggunakan UP termasuk bukti-bukti yang dikumpulkan oleh bendahara pengeluaran pembantu, jika ada sebagian UP yang sebelumnya dilimpahkan kepada bendahara pengeluaran pembantu;
b. berdasarkan bukti-bukti yang sah tersebut bendahara pengeluaran merekapitulasi belanja ke dalam Laporan Pertanggungjawaban UP sesuai dengan program dan kegiatannya masing-masing; c. Laporan Pertanggungjawaban UP tersebut dijadikan lampiran pengajuan SPP- GU. 2. Pertanggungjawaban Penggunaan Tambahan Uang (TU). Bendahara pengeluaran melakukan pertanggungjawaban penggunaan TU apabila TU yang dikelolanya telah habis/selesai digunakan untuk membiayai suatu kegiatan atau telah sampai pada waktu yang ditentukan sejak TU diterima. Dalam melakukan pertanggungjawaban tersebut dokumen yang disampaikan adalah Laporan Pertanggungjawaban TUP. Dokumen ini dilampirkan dengan bukti-bukti belanja yang sah dan lengkap. Langkah-langkah dalam membuat pertanggungjawaban TU adalah sebagai berikut: a. Bendahara pengeluaran mengumpulkan bukti-bukti belanja yang sah atas penggunaan tambahan uang persediaan; b. apabila terdapat TU yang tidak digunakan, bendahara pengeluaran melakukan setoran ke Kas Umum Daerah. Surat Tanda Setoran atas penyetoran itu dilampirkan sebagai lampiran laporan pertanggungjawaban TU; c. berdasarkan bukti-bukti belanja yang sah dan lengkap tersebut dan bukti penyetoran sisa TUP (apabila tambahan uang persediaan melebihi belanja yang dilakukan) bendahara pengeluaran merekapitulasi belanja ke dalam Laporan Pertanggungjawaban TUP sesuai dengan program dan kegiatannya yang dicantumkan pada awal pengajuan TU; d. Laporan pertanggungjawaban tersebut kemudian diberikan kepada Pengguna Anggaran melalui PPK SKPD; e. PPK SKPD kemudian melakukan verifikasi atas pertanggungjawaban yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran; f. Pengguna Anggaran kemudian menandatangani laporan pertanggungjawaban TU sebagai bentuk pengesahan. g. Pertanggungjawaban Administratif. Pertanggungjawaban administratif dibuat oleh bendahara pengeluaran dan disampaikan kepada Pejabat Pengguna Anggaran paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Pertanggungjawaban administratif tersebut berupa Surat Pertanggungjawaban (SPJ) yang menggambarkan jumlah anggaran, realisasi dan sisa pagu anggaran baik secara kumulatif maupun per kegiatan. SPJ ini merupakan penggabungan dengan SPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu. Pertanggungjawaban administratif berupa SPJ dilampiri dengan: - Buku Kas Umum; - Laporan Penutupan Kas; dan
- SPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu. Pertanggungjawaban administratif pada bulan terakhir tahun anggaran disampaikan paling lambat hari kerja terakhir bulan tersebut. Pertanggungjawaban tersebut harus dilampiri bukti setoran sisa uang persediaan. 3. Langkah-langkah dalam membuat dan menyampaikan SPJ bendahara pengeluaran adalah sebagai berikut: a. Bendahara pengeluaran menyiapkan laporan penutupan kas; b. Bendahara pengeluaran melakukan rekapitulasi jumlah-jumlah belanja dan item terkait lainnya berdasarkan BKU dan buku pembantu BKU lainnya serta khususnya Buku Pembantu Rincian Obyek untuk mendapatkan nilai belanja per rincian obyek; c. Bendahara pengeluaran menggabungkan hasil rekapitulasi tersebut dengan hasil yang ada di SPJ Bendahara pengeluaran pembantu; d. Berdasarkan rekapitulasi dan penggabungan itu, bendahara pengeluaran membuat SPJ atas pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya; e. Dokumen SPJ beserta BKU, laporan penutupan kas dan SPJ bendahara pengeluaran pembantu kemudian diberikan ke PPK SKPD untuk dilakukan verifikasi; f. Setelah mendapatkan verifikasi, Pengguna Anggaran menandatangani sebagai bentuk pengesahan. 4. Pertanggungjawaban fungsional dibuat oleh bendahara pengeluaran dan disampaikan kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Pertanggungjawaban fungsional tersebut berupa Surat Pertanggungjawaban (SPJ) yang merupakan penggabungan dengan SPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu. SPJ tersebut dilampiri dengan: Laporan Penutupan Kas dan SPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu. Pertanggungjawaban fungsional pada bulan terakhir tahun anggaran disampaikan paling lambat hari kerja terakhir bulan tersebut. Pertanggungjawaban tersebut dilampiri bukti setoran sisa UP. Berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-undang Nomor 20 Tahun 2002 secara tegas menyatakan : a. Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
b. Pengembalian hasil tindak pidana. Khusus dalam konteks tindak pidana korupsi, pengembalian kerugian negara sebelum penyidikan bisa menghapus tindak pidana. Salah satu unsur korupsi, lanjutnya adalah unsur kerugian negara. Bila sudah dikembalikan berarti unsur tersebut sudah hilang. Tapi syaratnya harus sebelum ada penyidikan. c. Jika penyidikan telah dimulai, ia menilai pengembalian uang hanya mengurangi sanksi pidana saja. Alasannya, pengembalian kerugian negara dianggap sebagai timbal balik karena telah meringankan tugas negara. Tidak mempersulit dari segi biaya, waktu, tenaga dan pikiran negara. Pengembalian yang juga dianggap sebagai pengakuan bersalah si terdakwa. d. Meskipun pelaku tindak pidana korupsi (koruptor) itu telah mengembalikan keuangan negara yang telah ia korupsi sebelum putusan pengadilan dijatuhkan, proses hukumnya tetap berjalan karena tindak pidananya telah terjadi. Akan tetapi, pengembalian uang yang telah dikorupsi dapat menjadi faktor yang meringankan bagi terdakwa saat hakim menjatuhkan putusan. Permendagri Nomor 55 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara serta Penyampaiannya, Bendahara pengeluaran SKPD bertugas untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan pengeluaran uang dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.