II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

OLEH: YULFINA HAYATI

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE. Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM :

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai pengganti

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ( ragi tempe ). Selain itu

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

TEMPE. Sub Pokok Bahasan

I. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010).

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

Bakteri asam laktat dapat dibedakan atas 2 kelompok berdasarkan hasil. 1. Bakteri homofermentaif : glukosa difermentasi menghasilkan asam laktat

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai :(1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. TINJAUAN PUSTAKA. Biji-bijian pada umumnya mempunyai bagian-bagian utama, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dalam SNI tempe didefinisikan sebagai produk makanan

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

Proses Pembuatan Madu

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegelisahan oleh beberapa pihak. Iklan-iklan susu yang sedemikian marak sangat

KARBOHIDRAT. Pendahuluan. Pertemuan ke : 3 Mata Kuliah : Kimia Makanan / BG 126

BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

PRODUK LEBAH MADU PROPOLIS ROYAL JELLY POLLEN

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

I. PENDAHULUAN. Tempoyak durian yang menjadi makanan khas daerah Lampung, merupakan aset daerah yang ternyata memiliki keunikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Santoso (2009) menyatakan bahwa yoghurt merupakan produk susu. yang difermentasi. Fermentasi susu merupakan bentuk pengolahan susu

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian

TEKNOLOGI FERMENTASI PANGAN. Agroindustrial Departement, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEMPE YANG TAHAN DISIMPAN. Disusun Oleh :

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar mengandung karbohidrat sebanyak 27,9 g yang dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. yang aman dan beberapa spesies digunakan sebagai terapi dalam proses

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SUSU KEDELAI

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Kedelai Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman palawija yang digolongkan ke dalam famili Leguminoceae, sub famili Papilionoideae (Suprapto, 1997). Tanaman kedelai berbentuk semak pendek setinggi 30-100 cm, kedelai yang telah dibudidayakan tersebut merupakan tanaman liar yang tumbuh merambat yang buahnya berbentuk polong dan bijinya bulat lonjong. Tanaman kedelai ini dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering (ladang) (Suprapti, 2003). Kedelai merupakan salah-satu jenis kacang-kacangan yang dapat digunakan sebagai sumber protein, lemak, vitamin, mineral dan serat. Kacang kedelai mengandung sumber protein nabati yang kadar proteinnya tinggi yaitu sebesar 35% bahkan pada varietas unggul dapat mencapai 40-44%. Selain itu juga mengandung asam lemak essensial, vitamin dan mineral yang cukup. Di samping protein, kacang kedelai mempunyai nilai hayati yang tinggi setelah diolah, karena kandungan susunan asam aminonya mendekati susunan asam amino pada protein hewani (Koswara, 1992). Kedelai dapat diandalkan untuk mengatasi kekurangan protein dalam menu makanan rakyat Indonesia. Kedelai diproses menjadi bahan makanan yang dapat

8 dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan penghancuran, perebusan, peragian, fermentasi dan pengasaman, sehingga menghasilkan produk tahu, kembang tahu, susu, kecap dan produk lainnya (Nugroho, 2007). Kedelai mendapat perhatian besar di seluruh dunia karena berbagai keunggulan lain yang dimilikinya diantaranya memilki adaptibilitas agronomis yang tinggi, dapat hidup di daerah tropis dan subtropis, juga di daerah dengan tanah dan iklim yang memungkinkan tanaman pangan lainnya untuk tumbuhnya, serta memiliki kandungan gizi yang relatif tinggi dan lengkap sebagaimana terangkum dalam Tabel 1 (Suprapti, 2003). Tabel 1. Kandungan gizi kacang kedelai No Unsur Gizi Kadar/100 g bahan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Energi Air Protein Lemak Karbohidrat Mineral Kalsium Fosfor Zat besi Vitamin A Vitamin B 442 kal 7,5 g 34,9 g 38,1 g 34,8 g 4,7 g 227 mg 585 mg 8 mg 33 mcg 1,07 mg Sumber: Suprapti (2003) Kedelai merupakan sumber gizi yang sangat penting. Komposisi gizi kedelai bervariasi tergantung varietas yang dikembangkan dan juga warna kulit maupun kotiledonnya. Kandungan protein dalam kedelai kuning bervariasi antara 31-48% sedangkan kandungan lemaknya bervariasi antara 11-21%. Antosianin kulit kedelai mampu menghambat oksidasi LDL kolesterol yang merupakan awal terbentuknya plak dalam pembuluh darah yang akan memicu berkembangnya

9 penyakit tekanan darah tinggi dan berkembangnya penyakit jantung koroner (Astuti, 2000). B. Tempe Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kedelai (Glycine max) yang diolah melalui proses fermentasi. Tempe memiliki penampakan berwarna putih yang disebabkan oleh miselia kapang yang menghubungkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang kompak. Kapang yang tumbuh pada kedelai akan mendegradasi senyawa-senyawa kompleks pada kedelai menjadi senyawa-senyawa sederhana yang lebih mudah dicerna oleh manusia (Syarief et al., 1999). Tempe memiliki beberapa keunggulan dibandingkan kacang kedelai. Pada tempe, terdapat enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe selama proses fermentasi, sehingga protein, lemak dan karbohidrat menjadi lebih mudah dicerna. Kapang yang tumbuh pada tempe mampu menghasilkan enzim protease untuk menguraikan protein menjadi peptida dan asam amino bebas (Astawan, 2008). Enzim lipase menguraikan lemak menjadi lipid dan asam lemak, serta enzim amilase menguraikan karbohidrat menjadi gula sederhana (Hermana dan Karmini, 1999) Tempe juga memiliki berbagai sifat unggul seperti mengandung lemak jenuh rendah, kadar vitamin B 12 tinggi, mengandung antibiotik, dan berpengaruh baik pada pertumbuhan badan. Keberadaan vitamin B 12 dalam tempe sangat istimewa. Vitamin B 12 umumnya terdapat terdapat pada produk-produk hewani, tetapi tidak

10 dijumpai pada makanan nabati ( sayuran, buah-buahan dam biji-bijian ).Vitamin B 12 sangat diperlukan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Kekurangan vitamin ini mengakibatkan terjadinya anemia pernisiosa. Gejala yang ditimbulkan gangguan ini adalah pucat, sakit perut dan berat badan menurun. Kekurangan vitamin B 12 ini dapat menghambat pembentukan sel darah merah (Koswara, 1992). Berikut ini daftar komposisi kimia tempe yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi kimia tempe Komposisi Jumlah Air (wb) 61,2 % Protein kasar (db) 41,5 % Minyak kasar (db) 22,2 % Karbohidrat (db) 29,6 % Abu (db) 4,3 % Serat kasar (db) 3,4 % Nitrogen (db) 7,5 % Sumber: Cahyadi (2006). Tempe mengandung berbagai unsur yang bermanfaat, seperti protein, lemak, hidrat arang, serat, vitamin, enzim, daidzein, genestein serta komponen antibakteri dan zat antioksidan yang berkhasiat sebagai obat, diantaranya genestein, daidzein, fitosterol, asam fitat, asam fenolat, lesitin dan inhibitor protease. Zat antioksidan di dalam tempe berbentuk isoflavon. Zat ini merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas. Selain itu, isoflavon juga dapat menurunkan kolesterol LDL dan menaikkan kolesterol HDL dibandingkan dengan pemberian kasein (Cahyadi, 2006). Perbandingan komposisi kimia kedelai dan tempe dapat dilihat pada Tabel 3.

11 Tabel 3. Komposisi kimia kedelai dan tempe per 100 g bahan Komposisi Kedelai Tempe Kedelai Protein (g) 30,2 18,3 Lemak (g) 15,6 4,0 Karbohidrat (g) 30,1 12,7 Air (g) Abu (g) Energi (kal) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Zat besi (mg) 20,0 5,5 331 227 585 8 Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, (2004). 64,0 1,6 149 129 154 10 Pembuatan tempe kedelai menurut Sarwono (2002) meliputi: sortasi, perebusan I, perendaman, pengupasan kulit ari, perebusan II, penirisan dan pendinginan, peragian, pengemasan dan fermentasi. Tahapan-tahapan pembuatan tempe kedelai dijelaskan sebagai berikut yaitu biji kedelai dipilih dan dibersihkan dari kotoran, dicuci dengan air bersih. Biji kedelai yang bersih kemudian direbus selama 30 menit sebagai perebusan I, fungsinya untuk melunakkan kedelai. Kedelai yang telah direbus kemudian direndam selama 24 jam dengan air rebusan tadi. Proses selanjutnya kedelai direbus (perebusan II) untuk membunuh bakteri yang kemungkinan tumbuh selama perendaman. Setelah perebusan, kedelai dipisahkan antara kulit ari dan biji kedelai. Kedelai yang sudah dipisahkan kulit dan bijinya, selanjutnya ditiriskan dan didinginkan, dibiarkan dingin sampai permukaan kedelai kering dan airnya menetes habis. Proses selanjutnya pencampuran kedelai dengan penambahan ragi sebanyak 2%. Campuran kedelai yang sudah rata dimasukan ke dalam plastik atau di cetak pada daun dan difermentasi selama 24 jam, yang sebelumnya plastik dilubangi dengan jarak 1-2 cm, untuk memberikan udara supaya kapang yang tumbuh berwarna putih. Sesudah difermentasi 24 jam campuran kedelai telah menjadi tempe yang siap untuk dijual.

12 C. Bakteri Asam Laktat Bakteri asam laktat dibagi menjadi dua golongan berdasarkan sifat fermentasinya yaitu bakteri asam laktat homofermentatif dan bakteri asam laktat heterofermentatif. Selama fermentasi kedua golongan bakteri ini menghasilkan produk akhir yang berbeda dari metabolismenya. Bakteri asam laktat jenis homofermentatif mengkonversi glukosa menjadi asam laktat. Bakteri asam laktat homofermentatif sering digunakan dalam pengawetan makanan karena produksi asam laktat dalam jumlah tinggi di dalam makanan yang dapat menghambat bakteri pembusuk/yang tidak dinginkan. Sedangkan bakteri asam laktat yang bersifat heterofermentatif selain menghasilkan asam laktat juga menghasilkan karbondioksida dan etanol atau asam asetat (Axelsson, 1990). Bakteri homofermentatif dapat memecah glukosa menjadi asam laktat melalui jalur Embden-Meyerhorf-Parnas (EMP) atau glikolisis. Enzim yang berperan dalam tahap glikolisis adalah enzim aldolase dan heksosa isomerase. Bakteri heterofermentatif mampu memecah glukosa menjadi asam laktat, asam asetat, asam propionat dan etanol melalui jalur oksidatif pentosa fosfat dengan bantuan enzim fosfoketolase. Bakteri heterofermentatif tidak mempunyai enzim fruktosadifosfat aldolase, transaldolase dan transketolase yang berperan dalam tahap glikolisis. Bakteri homofermentatif dapat menghasilkan energi sebesar dua kali energi yang dihasilkan oleh bakteri heterofermentatif dari sejumlah substrat yang sama (Fardiaz, 1988). Bakteri asam laktat akan mengubah karbohidrat menjadi asam laktat dalam kondisi anaerob dan proses ini dapat dibagi menjadi tiga tahapan. Pada tahap

13 awal, zat pati dari sumber karbohidrat akan dihidrolisa menjadi maltosa oleh α- amylase dan β-amylase yang merupakan enzim ekstraseluler pada mikroorganisme. Kemudian molekul maltosa ini akan dipecah menjadi glukosa oleh maltase. Pada tahap terakhir bakteri asam laktat akan mengubah glukosa menjadi asam laktat dan sejumlah kecil bahan lain seperti asam asetat, asam propionat dan etanol. Senyawa karbohidrat yang biasa dipecah menjadi asam laktat ialah glukosa, sukrosa dan laktosa. Bakteri asam laktat tidak hanya menurunkan ph media, tetapi juga menghasilkan antibiotik yang sering disebut sebagai bakteriosin, sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk (Fardiaz, 1988). Lactobacillus merupakan salah satu anggota dari bakteri asam laktat, termasuk keluarga Lactobacillaceae, terdiri atas marga Streptococcus, Pediococcus, Lactobacillus, dan Leuconostoc. Bakteri asam laktat terutama Lactobacillus memproduksi OH - yang bersifat pembunuh mikroba pembusuk dan memproduksi senyawa antibiotik. Disamping itu beberapa spesies bakteri asam laktat yang menghasilkan senyawa antibakteri seperti bakteriosin, nisin dan reuterin. Asam organik yang dihasilkan selama fermentasi seperti asam asetat, propionat dan formiat kemungkinan memiliki daya antimikroba yang lebih kuat dibandingkan asam laktat. Produk fermentasi lain yaitu diasetil dalam kadar 200µg/ml atau lebih bersifat menghambat khamir dan bakteri Gram negatif (Fardiaz, 1992). D. Lactobacillus acidophilus Lactobacillus acidophilus merupakan bakteri berbentuk batang dari famili Lactobacillaceae yang termasuk golongan Gram positif, bersifat mesofilik dan

14 tidak dapat membentuk spora. Lactobacillus acidophilus bersifat homofermentatif dengan asam laktat sebagai produk utama fermentasi karbohidrat. Lactobacillus acidophilus banyak ditemukan pada bagian akhir usus kecil dan bagian awal usus besar. Bakteri ini memproduksi asam organik, hidrogen peroksida dan antibiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen atau bakteri pembusuk. Hal ini menunjukkan sifat antimikroba bakteri Gram positif lebih kuat dari pada bakteri Gram negatif. Hal itu juga yang menunjukkan bahwa aktivitas antimikroba Lactobacillus acidophilus paling kuat dalam menghambat bakteri patogen. Lactobacillus acidophilus dalam saluran pencernaan dapat juga menghambat pertumbuhan bakteri patogen atau pembusuk yang menyebabkan gangguan pada usus, diare dan gangguan pencernaan serta berperan dalam menjaga kesehatan (Kanbe, 1992). Karakteristik bakteri Lactobacillus acidophilus diantaranya: (1) tidak tumbuh pada suhu 15 o C dan tidak dapat memfermentasi ribosa, (2) suhu optimum untuk pertumbuhannya berkisar antara 35-38 o C dan ph optimum 5,5-6,0, (3) di dalam susu sapi, bakteri ini memproduksi 0,3-1,9% DL asam laktat; asam yang dihasilkan mempunyai kemampuan yang berbeda antar galur, (4) umumnya membutuhkan nutrisi berupa asetat, riboflavin, asam pantotenat, kalsium, niasin dan asam folat, (5) resisten terhadap asam empedu dan, (6) memproduksi threonine aldolase dan alcohol dehydrogenase yang mempengaruhi aroma (Kanbe, 1992).

15 Gambar 1. Lactobacillus acidophilus Sumber : (www.sciencephoto.com) Lactobacillus acidophilus mensekresikan senyawa metabolit biosurfaktan, bakteriosin, asam organik dan H 2 O 2 yang dapat menghambat pelekatan dan pertumbuhan bakteri patogen, serta molekul koagregasi yang menghambat penyebaran bakteri patogen. Lactobacillus acidophilus menghasilkan D(-) asam laktat yang berfungsi memperbaiki ketersediaan biologis mineral, sehingga memperbaiki penyerapan mineral, terutama kalsium, sebab kalsium lebih mudah diserap dalam kondisi asam (Surono, 2004). E. Tepung Sagu Tumbuhan sagu termasuk ke dalam tumbuhan monokotil, famili Palmae, genus Metroxylon dari ordo Spadiciflorae. Spesies yang penting secara komersial dan paling banyak tumbuh di Indonesia yaitu Metroxylon sagus dan Metroxylon rhumpii. Batang sagu merupakan bagian terpenting karena merupakan tempat penyimpanan pati atau karbohidrat. Batang sagu berbentuk silinder dengan diameter sekitar 50 cm, bahkan dapat mencapai 80-90 cm. Batang sagu terdiri dari lapisan kulit bagian luar yang keras dan bagian dalam berupa empulur yang mengandung serat-serat pati (Haryanto, 1992).

16 Pati sagu memiliki kandungan amilosa sebanyak 27% yang memiliki rantai lurus dengan ikatan α-(1,4)-d-glukosa dan amilopektin sebanyak 73% yang memiliki rantai cabang dengan ikatan α-(1,6)-d-glikosa. Kandungan amilopektin dalam tepung sagu berguna untuk mempertinggi mutu penampilan produk, tidak mudah menggumpal, dan memiliki daya perekat yang tinggi. Kandungan amilopektin dalam tepung sagu dapat mempengaruhi sifat kelarutan dan derajat gelatinisasi, semakin banyak kandungan amilopektin maka pati makin bersifat tidak kering dan lengket, sedangkan kandungan amilopektin yang semakin sedikit akan menyebabkan pati bersifat kering dan kurang lengket serta cenderung menyerap air lebih banyak. Amilosa dan amilopektin berbeda pada berbagai jenis tanaman, baik dalam proporsinya maupun dalam ukuran besarnya (Haryanto, 1992). Pati sagu secara umum dapat dimanfaatkan baik untuk industri pangan maupun non pangan. Pati sagu untuk industri pangan, pengolahannya ditekankan pada diversifikasi pangan yang memiliki prospek untuk dikembangkan. Pati sagu dapat diolah menjadi tepung campuran dan tepung pati termodifikasi (dekstrin). Pada industri pengolahan pangan lainnya tepung sagu dimanfaatkan menjadi gula cair, alkohol, sorbitol, dan asam organik. Sedangkan untuk industri non pangan pati sagu diolah menjadi alkohol, plastik biodegradable, surfaktan deterjen, dan lain sebagainya (Djoefrie, 1999). Haryanto (1992) menambahkan, tepung sagu dapat digunakan sebagai pakan babi dan ayam. Tepung sagu yang dengan kadar serat lebih dari 12% cocok untuk makanan hewan ruminansia. Selain itu, tepung sagu juga digunakan untuk pengolahan makanan, kosmetika, industri kimia dan pengolahan kayu. Berikut ini komposisi kandungan sagu per 100 gram disajikan pada Tabel 4.

17 Tabel 4. Komposisi kandungan sagu per 100 gram. Kandungan Kalori Karbohidrat Protein Lemak Serat Air Abu Sumber : Djoefrie (1999) Jumlah 357 kal 85 g 0,7 g 0,2 g 0,2 g 13,7 g 0,4 g F. Hasil Penelitian Terkait Peningkatan Umur Simpan Tempe Peningkatan umur simpan tempe telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Kemala (2006) mengkaji pengawetan tempe dengan menggunakan panas berupa pengeringan dengan batch fluidized solar dyer, pengeringan dengan oven, dan sterilisasi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan tempe yang dikeringkan dengan batch fluidized solar dryer maupun oven sudah mengalami kerusakan pada hari ke-4. Kerusakan ini ditandai dengan timbulnya bau busuk pada tempe, tekstur tempe agak lunak, warna coklat pada tempe memudar, permukaan tempe ditumbuhi kapang-kapang putih dan agak lengket. Permukaan tempe yang lengket, tekstur yang agak lunak dan aroma tempe yang busuk merupakan hasil metabolisme kapang yang tumbuh selama masa penyimpanan tempe kering. Tempe dengan proses sterilisasi masih layak penampakan organoleptiknya setelah disimpan selama 14 hari. Proses sterilisasi dapat membunuh semua mikroorganisme pembusuk yang dapat tumbuh pada kondisi penyimpanan yang normal. Pada bahan pangan yang disterilisasi hanya bakteri pembentuk spora yang masih mungkin tumbuh. Spora bakteri tersebut akan berada dalam kondisi tidak mampu bergerminasi, tidak dapat tumbuh menjadi sel vegetatif, dan tidak dapat

18 membelah diri (Fardiaz, 1992). Warna tempe sterilisasi yang telah disimpan selama 14 hari agak menggelap, tetapi tekstur tempe masih cukup keras, penampakan tempe secara umum masih baik dan aromanya normal (khas tempe rebus) (Kemala, 2006). Djanis dan Hanafi (2008), melaporkan bahwa tempe yang disimpan pada suhu dingin 15-20 0 C mampu bertahan sampai umur 4 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan mutu gizi tempe pada kadar protein, lemak, karbohidrat, abu, dan air dibandingkan dengan standar Puslitbang Gizi Depkes RI. Kerusakan dan perubahan kadar protein dan lemak pada tempe terjadi secara signifikan setelah penyimpanan 24 jam (1 hari). Selain itu, secara umum jenis kemasan tidak mempengaruhi penurunan mutu gizi tempe selama penyimpanan 4 hari. Pratomo (2000) dan Aptesia (2013) menggunakan bakteri asam laktat untuk memperpanjang umur simpan tempe kedelai. Masing-masing menggunakan Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus casei. Hasil penelitian menunjukkan Lactobacillus plantarum mampu menambah umur simpan tempe maksimal menjadi 96 jam (4 hari), sedangkan Lactobacillus casei mampu menambah umur simpan tempe maksimal menjadi 168 jam (7 hari).