STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7

PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA-KOTA AWAL DI KABUPATEN REMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: OCTA FITAYANI L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN

PENGARUH KERAJAAN ISLAM TERHADAP POLA BENTUK KOTA PASURUAN

Indikator Pencapaian Kompetensi. Kegiatan pembelajaran. Mencari artikel di perpustakaan dan internet mengenai lahir dan berkembangnya agama dan

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan. pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi

BAB V KESIMPULAN. Proses terbentuknya kawasan Pecinan Pasar Gede hingga menjadi pusat

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Jalan ini terkenal karena merupakan salah satu penggal sejarah kemerdekaan RI

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PENGARUH BUDAYA DALAM PEMBENTUKAN RUANG KOTA SALA SEJAK PERPINDAHAN KRATON SAMPAI DENGAN PELETAKAN MOTIF DASAR KOLONIAL

PERANCANGAN ARSITEKTUR DAN PERANCANGAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN. elemen fisik yang menunjukan rupa kota itu sendiri. Aspek fisik dan sosial ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

KAJIAN POLA RUANG AKTIVITAS DEMONSTRASI DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli

BAB II KAJIAN LITERATUR

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan

PENATAAN MUSEUM KERETA API AMBARAWA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post Modern Neo-Vernacular

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim

BAB VI KESIMPULAN. Jalan Raya Pantura Jawa Tengah merupakan bagian dari sub sistem. Jalan Raya Pantai Utara Jawa yang menjadi tempat lintasan

PASAR IKAN DAN PASAR FESTIVAL IKAN DI SUNDA KELAPA

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

EKSPRESI KARYA SENI TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL BANGSA. Oleh: Etty S.Suhardo*

c. Preferensi Fiqih Dalam Beragama di Demak Dipengaruhi oleh Kondisi Lokal dan Keikutsertaan Pada Ormas Islam d. Budaya Ziarah Makam Wali yang

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang berangkat dari kultur history. Adalah konsekuen serius untuk kota agar dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengertian Identitas Nasional

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang

TAMAN BUDAYA PESISIR UTARA JAWA TENGAH DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota merupakan salah satu tempat kehidupan manusia yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

KONSEP PERENCANAAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA. Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang)

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan makanan pokok umum bagi masyarakat di Indonesia.

TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT DI PELABUHAN TANJUNG EMAS

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Konservasi merupakan upaya pengelolaan suatu tempat agar makna kultural di

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR Oleh : SEVINA MAHARDINI L2D 000 456 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004

ABSTRAK Perkembangan kota tidak bisa dilepaskan dari sejarahnya yang hingga akhirnya dapat membentuk karakter dan secara bertahap dapat membentuk kota sebagai lingkungan binaan seperti sekarang ini. Kota Gresik dan Kota Demak merupakan kota kota yang memiliki perkembangan yang sangat berkaitan dengan sejarahnya. Kedua kota tersebut merupakan kota perdagangan dan kota pusat penyebaran agama islam pada masa perkembangan Indonesia Awal, yang menarik untuk diteliti karena akan membentuk pola morfologi yang lebih spesifik. Penelitian ini untuk mencegah kemungkinan hilangnya sisa pola morfologi sebagai kota perdagangan ataupun kota pusat penyebaran agama islam. Kedua kota tersebut akan diteliti untuk menemukan bagaimana pola morfologi yang dibentuk oleh adanya sejarah kotanya dan apakah terdapat kesamaan atau perbedaan yang terjadi akibat sejarah kota pada Kota Gresik dan Kota Demak. Penelitian ini dilakukan dengan melihat sejarah pertumbuhan dan perkembangan kota yang dikaitkan dengan unsur unsur pembentuk morfologi kota. Hasil penelitian pada masing masing kota tersebut kemudian diperbandingkan untuk mendapatkan persamaan atau perbedaan morfologi yang dimiliki kedua kota tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan keutuhan konsep kota untuk memeriksa keutuhan konsep kota yang menjadi batasan materi studi dan pendekatan morfologi kota, yang terdiri dari pendekatan figure ground, linkages dan place theory untuk mengenali ruang kota. Pendekatan ini akan diteliti dengan variabel yaitu bangunan, sirkulasi atau pola jalan, open space, aktivitas pendukung dan fasilitas yang ada di kedua kota tersebut, yang akhirnya membentuk tatanan morfologi kota. Metoda analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis perbandingan kualitatif dengan membaca hasil penemuan studi didasarkan pada literatur yang terkait. Hasil analisa perbandingan kedua kota tersebut dapat disimpulkan bahwa pola morfologi yang ada pada kedua kota tersebut sangat dipengaruhi oleh sejarah awal pertumbuhan kota termasuk didalamnya latar belakang pendiri kota. Persaman morfologi di Kota Gresik dan Demak meliputi, adanya pengaruh sejarah awal terhadap perkembangan kota, adanya pengaruh latar belakang pendiri kota terhadap perkembangan kota yang dominan pada masa selanjutnya, dan Perkembangan ciri kota perdagangan dan penyebaeran agama islam sekarang, serta morfologi umum kotanya. Sedangkan perbedaan meliputi awal perkembangan kota, Perkembangan pusat kota, ciri kota yang dominan, pengaruh fisik alamiah terhadap perkembangan kota linkages, figure ground dan keberadaan pemukiman tradisionalnya. Kota Gresik yang lebih dikenal sebagai kota perdagangan ternyata memiliki pola morfologi sekarang juga yang dominan sebagai kota perdagangan, begitu pula yang terjadi di Demak yang memiliki sejarah dominan sebagai kota pusat penyebaran agama islam. Adapun rekomendasi yang dapat diberikan penulis berkaitan dengan studi ini adalah pemanfaatan hasilstudi sebagai data base dan acuan perencanaan tata ruang yang dapat mencerminkan identitas kedua kota tersebut.pola morfologi yang telah disusun dan dibandingkan hendaknya dapat dijadikan arahan untuk penyusunan dan penelitian pola morfologi di kota kota yang lain sehingga akhirnya dapat dketahui pola morfologi kota sesuai dengan karakteristik atau kategori kota tersebut. Kata Kunci : Morfologi Kota Kota Perdagangan Kota Pusat Penyebaran Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kota tumbuh dan berkembang dengan karakter yang dimilikinya sendiri, dan orang akan berusaha untuk membentuk image terhadap kota tersebut (J.M.Nas,1986). Karakter yang dimilikinya akan membentuk lingkungan binaan dan dipengaruhi oleh kondisi geografis, sosial, ekonomi, budaya, maupun politik di kota tersebut. Pembentukan karakter kota ini bertahap tergantung perkembangan faktor faktor terkait hingga akhirnya membentuk image kota. Bentukan karakter kota yang ada sekarang ini merupakan pengaruh dari apa yang diperolehnya dari masa lalu dan akan tercermin pada lingkungan binaan kotanya. Karakteristik kota di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari pengalaman kota di Jawa karena sistem budaya Jawa ini telah mempengaruhi perkembangan sistem di Indonesia secara menyeluruh. Akan tetapi, terdapat kenyataan bahwa kota kota di Jawa tidak memperlihatkan kecenderungan pembentukan karakter yang kuat pada lingkungan binaannya dengan mempertahankan apa yang diperolehnya di masa lalu (Wiryomartono, 1995). Hal ini disebabkan oleh pengaruh kolonialisasi oleh bangsa asing. Kolonialisasi yang terjadi juga mengubah tatanan kota yang akhirnya mengubah dan mengganti unsur unsur yang lama dengan unsur unsur yang baru. Hal ini merupakan kecenderungan yang meluas pada lingkungan binaan kota di Jawa. Perkembangan kota kota di Jawa ini secara geografis telah berkembang sebelum abad ke-17 melalui 2 sokoguru perekonomian, yaitu pertanian dan perdagangan. Sayangnya, setelah masa tersebut kota kota di Jawa mengalami kemunduran karena kekuatan kolonial Belanda yang semakin kuat. Namun hal ini tidak berarti kemunduran dalam membangun peradaban kotanya, sebaliknya muncul peradaban kota baru sejak masa Daendels-Bosch di abad ke-19 dengan keberadaan permukiman baru di Batavia, Bandung, Semarang, Surabaya, ataupun Makassar. Perubahan dan tata ruang kemudian semakin pesat dengan modernitas pembangunan sejak tahun 1970-an (Wiryomartono, 1995). Perkembangan kota kota di Indonesia ini dapat digeneralisasikan menjadi 4 tingkatan atau tahap pembangunan kota, antara lain Kota Indonesia Awal, Kota Indische, 1

2 Kota Kolonial, dan Kota Modern (J.M. Nas, 1986). Kota Indonesia Awal ini adalah kota kota yang masih mempunyai struktur yang jelas mengenai aturan aturan kosmologis dan pola sosio kultural yang direfleksikannya. Kota kota ini adalah kota kota yang merupakan kota kota pada masa kerajaan, seperti Sriwijaya, Kutai, Majapahit, Demak, ataupun Mataram Islam. Kota Indonesia Awal mempunyai 2 tipe, yaitu Kota Pedalaman dengan karakter tradisional dan religius dengan basis aktivitas pertanian dan Kota Pantai yang berbasis pada aktivitas perdagangan. Kota yang termasuk dalam tahap ini antara lain Kota Demak, Gresik, Surakarta, dan Yogyakarta. Kota Indische adalah masa dimana kota kota di Indonesia mulai berubah semenjak kedatangan Belanda. Kota kota ditata sedemikian rupa sehingga mirip dengan kota kota di Belanda yang akhirnya membuat pergeseran pola pemukiman penduduk asli dan menimbulkan stratifikasi sosial dan etnis di kota kota tersebut. Kota yang termasuk pada masa ini adalah Kota Batavia. Perkembangan selanjutnya adalah Kota Kolonial, yaitu masa dimana kota kota yang mulai direncanakan pembangunannya sebagai dampak politik etis. Kota Kolonial ini antara lain Kota Semarang. Tahap akhir dalam perkembangan kota di Indonesia adalah Kota Modern, yang perkembangan kotanya sudah direncanakan secara menyeluruh dan terpadu. Kota yang sudah berada dalam tahap perkembangan ini adalah kota metropolitan JABOTABEK. Selain itu, menurut Koentjaraningrat (dalam Pratomo, 2002) tentang kota kota Indonesia pada masa pra sejarah bermula dari adanya kota kota istana, kota kota pusat keagamaan, dan kota kota pelabuhan. Kota kota tersebut memiliki ciri sendiri sendiri. Kota pusat keagamaan misalnya, akan memiliki susunan spasial yang berkisar di sekitar makam makam raja, bangunan suci berupa candi, stupa, masjid dan lain-lain, sedangkan kota pelabuhan yang kemudian berkembang menjadi kota perdagangan akan memiliki susunan spasial yang membatasi pemukiman penduduknya, seperti pemukiman penguasa pelabuhan dan pemukiman para pedagang asing yang diberi nama sesuai menurut negara asal pedagang tersebut seperti Kampung Arab, Kampung Melayu, Kampung Pecinan, dan lain lain. Perkembangan kota yang akan diamati lebih lanjut dalam penelitian ini adalah kota kota yang termasuk dalam Kota Indonesia Awal dan memiliki ciri sebagai kota perdagangan dan kota Pusat penyebaran agama. Hal ini dikarenakan kota kota ini merupakan tahap perkembangan kota yang paling awal sehingga dikhawatirkan akan semakin hilang ciri ciri kotanya apabila tidak dilakukan penelitian lebih cepat. Tipe kota

3 yang diambil adalah tipe kota tradisonal pesisir karena adanya karakter spesifik kotanya sebagai kota perdagangan dan kota pusat penyebaran agama yang bersifat dinamis tidak seperti kota tradisional pedalaman yang hanya berfungsi sebagai kota kerajaan saja dan bersifat statis. Kota yang akan diambil sebagai studi kasus adalah Kota Gresik dan Kota Demak. Pengambilan studi kasus tersebut didasarkan pertimbangan bahwa kedua kota tersebut termasuk dalam tahap perkembangan kota Indonesia Awal yang benar-benar dipengaruhi oleh dua kerajaan besar yang cukup berpengaruh di nusantara, yakni Kerajaan Majapahit untuk Kota Gresik dan Kerajaan Demak untuk Kota Demak. Kota Gresik ini adalah salah satu kota perlabuhan dan perdagangan yang cukup berkembang pada zaman Majapahit. Kondisi wilayah yang berupa pantai yang aman dan nyaman untuk berlabuh menjadikannya salah satu pelabuhan bagi kerajaan besar seperti Majapahit. Sedangkan Kota Demak dahulunya adalah pusat kerajaan Demak yang berkembang menjadi kota perdagangan untuk memperkuat ekonomi kota setelah awal berkembangnya sebagai kota pusat penyebaran agama islam yang didirikan oleh Walisongo. Kota Demak ini berkembang setelah Kerajaan Majapahit mulai menyurut perannya. Kedua kota ini juga masih memiliki ciri ciri kota perdagangan dan kota pusat penyebaran agama islam yang menonjol. Ciri-ciri kota perdagangan dan kota pusat penyebaran agama masih tampak walaupun tidak seratus persen masih utuh. Sejarah perkembangan Kota Gresik dan Demak ini tidak dapat dipisahkan dari peran walisongo yang tinggal di kedua kota tersebut, yakni Sunan Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri di Kota Gresik dan Sunan Kalijaga di Kota Demak. Awal perkembangan kota seperti yang dijelaskan di atas membuat karakteristik kota yang cukup unik karena kedua kota tersebut berkembang dipengaruhi oleh pengaruh pelabuhan atau perdagangan, dan juga penyebaran agama islam yang akan membentuk pola morfologi tersendiri. Dengan adanya dua faktor yang berbeda yang mempengaruhi perkembangan kota tersebut, maka ciri kota pelabuhan atau perdagangan dan kota pusat penyebaran agama bercampur dan saling mempengaruhi dalam kotanya. Dengan penelitian ini diharapkan akan dapat diketahui bagaimanakah pola morfologi kedua kota ini sekarang yang dipengaruhi oleh sejarah pembentukan kotanya sebagai kota perdagangan dan penyebaran agama Islam. Pola morfologi yang terbentuk pada kedua kota tersebut kemudian diperbandingkan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan morfologi kedua