DESAIN NOSEL ROKET CAIR RCX250 MENGGUNAKAN METODE PARABOLIK DENGAN MODIFIKASI SUDUT EKSPANSI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122

Sulistyo Atmadi *), Ahmad Jamaludin Fitroh **) *) Peneliti Pusat Teknologi Penerbangan, Lapan **) Peneliti Kepakaran Aerodinamika, Lapan ABSTRACT

SIMULASI DAN PERHITUNGAN SPIN ROKET FOLDED FIN BERDIAMETER 200 mm

PENENTUAN GAYA HAMBAT UDARA PADA PELUNCURAN ROKET DENGAN SUDUT ELEVASI 65º

PENELITIAN KARAKTERISTIK AERODINAMIKA TRAILING EDGE SIRIP ROKET PADA KECEPATAN TRANSONIK DENGAN SIMULASI NUMERIK

Diterima 3 Maret 2015, Direvisi 20 Maret 2015, Disetujui 20 Maret 2015 ABSTRACT

Muchammad 1) Abstrak. Kata kunci: Pressure drop, heat sink, impingement air cooled, saluran rectangular, flow rate.

EVALUASI UNJUK KERJA SISTEM PROPULSI MOTOR ROKET RX-150/1200 DENGAN MENGGUNAKAN PIRANTI LUNAK PRODUK LAPAN

PENELITIAN SPIN MENGGUNAKAN CUTING & MULTI NOZZLE UNTUK MENINGKATKAN KESTABILAN TERBANG ROKET BALISTIK

ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD

ANALISIS LOSSES PIPA LURUS BERDIAMETER 40 cm PADA TEROWONGAN ANGIN LAPAN

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang

ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER

IGNITER ROKET LAPAN. Heru Supriyatno Peneliti Bidang Propelan, LAPAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-169

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Komparasi Bentuk Daun Kemudi terhadap Gaya Belok dengan Pendekatan CFD

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

ANALISA ALIRAN DAN TEKANAN PADA BULBOUS BOW DENGAN DIMPLE (CEKUNGAN) MENGGUNAKAN PENDEKATAN CFD

Prosiding SNaPP2015 Sains dan Teknologi ISSN EISSN Subagyo

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT

SIMULASI PENGUJIAN PRESTASI SUDU TURBIN ANGIN

PERANCANGAN DAN ANALISIS INTEGRASI HYPERSONIC WAVERIDER INLET SCRAMJET (DESIGN AND ANALYSIS OF HYPERSONIC WAVERIDER SCRAMJET INLET INTEGRATION)

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Jl. Raya LAPAN No. 2, Mekarsari, Rumpin, Bogor Indonesia

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B36

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

Sofyan, ST, MT. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 2012

Peningkatan Koefisien Gaya Angkat Aerofoil Kennedy-Marsden dengan Zap Flap

PENGARUH KETIDAKLURUSAN DAN KETIDAKSIMETRISAN PEMASANGAN SIRIP PADA PRESTASI TERBANG ROKET RX-250-LPN

SIMULASI NUMERIK ALIRAN 3D UNTUK KONDISI QUASI STEADY DAN UNSTEADY PADA TURBIN UAP AKSIAL

BAB II LANDASAN TEORI

SIMULASI AERODINAMIS DAN TEGANGAN PROPELER PESAWAT TIPE AIRFOIL NACA M6 MELALUI ANALISA KOMPUTASI DINAMIKA MENGGUNAKAN MATERIAL PADUAN (94% Al-6% Mg)

EFEK VARIASI DEBIT ALIRAN PRIMER DAN SKUNDER DALAM MENCAPAI KEVAKUMAN PADA LIQUID JET GAS PUMP

JET PUMP SEBAGAI POMPA HAMPA

ANALISIS NOSEL BAHAN TUNGSTEN DIAMETER 200 mm HASIL PROSES PEMBENTUKAN

ANALISA PENGARUH SUDUT PITCH, UNTUK MEMPEROLEH DAYA OPTIMAL TURBIN ANGIN LPN-SKEA 50 KW PADA BEBERAPA KONDISI KECEPATAN ANGIN

BAB 4 MODELISASI KOMPUTASI dan PEMBAHASAN

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi

STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD

PRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh: Zulfa Hamdani. PowerPoint Template NRP :

Lampiran A: Gambar Bagian- bagian dari Alat Penukar Kalor Berdasarkan Standar TEMA

BAB IV PROSES SIMULASI

PENELITIAN KARAKTERISTIK AERODINAMIKA AEROFOIL SUDU SKEA NELAYAN NILA 80

The Analysis of Velocity Flow Effect on Drag Force by Using Computational Fluid Dynamics

PROSES PRODUKSI PROPELAN RX 550 MENUJU TERWUJUDNYA ROKET PENGORBIT SATELIT (RPS)

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA NIP

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: F-92

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

EFEKTIVITAS STEAM EJECTOR TINGKAT PERTAMA DI PLTP LAHENDONG UNIT 2

Tulisan pada bab ini menyajikan simpulan atas berbagai analisa atas hasil-hasil yang telah dibahas secara detail dan terstruktur pada bab-bab

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

Tugas Akhir Bidang Studi Desain SAMSU HIDAYAT Dosen Pembimbing Dr. Ir. AGUS SIGIT PRAMONO, DEA.

PENGARUH JARAK SALURAN KELUAR AIR DAN UDARA TERHADAP KARAKTERISTIK SPRAY PADA TWIN FLUID ATOMIZER

STUDI KOMPUTASIONAL NACA 2412 PADA VARIASI SUDUT PENGGUNAAN SINGLE SLOTTED FLAP DAN FIXED SLOT DENGAN SOFTWARE FLUENT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL EKSPERIMEN

ANALISA PENGARUH VARIASI PANJANG THROAT SECTION TERHADAP ENTRAINMENT RATIO PADA STEAM EJECTOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD

IRVAN DARMAWAN X

PERMASALAHAN DAN SOLUSI KONSTRUKSI BALIHO DI BANJARMASIN

RANCANG BANGUN ROKET LAPAN DAN KINERJANYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0

PENGARUH DENSITAS DAN VISKOSITAS TERHADAP PROFIL KECEPATAN PADA ALIRAN FLUIDA LAMINAR DI DALAM PIPA HORIZONTAL

ANALIS1S STRUKTUR NOSEL RX320 DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN S45C

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR

EVALUASI KINERJA SAMBUNGAN PROPELAN PADA MOTOR ROKET RX 550 [EVALUATION OF THE PROPELLANT JOINT PERFORMANCE IN ROCKET MOTOR RX 550]

ANALISIS DAN OPTIMASI SUDU SKEA 5 KW UNTUK PEMOMPAAN

KAJIAN TENTANG RANCANGAN MOTOR ROKET RX100 MENGGUNAKAN PENDEKATAN GAYA DORONG OPTIMAL

PENELITIAN PRESTASI TERBANG ROKET SONDA SATU TINGKAT RX-320

Analisis Sloshing 2D pada Dinding Tangki Tipe Membran Kapal LNG Akibat Gerakan Rolling di Gelombang Regular

Efek Penambahan Anti-Sloshing pada Tangki Kotak Bermuatan LNG Akibat Gerakan Rolling Kapal

RANCANG BANGUN ROTOR TURBIN ANGIN 10 KW UNTUK MEMPEROLEH DAYA OPTIMUM PADA VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER SUDU

STUDI EKSPERIMEN DAN NUMERIK TENTANG ALIRAN BOUNDARY LAYER YANG MELINTASI BUMP DENGAN RADIUS KELENGKUNGAN YANG KECIL

Studi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melintasi Airfoil NASA LS-0417 yang Dimodifikasi dengan Vortex Generator

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Thrust bearing [2]

ANALISIS TEKANAN STATIK ALIRAN DI PERMUKAAN PITOT STATIK TEROWONGAN ANGIN TRANSONIK LAPAN

IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil

SIMULASI CFD PADA VARIASI TEKANAN INLET NOZZLE EJECTOR TERHADAP TINGKAT KE-VACUUM-AN STEAM EJECTOR DI UNIT PEMBANGKITAN LISTRIK TENAGA PANAS BUMI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

tudi kasus pengaruh perbandingan rusuk b/a = 12/12, 5/12, 4/12, 3/12, 2/12, 1/12, 0/12 dengan Re = 3 x 10 4.

STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE)

ANALISIS KAPASITAS TEKAN PROFIL-C BAJA CANAI DINGIN MENGGUNAKAN SNI 7971:2013 DAN AISI 2002

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PENGARUH BENTUK FOIL SECTION NOZZLE TERHADAP EFISIENSI PROPULSI PADA KAPAL TUNDA

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kendaraan. truk dengan penambahan pada bagian atap kabin truk berupa

SIDANG TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI

ANALISA AERODIN AMIKA KEN DALI CANARD ROKET RKX 250

ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada. kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara

ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN ELLIPTICAL BULB TERHADAP HAMBATAN VISKOS DAN GELOMBANG PADA KAPAL MONOHULL DENGAN PENDEKATAN CFD

PENGARUH SUDUT BILAH PADA PERFORMA KIPAS AKSIAL TEROWONGAN ANGIN KECEPATAN RENDAH MENGGUNAKAN METODE KOMPUTASI

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Transkripsi:

Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 9 No. 1 Juni 2011 :8-17 DESAIN NOSEL ROKET CAIR RCX250 MENGGUNAKAN METODE PARABOLIK DENGAN MODIFIKASI SUDUT EKSPANSI Eko Priamadi *), Arif Nur Hakim **), Romie O. Bura ***) *) Asisten Riset, Program Studi Aeronotika dan Astronotika, ITB **) Peneliti Bidang Teknologi Motor Roket, Pusat Teknologi Roket, LAPAN ***) Dosen Program Studi Aeronotika dan Astronotika, ITB email: anhanet@gmail.com ABSTRACT The present research is conducted to design the optimum nozzles for RCX250 engine, that is designed to produce maximum thrust of 250 kgf with combination of LOX and Kerosene as its propellant. The new nozzles were determined to be parabolic nozzle, with conical nozzle as its comparison. The parabolic nozzle was designed using Thrust Optimized Parabolic (TOP) method invented by G.V.R.Rao. TOP nozzle design method is performed by approximating a Thrust Optimized Contoured (TOC) Nozzle using parabolic equation. The method would result more efficient nozzle than conical or ideal bell nozzle. Further, the parabolic nozzle were modified in its initial and exit angle to create uniform velocities distribution at nozzle exit. A Computational Fluid Dynamics Method (CFD) is used to simulate the nozzle designs. The simulation was carried out in axis-symmetric condition using commercial CFD software. The simulation results show that MOD 1 nozzle, with initial angle (θ N) 26 deg and exit angle (θe) 12 deg, gives maximum thrust, which is 4.67 % higher than reference conical nozzle. Key words: Liquid rocket, Parabolic nozzle, Thrust, CFD ABSTRAK Penelitian ini ditujukan untuk mendesain nosel optimum untuk enjin RCX250 yang didesain mampu menghasilkan gaya dorong maksimum 250 kgf dengan propelan pasangan LOX dan kerosen. Nosel baru yang didesain berupa nosel bell/parabolik, yang nantinya akan dibandingkan dengan nosel cone. Nosel parabolic didesain dengan metode Thrust Optimized Parabolic (TOP), yang ditemukan oleh G.V.R.Rao. Metode desain TOP Nosel dilakukan dengan melakukan aproksimasi dari nosel Thrust Optimized Contour (TOC) menggunakan persamaan parabolik. Metode ini akan menghasilkan nosel yang lebih efisien dibandingkan dengan nosel cone ataupun ideal bell. Lebih jauh lagi, nosel parabolik yang telah didesain akan dimodifikasi pada sudut ekspansi awal dan sudut exit untuk menghasilkan distribusi kecepatan yang seragam pada bagian exit. Metode Dinamika Fluida Komputasional (CFD) digunakan untuk mensimulasikan 8 model nosel parabolik hasil desain. Simulasi dilakukan pada kondisi axis-symmetric menggunakan software CFD komersial. Dari hasil simulasi, dapat diketahui bahwa nosel MOD 1 dengan sudut inisial (θ N) 26 derajat dan sudut exit (θe) 12 derajat menunjukkan hasil thrust paling tinggi, 4.67 % lebih tinggi dari thrust nosel cone acuan. Kata kunci: Roket cair, Nosel parabolik, Gaya dorong, CFD 1 PENDAHULUAN 8 Untuk mendukung program roket pengorbit satelit, selain pada pengembangan roket padat, LAPAN juga secara serius mulai mengembangkan roket cair. Dalam tahap penelitiannya, LAPAN telah mengembangkan beberapa jenis enjin

Desain Nosel Roket Cair RCX250 Menggunakan... (Eko Priamadi et al.) roket cair, di antaranya RCX2 (Hakim, 2010) dan RCX250. Roket Cair Eksperimental RCX250 adalah salah satu enjin roket cair eksperimental yang sedang dikembangkan oleh LAPAN. Nomor di belakang kode roket menunjukkan besarnya gaya dorong yang diharapkan, yaitu sebesar 250 kgf atau sekitar 2451 N. Desain dasar enjin ditunjukkan pada Gambar 1-1. Enjin roket ini dirancang menggunakan kerosene (RP-1) sebagai bahan bakar dan Oksigen cair (LOX) sebagai oksidator. Namun, dengan mengubah desain injektor, enjin ini dapat juga dipergunakan dengan menggunakan Asam Nitrat (HNO 3) sebagai oksidator dengan rasio campuran yang disesuaikan. Bahan bakar dan oksidator semuanya berada dalam fasa cair. Proses pembakaran pada combustion chamber berlangsung pada tekanan 30 atm. Saat ini, RCX250 masih dalam taraf pengembangan dan nantinya dapat digunakan sebagai propulsi roket, thruster, dan dasar pengembangan model untuk desain enjin lainnya. Sama dengan jenis roket lain yang didesain oleh LAPAN, RCX250 masih menggunakan nosel dengan bentuk kerucut (conical nozzle). Nosel jenis ini mudah diproduksi, tetapi efisiensi propulsi yang dihasilkan lebih rendah daripada nosel jenis lainnya, seperti nosel bel atau parabolic nozzle, karena adanya faktor koreksi gaya dorong yang terkait dengan vektor aliran ke arah radial. Selain itu, nosel kerucut umumnya lebih panjang, yang akan berakibat pada bertambahnya berat struktur nosel. Walaupun membutuhkan tingkat produksi yang lebih tinggi, nosel parabolik dapat menghasilkan efisiensi propulsi yang lebih baik dan dimensi nosel yang lebih kecil. Penelitian ini bertujuan untuk merancang nosel konvergen-divergen untuk enjin RCX250, berupa nosel parabolik. Beberapa konfigurasi nosel dirancang dan dibandingkan sehingga dapat ditentukan konfigurasi optimum untuk RCX250. Evaluasi untuk menentukan prestasi propulsi dilakukan menggunakan perangkat lunak Computational Fluid Dynamics (CFD) komersial FLUENT. Hasil simulasi CFD dari nosel parabolik dibandingkan juga dengan nosel sebelumnya (kerucut) untuk mengetahui peningkatan prestasinya. Dalam penelitian ini, perancangan difokuskan pada desain nosel RCX250, dengan komponen-komponen lain dari enjin tidak diubah. Parameter prestasi propulsi yang akan diukur hanya yang berkaitan dengan produksi gaya dorong. Parameter lain seperti side load, thermal stress, dan nozzle drag tidak diperhitungkan dalam penelitian ini. 2 METODOLOGI Dalam proses desain nosel parabolik, aliran fluida dalam nosel diasumsikan sebagai Quasi One- Dimensional Flow, sehingga aliran dianggap uniform dan tidak terjadi diskontinuitas di dalamnya. Selain itu, aliran udara juga dalam kondisi steady, inviscid, dan adiabatic. Sesuai dengan kegunaannya sebagai model tes statik, kondisi udara luar adalah kondisi permukaan laut. Asumsi dan kondisi ini hanya berlaku pada tahap analitik untuk memudahkan proses desain. Parameter desain dari nosel dipengaruhi oleh Nozzle Pressure Ratio (NPR), yaitu perbandingan dari tekanan ruang bakar dengan tekanan exit nosel. Dari NPR dapat ditentukan tiga parameter awal untuk desain nosel, yaitu bilangan Mach pada exit (M e), rasio ekspansi (ԑ =A/A t), dan luas penampang throat (A t). 9

Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 9 No. 1 Juni 2011 :8-17 Gambar 1-1:RCX250 (2-1) (2-2) 1 12+ (2-3) Kontur nosel parabolik didesain menggunakan metode persamaan parabolik yang dibuat oleh G.V.R.Rao. Nosel ini dikenal dengan nama Thrust Optimized Parabolic (TOP) Nozzle. Dibandingkan metode lainnya, TOP mampu menghasilkan nosel dengan prestasi propulsi lebih tinggi. Selain itu, hasil geometri yang didapatkan berupa persamaan aljabar, sehingga lebih fleksibel untuk diubah dan disesuaikan. TOP nozzle didesain dengan mengaproksimasi kontur nosel sebagai sebuah kurva parabola (Gambar 2-1), dengan persamaan parabola berikut: Gambar 2-1: Referensi persamaan parabolik Pada persamaan tersebut, terdapat empat variabel tidak diketahui (P, Q, S, dan T). Untuk mendapatkan solusinya, dibutuhkan empat kondisi batas di titik N dan e, yaitu: Di titik N; Di titik e; dengan Di titik N; θ N diketahui (Gambar 2-2) Di titik e; θ e diketahui (Gambar 2-2) (2-5) (2-4) 10

Desain Nosel Roket Cair RCX250 Menggunakan... (Eko Priamadi et al.) 3 SIMULASI CFD Gambar 2-2: Sudut ekspansi parabolic (Rao, 1958) Evaluasi menggunakan metode CFD dilakukan dengan software komersial FLUENT. Untuk pre-processingnya, termasuk di dalamnya adalah pembuatan mesh, dilakukan dengan GAMBIT. Karena nosel roket termasuk geometri yang tubular, maka simulasi CFD menggunakan kasus axis-symmetric. Bagian yang disimulasikan mulai dari inlet nosel sampai dengan exit nosel. Free-stream di belakang exit nosel tidak harus disimulasikan, karena ada atau tidaknya freestream tidak berpengaruh pada prestasi enjin. Dengan kondisi batas tersebut, dapat diperoleh solusi persamaan parabola untuk masing-masing variabel. (2-6) (2-7) Gambar 3-1:Mesh nosel (2-8) (2-9) Apabila dalam kasus-kasus berikutnya analisis menggunakan kondisi viskos, koreksi lapisan batas perlu diperhitungkan pada permukaan nosel. Dengan menganggap permukaan nosel sebagai plat dan dengan aliran turbulen, koreksi geometri didapat dari (2-10) Dalam merancang nosel parabolik untuk RCX250, panjang nosel dibuat tetap pada 75% dari nosel cone dengan sudut divergen 15º. Nosel parabolik hasil desain divariasikan pada sudut awal (θ N) dan sudut akhir (θ e). Dari variasi ini, diharapkan nosel menghasilkan karakteristik dan prestasi propulsi yang berbeda-beda. Saat melakukan simulasi, pengaturan solver menggunakan bidang axis-symmetric. Simulasi dilakukan dalam kondisi steady, dengan input material (fluid) yang telah didapatkan dari CEA (NASA). Simulasi menggunakan viskos model Spalart-Allmaras, dengan material dalam kondisi gas ideal. Simulasi dihentikan ketika residual mencapai 10e-6 atau mass flow rate di inlet dan exit nosel memiliki nilai sama. Nosel pertama yang disimulasikan adalah nosel desain awal untuk RCX250, yang berupa nosel cone dengan sudut divergen 13º. Hasil simulasi nosel ini akan digunakan sebagai pembanding hasil-hasil berikutnya. Kasus kedua adalah nosel TOP tanpa koreksi lapisan batas. Dari hasil tersebut, akan ditentukan nilai koreksi untuk nosel parabolik. Selanjutnya, disimulasikan nosel parabolik yang telah dikoreksi, dan dengan variasinya. 11

Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 9 No. 1 Juni 2011 :8-17 4 HASIL DAN ANALISIS Dengan mensimulasikan nosel awal dari RCX250, didapatkan hasil kontur seperti pada Gambar 4-1. Kontur Mach number tersebut secara kualitatif menunjukkan kondisi aliran di dalam nosel RCX250. Pada kondisi sebenarnya, di dalam nosel aliran tidak dapat bersifat uniform. Terdapat internal shock (recompression wave) yang berawal dari daerah throat. Berbeda dengan asumsi Quasi One- Dimensional flow, aliran di exit nosel (dan di bagian lain) tidak uniform dalam arah radial. Tiap titik dengan radius tertentu dari axis memiliki profil kecepatan yang berbeda-beda. Fenomena lain yang dapat diamati dari kontur tersebut adanya daerah lapisan batas pada permukaan nosel. Sebelumnya, saat proses desain dengan metode analitik, seringkali aliran diasumsikan inviscid, sehingga lapisan batas diabaikan. Pada hasil simulasi, lapisan batas yang terbentuk memiliki ketebalan yang berbeda-beda, dengan kecenderungan lapisan batas semakin tebal pada bagian downstream. Adanya lapisan batas ini berpengaruh terhadap prestasi propulsi dari nosel. Lapisan batas pada bagian exit mengakibatkan penurunan area ekpansi efektif. Hal ini menyebabkan proses ekspansi yang dilakukan nosel tidak dapat berlangsung ideal (under-expanded). Dengan pertimbangan bahwa dimensi nosel relatif kecil (diameter exit hanya 31.05 mm), penurunan area ekspansi akibat lapisan batas akan berpengaruh secara signifikan (area dapat berkurang sampai 10%). Dengan demikian, keputusan untuk menambah koreksi lapisan batas dapat dibenarkan. Hasil dari simulasi nosel ini, baik secara kualitatif maupun kuantitatif akan menjadi referensi dan data pembanding untuk nosel baru (TOP). Hasil ini berfungsi sebagai parameter apakah nosel yang didesain memiliki 12 prestasi propulsi yang lebih baik atau tidak. Gambar 4-2 merupakan kontur Mach number dari simulasi Nosel TOP sebelum koreksi boundary layer. Sebagai desain awal, nosel ini menggunakan sudut inisial (θ N) sebesar 24º, sudut exit (θ e) sebesar 14.5º, dengan panjang 75% dari nosel cone α = 150 (49.86 mm). Geometri ini dipilih dengan mempertimbangkan berat minimum untuk roket (dimensi terkecil) yang dapat menghasilkan prestasi propulsi yang setara dengan nosel cone. Dari Gambar 4-2, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa kondisi aliran yang berbeda dengan hasil simulasi nosel cone. Pada TOP nozzle, sudut ekspansi inisial yang lebih besar menyebabkan recompression wave yang terbentuk memiliki sudut yang lebih landai (mengarah lebih mendatar). Apabila dilanjutkan, titik pertemuan recompression wave akan lebih mundur. Keuntungannya, tidak terjadi interaksi antara shock wave dengan struktur nosel. Pada nosel cone, interaksi antara shock wave dengan nosel dapat membahayakan struktur nosel, yang dapat diteliti lebih lanjut. Perbedaan lainnya dapat dilihat dari kondisi lapisan batas. Secara visual, kondisi lapisan batas dari nosel TOP lebih tipis daripada nosel cone. Kondisi ini menyatakan bahwa nosel TOP menghasilkan rasio ekspansi efektif yang lebih besar daripada nosel cone karena luas efektif exit lebih besar, walaupun sebelum mendapatkan koreksi boundary layer. Dengan demikian, nosel TOP akan menghasilkan prestasi propulsi yang lebih baik. Hasil simulasi nosel TOP akan menjadi referensi dalam koreksi lapisan batas. Koreksi diberikan dengan menambahkan tebal lapisan batas (displacement thickess) pada radius exit. Perubahan radius exit dilakukan tanpa mengubah geometri lain, termasuk panjang dan sudut ekpansi. Secara dimensional, penambahan radius exit

Desain Nosel Roket Cair RCX250 Menggunakan... (Eko Priamadi et al.) (dengan radius throat tetap) akan meningkatkan rasio ekspansi nosel. Akan tetapi, efek lapisan batas akan menghasilkan ekspansi rasio dari nosel baru medekati ekspansi rasio yang diinginkan (ekspansi rasio ideal). Selain koreksi boundary layer, nosel TOP yang telah dikoreksi juga akan dimodifikasi pada sudut ekspansinya. Modifikasi dilakukan dengan memperbesar sudut ekspansi inisial, dan memperkecil sudut exit, dengan panjang yang dijaga tetap. Detail Modifikasi dapat dilihat pada Tabel 4-1. Gambar 4-3 merupakan kontur Mach Number hasil simulasi nosel TOP yang telah dikoreksi dengan analisis lapisan batas. Secara visual, tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara nosel yang telah dikoreksi dengan sebelum koreksi. Perbedaan hanya terlihat secara geometris dan pada saat analisis kuantitatif. Gambar 4-4 adalah kontur Mach number dari nosel dengan index MOD 7. Nosel ini memiliki sudut inisial (θ N) sebesar 38º, sudut exit (θ e) sebesar 0º. Sesuai dengan hipotesis sebelumnya, nosel dengan sudut ekspansi lebih besar akan menghasilkan recompression wave dengan sudut yang lebih landai (lebih datar). Pengaruh lain yang dapat dilihat dari perubahan sudut ekspansi inisial adalah pada kekuatan rekompresi. Pada MOD 7 (nosel dengan sudut ekspansi inisial terbesar) recompression wave jauh lebih kuat dari hasil lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan semakin tingginya perubahan Mach number arah radial pada daerah exit (ditunjukkan dengan perubahan warna yang tajam dari merah ke kuning). Kuatnya shockwave ini dikarenakan besarnya vektor kecepatan ke arah dinding lebih besar yang menyebabkan kompresi dari dinding juga lebih kuat. Dengan memodifikasi sudut exit, diharapkan profil kecepatan yang dihasilkan akan lebih uniform untuk sudut exit yang lebih kecil. Keseragaman aliran dapat dilihat pada parameter Mach number dan sudut aliran. Aliran yang lebih seragam akan menghasilkan nosel dengan prestasi propulsi yang lebih tinggi. Akan tetapi, berdasarkan hasil kontur Mach number tersebut, dapat dilihat bahwa distribusi Mach number pada exit belum uniform. Kontur tersebut mengindikasikan bahwa sudut aliran pada exit masih belum uniform. Distribusi sudut aliran sepanjang exit dapat dilihat pada Gambar 4-5. Dengan kontur yang dimodifikasi sampai sudut exit 0º, hasil yang diperoleh dari simulasi tidak sesuai dengan keinginan. Hal ini disebabkan karena panjang nosel yang dijaga tetap. Untuk menghasilkan aliran yang uniform, memang dibutuhkan nosel yang lebih panjang. Flow angle yang semakin tinggi menyebabkan komponen kecepatan radial di exit nosel semakin besar. Akibatnya, gaya dorong yang dihasilkan semakin berkurang. Hasil dari masingmasing nosel yang disimulasikan dapat dilihat pada Tabel 4-2 dan gambar 4-6. Tabel 4-1: DETAIL MODIFIKASI NOSEL TOP Index θn(deg) θe(deg) MOD 0 24 14.5 MOD 1 26 12 MOD 2 28 10 MOD 3 30 8 MOD 4 32 6 MOD 5 34 4 MOD 6 36 2 MOD 7 38 0 13

Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 9 No. 1 Juni 2011 :8-17 Internal shock wave Boundary Layer Gambar 4-1:Kontur Mach number nosel cone Boundary Layer Recompression Wave Gambar 4-2:Kontur Mach number nosel TOP Gambar 4-3:Kontur Mach number MOD 0 Strong Recompression Wave 14 Gambar 4-4:Kontur Mach number MOD 7

Radial position (mm) Desain Nosel Roket Cair RCX250 Menggunakan... (Eko Priamadi et al.) 35 30 25 20 15 10 5 0 0 10 20 30 flow angle (degree) MOD 0 MOD 1 MOD 2 MOD 3 MOD 4 MOD 5 MOD 6 MOD 7 Gambar 4-5: Distribusi sudut kecepatan daerah exit Dari data tersebut, dengan membandingkan antara nosel cone (desain awal RCX250) dengan nosel TOP pada kondisi tanpa koreksi lapisan batas, didapatkan hasil bahwa nosel TOP menghasilkan gaya dorong yang sedikit lebih besar daripada nosel cone. Perbedaan gaya dorong ini disebabkan berbedanya rasio ekspansi efektif dari masing masing nosel. Pada nosel cone, dengan nosel yang lebih panjang, lapisan batas menjadi semakin tebal pada daerah exit. Pada nosel TOP, dengan panjang sekitar setengahnya, lapisan batas pada daerah exit lebih tipis daripada nosel cone. Semakin tipis lapisan batas yang terbentuk, area efektif exit nosel menjadi semakin lebar. Dengan demikian, proses ekspansi oleh nosel semakin mendekati kondisi ideal. Pengaruh lapisan batas terhadap produksi gaya dorong juga ditunjukkan pada tahap kedua. Nosel TOP yang telah dikoreksi mampu menghasilkan gaya dorong yang lebih besar daripada sebelum dikoreksi. Perubahan yang terjadi sebesar 3.908% dari nosel cone. Dengan memodifikasi persamaan parabolik, diperoleh nosel yang berbedabeda. Dengan semakin kecil sudut pada exit nosel, diharapkan aliran pada exit semakin uniform dan gaya dorong yang dihasilkan semakin besar. Pada hasil simulasi, sudut aliran udara di daerah exit untuk sudut exit yang semakin kecil justru semakin bervariasi, dengan nilai maksimum lebih tinggi daripada sebelum modifikasi. Hal ini menyebabkan turunnya gaya dorong yang dihasilkan. Dari semua modifikasi, nosel yang menghasilkan gaya dorong maksimum adalah nosel dengan indeks MOD 1, dengan sudut inisial (θ N) sebesar 26º, sudut exit (θ e) sebesar 12º. Nosel ini menghasilkan gaya dorong paling besar karena memiliki distribusi kecepatan exit dengan variasi sudut paling rendah (paling uniform). Dengan demikian, reduksi momentum akibat kecepatan radial semakin berkurang. Tabel 4-2: PERBANDINGAN HASIL SIMU- LASI Nosel Me Pe (Pa) Ve (m/s) F (kgf) % change Cone 2.774 97035 2293 226.6 0.000 Initial 3.058 56067 2420 228.0 0.646 MOD 0 3.163 45701 2464 235.4 3.908 MOD 1 3.155 46435 2461 237.1 4.670 MOD 2 3.152 46754 2459 237.1 4.666 MOD 3 3.151 46831 2459 236.5 4.367 MOD 4 3.151 46809 2459 235.7 4.041 MOD 5 3.153 46777 2460 234.9 3.698 MOD 6 3.152 46770 2459 234.3 3.414 MOD 7 3.152 46772 2459 233.5 3.081 Dalam proses desain nosel ini, kondisi under-expanded ataupun overexpanded tidak dibahas secara detail. Dari hasil simulasi, kondisi tersebut tidak dapat ditentukan berdasarkan kecepatan pada exit. Karena kondisi sebenarnya berbeda dengan Quasi One- Dimensional Flow, profil kecepatan akan bervariasi secara radial. Dengan demikian, terdapat kemungkinan bahwa kecepatan pada titik axis memiliki nilai lebih rendah dari ambient pressure tetapi pada bagian lain menjadi lebih 15

Thrust (kgf) Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 9 No. 1 Juni 2011 :8-17 besar. Parameter utama yang digunakan untuk menentukan prestasi propulsi dari nosel yang didesain adalah propulsi gaya dorong. 16 238 236 234 232 230 228 226 224 222 220 226,6 228,0 235,4 Tipe Nozzle Gambar 4-6:Produksi gaya dorong 5 KESIMPULAN 237,1 237,1 236,5 235,7 234,9 234,3 233,5 Dari jenis desain nosel konvensional, nosel bell/parabolik merupakan pilihan yang lebih baik daripada nosel cone. Nosel bell/parabolik mampu menghasilkan efisiensi propulsi yang lebih tinggi ataupun nosel dengan dimensi yang lebih pendek. Thrust Optimized Parabolic (TOP) nozzle merupakan metode desain nosel parabolik yang paling efektif. Metode ini memberikan hasil geometri nosel dalam bentuk persamaan linier. Selain itu, prestasi propulsi dari nosel yang didesain dengan metode ini lebih tinggi dari metode lainnya. Tanpa koreksi boundary layer, nosel yang didesain dengan metode TOP mampu menghasilkan gaya dorong lebih tinggi daripada nosel cone (nosel awal RCX250). Nosel ini mengalami pengurangan rasio ekspansi efektif lebih kecil daripada nosel cone. Setelah koreksi boundary layer, nosel TOP menghasilkan thrust lebih besar daripada nosel cone ataupun nosel TOP tanpa koreksi boundary layer. Peningkatan yang terjadi mencapai 4.67% dari thrust awal. Modifikasi nosel parabolik tidak memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Nosel dengan sudut exit lebih kecil ternyata memberikan profil kecepatan daerah exit yang lebih bervariasi. Dari semua modifikasi, nosel yang menunjukkan hasil thrust paling tinggi adalah nosel MOD 1, dengan peningkatan thrust sebesar 4.67 % dari thrust nosel cone acuan. DAFTAR RUJUKAN Anderson, J.D., 1990. Modern Compressible Flow: with Historical Perspective (2 nd ed.) New York: McGraw-Hill. Askary, M.H., 2008. Numerical Investigation of Modified Minimum Length nozzle With Rectangular cross section. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Hakim, A. N., 2010. Analisa Uji Bakar Roket RCX2 Berpropelan GOX- Kerosen, Prosiding Thermofluid 2010. Huzel, D.K. and Huag D.H., 1992. Modern Engineering for Design of Liquid Propellant Rocket Engines (rev. ed). AIAA Progress in Aeronautics and Astronautics Vol. 147. Washington DC: AIAA. Ostlund, Jan., 2002. Flow Processes in Rocket Engine Nozzle with Focus on Flow Separations and Side-Loads. Stockholm: Royal Institute of Technology. Priamadi, Eko, 2010. Design And Comparison of Conical and Bell Nozzle for Liquid Rocket Engine RCX-150. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Rao, G.V.R., 1958. Exhaust Nozzle Contour for Optimum Thrust. Jet Propulsion Vol. 28 No. 6. Rao, G.V.R., 1960. Approximation of Optimum Thrust Nozzle Contour. ARS Journal Vol. 30 No. 6.

Desain Nosel Roket Cair RCX250 Menggunakan... (Eko Priamadi et al.) Sutton G.P., 2001. Rocket Propulsion Elements An Introduction to the Engineering of Rockets (7 th ed). Canada: John Wiley & Sons Inc. Zulkifli, M., 2009. Supersonic Nozzle Design of Small Liquid Rocket Engine. Bandung: Institut Teknologi Bandung. 17