BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

1. BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga. alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. ditingkatkan guna mencegah teradinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. individual maupun bagi negara. Manfaat-manfaat tersebut antara lain; dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan bahwa total populasi dunia pada tahun 2013 mencapai 7,2 milyar dan akan mencapai 9,2 milyar pada tahun 2050 (UNFPA, 2014). Indonesia menempati urutan kelima dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Diperkirakan setiap hari terlahir sepuluh ribu bayi, dengan kata lain penduduk Indonesia bertambah sekitar 3,5 juta jiwa setiap tahunnya. Pada masa reformasi program KB mengalami stagnasi selama kurun waktu 10 tahun pemerintah belum mampu menurunkan total fertility rate (TFR) tang mencapai 2,6. Angka ini masih jauh dari target yaitu sebesar 2,1. Laju pertumbuhan yang sangat pesat ini akan menjadi masalah bagi pembangunan bangsa Indonesia kedepannya (BKKBN, 2012). Angka kesuburan total telah mengalami penurunan secara global. Namun dinegara berkembang penurunan terjadi sangat lambat karena masih rendahnya penggunaan kontrasepsi modren yaitu hanya 31% ( Sherpa,2012). Persentase jumlah peserta KB yang dilaporkan tidak mengalami perubahan yaitu 60% pada tahun 2002 menjadi 61 % pada tahun 2012 (BKKBN,2012). Program kontrasepsi yang digalakkan dan efektif adalah metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan Implant merupakan salah satu metode unggulannya, (BKKBN,2013).

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dapat dikendalikan dengan mengontrol faktor-faktor yang mepengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu melalui melalui program keluarga berencana untuk mengendalikan fertilitas. Keluarga Berencana merupakan suatu program untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pengaturan jumlah kelahiran, pembinaan kesejahteraan keluarga dalam upaya untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Program Keluarga Berencana mempunyai tujuan untuk mengendalikan angka kelahiran sehingga dapat meningkatkan kualitas penduduk. Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi di Indonesia perlu di tingkatkan untuk mencegah terjadinya ledakan penduduk yang merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, selain isu pemanasan global, krisis ekonomi, masalah pangan serta menurunnya tingkat kesehatan penduduk. Kekhawatiran akan terjadi ledakan penduduk pada tahun 2015 mendorong Pemerintahan Indonesia menyusun beberapa kebijakan penting karena penduduk yang besar tanpa disertai kualitas yang memadai akan menajadi beban pembangunan serta menyulitkan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Nasional (Emon, 2008). Dengan kesadaran ini, maka, suatu program telah dijalankan pemerintah. Indonesia untuk menahan ledakan penduduk, yaitu melalui program yang dikenal dengan Keluarga Berencana (KB). Program ini cukup efektif dalam menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Prevalensi KB menurut alat KB dari peserta KB aktif di Indonesia adalah 66,20%. Alat KB yang dominan adalah suntikan (34%) dan pil KB (17%).

Hasil penelitian Kurnia (2012), menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang KB implant yang berpengetahuan baik 22 responden (14%), berpengetahuan cukup 111 responden (70,7%), berpengetahuan kurang 24 responden (15,3%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan wanita usia subur tentang KB implant adalah cukup yaitu sebesar 111 responden (77,7%). Hasil penelitian Rahmah (2013), menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan metode kontrasepsi implant, ada hubungan antara pendapatan dengan metode kontrasepsi implant serta ada hubungan antara pengetahuan dengan metode kontrasepsi implant. Penggunaan implant sebagai salah satu metode kontrasepsi jangka panjang di Indonesia masih rendah yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor pengetahuan, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, takut efek samping, serta ditinggal suami bekerja ke luar negeri. Peserta KB baru secara nasional sampai dengan Bulan Maret 2012 sebanyak 220.510 peserta. Apabila di lihat pertahun pada pemakaian kontrasepsi maka dapat dilihat bahwa jumlah peserta IUD sebanyak 137.067 peserta (6,78%), MOW berjumlah 32.503 (1,61% ), MOP sebesar 5.382 peserta (0,27%), kondom sebanyak 125.512 (6,21%), Implant sebesar 164,872 (8,16%), Suntikan berjumalah 1.008.577 (49,92%). Dan 546.597(27,05%) peserta pil, mayoritas akseptor KB baru bulan Maret 2012, paling banyak digunakan oleh peserta KB yang menggunakan non metode kontrasepsi jangka panjang (non MKJP) yaitu 83,18%. Sedangkan peserta KB baru yang menggunakan metode jangka panjang seperti IUD, MOW,MOP, dan Implant hanya 16,82% ( BKKBN, 2013).

Hasil laporan umpan balik BKKBN sampai bulan Agustus 2013, pencapaian peserta KB baru KPS dan KS I di Provinsi Bali sebanyak 13,291 peserta yang terdiri dari 3.769 peserta IUD (28,36%). 1.093 akseptor MOW (8,22%), 90 peserta MOP (0,685), 1,398 (10,52%) memakai kondom, 1.119 (8,42) menggunakan Implant, 4632 ( 34,85%) Suntikan dan 1,190 (8,95% pil. Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa keikutsertaan pasangan usia subur terhadap penggunaan KB Implant tergolong rendah apabila dibandingkan dengan kepesertaan KB suntik dan IUD. hasil pelayanan akseptor baru menurut tempat pelayanan sampai dengan bulan Agustus 2013 sebesar 45.011 orang dengan rincian sebagai berikut : sebanyak 16,670 peserta 37,97% dilayanin oleh Klinik KB Pemerintah, 3,588 (7,98%) peserta dilayani oleh Klinik KB swasta, 1,715 (3.81%) peserta dilayani oleh Dokter Praktek Swasta, dan 23.038 (51,18%) dilayani oleh Bidan Praktek Swasta (BKKBN, 2013). Implant adalah alat kontrasepsi yang digunakan pasangan usia subur serta dipasang dibawah kulit lengan atas bagian dalam dari lipatan siku. Keuntangan dari penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: efektivitas tinggi, perlindungan jangka panjang, pengembalian kesuburan yang cepat setelah pencabutan, dapat cabut sesuai kebutuhan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh hormon estrogen, tidak menggangu kegiatan senggama serta tidak mengganggu produksi ASI. Kerugian dari penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu akseptor perlu kembali ke klinik atau puskesmas apabila ada keluhan, apabila ingin berhenti menggunakan implan, mempengaruhi haid serta tidak dapat melindungi dari IMS/HIV seperti kontrasepsi kondom (Saiffudin, 2003).

Apabila dibadingkan dengan alat kontrasepsi lain, kontrasepsi implan merupakan alat kontrasepsi yang sama-sama mempunyai efektivitas jangka panjang seperti IUD atau spiral. Dapat dilihat bahwa implant merupakan alat kontrasepsi yang lebih efektif serta lebih mudah dalam proses pemasangannya. Namun belakangan ini alat kontrasepsi IUD mempunyai kelemahan yaitu dapat terjadi perubahan lokasi dan translokasi atau keluar dari rahim sehingga masih menimbulkan terjadinya kehamilan. Implan mempunyai tingkat kegagalan yang lebih sedikit dibandingkan IUD. Apabila dipasang dengan benar, metode kontrasepsi implan memiliki efektivitas sampai 99% denagn tingkat kegagalan hanya 0,05 dari 100 wanita yang memakai (BKKBN,2013). Menurut Data Survey Kesehatan dan Demografi Indonesia Tahun 2012 Suntik dan Pil adalah dua alat kontrasepsi yang paling populer sedangkan tingkat pemakaian Implant, IUD, Tubektomi, Vasektomi hanya 10,6% dimana jumlah peserta KB yang memakai kontrasepsi Implan masih rendah yaitu 3,9% pada hal, Implan merupakan alat kontrasepsi yang sangat efektif, murah dan aman dalam menghentikan kehamilan (SDKI, 2012). Dari 33 Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara angka persentase pencapaian peserta KB Baru sampai dengan bulan Desember 2014 yang paling tinggi adalah Kabupaten Batu Bara, yakni 129,3% dan yang paling rendah adalah Kabupaten Nias Barat yakni hanya 26,3% dari sasaran yang telah diperkirakan sampai akhir tahun 2014. Sedangkan perkembangan pasangan usia subur yang aktif sebagai peserta KB yang dilaporkan dari Kabupaten/Kota sampai dengan bulan Desember 2014 mencapai 1.630.298 pasangan atau 69,3% dari 2.354.389 pasangan usia

subur yang ada di Sumatera Utara. Berdasarkan pemakaian metode/alat kontrasepsi para pasangan usia subur yang masih aktif sebagai peserta KB terdiri dari pemakaian alat kontrasepsi PIL mencapai 19,84% menyusul pemakaian suntikan mencapai 21,62%, menggunakan IUD mencapai 7,58%, dengan metode (MOW) mencapai 5,10%, peserta Implant mencapai 9,25%, pemakaian kondom mencapai 5,27% dan dengan MOP hanya 0,6% dari jumlah pasangan usia subur yang aktif sebagai peserta KB. Tantangan pelaksanaan Program KB di sumatera utara ke depan masih cukup berat, terutama dari 2.354.389 pasangan usia subur yang ada di Sumatera Utara, ada sebanyak 724.091 pasangan usia subur yang bukan peserta KB, dengan kondisi sebanyak 79.913 pasangan saat ini sedang dalam keadaan hamil, sebanyak 258.337 pasangan tidak ikut KB dan masih ingin memiliki anak dengan segera, 188.965 pasangan tidak ber KB tapi belum ingin memiliki anak dan ada sebanyak 196.876 pasangan juga belum ber-kb tapi tidak ingin memiliki anak lagi. ( BkkbN Provinsi Sumatera Utara, 2014). Data yang diperoleh dari Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Lawas sedangkan pencapaian peserta KB aktif semua metode, di Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012 didapatkan data dengan jumlah 13.486 peserta (86,695%), dengan rincian penggunaan kontrasepsi suntik 6,280 peserta (40,37%), pil 5.601 peserta (36,01%), Implan 1.299 peserta (8,35%), kondom 1.605 peserta (10,32%), IUD 356 peserta (2,3%), MOW 400 peserta (2,57%), MOP 15 peserta (0,10%). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa bagian terbesar peserta KB aktif mempergunakan kontrasepsi hormonal (suntik, pil dan Implant) yaitu sebesar 84,72% (Profil Kesehatan Sumatera Utara, 2012).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Puskesmas Binanga tahun 2014, jumlah Akseptor KB aktif sebesar 570 peserta (13.11 %) akseptor KB Aktif. Dengan pencapaian akseptor KB aktif adalah sebagai berikut, pemakai suntik sebesar 251 ( 44.0%), Pil sebesar 214 (37.5%), implant sebesar 11 ( 1.93 %), kondom sebesar 92 ( 16.1 %), MOW/MOP sebesar 13 (2.28%) (Profil Puskesmas Binanga, 2014). Menurut survei awal di Puskesmas Binanga pada Bulan Juli 2015 didapat bahwa dari 10 PUS hanya 5 orang yang menggunakan KB Implant, sementara 5 orang lagi tidak memakai KB Implant mengatakan alasan yang berkaitan dengan rendahnya penggunaan kontrasepsi Implan di Puskesmas Binanga antara lain 2 orang karena umur mereka masih muda kurang dari 20 tahun, dan 1 orang berpendidikan rendah yaitu SMP, jumlah anak yang mereka miliki > 2 orang, ingin punyak anak lagi yaitu ingin punya anak laki-laki atau anak perempuan, belum punya anak, 1 orang kurangnya dukungan suami dalam melakukan pilihan alat kontrasepsi dimana beranggapan bahwa alat atau susuk tersebut bisa pindah kemana-mana, kurangnya pemahaman mereka tentang alat kontrasepsi Implant sehingga pengetahuan mereka masih kurang tentang alat kontrasespsi akibatnya kurangnya kesadaran mereka untuk menggunakannya, budaya ( kepercayaan ) dimana masih ada juga orang tua yang tidak mau membatasi melahirkan karena beranggapan banyak anak banyak rezeki sehingga sebagian orang tua mereka merasa tidak perlu khawatir karena anak tersebut sudah membawa rezeki masing masing. 1 orang adanya perasaan takut untuk menggunakan KB Implan, adanya perasaan takut dilihat dari proses pemasangan saat dilakukan insisi, khawatir

terkait dengan biaya mahal pemasangan Implant. Masih rendahnya akseptor KB aktif yang menggunakan penggunaan alat kontrasepsi implant membuat penulis tertarik untuk mengetahui dan melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Impalan pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Tahun 2015. 1.2 Rumusan Masalah Masih rendahnya akseptor KB aktif yang menggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Tahun 2015. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan umur dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif. 2. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif. 3. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif.

4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif. 5 Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif. 1.4 Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai informasi bagi ibu untuk mengetahui bahwa metode kontrasepsi Implant merupakan metode yang paling efektif, murah, dan aman bila di pasangan suami istri sudah tidak mempunyai rencana memiliki anak, serta sebagai informasi untuk menambah pengetahuan tentang Implat dan mau ikut serta dalam pelayanan kontrasepsi Implant. 2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah dalam peningkatan pemakaian alat kontrasepsi yaitu khususnya pemakaian metode kontrasepsi Implant untuk bulan berikutnya. 3. Sebagai bahan informasi dan masukan pihak-pihak lain yang membutuhkan dan dijadikan sebagai referensi untuk penelitian berikutnya.