BAB II TINJAUAN TEORI. berimbang (Eveline & nanang D, 2010, p.11).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung zat kekebalan terhadap infeksi diantaranya immunoglobulin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Konsep Batita atau Tooddler

Bagaimana Memberikan Makan Bayi Setelah Usia 6 Bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

Bab 1.Pengenalan MP ASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah bayi berusia 6 bulan. Selain MP-ASI, ASI harus tetap diberikan kepada

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6 23 BULAN DI POSYANDU DURI KEPA JAKARTA BARAT TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif. tim, kecuali vitamin, mineral dan obat (Prasetyono, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh.

Lampiran 1. Lembaran permohonan menjadi responden LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB II TINJAUAN TEORI

PENYUSUNAN MENU MAKAN ANAK USIA DINI

sebagainya dari si ibu atau pengasuh anak (Sunarti, 1998).

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedekatan dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, memberi kasih

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden :

BAB II PENTINGNYA SARAPAN PAGI UNTUK ANAK-ANAK. 2008, Sarapan atau breakfast (dalam bahasa Inggris), break (istirahat)

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

Resep MPASI Bagi Balita Berumur Setengah Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PERAN IBU. Lampiran:

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BAYI BALITA TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DI POSYANDU DEWI SRI I KATEGUHAN SAWIT BOYOLALI TAHUN 2016

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

Memperkenalkan Makanan pada Bayi.

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN GIZI KURANG PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja)

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan disiplin terhadap perintah, aturan dan sebagainya (Departemen. oleh dokter atau orang lain (Slamet, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. tetap tinggi. Maka dari itu orang tua harus pandai pandai dalam memilih zat gizi pada anak

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

LAMPIRAN 1 KUESIONER

19/02/2016. Siti Sulastri, SST

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Ibu Post partum di Ruang Perawatan Alamanda. Hari/Tanggal : Selasa, 24 September 2013

01/04/ TAHUN (USIA(Th)) x 2 + 8) RUMUS PERKIRAAN TINGGI BADAN TAHUN USIA (th) x RUMUS PEERKIRAAN BERAT BADAN PERHITUNGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada usia 6 bulan saluran pencernaan bayi sudah mulai bisa diperkenalkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011).

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pola Asuh Gizi. 1. Pengertian Pola Asuh Gizi Pola asuh gizi merupakan asupan makan dalam rangka menopang tumbuh kembang fisik dan biologis balita secara tepat dan berimbang (Eveline & nanang D, 2010, p.11). Pola pengasuhan anak berupa sikap perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, memberikan kasih sayang dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan keadaan ibu terutama dalam kesehatan, status gizi, pendidikan umum, pengetahuan dan ketrampilan tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga atau dimasyarakat, sifat pekerjaan sehari-hari, adat kebiasaan keluarga, masyarakat dan sebagainya dari ibu atau pengasuh anak (Soekirman 2000, p.85). Menurut (LIPI, 2000, p.123), aspek kunci pola asuh gizi: a. Perawatan dan perlindungan bagi ibu untuk anaknya b. Praktek menyusui dan pemberian MP-ASI c. Pengasuhan psiko-sosial d. Penyiapan makanan e. Kebersihan diri dan sanitasi lingkungan 9

10 f. Praktek kesehatan dirumah dan pola pencarian pelayanan kesehatan. Masalah gizi dipengaruhi oleh salah satunya adalah pola asuh ibu terhadap anaknya. lemahnya kemampuan ibu dan keluarga untuk memberikan pola asuh akan berakibat pada kejadian gizi kurang bahkan gizi buruk pada anak balita. a. Perawatan dan perlindungan Bagi Anak Setiap orangtua berkewajiban untuk memberikan perawatan dan perlindungan yang aman dan nyaman bagi anak. Masa lima tahun pertama merupakan masa yang akan menentukan pembentukan fisik, psikis, maupun kecerdasan otak sehingga masa ini anak mendapatkan perawatan dan perlindungan yang intensif (Eveline & nanang D, 2010, p.12). Bentuk perawatan bagi anak dimulai sejak bayi lahir sampai dewasa misalnya sejak bayi lahir yaitu memotong tali pusat, pemberian makanan dan sebagainya. Perlindungan bagi anak berupa pengawasan waktu bermain dan pengaturan tidur. b. Pemberian Makan Pemberian makanan merupakan bentuk mendidik ketrampilan makan, membina kebiasaan makan, membina selera terhadap jenis makanan, membina kemampuan memilih makanan untuk kesehatan dan mendidik perilaku makan yang baik dan benar sesuai kebudayaan masing-masing. Kekurangan dalam pemberian makan akan berakibat sebagai masalah kesulitan makan atau kekurangan nafsu makan yang pada gilirannya akan

11 berdampak negatif pada kesehatan dan tumbuh kembang nantinya (Waryana, 2010, p.85) Makanan tambahan mulai diberikan pada bayi setelah bayi berusia 6 bulan, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi paling tidak sampai usia 24 bulan. Makanan tambahan bagi bayi ini harus menjadi pelengkap dan dapat memenuhi kebutuhan bayi. Jadi makanan tambahan bagi bayi berguna untuk menutupi kekurangan zat gizi yang terkandung didalam ASI. (Waryana, 2010, p.85). 1) Tujuan Pemberian makanan Tambahan Tujuan pemberian makanan tambahan pada bayi usia lebih dari 6 bulan adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi yang semakin meningkat, seiring dengan bertambahnya umur dan berat badan. Gangguan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal dapat terjadi ketika kebutuhan energi dan zat gizi bayi tidak terpenuhi. Hal ini dapat disebabkan asupan makanan bayi yang hanya mengandalkan ASI saja atau pemberian makanan tambahan yang kurang memenuhi syarat. Disamping itu faktor terjadinya infeksi pada saluran pencernaan memberi pengaruh yang cukup besar (Waryana, 2010, p.85).

12 2) Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan menurut Waryana (2010, p.87 88) adalah: a) Makanan harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi. b) Berikan makanan setelah bayi menyusui. c) Pada permulaan, makanan tambahan harus diberikan dalam keadaan halus. d) Gunakan cendok atau cangkir untuk memberi makanan. e) Makanan bayi mudah disiapkan dengan waktu pengolahan yang singkat. f)makanan hendaknya mengandung protein. g) Susunan hidangan sesuai dengan pola menu seimbang, bahan makanan yang tersedia dan kebiasaan makan. h) Bentuk dan porsi disesuaikan dengan selera dan daya makan bayi. i)makanan harus bersih dan bebas dari kuman. 3) Cara Pemberian Makanan tambahan Makanan tambahan dapat diberikan secara efisien, untuk itu dapat diperlihatkan hal-hal sebagai berikut: a) Berikan secara hati-hati, sedikit demi sedikit dari bentuk encer, berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental.

13 b) Makanan baru diperkenalkan satu persatu dengan memperhatikan bahwa makanan betul-betul dapat diterima dengan baik. c) Cara pemberian makanan bayi mempengaruhi perkembangan emosinya. Oleh karena itu jangan dipaksa, sebaiknya diberikan pada saat ia lapar (Hanum Marimbi, 2010, p.59) 4) Waktu pemberian makanan tambahan pada bayi Menurut Hanum Marimbi (2010, p.22) makanan tambahan diberikan pada bayi setelah bayi berumur 6 bulan. Adapun garis besar pemberian makanan tambahan menurut umur: a) 0 6 bulan Bayi hanya diberikan ASI, lebih sering, lebih baik segera setelah lahir, ASI yang berwarna kekuningkuningan (kolostrum) diberikan kepada bayi. b) 6 8 bulan Pada usia 6 8 bulan merupakan usia awal bayi mengenal makanan. Fungsi pencernaan bayi sudah cukup berkembang baik, walaupun belum optimal. Selama enam bulan pertama, bayi hanya memperoleh ASI sebagai bahan utama sehingga pada tahap awal pengenalan makanan tambahan selain ASI, sebaiknya bayi diberi makanan yang

14 sudah dihaluskan, encer dan lembut seperti sari buah atau bubur susu. makanan yang diberikan juga terdiri dari satu macam bahan atau campuran dua bahan makanan agar bayi lebih mudah menerimanya. Tujuan pemberian makanan yang sudah dihaluskan agar sistem pencernaan bayi tidak kaget saat menerima makanan selain ASI, sehingga tidak menimbulkan masalah kesehatan. makanan yang dihaluskan terdiri dari buah dan sayuran misalnya buah pisang merupakan sumber kalori yang baik bagi bayi karena tinggi karbohidrat dan fruktusa atau gula dalam buah. Pepaya salah satu jenis buah yang baik diberikan untuk bayi, selain kaya akan vitamin dan mineral, pepaya juga tinggi serat (Budi sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.58). Selain makanan yang sudah dihaluskan, bubur beras yang terbuat dari tepung beras merah maupun tepung beras putih dapat menjadi makanan tambahan selain ASI. Pada tahap awal, kepadatan bubur beras dapat dibuat encer dengan menambahkan komposisi ASI, susu atau air matang. Setelah beberapa waktu kepadatan bubur dapat dibuat lebih kental (Budi sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.33).

15 c) 8 10 bulan Pada usia 8 10 bulan sistem pencernaan bayi sudah berkembang dan gigi geligi mulai tumbuh. Tingkat keinginan bayi untuk mengeksplorasi makanan juga mulai tumbuh, karena itu di usia 8 10 bulan, bayi mulai diperkenalkan dengan makanan berbentuk lembek dan lembut. Pada usia 9 10 bulan dapat diperkenalkan dengan bubur saring yang memiliki tekstur sedikit lebih kasar daripada bubur lembek yang diberikan pada usia 8 9 bulan (Budi sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.33). Pada usia ini bayi sudah dapat diperkenalkan dengan makanan yang mengandung pati seperti karbohidrat komplek dan sayuran. Protein baru dapat diberikan saat bayi berusia delapan bulan ke atas. Proses pencernaan pada bayi sudah mulai kompleks dan rumit, apalagi bila ditambah dengan protein. Biarkan pencernaan bayi bekerja secara perlahan. Gandum dan produk olahan juga baru dapat diperkenalkan kepada bayi saat bayi berusia delapan bulan ke atas (Budi sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.34). Menu bayi usia 8 10 bulan sebaiknya berupa campuran dua atau tiga jenis bahan makanan, seperti bubur beras dengan ayam dan wortel. Campuran bahan

16 yang beragam bertujuan agar kebutuhan gizi bayi tercukupi (Budi sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.73). d) 10 12 bulan Memasuki usia 10 12 bulan, kebutuhan gizi bayi semakin bertambah dan sistem pencernaan bayi semakin sempurna serta bisa menerima makanan yang lebih beragam. Gigi geligi bayi juga sudah mulai tumbuh sehingga diperlukan tekstur makanan yang semi padat agar bayi belajar menggigit (Budi sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.88). Bayi mulai diperkenalkan dengan bentuk makanan semi padat seperti nasi tim, dan makanan yang dicincang kasar, dengan rasa dan tekstur yang lebih kaya. Namun putih telur belum bisa diberikan untuk menghindari alergi. Jangan berikan makanan seperti makanan berpengawet, makanan yang mengadung pewarna dan makanan yang mengandung penguat rasa buatan. Jika memungkinkan gunakan produk nabati dan hewani organik, bila ingin memberikan makanan selingan kepada bayi, orangtua dapat membuat sendiri. Pemberian garam dan gula juga tetap harus dibatasi, karena gula dapat menimbulkan obesitas, merusak gigi, dan

17 memberantaskan kerja hati dan ginjal (Budi sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.36). Pada usia ini, kegiatan bayi juga sudah mulai meningkat, bayi juga mulai belajar berjalan sehingga kebutuhan energinya lebih besar. Diperlukan porsi lebih banyak agar kebutuhan gizi tercukupi. Bayi juga sudah mulai memahami dan tertarik dengan bentuk dan warna sehingga alat saji dan makanan sebaiknya dibuat yang menarik agar bayi lebih tertarik untuk makan (Budi sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.89). e) Lebih dari 12 bulan Pada usia 12 bulan, bayi sudah mulai besar. Pencernaan juga sudah mendekati sempurna sehingga bisa menerima makanan yang kian beragam. Kebutuhan gizi juga semakin meningkat sehingga perlu diberikan makanan tambahan seperti makanan selingan untuk mencukupi kebutuhan gizi. Makanan selingan untuk bayi sebaiknya tidak mengenyangkan sehingga tidak mengganggu jadwal makan. Snack yang bisa dipegang sangat baik diberikan pada bayi agar belajar menggenggam, memasukkan makanan ke mulut, dan melatih otot saraf jari tangan, seperti nugget ayam, biskuit, roti basah dll. Pemberian

18 makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari dengan porsi separuh makanan orang makanan orang dewasa setiap kali makan. Selain itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari (Budi sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.107). 5) Jenis-jenis Makanan tambahan bagi bayi usia lebih dari 6 bulan a) Makanan utama yaitu ASI dan pengganti ASI atau susu formula. b) Makanan lumat Makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus. Misalnya buah-buahan. (1) Buah-buahan Buah-buahan sudah diberikan dengan maksud mendidik bayi mengenal jenis makanan baru dan sebagai sumber vitamin. Berikan buah sesuai kesukaan bayi pada awal, biasanya yang bersifat air atau sari seperti: sari jeruk, sari tomat, sari pepaya dan lainnya yang tidak bersifat asam. Pada usia 6 bulan sudah dapat diberikan (Hanum Marimbi, 2010, p.29).

19 c) Makanan lunak Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair, Contohnya bubur. (1) Bubur Bubur susu cocok untuk bayi yang berusia 6 bulan ke atas, tekstur lembut mudah dicerna dan diserap alat perencanaan bayi. Penambahan tepung seperti tepung beras atau tepung maizena bisa dilakukan. Tujuan penambahan tepung adalah meningkatkan nilai gizi dari bubur, susu sebagai sumber protein dan tepung sebagai sumber karbohidrat pemberi energi bayi (Hanum Marimbi, 2010, p.28). d) Makanan padat Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan biasanya disebut makanan keluarga contohnya nasi tim, biskuit dll. (1) Nasi tim Nasi tim sering diberikan pada bayi berusia 9 bulan. Variasi nasi tim untuk makanan tambahan selain ASI sebaiknya jangan menggunakan bahan yang monoton. Variasikan setiap hari, ini penting agar bayi tercukupi semua gizinya. Mengingat kandungan

20 gizi setiap bahan pangan juga berbeda satu dengan lainnya. Selain nasi sebagai bahan utama sumber karbohidrat, di dalam nasi tim juga mengandung protein nabati hewani dan sayuran. Seperti nasi tim, ditambah dengan daging cincang dan potongan kecil wortel atau nasi tim dikombinasi dengan tahu, tomat atau bayam (Hanum Marimbi, 2010, p.28). (2) Biskuit Biskuit diberikan dengan maksud untuk mendidik kebiasaan makan dan mengenal jenis makanan lain dan bermanfaat untuk penambahan kalori. Kebanyakan bayi akan menyukai biskuit rasa manis dan sebagian lagi akan menyukai rasa asin (Atikah Proverawati & Siti Asfuah, 2009, p.120). Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Makanan dengan Waktu yang Sama Setiap hari usia Makanan yang diberikan Jumlah pemberian dalam sehari Waktu pemberian makan 0 6 bulan ASI Eksklusif Sepuasnya, sesuai yang dikehendaki bayi Setiap kali bayi menghendaki 6 8 bulan ASI Sepuasnya, sesuai yang Setiap kali bayi dikehendaki bayi menghendaki Bubur susu 1 2 kali sehari Pagi dan sore hari Jus buah 1 kali sehari Siang hari 8 10 ASI Sepuasnya, sesuai yang Setiap kali bayi bulan dikehendaki bayi menghendaki

21 10 12 bulan Bubur susu 1 2 kali sehari Pagi atau sore hari Nasi Tim 1 2 kali sehari Pagi atau sore hari Jus buah 1 kali sehari Siang hari biskuit 1 kali sehari Malam hari ASI Sepuasnya, sesuai yang dikehendaki bayi Setiap kali bayi menghendaki Bubur susu 1 2 kali sehari Pagi atau sore hari Nasi tim 1 2 kali sehari Pagi atau sore hari Jus buah 1 kali sehari Siang hari biskuit 1 kali sehari Malam hari c. Pengasuhan Psiko-Sosial Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya tidak hidup sendiri-sendiri tetapi saling membutuhkan antar sesama dalam kehidupan sehari-hari. Pengasuhan psiko-sosial terwujud dalam pola interaksi dengan anak dan orangtua interaksi timbal balik antara anak dan orangtua akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka kepada orangtuanya, sehingga komunikasi bisa dua arah dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya keterdekatan dan kepercayaan antara orangtua dan anak. Pengasuhan psiko-sosial ini antara lain terdiri dari cinta dan kasih sayang serta interaksi antar ibu dan anak. Salah satu hak anak adalah untuk dicintai dan dilindungi. Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orangtuanya. Agar kelak

22 menjadi anak yang tidak sombong dan bisa memberikan kasih sayangnya pula kepada sesamanya. Sebaliknya kasih sayang yang diberikan secara berlebihan yang menjurus kearah memanjakan, akan menghambat bahkan mematikan perkembangan kepribadian anak. Akibatnya anak akan menjadi manja, kurang mandiri, pemboros, sombong, dan kurang bisa menerima kenyataan. Pengasuhan psiko-sosial ini di dasarkan pada hubungan timbal balik antara ibu dan anak. Meningkatkan kedekatan ibu dan anak ditentukan dengan frekuensi interaksi dan sikap selalu menebarkan senyum terhadap anaknya (Soetjiningsih, 1998, p.9). d. Kebersihan Diri dan Sanitasi Lingkungan Perilaku kesehatan merupakan salah satu atau penyebab atau resiko utama penyebab masalah gizi (LIPI, 2000, p.149) Lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak. Lingkungan juga berfungsi menyediakan kebutuhan dasar bagi tumbuh kembang anak. peran orangtua dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak adalah dengan membentuk kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang sehat. Lingkungan rumah bersanitasi buruk, paparan sinar matahari yang minim, sirkulasi udara yang tidak lancar, akan berdampak buruk bagi proses tumbuh kembang anak. Apalagi jika lingkungan sangat kaya dengan kandungan zatzat berbahaya (Eveline & Nanang D, 2010, p.21). e. Praktek Menyusui dan Pemberian Makanan Pendamping ASI.

23 1) Menyusui Menyusui adalah proses pemberian ASI kepada ibu. Pemberian ASI berarti menumbuhkan kasih sayang antar ibu dan bayinya seperti berbicara, mendekap dan mengelus bayi. pemberian ASI akan mempengaruhi tumbuh kembang dan kecerdasan anak (Budi Sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.18) 2) Makanan pendamping ASI Makanan pendamping ASI merupakan makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 2 tahun. Selain ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi, maknan ini harus menjadi pelengkap dan dapat memenuhi kebuhan bayi. Jadi makanan pendamping ASI berguna untuk menutupi kekurangan zat gizi yang terkandung didalam ASI. Dengan demikian, cukup jelas bahwa peranan makanan pendamping ASI bukan sebagai pengganti ASI tetapi untuk melengkapi atau mendampingi ASI (Waryana, 2010, p.85) Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi ang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi yang semakin meningkat dengan bertambahnya umur dan berat badan. Gangguan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal terjadi ketika kebutuhan energi dan zat gizi tidak terpenuhi. Makanan yang diberikan kepada bayi.

24 Misalnya bubur yang terbuat dari tepung beras, nasi yang dilumatkan, sayur, buah, nasi tim. f. Praktek Kesehatan di Rumah dan Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan Balita perlu diperiksakan kesehatannya dibidan atau dokter bila sakit sebab mereka masih mempunyai resiko yang tinggi untuk terserang penyakit. Adapun praktik kesehatan yang dilakukan dalam rangka pemeriksaan pemantaun kesehatannya adalah 1) Imunisasi Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada anak untuk melindunginya dari pada beberapa penyakit tertentu seperti Hepatitis B, Tuberkolusis, Tetanus, Polio, Campak. Pemberian harus sedini mungkin dan lengkap (Hanum Marimbi, 2010, p.109) 2) Pemantauan Pertumbuhan Anak Pemantauan pertumbuhan anak dapat dilakukan dengan aktif melakukan pemeliharaan gizi misalkan dengan datang keposyandu. Dengan aktif datang keposyandu maka orang tua dapat mengetahui pertumbuhan anak (Hanum Marimbi, 2010, p. 72). 2. Faktor yang Mempengaruhi pola asuh

25 a. Faktor Pendidikan Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan gizi yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan menerapkan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari khususnya dalam kesehatan dan gizi (LIPI, 2000, p.153) Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orangtua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikan dan sebagainya. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya, dan sebagainya (Soetjiningsih, 1998, p.10). b. Faktor Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra yakni

26 penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagaian besar perasaan pengetahuan manusia dapat diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007, p.139) Pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi mempunyai hubungan yang erat dengan pendidikan. Anak dari ibu dengan latar belakang pendidikan yang tinggi mungkin akan dapat kesempatan untuk hadir dan tumbuh kembang dengan baik. Membesarkan anak sehat tidak hanya dengan kasih sayang belaka namun seorang ibu perlu ketrampilan yang baik. Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari merupakan penyebab kejadian gangguan kurang gizi. Menurut Suharjo (1996, p.25) suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada: 1) Tingkat pengetahuan sangat penting dalam meningkatkan status gizi yang optimal. Status gizi yang cukup merupakan syarat penting untuk kesehatan. 2) Pengetahuan gizi seseorang akan mempengaruhi status gizinya jika makanan yang dimakan dapat menyediakan zat-zat gizi yang nantinya diperlukan untuk pertumbuhan tubuh. 3) Dengan adanya ilmu gizi masyarakat dapat belajar menggunakan pangan untuk perbaikan gizi.

27 Ibu yang mempunyai pengetahuan tentang makanan yang bergizi, cenderung mempunyai anak dengan status gizi yang baik. Tingkat pengetahuan gizi ibu akan berpengaruh terhadap sikap perawatan anak serta dalam perawatan memilih makanan. c. Faktor Pekerjaan Aspek sosio ekonomi akan berpengaruh pada partisipasi masyarakat di Posyandu. Semua ibu yang bekerja di rumah maupun di luar rumah, keduanya akan tetap meninggalkan anak anaknya untuk sebagian besar waktu. d. Pendapatan Kemiskinan faktor penyebab gizi kurang menduduki pertama dalam kondisi yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian yang serius karena keadaan ekonomi relatif mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan (Suhardjo, 1996) Dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan penghasilan maka masalah gizi akan diatasi karena mempunyai efek terhadap makanan. Makin banyak pendapatan yang diperoleh

28 berarti makin baik makanan sumber zat gizi diperoleh. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orangtua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang skunder (Soetjiningsih, 1999. P.10). e. Keluarga (Dukungan Suami) memberikan pengaruh dan mengambil keputusan akhir untuk memberi pendapat pada istri. Hal ini sudah menjadi tradisi, yaitu segala sesuatu harus dengan persetujuan suami atau yang berkuasa dirumah. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi seorang ibu untuk memberikan pola asuh gizi pada balitanya. Suami mempunyai peran penting dalam keikutsertaan merawat anaknya. Suami juga mempunyai hak yang sama dengan ibu dalam pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Dalam hal ini suami juga harus memperhatikan gizi yang diberikan ibu untuk anaknya apakah sudah memenui gizi yang dibutuhkan oleh anaknya atau belum. Tentunya suami harus mempunyai pengetahuan tentang makanan apa saja yang baik, sehat, dan mengandung gizi yang seimbang yang dibutuhkan oleh anak, sehingga ibu bisa bertukar pendapat dengan suami untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

29 f. Sosial Ekonomi kondisi sosial ekonomipunya kaitan dengan proses tumbuh kembang anak. Keluarga dengan kondisi sosial ekonomi yang memadai, akan lebih mampu memenuhi kebutuhan gizi anaknya. mereka lebih sadar tentang kebersihan lingkungan dan mereka memahami apa yang untuk bayinya. Sementara kemiskinan yang dialami sebuah keluarga, menjadikan pilihan-pilihan gizi bagi anaknya lebih terbatas. Kemudian, kesehatan lingkungan pun biasanya terabaikan. Karenanya anak pun lebih sering diserang penyakit yang akan menghambat tumbuh kembangnya (Eveline & Nanang D, 2010, p. 22). g. Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan adalah ketersediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan. Pelayanan gizi dan kesehatan untuk anak balita dapat dilaksanakan dengan pemantauan pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan balita melalui sarana kesehatan yang baik meliputi posyandu, puskesmas, program kesehatan keluarga dan program lainnya. Berbagai lembaga pelayanan dasar harus terjangkau baik secara fisik maupun ekonomi (sesuai daya beli) oleh setiap

30 keluarga termasuk mereka yang miskin dan hidup di daerah terpencil (Soekirman, 2000, p.86). Makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang baik membantu mencegah terjadinya infeksi dan membantu mengatasi masalah gizi. B. Dukungan Suami 1. Pengertian Dukungan Sosial Menurut cohen & syme (1996, p.241) dukungan sosial keluarga adalah suatu yang bermanfaat untuk individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan dicintainya (Setiadi, 2007, p.21). Dukungan sosial keluarga adalah suatu proses antara keluarga dengan lingkungan sosialnya, dimana proses ini terjadi sepanjang masa

31 kehidupannya. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan-dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan keluarga, dukungan keluarga terutama suami dapat atau tidak digunakan, akan tetapi keluarga memandang orang yang bersifat mendukung selalu siap memberi pertolongan dan bantuan bila diperlukan (Friedman, 1998, p.196). Menurut Friedman (1998, p.196) dalam buku (Setiadi, 2007, p.21) jenis dukungan sosial terdiri dari: a. Dukungan Informasional. Keluarga berfungsi sebagai penyebar informasi tentang dunia. Dukungan keluarga yang tergolong dukungan informatif dapat berupa nasehat, usulan, petunjuk, saran dan pemberian informasi (Informasi tersebut dapat pula terwujud buku atau majalah). Dukungan informasional adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemberian informasi dan nasehat. Dukungan informasi yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan gejala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh individu. Dukungan ini mencakup: pemberian nasihat, saran, pengetahuan, dan informasi serta petunjuk, menurut Depkes (2002) dalam Nursalam (2009, p.29).

32 Dalam hal ini suami juga perlu mempunyai pengetahuan dalam perawatan balitanya, perawatan balita bukan sepenuhnya urusan dari ibu tetapi ayah juga berperan, tanpa pengetahuan suami tidak bisa memberi dukungan secara informasi. Dengan pengetahuan suami dapat memberi nasehat, usulan, petunjuk dan saran tentang pemberian asupan gizi anak mereka. Saat istri merawat anaknya mungkin yang diperhatikan hanya bagaimana anak bisa diberikan makanan yang mengandung gizi tanpa ibu memperhatikan makanan apa yang bergizi untuk anaknya, bagaimana cara pengolahannya, serta makanan apa yang harus diberikan pada anaknya pada usia sekarang. Dukungan dari suami sangat dibutuhkan oleh ibu untuk merawat anaknya, misalnya suami dapat mencarikan buku atau majalah tentang cara pemberian makanan pada anaknya. Dengan seperti itu ibu merasa bahwa dia mendapat dukungan untuk lebih baik dalam merawat buah hatinya. b. Dukungan penghargaan (penilaian). Merupakan dukungan keluarga yang bisa membuat kita mempunyai perasaan bahwa kita ini bernilai, dan masuk penghargaan diri adalah suatu bagian yang penting dari manajemen stres yang sukses. Kita mendapatkan dukungan dan penghargaan dari hubungan kita dengan seseorang yang akrab dan saling percaya dan dapat memberi rasa tentram.

33 Menurut Depkes (2002) dalam Nursalam (2009, p.29), dukungan penghargaan yaitu dukungan yang terjadi lewat ungkapan hormat atau penghargaan positif untuk orang lain, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan seseorang, dan perbandingan positif antara orang tersebut dengan orang lain yang bertujuan meningkatkan penghargaan diri orang tersebut. c. Dukungan Instrumental Depkes (2002) dalam Nursalam (2009, p.29) menyatakan, dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara langsung, misalnya: menyediakan fasilitas yang dibutuhkan, memberi pinjaman uang kepada orang yang membutuhkan, menolong dengan memberi pekerjaan pada orang yang tidak punya pekerjaan, serta bantuan yang lain. Dukungan instrumental adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang sifatnya materi atau tenaga. Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan nyata, diantaranya kesehatan penderitan dalam hal kebutuhan makan, minum dan istirahat. Dukungan secara langsung dalam bentuk pinjaman, pemberian atau pelayanan. Penyediaan fasilitas juga termasuk dalam dukungan imstrumental, dimana fasilitas tersebut sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku hidup bersih dan sehat pada diri anak, misalnya menyediakan tempat untuk membuang sampah,

34 menyediakan tempat untuk mencuci tangan, menyediakan air bersih (untuk memasak, mandi, mencuci), menyediakan jamban atau WC, dan lain-lain. Aspek dari dukungan material adalah dukungan yang diberikan dalam bentuk uang, peralatan, waktu, dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk pemberian makanan tambahan pada balita, misalnya membelikan makanan tambahan, membelikan tempat untuk makan, anak membutuhkan alas atau celemek supaya makanan yang sedang dimakan tidak mengotori bajunya dan lain-lain. d. Dukungan Emosional. Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi adanya kepercayaan, ungkapan empati, perhatian, didengarkan dan mendengarkan. Dukungan keluarga yang terpenting adalah suami (Setiadi, 2008, p.22). Dukungan emosional adalah tingkah laku yang berhubungan dengan rasa tenang, senang, rasa memiliki, kasih sayang pada anggota keluarga, baik pada anak maupun orang tua. Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan, menurut Depkes (2002) dalam Nursalam (2009, p.29)

35 Suami memperhatikan dan peduli terhadap keluarga terutama terhadap ibu misalnya dalam hal pola asuh gizi terhadap anaknya. suami juga selalu memberikan kepercayaan dalam hal pola asuh gizi yang diberikan oleh ibu terhadap anaknya. Ibu membutuhkan dukungan dari oranglain untuk merawat anaknya, dengan dukungan dari keluarga khususnya suami maka ibu akan lebih baik dalam perawatan anaknya terutama dalam pemberian gizi yang baik. 2. Sumber Dukungan Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial kelurga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 1998). 3. Manfaat Dukungan Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda

36 dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998).

37 e. Kerangka Teori Status Gizi konsumsi Makan penyakit Infeksi Ketersediaan Pangan Pola Asuh Anak Sanitasi Kurang pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan Pemberdayaan wanita dan keluarga (Dukungan suami) pengangguran, kurang pangan dan kemiskinan Krisis Ekonomi, politik, dan sosial ekonomi

38 Gambar 2.2. Kerangka Konsep Sumber: disesuaikan dari bagan UNICEF (1998). The state of the World s Children 1998. Press dalam soekirman, 2000. f. Kerangka Konsep Dukungan Suami Pola Asuh Gizi 2.3. Gambar Kerangka Konsep g. Hipotesis Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Biasanya dirumuskan dalam bentuk hubungan antara variabel yaitu variabel bebas maupun variabel terikat (Notoatmodjo, 2010, p.105). dari uraian dan rumusan masalah di atas dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut: Ada hubungan antara dukungan suami dengan pola asuh gizi pada bayi usia 6 12 bulan.