EFEKTIVITAS PENEGAKAN DIAGNOSIS MALARIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE IMUNOKROMATOGRAFI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100

PENDAHULUAN. Key words: plasmodium malaria, immunochromatographic, diagnostic test, microscopic examination

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

SKRINING MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUASIN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RAPID DIAGNOSTIC TEST (RDT) DENGAN PEMERIKSAAN MIKROSKOP PADA PENDERITA MALARIA KLINIS

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan

GAMBARAN PENGGUNAAN RAPID DIAGNOSTIC TEST PARASIT MALARIA DI DESA PASIRMUKTI KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN SUKABUMI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

Gambaran prevalensi malaria pada anak SD YAPIS 2 di Desa Maro Kecamatan Merauke Kabupaten Merauke Papua

PEMERIKSAAN MIKROSKOP DAN TES DIAGNOSTIK CEPAT DALAM MENEGAKKAN DIAGNOSIS MALARIA

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

BAB 4 HASIL PENELITIAN

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

UJI DIAGNOSTIK LEUKOSITURIA DAN BAKTERIURIA MIKROSKOPIS LANGSUNG SAMPEL URIN UNTUK MENDETEKSI INFEKSI SALURAN KEMIH


Gejala dan Tanda Klinis Malaria di Daerah Endemis

PERBANDINGAN DETEKSI PLASMODIUM SPP ANTARA METODE IMMUNOCHROMATOGRAPHIC ASSAY DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Lambok Siahaan* Titik Yuniarti**

ABSTRAK. Pembimbing II : Penny S M., dr., Sp.PK., M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK ASPEK KLINIK PEMERIKSAAN ANTIGEN NS-1 DENGUE DIBANDINGKAN DENGAN HITUNG TROMBOSIT SEBAGAI DETEKSI DINI INFEKSI DENGUE

Rapid Manual Test. falciparum. Desrinawati

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis B (VHB). Termasuk famili Hepadnavirus ditemukan pada cairan tubuh

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

Prevalensi pre_treatment

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

ABSTRAK. GAMBARAN IgM, IgG, DAN NS-1 SEBAGAI PENANDA SEROLOGIS DIAGNOSIS INFEKSI VIRUS DENGUE DI RS IMMANUEL BANDUNG

DIAGNOSTIK C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS AKUT SKOR ALVARADO 5-6

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

ABSTRAK. PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT JANTAN STRAIN BALB/c YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

JST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : ISSN KADAR HEMOGLOBIN DAN DENSITAS PARASIT PADA PENDERITA MALARIA DI LOMBOK TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

UJI RELIABILITAS DIAGNOSIS MIKROSKOPIS MALARIA TENAGA LABORATORIUM PUSKESMAS DI DAERAH ENDEMIK KOTA SAWAHLUNTO SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SITUASI MIKROSKOPIS MALARIA DI BERBAGAI LABORATORIUM DAERAH ENDEMIK, TAHUN 2006

DEFINISI KASUS MALARIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kasus infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Emil E, ; Pembimbing I: Penny Setyawati M., dr, SpPK, M.Kes. PembimbingII :Triswaty Winata, dr., M.Kes.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini berupa deskriptif pemeriksaan laboratoris. Penelitian dilakukan di

STATUS HEMATOLOGI PENDERITA MALARIA SEREBRAL

ABSTRAK. UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

Interpretasi dan Aspek Legalitas Hasil. Pemeriksaan Laboratorium pada HIV/AIDS

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI AYAK III KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai

EFEKTIVITAS BIAYA IMMUNO CHROMATOGRAPHIC TEST DAN UJI MIKROSKOPIS SEBAGAI ALAT DIAGNOSIS MALARIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

CEK SILANG MIKROSKOPIS SEDIAAN DARAH MALARIA PADA MONITORING PENGOBATAN DIHIDROARTEMISININ-PIPERAKUIN DI KALIMANTAN DAN SULAWESI

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Malaria Definisi Malaria merupakan infeksi protozoa genus Plasmodium yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

III. METODE PENELITIAN. cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian...26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK KESESUAIAN PERHITUNGAN NILAI RATA-RATA ERITROSIT FLOW CYTOMETER DENGAN GAMBARAN POPULASI ERITROSIT PADA PEMERIKSAAN SEDIAAN APUS DARAH TEPI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang. masih menjadi masalah di negara tropis dan subtropis

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

KESESUAIAN GEJALA KLINIS MALARIA DENGAN PARASITEMIA POSITIF DI WILAYAH PUSKESMAS WAIRASA KABUPATEN SUMBA TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan

Gambaran Penggunaan Uji Serologis Ig M dan Ig G Serta Antigen NS1 Untuk Diagnosis Pasien Demam Berdarah Dengue di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2012

I. PENDAHULUAN. cukup tinggi di dunia. World Health Organization (WHO) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

ANALISIS BIAYA DAN TATALAKSANA PENGOBATAN MALARIA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD ULIN BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

ABSTRAK. Kata Kunci: Tuberkulosis, Mikroskopis Zn, Kultur LJ, Sensitivitas, Spesifisitas

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional

KARAKTERISASI PLASMODIUM SPESIES MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN NESTED PCR DI KABUPATEN NIAS SELATAN PROPINSI SUMATERA UTARA INDONESIA DISERTASI

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

Transkripsi:

J. Sains MIPA, April 2010, Vol. 16, No. 1, Hal.: 8-12 ISSN 1978-1873 EFEKTIVITAS PENEGAKAN DIAGNOSIS MALARIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE IMUNOKROMATOGRAFI Johns F. Suwandi 1, W. Rudiyanto 2, W. Basuki 3 dan A. Wibowo 4 1 Lab. Parasitologi Bag. Ilmu Biomedik PSPD Unila, 2 Lab. Histologi Bag. Ilmu Biomedik PSPD Unila, 3 Lab. Patologi Klinik RSUAM Bandar Lampung/Bag. Ilmu Biomedik PSPD Unila, 1 PSPD Unila. Email: yadisuwandi04@unila.ac.id Diterima 17 November 2009, disetujui untuk diterbitkan 7 Januari 2010 ABSTRACT The eradication of malaria is still hindered by the problem of quick and accurate diagnosis. Microscopic test has some weaknesses which include lack of microscopic power man and testing time. World Health Organization (WHO) with help of some experts in this field has found a new method using immunochromatography (ICT). To determine the effectively of this instrument in detecting malaria, diagnostic test need to be carried out and compared to microscopic test. The research was conducted to 70 samples of malaria suspect in General Hospital of Abdoel Moeloek, Lampung Province, Each sample was check microscopically and then checked using ICT. The result showed that there were 5.7% and 94.3% of total sample were positive and negative suspect, respectively. The result of ICT test has sensitivity of 100%, specificity of 98%, positive prediction value of 90% and negative prediction value of 80%. Keywords: imunochromatogrphy, microscopic, malaria diagnosis ABSTRAK Pemberantasan malaria masih terkendala masalah penentuan diagnosis yang cepat dan tepat. Pemeriksaan mikroskopik memiliki kelemahan, diantaranya jumlah tenaga mikroskopis dan waktu pemeriksaan. WHO bersama dengan para ahli telah menemukan metode baru dengan menggunakan imunokromatografi (ICT). Untuk menentukan efektivitas alat ini dalam mendeteksi malaria, perlu dilakukan penelitian uji diagnostik yang dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik. Penelitian dilakukan terhadap 70 sampel suspect malaria di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Moeloek, Provinsi Lampung. Setiap sampel diperiksa dengan mikroskopik kemudian dilanjutkan dengan dengan ICT. Berdasarkan penelitian, ditemukan hasil positif 5,7% dan negatif 94,3% dari total sampel. Hasil penelitian menunjukkan ICT memiliki sensitivitas 100%, spesifisitas 98%, nilai prediksi positif 80%, dan nilai prediksi negatif 100%. Kata kunci : imunokromatografi, mikroskopik, diagnosis malaria 1. PENDAHULUAN Malaria banyak terjadi di Indonesia, khususnya di Propinsi Lampung dengan beberapa kabupaten dan kota yang menjadi pusat penyebaran infeksi 1). Spesies yang paling banyak menyebabkan infeksi malaria adalah Plasmodium falciparum dan P. vivax 2). Peranan endemisitas malaria, migrasi penduduk yang cepat, serta perpindahan dan kepergian penduduk dari daerah endemik, secara tidak langsung mempengaruhi peningkatan kejadian malaria. Tingginya angka penyakit malaria memunculkan kendala mengenai kesulitan mendiagnosa secara cepat dan tepat 3). Kepentingan untuk mendapatkan diagnosis yang cepat dan tepat pada penderita yang diduga menderita malaria merupakan tantangan untuk mendapatkan uji atau metode laboratorik yang efektif, mudah dilakukan, serta ekonomis 3). Kurangnya jumlah mikroskopis yang terlatih dan waktu pemeriksaan yang lebih lama jika menggunakan mikroskop, menyebabkan masalah semakin sulit dipecahkan jika hanya mengandalkan metode mikroskopik yang selama ini merupakan gold standard dalam pemeriksaan laboratorium malaria 3). 8

J. Sains MIPA, April 2010, Vol. 16, No. 1 Penelitian terbaru telah mengembangkan alat uji diagnostik cepat malaria dengan menggunakan metode imunokromatografi 4). Alat ini mengandung antibodi monoklonal HRP-2 (Histidine Rich Protein-2) untuk P. falciparum dan pldh (parasite Lactate Dehydrogenase) untuk mengetahui P. vivax sebagai indikator infeksi yang akan bereaksi terhadap antigen malaria yang dari preparat darah tepi yang bisa di ambil dari ujung jari maupun dengan jarum suntik 3). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas metode pemeriksaan imunokromatografi dalam mendeteksi infeksi malaria. 2. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik RSUD. H. Abdul Moeloek, Bandar Lampung pada bulan Juni sampai dengan Juli 2009. Sampel yang diambil adalah pasien yang memeriksakan diri ke Laboratorium Patologi Klinik RSUD. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dengan gejala klinis malaria. Besar sampel dihitung berdasarkan cara hitung uji diagnostik 5). Ditentukan pula interval kepercayaan (p) yang dikehendaki sebesar 95% (0,05). Dari perhitungan didapatkan jumlah sampel sebanyak 70 orang agar memenuhi tingkat kepercayaan yang diinginkan. Pasien yang menjadi kriteria inklusi adalah pasien dengan gejala klinis malaria berupa panas > 38º dengan atau tidak disertai menggigil, Demam intermitten 2 hari atau lebih, Sakit otot atau sakit kepala, dan bersedia di ambil darahnya. Pasien tidak akan diambil menjadi probandus jika panasnya disertai kaku kuduk, infeksi telinga tengah, infeksi saluran kemih, dan jumlah darah tidak mencukupi untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan selain mikroskopik. Pasien yang datang dengan gejala klinis malaria akan mengisi lembar persetujuan (informed consent), lalu diambil darahnya sebanyak 5 ml, kemudian diletakkan dalam tube yang mengandung antikoagulan EDTA. Pemeriksaan awal dilakukan dengan mikroskop. Selanjutnya, baik yang dinyatakan positif malaria maupun negatif akan diteruskan dengan pemeriksaan imunokromatografi untuk mengetahui ketepatan diagnosis dari alat imunokromatografi tersebut. Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data berupa data kualitatif jenis infeksi malaria yang disebabkan oleh parasit P. falciparum, P. vivax, infeksi campuran, atau tidak kedua-duanya. Pengolahan data dilakukan dengan uji statistik melalui analisis kualitatif dengan menggunakan uji Mc Nemar. Analisis data digunakan untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif dari metode ICT, kemudian penilaian mengenai cost effectiveness dibandingkan secara langsung. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebanyak 70 sampel diperiksa dengan metode mikroskopik dan imunokromatografi. Pemeriksaan yang telah dilakukan pada sampel dikelompokkan seperti tampak pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil pemeriksaan dengan mikroskop dan imunokromatografi. Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan Mikroskopis Pemeriksaan Imunokromatografi Positif 4 5 Negatif 66 65 Total 70 70 Penegakan diagnosis malaria dengan dengan menggunakan metode imunokromatografi didapatkan hasil positif sebanyak lima pasien. Tiga dari lima pasien yang positif merupakan penderita malaria falciparum sedangkan sisanya adalah penderita malaria vivax. Hasil ini kemudian dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik yang menunjukkan hasil positif sebanyak empat pasien, tiga pasien menderita malaria falciparum dan satu pasien malaria vivax. Hasil pemeriksaan berdasarkan spesies tampak pada Tabel 2. 9

Johns F. Suwandi dkk. Efektivitas Penegakan Diagnosis Malaria Tabel 2. Hasil pemeriksaan berdasarkan spesies. Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan Mikroskopis Pemeriksaan Imunokromatografi Plasmodium falciparum 3 3 Plasmodium vivax 1 2 Infeksi campuran 0 0 Negatif 66 65 Total 70 70 Nilai sensitivitas yang dihitung dari total keseluruhan sampel sebesar 100%, spesifisitas 98%, nilai prediksi positif sebesar 80%, dan nilai prediksi negatif 100%. Uji statistik yang dilakukan (p > 0,05) didapatkan nilai p = 0,5 sehingga diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara metode imunokromatografi dan mikroskopis. Perbedaan hasil pemeriksaan antara metode imunokromatografi dan mikroskopis seperti tampak pada Tabel 3 dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu jumlah parasit yang terdapat dalam darah penderita, derajat endemisitas suatu daerah malaria yang menyebabkan peningkatan kekebalan tubuh penderita, serta obat yang diminum pasien sebelum berobat ke layanan kesehatan 6). Perbedaan jumlah antigen yang dihasilkan spesies Plasmodium juga dapat mempengaruhi pemeriksaan, hal ini disebabkan oleh jenis eritrosit yang terinfeksi. Plasmodium falciparum menyerang semua stadium eritrosit, sedangkan P. vivax hanya menyerang eritrosit muda/retikulosit. Hal ini tentunya akan menghasilkan jumlah parasitemia yang berbeda pula, sehingga pada akhirnya jumlah antigen yang beredar dalam darah juga akan berbeda 7). Antigen parasit juga masih beredar dalam darah 14 hari setelah hilangnya parasitemia pasca pengobatan. Munculnya reaksi silang dengan faktor rheumatoid dapat juga mengakibatkan munculnya hasil positif palsu pada imunokromatografi 8). Perbandingan cost effectiveness metode imunokromatografi dan mikroskopik dilakukan dengan melihat enam parameter pembanding (Tabel 3). Dari parameter harga pada imunokromatografi didapatkan harga yang lebih mahal dari metode mikroskopis, tetapi harga ini tentunya sepadan dengan kemudahan yang ditawarkan dalam penggunaannya 6). Tabel 3. Perbandingan metode mikroskopis dan imunokromatografi berdasarkan cost effectiveness. Parameter Pembanding Mikroskopik Imunokromatografi Harga Pemeriksaan Rp 11.200,00 Rp 25.000,00 Perlengkapan Mikroskop Strip Penggunaan Butuh pelatihan dan Pelatihan singkat atau pengalaman seorang membaca petunjuk mikroskopis. pemakaian. Waktu pemeriksaan 30 menit 10 menit Sensitivitas dan spesifisitas 100 % dan 100% 100% dan 98% Ambang batas parasitemia 5-10 parasit/µl darah 100 parasit/µl darah Peralatan yang digunakan juga sederhana karena hanya membutuhkan strip uji tanpa membutuhkan mikroskop sebagai alat bantu pemeriksaan 3). Mikroskop membutuhkan investasi yang besar, dan tidak semua tempat penyedia layanan kesehatan memiliki fasilitas mikroskop untuk pemeriksaan penunjang. Keuntungan ini membuat imunokromatografi cocok jika digunakan pada daerah terpencil yang tidak terdapat pemeriksaan mikroskopik. Alat ini juga sangat berguna bagi orang-orang yang akan bepergian dan akan tinggal lama di daerah endemis malaria 6) Hasil pemeriksaan juga dapat diketahui dengan cepat sekitar 5 sampai dengan 15 menit dengan hanya menambahkan buffer yang diletakkan dalam tabung reaksi 9). Kemudahan yang ditawarkan berguna pada saat dibutuhkan suatu pemeriksaan penunjang dalam keadaan darurat seperti di unit gawat darurat rumah sakit atau sedang terjadi wabah malaria di daerah terpencil (remote area). 10

J. Sains MIPA, April 2010, Vol. 16, No. 1 Sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan dengan imunokromatografi tidak memberikan nilai yang berbeda secara signifikan jika dibandingkan dengan metode standar. Hasil perhitungan nilai sensitivitas dan spesifisitas sudah diatas standar minimal yang ditetapkan oleh WHO yaitu sebesar 95%. Penelitian dengan metode pemeriksaan yang sama juga pernah dilakukan oleh beberapa peneliti diberbagai negara dan ditemukan hasil yang beragam. Perbedaan hasil dapat diakibatkan oleh perbedaan respon imun yang dimiliki tiap orang terhadap malaria. Pada orang yang belum mempunyai kekebalan, gejala klinis sudah tampak walaupun jumlah parasitnya masih dibawah 100 parasit/µl, sehingga alat belum dapat menunjukkan hasil yang sebenarnya 10). Kekurangan yang ada pada alat ini adalah ambang batas parasit yang dapat terdeteksi. Alat imunokromatografi memiliki ambang batas parasit yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan mikroskopik, sehingga pada kadar parasitemia yang rendah alat ini kurang sensitif 12). Kondisi seperti ini yang masih membuat alat ini hanya bersifat sebagai metode pengganti atau sebagai alat untuk follow-up selama pengobatan atau pasca pengobatan malaria, jika tidak ada pemeriksaan mikroskopik sebagai standar 6). 4. KESIMPULAN DAN SARAN Uji imunokromatografi memiliki sensitivitas, spesifisitas, dan cost effectiveness yang sama baiknya dengan metode standar. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. dr. Efrida Warganegara, M.Kes., SpMK selaku ketua Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung, dr. Wirman selaku Direktur RSUAM Bandar Lampung, dan Seluruh Staf Laboratorium Patologi Klinik RSUAM yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pasien/sukarelawan yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini, kesedian anda untuk ikut serta dalam penelitian ini sangat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan bidang kedokteran. DAFTAR PUSTAKA 1. Dinkes Propinsi Lampung. 2008. Status Malaria di Provinsi Lampung, Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2008. 2. Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, K. M. dan Setiati, S. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III. Jakarta: FKUI. 3. Arum, L. I., Purwanto, A. P., Arfi, S., Tetrawindu, H., Octora, M., Mulyanto, Surayah, K. dan Amanukarti. 2006. Uji Diagnostik Plasmodium Malaria Menggunakan Metode Imunokromatografi Diperbandingkan Dengan Pemeriksaan Mikroskopis. Indo. J. Clin. Pathol. Med. Lab., 12 (3), 118-122. 4. Wongsrichanalai, C., Arevalo, I., Laoboonchai, A., Yingyuen, K., Miller, R. S., Magill, A. J., Forney, J. R. and Gasser, R.A.J. 2003. Rapid diagnostic devices for malaria: field evaluation of a new prototype immunochromatographic assay for the detection of Plasmodium falciparum and non-falciparum Plasmodium. Am. J. Trop. Med. Hyg., 69, 26-30. 5. Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara. 6. Setyaningrum, E., Djoko, S. H., Santoso, B., Marina, Sutanto, I. dan Laihad. J.F. 2007. Paracheck sebagai alat diagnosis malaria falciparum di Puskesmas Hanura, Padang Cermin, Lampung Selatan. J. sains MIPA, 13, 121-124. 11

Johns F. Suwandi dkk. Efektivitas Penegakan Diagnosis Malaria 7. Weatherall, D. J., Miller, L. H., Baruch, D. I., Marsh, K., Doumbo, O.K., Casals-Pascual, C. and Roberts, D.J. 2002. Malaria and the red cell. Hematology, 1, 35-57. 8. Sutanto, I. 2005. Berbagai Tantangan Diagnosis dan Pengobatan Malaria Pada Permulaan Abad XXI. Pidato Pada Upacara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Parasitologi. FKUI. 9. Agustini, S. M. dan Widijanti, A. 2004. Nilai Diagnostik Uji Imunokromatografi Pada Infeksi Malaria. Medika, XXX, 626-630. 10. Murray, C. K., Gasser Jr., R. A., Magill, A. J., Miller, R. S. 2008. Update on Rapid Diagnostic Testing for Malaria. Clin. Microbiol. Rev., 21 (1), 97 110. 11. Kakkilaya, B. S. 2003. Rapid Diagnosis of Malaria. Lab. Medicine, 8 (34), 602-608. 12. Tjitra, E., Suprianto, S., Dyer, M., Currie, B. J. and Anstey, N. M. 1999. Field evaluation of the ICT malaria P.f/P.v immunochromatographic test for detection of Plasmodium falciparum and Plasmodium vivax in patients with a presumptive clinical diagnosis of malaria in eastern Indonesia. J. Clin. Microbiol., 37, 2412 2417. 12