POLA SPASIAL DAN ANALISIS KEJADIAN MALARIA DI PULAU KAPOPOSANG KAB. PANGKEP TAHUN Irma Muslimin, Arsunan Arsin, Rasdi Nawi. Abstrak.

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS MODEL PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI PULAU KAPOPOSANG TAHUN Mulawarman, Arsunan Arsin, Rasdi Nawi. Abstrak

HUBUNGAN DAN PETA SEBARAN MALARIA DI KOTA AMBON TAHUN 2014 THE RELATTIONSHIP ANDASSOCIATED AND DISTRIBUTION MAP OF MALARIA IN AMBON CITY IN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN GIGITAN NYAMUK DENGAN KEBERADAAN KASUS MALARIA DI PUSKESMAS BONTOBAHARI

BEBERAPA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN NANGA ELLA HILIR KABUPATEN MELAWI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

BAB I PENDAHULUAN. terkena malaria. World Health Organization (WHO) mencatat setiap tahunnya

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN KAMPAR KIRI TENGAH, KABUPATEN KAMPAR, 2005/2006

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

Faktor-faktor kejadian malaria

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

Spatial Distribution of Genesis Malaria in Puskesmas Bontobahari Sub-District Bontobahari of Bulukumba District

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu perhatian global karena kasus malaria yang tinggi dapat berdampak luas

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

Elly Yane Bangkele*, Ari Krisna**

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2014

Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Propinsi Kepulauan Bangka Belitung

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Desa Tunggulo wilayah kerja. Puskesmas Limboto barat Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo

KUESIONER ANALISIS FAKTOR KEJADIAN RELAPS PADA PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Yurike Gitanurani¹, Dina Dwi Nuryani² Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

DETERMINAN PERILAKU MASYARAKAT, LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN PESAWARAN

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

ANDI EKAWANA AP K

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYUMBA PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI PUSKESMAS KOELODA KECAMATAN GOLEWA KABUPATEN NGADA PROVINSI NTT

PERILAKU MASYARAKAT DAN KEJADIAN MALARIA DI DESA PULAU LEGUNDI KECAMATAN PUNDUH PEDADA KABUPATEN PESAWARAN

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Promotif, Vol.3 No.2, April 2014 Hal

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau

Faktor Risiko Kejadian Malaria Di Desa Lubuk Nipis Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN KEI BESAR KABUPATEN MALUKU TENGGARA PROVINSI MALUKU

Faktor Perilaku yang Berpengaruh terhadap Kejadian Malaria di Daerah Endemis Malaria

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

Unnes Journal of Public Health

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN RIWAYAT MALARIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

I. PENDAHULUAN. dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes

BAB I PENDAHULUAN. 1

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEPERCAYAAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN KELAMBU BERINSEKTISIDA PADA MASYARAKAT (Observasi Analitik di Desa Gunung Raya)

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGGAU KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR RISIKO KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARAKA KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANGTAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nyamuk merupakan serangga yang seringkali. membuat kita risau akibat gigitannya.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang

limboto barat dengan luas wilayah 480 Ha, Luas wilayah ini terdiri dari pemukiman seluas 82,5 Ha, Persawahan 329,5 Ha, Perkebunan 26,0 Ha,

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis Univariat

HUBUNGAN UPAYA MASYARAKAT MENGHINDARI KETERPAPARAN NYAMUK DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RIJALI KECAMATAN SIRIMAU KOTA AMBON TAHUN

I. PENGANTAR. Separuh dari keseluruhan penduduk dunia, diperkirakan 3,3 miliar orang,

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan kesehatan. Tugas utama sektor kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

ANALISIS FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DURIKUMBA KECAMATAN KAROSSA KABUPATEN MAMUJU

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KAB. JENEPONTO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

Transkripsi:

POLA SPASIAL DAN ANALISIS KEJADIAN MALARIA DI PULAU KAPOPOSANG KAB. PANGKEP TAHUN 2011 Irma Muslimin, Arsunan Arsin, Rasdi Nawi Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial dan hubungan kondisi fisik rumah, perindukan nyamuk, kebiasaan keluar pada malam hari, penggunaan kelambu dan penggunaan obat anti nyamuk dengan kejadian malaria. Jenis penelitian ini adalahcross sectional study dengan jumlah populasi sebanyak 515 orang. Sampel sebanyak 254 dipilih secara Exhaustic sampling. Uji statistik bivariat dengan Chi Square dan Multivariat dengan Regresi Logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kondisi fisik rumah (p=0,048),kebiasaan keluar rumah malam hari (p=0,019) dan penggunaan kelambu (p=0,046) berhubungan dengan kejadian malaria. Sedangkan tempat perindukan nyamuk (p=0,654) dan penggunaan obat anti nyamuk(p=1,000) tidak berhubungan dengan kejadian malaria. Hasil uji multivariat logistik regresi ditemukan bahwa kondisi fisik rumah merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian malaria (wald 4,546; p = 0,033). Kata kunci: kejadian malaria, pola spasial Abstract The study aims to investigate the spatial pattern and the relationship of house physical condition, mosquito breeding ground, the habits of going out at night, mosquito net uses, and the use of mosquito repellent, with malaria incidence. It is a cross sectional study involving 254 samples.chi square test was used for bivariate analysis and logistic regression was used for multivariate analysis. The study indicates that the physical condition of the house (p=0,048), the habits of out at night(p=0,019), and the use of mosquito net (p=0,046), have a significanttor of malaria incidencecorrelation with malaria incidence. While mosquito breeding ground (p=0,654) and the use of mosquito repellent (1,000) have no correlation with malaria incidence. The multivariate logistic regression analysis reveals that the physical condition of the house is the most influential fbuilding had the strongest association with malaria incidence (wald 4,546; p = 0,033). Keywords: Incidence of Malaria, Spasial Pattern 1

Pendahuluan Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius yang dihadapi negara-negara sedang berkembang di dunia terutama Negara di daerah tropis dan sub-tropis, termasuk di Indonesia 1. WHO (World Health Organization) memperkirakan saat ini kira-kira 2,5 milyar manusia di dunia tinggal atau hidup di wilayah-wilayah endemis malaria, sampai saat ini malaria masih menjadi masalah kesehatan terbesar di dunia. Hal ini dapat diketahui dengan masih tingginya kasus malaria di wilayah-wilayah Afrika sebelah utara gurun Sahara, kirakira 275 juta dari 500 juta penduduknya terinfeksi malaria, 100 juta diantaranya dengan gejala-gejala klinis. Dalam wilayah endemis yang luas itu setiap tahun sebanyak 1 juta orang meninggal karena penyakit malaria. Di luar benua Afrika, kira-kira 100 ribu orang meninggal setiap tahun karena malaria 2. Selama periode 2000-2004, angka endemis malaria di seluruh tanah air cenderung menunjukkan peningkatan. Di Pulau Jawa dan Bali, Annual Parasite Insidence (API) selama periode waktu 1995 2000 per 1000 penduduk meningkat pesat dari 0,07 (1995), 0,08 (1996), 0,12 (1997), 0,30 (1998), 0,52 (1999), dan 0,81 (2000). Pada tahun 2002 API turun dari 0,47 dan menjadi 0,32 pada tahun 2003 per 1000 penduduk. KLB malaria selama periode 1998 2003 telah menyerang di 15 propinsi yang meliputi 84 desa endemis dengan jumlah penderita 27.000 dengan 368 kematian 3. Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia terutama di wilayah Indonesia bagian timur (Tudo,2005). Di Sulawesi Selatan, dari 24 kabupaten/kota yang melapor pada tahun 2007 jumlah penderita Malaria klinis sebanyak 13.029 penderita dengan jumlah yang positif sebanyak 1.927 orang (14,79 %) dengan kasus tertinggi di Kab.Selayar, Bulukumba, Enrekang dan Tator. Sedangkan untuk tahun 2008 jumlah penderita Malaria klinis mengalami penurunan menjadi 8.886 kasus dengan jumlah positif sebanyak 1.153 kasus (12,98 %). Kasus tertinggi di Kab. Selayar, Pangkep, Luwu Utara, Enrekang dan Tator atau AMI sebesar 1,14 per 1000 penduduk 4. Terjadi peningkatan kasus malaria di Kabupaten Pangkajene Kepulauan Khususnya di pulau Kapoposang, untuk tahun 2000 ditemukan 262 kasus, sedangkan tahun 2001 ditemukan penderita klinis sebanyak 1106 orang. Parasit rate (PR) dilaporkan untuk dua tahun terakhir juga mengalami peningkatan dari 5,14% (2000) menjadi 13,76% (2001) (Profil Kesehatan Kab. Pangkep, 2001). Pada tahun 2010 angka kejadian malaria di Kelurahan Mattiro Ujung sebanyak 33 penderita dari 1.309 penduduk. Pada tahun 2010 dipulau Kapoposang dilaporkan API = 17,57 permil dan AMI 25,21 permil. Angka ini menyebabkan pulau Kapoposang sebagai daerah meso endemik penyakit malaria. Malaria muncul sebagai hasil interaksi agent (Plasmodium), proses transmisi dan host (manusia dan nyamuk anopheles) yang semuanya dipengaruhi oleh lingkungan (Suharjo, 2009). Adanya perumahan masyarakat yang memiliki kondisi rumah yang terbuka tanpa plafon, ventilasi tanpa dipasang kawat kasa dan kondisi dinding rumah yang berlubang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kejadian malaria. Hal ini disebabkan karena nyamuk sangat mudah masuk ke dalam rumah yang keadaannya tidak tertutup seperti dinding yang ada lubang. Habitat perkembangbiakan nyamuk anopheles adalah genangan-genangan air baik air tawar maupun air payau yang harus selalu berhubungan dengan tanah. Tempat perkembang biakan nyamuk anopheles air payau terdapat di muara-muara sungai dan rawa-rawa yang 2

tertutup. Penelitian yang dilakukan oleh Kazwaini (2006) menemukan bahwa tempat perindukan nyamuk anopheles berupa laguna menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk yang potensial bagi perkembangbiakan nyamuk baik dengan kondisi keruh maupun jernih. Sosial budaya juga berpengaruh terhadap kejadian malaria seperti: kebiasaan keluar rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan kontak dengan nyamuk. Tingkat kesadaran muasyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria seperti penyehatan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan menggunakan obat anti nyamuk. Berbagai kegiatan manusia seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan, pertambangan dan pembangunan pemukiman baru/transmigrasi sering mengakibatkan perubahan lingkungan yang menguntungkan penularan malaria 5. Salah satu instrumen yang dapat digunakan dalam membantu pengendalian penyakit malaria adalah sistem informasi geografis (SIG). SIG memberikan informasi data secara spasial/keruangan sehingga dapat dipergunakan sebagai sarana pendukung upaya pengendalian ataupun pencegahan penyakit Malaria lebih terarah, efisien dan efektif. Metode Penelitian Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola spasial dan hubungan kondisi fisik rumah, tempat perindukan nyamuk, kebiasaan keluar rumah malam hari, penggunaan kelambu dan penggunaan obat anti nyamuk dengan kejadian malaria.hasil riset ini diharapkan dapat menjadi (1) salah satu sumber informasi yang penting Bagi Dinas Kehatan Propinsi Sulawesi Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Pangkep pada umumnya dan pihak Puskesmas Sarappo pada khusunya dalam upaya untuk mencegah dan mengendalikan penyakit malaria. (2) Sebagai salah satu referensi bagi institusi kesehatan dan institusi lainnya yang berkepentingan untuk berpartisipasi dalam peningkatan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit malaria. (3) Menambah pengetahuan masyarakat secara tidak langsung, khususnya dalam hal pencegahan dan pengendalian penyakit malaria. Penelitian ini merupakan penelitian observasional desain Cross Sectional Study. studi Cross Sectional, yaitu rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada satu saat atau periode 6 dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis (GIS) yang memiliki kemampuan untuk memvisualisasikan, mengeksplorasi, memilah-milah data, dan menganalisis data pola spasial. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang bermukim di pulau Kapoposang Tahun 2011. Penarikan sampel secara non probability sample dilakukan dengan cara Exchaustic sampling. Yaitu seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian, yakni Setiap individu yang bermukim di pulau Kapoposang Kabupaten Pangkep yang telah diperiksa darahnya. Data primer diperoleh dengan cara pengambilan sampel darah, melakukan wawancara langsung terhadap responden dengan berpedoman pada kuesioner yang telah tersedia yang memuat pertanyaan-pertanyaan maupun pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk menggali informasi mengenai variabel-variabel yang akan dianalisis pada penelitian ini yang mana erat kaitannya dengan kejadian malaria. Observasi langsung juga dilakukan untuk melihat kondisi fisik rumah responden dan jarak tempat perindukan nyamuk dengan rumah responden. 3

Pengolahan data yang dilakukan meliputi penyuntingan data, koding, pemasukan data ke computer dan pembersihan data. Analisis data yang dilakukan untuk penelitian ini menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Tampilan data kategorik berupa frekuensi dan persentase dan analisis bivariat menggunakan chi square dengan uji fisher exact dengan α=0,05 dan multivariat dengan regresi berganda logistik. Analisis data menggunakan program SPSS. Hasil dan Pembahasan Penyakit malaria menimbulkan masalah terutama daerah endemis yang menyebabkan manusia berusaha untuk menemukan metode-metode yang tepat untuk memberantasnya. Penyakit ini disebabkan oleh suatu agent tertentu yang infektif oleh parasit plasmodium dengan perantaraan nyamuk anopheles yang dapat disebarkan dari satu sumber infeksi kepada manusia. Faktor kesehatan lingkungan fisik, kimia, biologis, dan sosial budaya sangat berpengaruh terhadap penyebaran penyakit malaria. Pada penelitian ini, seluruh penderita malaria berada di wilayah RT 1 pulau Kapoposang (gambar 1). Jumlah penderita malaria dalam penelitian ini sebanyak 5 orang. Seluruh penderita malaria adalah jenis kelamin laki-laki dengan umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan yang bervariasi.distribusi penderita malaria menurut karakteristik lokasi tempat tinggal, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil Uji Statistik (Tabel 2) menunjukkan bahwa kondisi fisik rumah, kebiasaan keluar rumah malam hari dan penggunaan kelambu berhubungan dengan kejadian malaria, sedangkan tempat perindukan dan penggunaan obat anti nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian malaria. Rumah adalah struktur fisik, orang menggunakan untuk tempat berlindung yang dilengkapi beberapa fasilitas yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani baik untuk keluarga maupun individu. Kondisi fisik rumah berkaitan sekali dengan kejadian malaria, terutama yang berkaitan dengan mudah atau tidaknya nyamuk masuk ke dalam rumah adalah ventilasi yang tidak di pasang kawat kasa dapat mempermudah nyamuk masuk kedalam rumah. Langit-langit atau pembatas ruangan dinding bagian atas dengan atap yang terbuat dari kayu, internit maupun anyaman bambu halus sebagai penghalang masuknya nyamuk ke dalam rumah dilihat dari ada tidaknya langit-langit pada semua atau sebagian ruangan rumah. Kualitas dinding yang tidak rapat jika dinding rumah terbuat dari anyaman bambu kasar ataupun kayu/papan yang terdapat lubang lebih dari 1,5 mm² akan mempermudah nyamuk masuk ke dalam rumah 7. Keberadaan suatu tempat perindukan nyamuk dapat mempengaruhi tingkat kepadatan di wilayah sekitarnya dalam radius yang cukup luas, mengingat kemapuan terbang nyamuk anopheles yang cukup jauh, yaitu o,5-3 km, atau sekitar 2 km. sehingga apabila dalam radius tersebut terdapat pemukiman, maka tempat perindukan nyamuk tersebut merupakan faktor risiko bagi masyarakat di pemukiman tersebut untuk terkena penyakit malaria. Kebiasaan keluar rumah pada malam hari merupakan saat yang efektif untuk terjadinya penularan. Nyamuk anopheles betina mengigit manusia atau hewan untuk perkembangan telurnya. Nyamuk anopheles aktif mencari makan pada malam hari biasanya mulai mengigit petang hari hingga menjelang pagi dengan puncak gigitan untuk setiap spesies berbeda. Penggunaan kelambu merupakan upaya yang paling efektif mencegah digigit nyamuk pada saat tidur dibandingkan dengan upaya yang lain. Penggunaan kelambu lebih 4

baik dari pada penggunaan obat pengusir nyamuk dengan berbagai cara pemakaiannya. Risiko tersebut diantaranya adalah dapat menghindari masuknya insektisida ke dalam tubuh manusia melalui inhalasi atau jaringan kulit serta risiko lain dari obat pengusir nyamuk yang dibakar, khususnya bagi orang yang mempunyai gangguan sistem pernafasan.penggunaan obat anti nyamuk adalah cara untuk menghindari kontak atau gigitan dari nyamuk anopheles pada saat malam hari dengan menggunakan obat anti nyamuk, baik yang berupa obat anti nyamuk bakar, semprot, elektrik, atau repellent. Hasil uji statistik (Tabel 3) menunjukkan bahwa variabel kondisi fisik rumah merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian malaria dengan nilai wald 4,546 dan berpengaruh 8,490 kali terhadap kejadian malaria. Simpulan Penelitian ini telah menemukan bahwa kondisi fisik rumah, kebiasaan keluar rumah malam hari dan penggunaan kelambu berhubungan dengan kejadian malaria. Tempat perindukan nyamuk dan penggunaan obat anti nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian malaria. Hasil analisis multivariat menunjukkan kondisi fisik rumah merupakan variabel paling berpengaruh terhadap kejadian malaria dengan nilai wald 4,546. Perlu diupayakan program pemberdayaan masyarakat khususnya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan lingkungan bebas malaria, menghilangkan breeding place, perbaikan kondisi rumah dari yang tidak kedap serangga menjadi kedap serangga, dan peningkatan praktik pencegahan, yaitu pemberian informasi kepada masyarakat tentang pentingnya menghindari kebiasaan keluar rumah malam hari, penggunaan kelambu, dan penggunaan obat anti nyamuk untuk mengurangi kontak nyamuk Anopheles dengan manusia sehat. Ucapan Terima Kasih Ucapan terimakasih dan penghargaan kepada Tim Pembimbing Penelitian, Fakultas Kesehatan Masyarakat program Pasca Sarjana UNHAS, Dinas Kesehatan Kab.Pangkep Sul- Sel, para responden serta rekan-rekan mahasiswa magister jurusan Epidemiologi. Daftar Acuan 1. Frits, Wamaer. 2003. Hubungan Kondisi Fisik Bangunan Rumah dan tempat perindukan Nyamuk dengan Kejadian Malaria Pada Anak Umur 6-59 Bulan di Unit Pelayanan Kesehatan di Distrik Fakfak. Tesis tidak diterbitkan. Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2. Suhardiono. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Insiden Penyakit Malaria di Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan. Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia. 2: 22-34. 3. Erdinal, Dewi Susanna dan Ririn Arminsih. 2006. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Kecamatan Kampar Kiri Tengah Kabupaten Kampar. Makara Kesehatan. 2:64-70. 5

4. Dinas Kesehatan Kabupaten. 2008. Profil Kesehatan Kabuapten Pangkajene Kepulauan. 5. Husin, Hasan. 2007. Analisis Faktor Risiko Kejadian Malaria di Puskesmas Sukamerindu Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu Propinsi Bengkulu. Tesis tidak diterbitkan. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. 6. Murti, Bhisma. 1995. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Gajah Mada University Press: Jogjakarta. 7. Ahmadi, Supri. 2008. Faktor Risiko Kejadian Malaria di Desa Lubuk Nipis Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim. Tesis tidak diterbitkan. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Tabel 1. Distribusi Penderita Malaria Berdasarkan Lokasi Tempat Tinggal, Umur, Jenis Kelamin, Tingakat Pendidikan dan Pekerjaan Di Pulau Kapoposang Kabupaten Pangkep Tahun 2011 Penderita Malaria Lokasi tempat tinggal Umur (tahun) Jenis kelamin Tingkat Pendidikan Pekerjaan Penderita 1 RT 1 45 Laki-laki Tidak Tamat SD Nelayan Penderita 2 RT 1 9 Laki-laki SD Sekolah Penderita 3 RT 1 20 Laki-laki Tamat SD Nelayan Penderita 4 RT 1 11 Laki-laki SD Sekolah Penderita 5 RT 1 64 Laki-laki Tamat SLTA Ka.Dusun Sumber: Data Primer Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat Variabel yang DitelitiDi Pulau kapoposang kabupaten Pangkep Tahun 2011 Kejadian Malaria Jumlah Variabel Positif Negatif p n % n % n % Kondisi Fisik Rumah Buruk 3 6,3 45 93,8 48 100,0 0,048 Baik 2 1,0 204 99,0 206 100,0 Tempat Perindukan Nyamuk Dekat 1 1,1 93 98,9 94 100,0 0,654 Jauh 4 2,5 156 97,5 160 100,0 Kebiasaan Keluar Rumah Malam hari Ya 4 5,9 64 94,1 70 100,0 0,019 Tidak 1 0,5 185 99,5 185 100,0 Penggunaan Kelambu Tidak 4 4,7 82 95,3 86 100,0 0,046 Ya 1 0,6 167 99,4 168 100,0 Penggunaan Obat 6

Anti Nyamuk Tidak 5 2,2 221 97,8 226 100,0 Ya 0 0,0 28 100,0 28 100,0 Sumber : Data Primer 1,000 Tabel 3. Model Regresi Berganda Logistik Pola Spasial dan Analisis Kejadian Malaria di Pulau Kapoposang Kabupaten Pangkep Tahun 2011 Variabel B Wald Sig, Exp(B) 95% CI lower upper Kondisi Fisik Rumah 2,139 4,546,033 8,490 1,189 60,646 Kebiasaan Keluar Rumah Mala Hari -2,462 1,187,034,085,008,874 Penggunaan Kelambu 2,047 2,844,092 7,746,717 83,622 Jarak Tempat perindukan,081 1,228,947 1,085 0,098 12,027 Constant 3,034 6,955,008 20,786 Sumber : Data Primer 7