BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menunjukkan tinggi dari permukaan cairan disebut sebagai alat ukur level.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengukuran level adalah yang berkaitan dengan keterpasangan terhadap

PENGGUNAAN CONTROL VALVE PADA STERILIZIER DENGAN FIG UNTUK MENGONTROL ALIRAN STEAM (Aplikasi PTPN IV UNIT USAHA ADOLINA SUMATERA UTARA)

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II DASAR SISTEM KONTROL

BAB II DASAR TEORI. Alat ukur level adalah alat-alat instrumentasi yang dipergunakan untuk. 1. Mencegah kerusakan dan kerugian akibat air terbuang

SISTEM KENDALI DIGITAL

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengenalan Alat Ukur Permukaan Cairan / Level

BAB I PENDAHULUAN PENGENALAN SISTEM KONTROL. Apakah yang dimaksud dengan sistem kendali?

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan

Pneumatik Bab B4 1. Bab 4 Katup katup

Pertemuan-1: Pengenalan Dasar Sistem Kontrol

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur.

2. Pengendalian otomat dengan tenaga hydroulic

VIII Sistem Kendali Proses 7.1

BAB II PNEUMATIK. - sekitar 78 % dari volum adalah Nitrogen. - sekitar 21 % dari volum adalah Oksigen

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah

BAB 5 KOMPONEN DASAR SISTEM KONTROL

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu perkembangan pengaplikasian teknologi yang telah lama

1 P a g e SISTEM KONTROL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR SISTEM KONTROL. satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu

Strategi Pengendalian

BAB 1 KONSEP KENDALI DAN TERMINOLOGI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PENGATURAN LOOP TERTUTUP

ISTILAH-ISTILAH DALAM SISTEM PENGATURAN

SISTEM KENDALI SISTEM KENDALI. control signal KENDALIAN (PLANT) Isyarat kendali. Feedback signal. Isyarat umpan-balik

IX Strategi Kendali Proses

Pengantar Sistem Pengaturan

Dasar Dasar Sistem kontrol

ISTILAH ISTILAH DALAM SISTEM PENGENDALIAN

BAB II ALAT UKUR TINGGI PERMUKAAN CAIRAN (LEVEL) besarnya tinggi permukaan cairan digunakan diferensial transmitter elektrik yang

Makalah Seminar Kerja Praktek CONTROL SYSTEM PADA FURNACE 12F1(FOC I) PT. PERTAMINA RU IV CILACAP

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA SISTEM KONTROL PADA VESSEL 11V2 DI FOC I PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Instrument adalah alat-alat atau perkakas. Instrumentation adalah suatu sistem peralatan yang digunakan dalam suatu sistem aplikasi proses.

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI

BAB III DINAMIKA PROSES

SISTEM KENDALI OTOMATIS

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem kontrol adalah proses pengaturan ataupun pengendalian

Diagram blok sistem pengukuran

Rotameter adalah suatu alat ukur yang mengukur laju aliran berupa cairan atau gas dalam tabung tertutup.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5/12/2014. Plant PLANT

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA SISTEM FLOW CONTROL amdea DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG

BAB II LANDASAN TEORI

Makalah Seminar Kerja Praktek KONTROL TEMPERATUR PADA RICH SOLUTION HEATER (101-E) DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG

PENGANTAR SISTEM PENGUKURAN

Mekatronika Modul 12 Pneumatik (2)

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat

Komponen Sistem Pneumatik

Konsep Umum Sistem Kontrol

TUGAS AKHIR RESUME PID. Oleh: Nanda Perdana Putra MN / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang

BAB II TEORI. Proses pengaturan atau pengendalian suatu atau beberapa besaran

Komponen mesin pendingin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Lembar Latihan. Lembar Jawaban.

BAB II LANDASAN TEORI. tidak terdefinisi. Standar tersebut dapat berupa barang yang nyata, dengan syarat

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG

Bab 3 Katup Kontrol Arah

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya

1.1. Definisi dan Pengertian

Bab III. Metodelogi Penelitian

PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium

1. Sistem Kontrol pada Blender. Blok Diagram Sistem Kontrol Lup Tertutup. Input : Arus listrik yang mengalir. Controller : Manusia

PENGGUNAAN RESISTANCE PRESSURE TRANSMITTER PADA PENGONTROLAN SUPLAI UDARA INSTRUMEN DALAM PROSES SQUEEZING PADA ALAT FILTER PRESS

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN. membantu dalam meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup manusia di

Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1)

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

AC (AIR CONDITIONER)

Sensor Tekanan. Laila Katriani.

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING)

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI

a. Pressure Control Valve (Katup Pengontrol Tekanan) b. Directional Control Valve (Katup Control Arah) c. Flow control valve (katup pengontrol aliran)

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI

STUDY PERHITUNGAN RANGE d/p CELL TRANSMITTER UNTUK PENGUKURAN LEVEL DENGAN METODE DRY OUTSIDE LEG dan WET OUTSIDE LEG

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS

BAB VIII SISTEM KENDALI

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai Unit Pelaksana Teknis dari PT. Angkasa Pura II (Persero), maka

PRINSIP KERJA PENGUKURAN LAJU ALIRAN PADA PIPA DENGAN MENGGUNAKAN PLAT ORIFICE DENGAN TRANSMITTER ELEKTRIK

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

MATERI KULIAH TEKNIK PENGATURAN. Oleh: Ganda Samosir. Ir, M.Sc. UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengontrolan Sistem pengontrolan telah memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Disamping sangat diperlukan pada pesawat ruang angkasa, peluru kendali, sistem pengemudian pesawat, dan sebagainya, sistem pengontrolan telah menjadi bagian yang penting dan terpadu dalam prosesproses dalam pabrik dan industri. Misal pada proses pengontrolan tekanan, suhu, kelembapan, viskositas, arus, dan aliran dalam industri proses. Variabel yang dikontrol adalah besaran atau keadaan yang diukur dan dikontrol, dalam keadaan normal, variabel yang dikontrol adalah keluaran dari sistem, dan sistem adalah kombinasi dari beberapa komponen yang bekerja samasama dan melakukan sasaran tertentu. Sistem tidak dibatasi hanya pada sasaran fisik saja, konsep sistem dapat digunakan pada gejala yang abstak saja. Oleh karena istilah sistem kontrol dapat saja digunakan pada bidang ilmu lain. Maka dapat disimpulkan sistem pengontrolan berarti mengukur nilai dari variabel sistem yang dikontrol dan menerapkan variabel yang dimanipulasi dalam sistem untuk mengoreksi atau membatasi penyimpangan nilai yang diukur dari nilai yang dikehendaki.

2.2 Karakteristik Pengontrolan Karakteristik sistem pengontrolan dapat kita bagi dalam dua jenis sistem, yaitu : 1. Sistem Kontrol Loop Tertutup ( closed loop control system ) 2. Sistem Kontrol Loop Terbuka ( open loop control system ) 2.2.1 Sistem Kontrol Loop Tertutup Sistem kontrol umpan balik sering kali disebut sebagai sistem kontrol loop tertutup. Praktisnya, istilah kontrol umpan balik dan kontrol loop tertutup dapat saling dipertukarkan penggunaannya. Pada sistem kontrol loop tertutup, sinyal kesalahan yang bekerja, yaitu antara sinyal masukan dan sinyal umpan balik (yang mungkin sinyal keluarannya sendiri atau fungsi dari sinyal keluaran dan turunannya), disajikan ke kontroler sedemikian rupa untuk mengurangi kesalahan dan membawa keluaran sistem ke nilai yang dikehendaki. Istilah kontrol loop tertutup selalu berarti penggunaan aksi kontrol umpan balik untuk mengurangi kesalahan sistem. Dapat kita lihat pada gambar 2.1 dibawah ini. Input + PROSES Output - UMPAN BALIK Gambar 2.1 Diagram Blok Sistem Kontrol Rangkaian Tertutup

2.2.1 Sistem Kontrol Loop Terbuka Suatu sistem yang keluarannya tidak mempunyai pengaruh terhadap aksi kontrol disebut sistem kontrol loop terbuka. Dengan kata lain, sistem kontrol loop terbuka keluarannya tidak dapat dipergunakan sebagai perbandingan umpan balik dengan masukan. Suatu contoh sederhana adalah mesin cuci. Perendaman, pencucian, dan pembilasan dalam mesin cuci dilakukan atas basis waktu. Mesin ini tidak mengatur sinyal keluaran yaitu tingkat kebersihan pakaian. Dalam suatu sistem kontrol loop terbuka, keluaran tidak dapat dibandingkan dengan masukan acuan. Jadi, untuk tiap masukan acuan berhubungan dengan kondisi operasi tertentu; sebagai akibat, ketetapan dari sistem tergantung pada kalibrasi. Dengan adanya gangguan, sistem kontrol loop terbuka tidak dapat melaksanakan tugas seperti yang diharapkan. Sistem kontrol loop terbuka dapat digunakan, hanya jika hubungan antara masukan dan keluaran diketahui dan tidak terdapat gangguan internal maupun eksternal. Dapat kita lihat pada gambar 2.2 dibawah ini. Input Proses Output Gambar 2.2 Diagram Blok Sistem Kontrol Rangkaian Terbuka Masing - masing dari sistem kontrol baik itu loop terbuka maupun loop tertutup mempunyai kelebihan dan kelemahan, yaitu :

Kelebihan sistem kontrol loop tertutup adalah : 1. Tidak memerlukan kalibrasi ulang dari waktu ke waktu. 2. Dapat digunakan untuk komponen - komponen yang relatif kurang teliti dan murah untuk mendapatkan pengontrolan "plant" yang teliti. 3. Dapat digunakan pada sistem jika terdapat gangguan yang tidak dapat diramalkan pada komponen sistem. Kelemahan sistem kontrol loop tertutp adalah : 1. Kestabilan selalu merupakan persoalan utama karena cenderung terjadi akibat kesalahan koreksi berlebih yang dapat menimbulkan osilasi pada amplitude konstan maupun berubah. 2. Harga lebih mahal dari pada sistem kontrol loop terbuka. Sedangkan kelebihan sistem kontrol loop terbuka adalah : 1. Konstruksinya sederhana dan perawatannya mudah. 2. Lebih murah dari pada sistem kontrol loop tertutup. 3. Tidak ada persoalan kestabilan. Kelemahan sistem kontrol loop terbuka adalah : 1. Gangguan dan perubahan kalibrasi akan menimbulkan kesalahan, sehingga keluaran mungkin berbeda dengan yang diinginkan. 2. Untuk menjaga kualitas yang diperlukan pada keluaran diperlukan kalibrasi ulang dari waktu ke waktu.

2.3 Pengertian Alat Kontrol Variabel yang dikontrol adalah besaran atau keadaan yang diukur dan dikontrol. Variabel yang dimanipulasi adalah besaran atau keadaan yang diubah oleh kontroller untuk mempengaruhi nilai variabel yang dikontrol. Dalam keadaan normal, variabel yang dikontrol adalah keluaran dari sistem. Kontrol berarti mengukur nilai dari variabel yang dikontrol dan menerapkan variabel yang dimanipulasi ke sistem untuk mengoreksi atau membatasi penyimpangan nilai yang diukur dari nilai yang dikehendaki. Jadi kesimpulannya, alat kontrol adalah suatu alat yang sengaja diproses dan diprogram sesuai dengan keinginan dari pemakai. Sebagai contoh adalah sistem kontrol suhu ruangan, dengan suhu ruangan sebenarnya dan membandingkannya dengan suhu acuan ( Suhu yang dikehendaki ), termostat menjalankan alat pemanas atau pendingin, atau mematikannya sedemikian rupa, sehingga memastikan suhu ruangan tetap pada suhu yang nyaman tidak tergantung dari keadaan suhu di luar rungan. 2.4 Kontroller dan Kerangan Kontrol 2.4.1 Kontroller Kontroller berfungsi untuk mengatur agar keadaan yang sedang berlangsung dari suatu proses dapat berlangsung sesuai dengan keadaan yang diinginkan dari proses itu. Pengontrolan dapat dilakukan dengan tangan manusia dan dapat dilakukan dengan alat pengatur otomatis. Akan tetapi, sebelum kita masuk ke pokok pembicaraan, terlebih dahulu kita akan melihat beberapa istilah yang erat hubungannya dengan Kontroller.

1. Range Batasan selalu terdiri dari dua nilai yaitu nilai terendah dan nilai tertinggi. Misalnya batasan sebuah Kontroller adalah 0 100. Nilai 0 disebut nilai batasan terendah ( Lower Range Valve ). Sedang nilai 100 disebut nilai batasan tertinggi ( Upper Range Valve ). 2. Span Bila batasan kontroller dari 0 100 maka span dari kontroller itu adalah 0, Span yang dimulai dengan angka 0 disebut Eleveted Span, sedangkan yang dimulai dengan angka dibawah 0 ( minus ) disebut Supressed Span. 3. Reading Reading adalah nilai yang sedang berlaku dalam proses, reading terdiri dari dua jenis yaitu : - Correct Reading, yaitu nilai sebenarnya - Instrument Reading, yaitu nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur. 4. Sinyal Fisik Sinyal pneumatik atau listrik yang digunakan pada kontroller yaitu : -. Untuk sinyal pneumatik 3 15 Psi atau 0,2 1 Kg/Cm 2 -. Untuk Sinyal Elektrik 1 5 Volt 4 20 ma 5. Sinyal Skala Sinyal indikasi yang diberikan Kontroller dalam bentuk persen. Umumnya 0 100 %. 6. Gangguan ( Disturbancies ) Perubahan yang terjadi pada operasi kontroller. Perubahan ini biasanya ditimbulkan oleh :

-. Perubahan Set Point -. Perubahan input -. Perubahan beban Dan masih banyak istilah istilah lain yang di pakai pada proses kontroller. Pada proses kontrol, kecematan terhadap alat penunjuk haruslah tetap diperhatikan.agar kita mendapatkan produk sesuai dengan yang kita inginkan. 2.4.2 Kerangan Kontrol Kerangan kontrol mengatur catu materi atau energi untuk satu proses dengan mengatur suatu bukaan melalui mana materi itu mengalir. Jadi, kerangan kontrol adalah Orifice yang berubah-ubah, yang ditempatkan pada satu pipa proses. Rumus untuk aliran melalui orifice adalah : Q = C. A P Dimana : Q = Besarnya aliran, cairan ( gpm ), gas ( scfh ), uap ( lb/h ) C A = Konstanta ( tetepan ) untuk keadaan aliran = Luas penampang pipa P = Tekanan yang melalui kerangan. ( Psi ) Besaran aliran melalui suatu kerangan adalah berbanding pada bidang bukaan dan jatuh melalui kerangan itu. Bidang bukaaan kerangan berubah ubah

sesuai dengan persen langkah kerangan sedang tekanan jatuh melalui kerangan berubah ubah sesuai dengan kondisi hilir kerangan itu. Kondisi hilir suatu kerangan ditentukan oleh proses yang bersangkutan, seperti keadaan pipa pipa, bejana dan peralatan peralatan lainnya dalam proses itu ditempatkan. Kapasitas melalui sebuah kerangan kontrol dinyatakan dengan notasi C v, C v adalah sejumlah laju aliran air dalam satuan gallon/menit yang dapat dialirkan melalui kerangan ketika kerangan itu terbuka penuh dan terdapat pressure drop sebesar 1 psi pada keadaan suhu dan tekanan standart. Untuk Cairan : C v = Q G P Untuk Gas G C v = 1360 TfG P( P 2 ) Untuk uap : C v = Q 63,3 V P Dimana : Q = Laju aliran cairan ( gpm ), gas ( scfh ), uap ( lb/h ) G = Berat jenis ( Kg/cm 3 ) Tf = Suhu aliran dalam derajat rankine ( 0 R )

P = Pressure drop dalam psi ( Psi ) P 1 = Tekanan mutlak upstream kerangan ( Psi ) P 2 = Tekanan mutlak downstream kerangan ( Psi ) V = Spesifikasi volume downstream ( feet/lb ) Kerangan kontrol pada umumnya terdiri dari dua bagian pokok, yaitu : 1. Penggerak ( Aktuator ) 2. Perakit Badan Kerangan ( Valve Body ) PELAT DIAFRAGMA DIAFRAGMA SAMBUNGAN SINYAL PENGGERAK RUMAH DIAFRAGMA PEGAS PENGGERAK TIANG PENGGERAK DUDUKAN PEGAS PENYETEL PEGAS PENGHUBUNG TIANG PENGERAK SKALA PENUNJUK BUKAAN YOKE Gambar 2.3 Penggerak Aksi Lurus

RUMAH DIAFRAGMA SAMBUNGAN SINYAL PENGGERAK DIAFRAGMA PELAT DIAFRAGMA PEGAS PENGERAK DUDUKAN PEGAS PENGHUBUNG TIANG PENGGERAK TIANG PENGGERAK PENYETEL PEGAS SKALA PENUNJUK BUKAAN TOKE Gambar 2.4 Aksi Terbalik Gambar 2.3 menunjukkan skematik alat penggerak aksi lurus sedangkan gambar 2.4 menunjukkan skematik aksi terbalik, penggerak ini diproduksi oleh perusahaan fisher dan termasuk penggerak pneumatik. Bagian bagian penting dari penggerak ini adalah : 1. Sambungan sinyal penggerak 2. Rumah difragma 3. Diafragma 4. Plat diafragma 5. Pegas penggerak 6. Dudukan pegas 7. Penyetel pegas 8. penghubung tiang penggerak 9. Yoke 10. Skala penunjuk bukaan

Sinyal pneumatik dari kontroler atau alat bantu kontroler atau positioner masuk rumah diafragma melalui sambungan sinyal penggerak, sinyal ini ditumpukkan pada diafragma yang ditompang dengan plat diafragma, gaya yang dihasilkan sinyal ( diafragma ) kemudian dilawan oleh pegas penggerak. Pegas ini mempunyai nilai penekanan awal tertentu yang kemudian dapat diatur melalui penyetel pegas, jadi letak kedudukan penggerak adalah hasil keseimbangan kedua gaya itu. Sedangkan gaya gaya itu adalah tergantung pada luas bidang diafragma pegas seperti ini dapat digunakan pada kerangan kerangan globe, Saunder, Butterfly, dan kerangan Ball. Sewaktu tekanan sinyal pneumatik hilang, pegas penggerak akan mengembalikan ke posisi sebelum tekanan pneumatik atau listrik masuk ke rumah diafragma, sifat ini sangat baik untuk sistem keselamatan pada proses dimana pegas itu memungkinkan aksi udara untuk menutup ( Air To Close ), dan udara untuk membuka ( Air To Open ) pada kerangan yang bersangkutan. TIAMG SUMBAT KERANGAN PERAKITAN BONNET SUMBAT KERANGAN BADAN Gambar 2.5 Perakitan badan kerangan

Gambar 2.5 menunjukkan skematik perakitan badan kerangan, Perakitan badan kerangan terdiri dari bagian bagian pokok sebagai berikut : 1. Tiang Sumbat Kerangan 2. Sumbat Kerangan 3. Perakitan Bonnet 4. Badan 2.5 Transmitter Dalam dunia industri, biasanya digunakan dua jenis transmitter, yang kedua duanya digunakan untuk mengetahui skala pengontrolan yang biasanya dipasang atau digunakan pada control valve. Jenis transmitternya adalah : 1. Transmitter Pneumatik 2. Transmitter Elektrik 2.5.1 Transmitter Pneumatik Pada dasarnya Transmitter pneumatik berfungsi untuk mengubah sinyal proses menjadi sinyal pneumatik. Serta mengirimkan sinyal pneumatik itu ke alat penerima seperti pencatat, pengatur, dan penunjuk. Transmitter pneumatik pada umumnya terdiri dari dua bagian yaitu : -. Bagian perasa -. Bagian pengirim Karena pneumatik proses yang umum ada empat macam yaitu Pressure, Level, Temperatur dan Flow, maka transmitter yang mengirimkan sinyal proses

dari keempat variabel ini sering disebut Pressure Transmitter ( PT ), Level Transmitter ( LT ), Temperatur Transmitter ( TT ), dan Flow Transmitter ( FT ). A. Bagian Perasa ( Detektor ) Bagian perasa berfungsi untuk mengubah sinyal proses kedalam bentuk gerak gerak mekanik. Misalnya, suhu dari minyak sebelumnya adalah 100 0 C, beberapa detik kemudian menjadi 110 0 C, maka perubahan 10 0 C ini merupakan sinyal yang harus diubah oleh bagian perasa ( detektor ) kedalam bentuk pergerakan mekanik. Detektor yang sering digunakan pada sistem transmisi pneumatik adalah : -. Meterbodi ( Meterbody ) -. Sel Beda Tekanan -. Penggeser ( Displacer ) -. Bola Berisi Cairan ( Liquid filled Buld ) a. Meterbodi Pada meterbodi menunjukkan penampang dari meterbodi yang dipergunakan untuk mendeteksi tekanan. Meterbodi seperti ini disebut Remote Seal Diaphram Bourdoun Tube Meterbody. Meterbodi jenis ini dapat kita lihat pada gambar 2.6 di bawah ini. 1 8 2 6 5 3 7 4 Gambar 2.6 Meterbodi

Remote Seal Diaphram terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut : 1. Plensa Penghubung (Process Connecting Flange) 2. Diafragma Penyekat (Seal Diaphram) 3. Pipa Kapiler (Capility Tube) 4. Elemen Perasa (Sensing Element) 5. Lengan Pemuntir (Torque arm) 6. Batang Pemuntir (Torque Rod) 7. badan (Body) 8. Penutup (Cover) Prinsip kerja dari Remote Seal Diaphram Meterbody adalah sebagai berikut : - Pipa Kapiler, bagian dalam diafragma Penyekat Tabung Bourdoun diisi dengan cairan kental. - Perubahan tekanan proses mengakibatkan diafragma penyekat bergerak mundur-maju. Ini mengakibatkan tekanan cairan kental berubah. - Berubahnya tekanan cairan kental pada elemen perasa (sensing Element) mengakibatkan Tabung Bourdon itu bergerak-gerak mengembang atau menyusut. - Pergerakan Lengan Pemuntir kemudian diterima oleh Batang Pemuntir dan diteruskan ke Bagian Pengirim dari Transmitter Tekanan (Pressure Transmitter) - Dengan kalibrasi yang sempurna maka pergerakan dari Batang Pemuntir dapat dibuat sebanding dengan perubahan tekanan proses.

Meterbodi dan jenis diafragma Penyekat bila tidak dilengkapi dengan Pipa Kapiler, Diafragma penyekat dan cairan kental disebut sebagai : Meterbody Tabung Bourdon. 2 5 1 4 3 Gambar 2.7 Meterbody tabung Bourdon Keterangan Gambar : 1. Perasa 2. Lengan Pemuntir 3. Batang Pemuntir 4. Badan 5. Penutup Gambar 2.7 menunjukkan penampang dari Bourdon Tube Meterbody. Meterbodi ini sebenarnya sama dengan Remote Seal Diaphram Meterbody tanpa diafragma penyekat dan Pipa Kapiler.

Berbeda dengan Seal Diaphram Meterbody dimana gas atau cairan proses tidak langsung berhubungan dengan Element Perasa maka pada Meterbodi Tabung Bourdon dari gambar 2.7 materi proses adalah berhubungan dengan Elemen Perasa, karena itu Meterbodi seperti ini tidak cocok dipergunakan untuk uap, gasgas korosif dan cairan-cairan berat. Untuk uap, gas-gas korosif dan cairan-cairan berat biasanya dipergunakan Seal Diaphram Meterbody. Seal Diaphram Meterbody dapat kita lihat pada gambar 2.8 di bawah ini. Gambar 2.8 Menunjukkan penampang meterbodi jenis lain yang disebut : Meterbodi penghembus Keterangan gambar : 1. Penutup 2. Elemen Perasa 3. Lengan Pemuntir

4. Batang Pemuntir 5. Badan 6. Pembatas Langkah Perbedaan antara Penghembus dan Meterbodi tabung Bourdon adalah terletak pada elemen Perasanya dimana Meterbodi Tabung Bourdon memakai tabung Bourdon sedangkan Meterbodi penghembus memakai penghembus sebagai Elemen Perasa. Sama halnya dengan Meterbodi Tabung Bourdon, Meterbodi penghembus juga dapat dimodifikasi sehingga menjadi Remote Seal Diaphram Bellow Meterbody dengan menambahkan diafragma penyekat, pipa cairan ini umumnya sama seperti yang dipergunakan pada Termometer Isi Cairan (Liquid Filled Thermometer). Prinsip kerja dari Meterbodi penghembus juga sama seperti Meterbodi Tabung Bourdon dimana perubahan tekanan proses menghasilkan gerak mundurmaju pada penghembus. Kemudian gerak mundur-maju dirobah menjadi gerak setengah melingkar pada Batang pemutir melalui Lengan Pemulir. b. Sel Beda Tekanan ( Diffrential Pressure Cell ) Sel beda tekanan dapat dipergunakan untuk pressure transmitter, level transmitter, dan flow transmitter.elemen perasa dari detektor sel beda tekanan dapat berupa diafragma dan penghembus. Sel beda tekanan dapat kita lihat pada gambar 2.9 di bawah ini.

BATANG GAYA DIAFRAGMA PENYEKAT DIAFRAGMA BENTUK KAPSUL BATANG LENTUR Gambar 2.9 Sel Beda Tekanan jenis Diafragma Detektor ini tidak mempunyai batang pemuntir dengan gerak memuntir, melainkan hanya mempunyai batang lentur yaitu batang penghubung yang menghubungkan dengan difragma dengan batang gaya. c. Penggeser ( Displacer ) Penggeser dapat dipergunakan sebagai detektor pada level transmitter. Perubahan tinggi permukaan cairan akan menghasilkan pergerakan pada penggeser ( Elemen Perasa ). Selanjutnya pergerakan dari penggeser diteruskan melalui batang pemuntir yang dihubungkan dengan lengan pemuntir sehingga menghasilkan gerak memuntir pada batang pemuntir, dapat kita lihat pada gambar di bawah 2.10 ini

TUAS PEMUNTIR TABUNG PEMUNTIR POROS GERAK PENGGESER Gambar 2.10 Menunjukkan Penampang dari Penggeser d. Bola Berisi Cairan ( Liquid Filled Bulb ) Bola berisi cairan yang disambungkan dengan meterbodi dapat dipergunakan sebagai detektor untuk mengukur suhu.perubahan suhu proses menyebabkan cairan pada bola mengembang dan memberikan tekanan yang lebih besar pada meterbodi element perasa sehingga elemen perasa ini bergerak, dapat kita lihat pada gambar 2.11 di bawah ini. PENERIMA TEKANAN PIPA KAPILER SAMBUNGAN DAPAT DISETEL BOLA Gambar 2.11 Menunjukkan Bola Berisi Cairan

B. Bagian Pengirim Bagian pengirim dari transmitter pneumatik berfungsi untuk mengubah gerak-gerak mekanik detektor kedalam bentuk sinyal pneumatik, salah satu contoh dari bagian pengirim transmitter pneumatik adalah : Transmitter gaya seimbang. Bagian bagian pokok dari transmitter ini adalah : 1. Penyetel titik nol Berfungsi untuk mendapatkan titik nol dari batasan operasi transmitter. 2. Pengimbang kedua Berfungsi sebagai batang yang meneruskan gaya gerak balas terhadap gaya gerak pengimbang utama. 3. Kapsul pengimbang balik Kapsul yang berisi diafragma penggerak pengimbang kedua. 4. Pemancar Berfungsi sebagai buangan udara penggerak diafragma besar pada relay pilot. 5. Pembalik Berfungsi sebagai penutup. 6. Pembatas beban balik berlebih Berfungsi sebagai ganjal pembatas gerak pengimbang utama 7. Pengimbang utama Berfungsi sebagai batang penerus gerak gerak mekanik setengah melingkar dari batang pemuntir pada detektor.

8. Pipa pipa kapsul pengimbang Berfungsi sebagai pipa penyalur udara penghasil gaya gerak balas terhadap gaya gerak utama 9. Pipa untuk pemancar Berfungsi sebagai pipa penyalur udara untuk pemancar 10. Penyetel batasan lebar Berfungsi sebagai penyetelan untuk memperlebar bidang gerak pengimbang utama 11. Penyetel batasan sempit Berfungsi sebagai penyetelan untuk mempersempit bidang gerak pengimbang utama 12. Relai pitot Berfungsi sebagai kerangan pengatur tekanan udara instrumen output dari transmitter 13. Pegas peninggi atau penekan Berfungsi sebagai penyetelan untuk menaikkan skala perbandingan antara variabel proses dengan tekanan udara instrumen output. Prinsip kerja dari transmitter gaya seimbang adalah 1. Pergerakan dari batang pemuntir menghasilkan pergerakan maju mundur pada pengimbang utama 2. Bergeraknya pengimbang utama akan mengubah kedudukan pembalik sehingga menjauhi atau mendekati pemancar

3. Bila pembalik menjauhi pemancar maka tekanan balik udara penggerak diafragma besar pada relai pilot akan berkurang dari sebelumnya, sebaiknya bila pembalik mendekati pemancar, tekanan balik udara penggerak diafragma besar pada relay pilot akan bertambah dari sebelumnya 4. Berubahnya tekanan balik udara penggerak diafragma besar pada relay pilot akan mengubah perubahan karangan pilot pada relay untuk membuka atau menutup 5. Bila kerangan pilot membuka maka tegangan udara instrumen output bertambah, sebaliknya bila kerangan pilot menutup, tekanan udara instrumen output menjadi berkurang. Dengan demikian pergerakan dari batang pemuntir menghasilkan perubahan pada tekanan udara instrument output 6. Perhatikan bahwa udara instrumen output juga dikirim ke kapsul pengimbang balik 7. Tekanan udara instrumen output akan terus bertambah atau berkurang sampai pengimbang mendapat gaya balas yang sama besar dari kapsul pengimbang balik melalui pengimbang utama. 8. Sekali gaya pada pengimbang utama sama dengan gaya pengimbang kedua maka tekanan udara instrumen output tidak berubah lagi.

2.5.2 Transmitter Listrik Sama halnya dengan transmitter pneumatik, transmitter listrik juga terdiri dari dua bagian pokok, yaitu : -. Bagian Perasa -. Bagian Pengirim Transmitter listrik ini dapat kita lihat pada gambar di bawah 2.10 ini. Gambar 2.12 Transmitter Listrik Keterangan gambar : 1. Pengimbang utama 2. Pegas peninggi dan pegas titik nol 3. Peredam 4. penyetelan batasan 5. Pengimbang Kedua 6. Pembatas Langkah

7. Kesatuan Magnet 8. Pegas Bias 9. Detektor 10. Kesatuan O.P.D 11. Menunjukkan Out-put Transmitter ini juga termasuk gaya seimbang, detektor pada transmitter ini dapat berupa meterbodi, sel beda tekanan, bola berisi cairan, dan penggeser. Prinsip kerja dari transmitter listrik ini adalah : 1. Batang pemuntir dari detektor ( Bagian Perasa ) disambungkan dengan pengimbang utama dari bagian pengirim, sehingga pergerakan dari batang pemuntir menghasilkan pergerakan dari pengimbang utama. 2. Pergerakan dari pembanding utama mengubah jarak antara kedua ferrite dari detektor bagian pengirim. 3. Berubahnya jarak antara kedua ferrite menghasilkan perubahan pada induktansi pick-up coil 4. Perubahan induktansi dari pick-up coil menghasilkan perubahan pada out-put osilator 5. Perubahan pada out-put osilator menghasilkan perubahan pada nilai arus listrik yang keluar dari transmitter. Dengan demikian, perubahan pada variabel proses yang dirasakan oleh detektor pada bagian perasa dapat menghasilkan perubahan pada nilai arus listrik yang keluar pada bagian pengirim

6. Perhatikan bahwa sebagian dari out-put osilator dikirim ke kesatuan magnet sehingga akan terjadi gaya tolak menolak pada kesatuan magnet. Gaya tolak menolak pada kesatuan magnet akhirnya akan menghasilkan pergerakan pada penghubung kedua. 7. Pergerakan atau gaya pada penghubung kedua diteruskan ke pengimbang utama melalui penyetelan batasan. Gaya pengimbang kedua adalah melawan gaya pada pengimbang utama. Dengan demikian akan dihasilkan kedudukan dimana perubahan jarak antara ferrite akan sebanding dengan perubahan variabel proses yang dirasakan oleh detektor.