PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP POROSITAS GAS PADA BAJA SCH 22

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

PENGEMBANGAN MATERIAL BAJA COR TAHAN PANAS SCH 22 DENGAN MODIFIKASI MOLYBDENUM

ANALISA KEGAGALAN PADA KASUS LIP REPLACEABLE DAN PENGARUH DEOKSIDASI AL PADA MATERIAL BAJA COR TAHAN PANAS SCH 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan. Proses Pengecoran. Hasil Coran. Analisis. Pembahasan Hasil Pengujian

Pengaruh kadar air pasir cetak terhadap kualitas coran paduan Aluminium

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK DRY CELL SEBAGAI PENGIKAT TERAK PADA PENGECORAN LOGAM TERHADAP KUALITAS HASIL CORAN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENIUPAN PADA METODA DEGASSING JENIS LANCE PIPE, DAN POROUS PLUG TERHADAP KUALITAS CORAN PADUAN ALUMINIUM A356.

Analisa Pengaruh Variasi Temperatur Tuang Pada Pengecoran...

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR

PENGECORAN SENTRIFUGAL (CENTRIFUGAL CASTING) dimana : N = Kecepatan putar (rpm) G factor = Faktor gaya normal gravitasi selama berputar

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061 SIDANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

BAB I PENDAHULUAN. industri terus berkembang dan di era modernisasi yang terjadi saat. ini, menuntut manusia untuk melaksanakan rekayasa guna

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

METODOLOGI. Langkah-langkah Penelitian

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

I. PENDAHULUAN. 26, Unsur ini mempunyai isotop alam: Al-27. Sebuah isomer dari Al-26

Analisa Pengaruh Aging 450 ºC pada Al Paduan dengan Waktu Tahan 30 dan 90 Menit Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis

Redesain Dapur Krusibel Dan Penggunaannya Untuk Mengetahui Pengaruh Pemakaian Pasir Resin Pada Cetakan Centrifugal Casting

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) B-80

PENENTUAN TEMPERATUR OPTIMUM PADA PENGECORAN INVESTMENT CASTING DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN TANAH LIAT

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

STUDI KEKUATAN IMPAK DAN STRUKTUR MIKRO BALL MILL DENGAN PERLAKUAN PANAS QUENCHING

I. PENDAHULUAN. dengan semakin banyaknya permintaan aluminium dikalangan konsumen.

TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK PENGECORAN KODE / SKS : KK / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

ANALISIS HASIL PENGECORAN MATERIAL KUNINGAN

PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM

Karakterisasi Material Sprocket

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PROSES MANUFACTURING

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN GETARAN MEKANIK VERTIKAL TERHADAP PEMBENTUKAN SEGREGASI MAKRO PADA PADUAN EUTEKTIK Sn Bi

11 BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH SILIKON DAN FOSFOR DISEKITAR EUTEKTIK POINT ALUMUNIUM TERHADAP PENYUSUTAN

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hubungan antara komposisi dan pemprosesan logam, dengan

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal ISSN , e-issn

Pengaruh Modulus Cor Riser Terhadap Cacat Penyusutan Pada Produk Paduan Al-Si

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam komponen

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

BAB III METODELOGI PENELITIAN Alur Penelitian Secara garis besar metode penelitian dapat digambarkan pada diagram alir dibawah ini : Mulai

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

K. Roziqin H. Purwanto I. Syafa at. Kata kunci: Pengecoran Cetakan Pasir, Aluminium Daur Ulang, Struktur Mikro, Kekerasan.

BAB III PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR. Penelitian

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

Pengaruh Permeabilitas dan Temperatur Tuang Terhadap Cacat dan Densitas Hasil Pengecoran Aluminium Silikon (Al-Si) Menggunakan Sand Casting

BAB I PENDAHULUAN. cairan logam tersebut dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat dicor dalam cetakan yang rumit dengan mudah. kali memproduksi komponen alat pertanian. Pada tahun 1850 di Inggris

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang unsur tersebut. Berikut potongan ayat tersebut :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan

Karakterisasi Material Sprocket

PENGARUH PENAMPANG INGATE TERHADAP CACAT POROSITAS DAN NILAI KEKERASAN PADA PROSES PENGECORAN ALUMINIUM MENGGUNAKAN CETAKAN PASIR SKRIPSI

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

L.H. Ashar, H. Purwanto, S.M.B. Respati. produk puli pada pengecoran evoporatif (lost foam casting) dengan berbagai sistem saluran.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik kalangan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH UNSUR SILIKON PADA ALUMINIUM ALLOY (Al Si) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. melakukan rekayasa guna memenuhi kebutuhan yang semakin kompleks, tak terkecuali dalam hal teknologi yang berperan penting akan

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

Transkripsi:

PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP POROSITAS GAS PADA BAJA SCH 22 Agung Dwi Mulya Aprilianto, S.Tr. Achmad Sambas, S.T.,M.T PoliteknikManufakturNegeriBandung JalanKanyakanNo21-Dago,Bandung 40135 Phone/Fax:022.2500241/2502649 Email : Agungdwi_26@yahoo.com ABSTRAK Metode pengecoran logam adalah proses pembuatan suatu benda dengan cara mencairkan material logam yang akan dibuat dalam sebuah tungku, kemudian cairan logam tersebut dituang ke dalam sebuah cetakan. Metode ini cukup sulit karena terdiri dari beberapa tahapan tahapan yang harus dibuat. Dalam prosesnya, perlu ketelitian dan keuletan agar tidak terjadi cacat cor. Cacat cor dapat menyebabkan kerugian kerugian pada geometri benda, fungsi benda, dan yang paling utama adalah menyangkut biaya proses benda. Seperti halnya yang terjadi pada benda cor Replacable Lip. Cacar cor yang terjadi adalah porositas gas. Porositas gas terjadi dari berbagi sumber, misalnya : pola, cetakan, inti, dan peleburan. Dalam penelitian ini, dibahas mengenai penurunan porositas dengan metode deoksidasi menggunakan material aluminium. Aluminium yang divariasikan yaitu 0.1 % - 0.4 %. Proses percobaan dengan membuat benda cor Replacable Lip dan Y Block. Untuk mengamati porositas yang terjadi, pada benda dilakukan pemesinan dan pada Y Block dilakukan pegamatan visual penampang potong secara melintang serta mengamati secara struktur makro. Hasil dari penelitian yaitu porositas gas menurun. Sedangkan, titik puncak optimal variasi aluminium 0.1 % - 0.4 % tidak berpengaruh karena komposisi deoksidan tersebut memberikan efek yang sama dalam menurunkan porositas. Kata Kunci : Peleburan Baja, Deoksidasi, Aluminium. 1

1. PENDAHULUAN Proses manufaktur merupakan proses meningkatkan nilai tambah dari material yang mempunyai nilai yang rendah menjadi sebuah benda yang mempunyai nilai yang lebih tinggi. Proses manufaktur sering juga diartikan sebagai proses benda. Banyak sekali metode metode yang digunakan untuk membuat sebuah benda, salah satunya adalah metode pengecoran logam. Metode pengecoran logam adalah proses pembuatan suatu benda dengan cara mencairkan material logam yang akan dibuat dalam sebuah tungku, kemudian cairan logam tersebut dituang ke dalam sebuah cetakan. Cetakan merupakan bentuk negatif benda yang dibuat sesuai dengan keinginan pembuatnya. Metode ini cukup sulit karena terdiri dari beberapa tahapan tahapan yang harus dibuat, sehingga dalam prosesnya perlu ketelitian dan keuletan agar tidak terjadi cacat cor. Cacat cor dapat menyebabkan kerugian kerugian pada geometri benda, fungsi benda, dan yang paling utama adalah menyangkut biaya proses benda. Seperti halnya yang terjadi pada benda cor Replacable Lip. Replacable Lip merupakan sebuah part pada salah satu mesin pabrik semen PT Indocement. Benda ini dibuat dengan metode pengecoran logam menggunakan material SCH 22. Masalah yang terjadi pada benda ini yaitu cacat cor dengan identifikasi bentuk rongga rongga kecil yang menyebar dan terlihat setelah proses pemesinan dilakukan. Untuk menutupi rongga rongga tersebut, dilakukan proses pengelasan. Hal tersebut merugikan karena menambah pekerjaan sehingga waktu benda dan biaya bertambah. Visual benda Replacable Lip setelah proses pemesinan dapat dilihat pada gambar 1.1. Gambar 0.1 Cacat cor pada benda Replacable Lip 2. DASAR TEORI 2.1 Material SCH 22 SCH 22 merupakan salah satu jenis material baja tahan panas yang dibuat menggunakan metode pengecoran logam. SCH 22 merupakan penamaan standar dari Japan Indusrial Standar ( JIS ) 1. Material ini memiliki padanan material yaitu ASTM A297, A351, A567, A608 untuk standar ASTM dan untuk standar ACI mempunyai nama HK 40. Pada penamaan standar ACI yaitu HK 40, huruf H berasal dari kata Heat yang berarti panas dalam Bahasa Indonesia. Hal tersebut menandakan material ini termasuk kedalam jenis material yang memiliki ketahanan panas. Tabel 2.1 menunjukkan komposisi kimia material SCH 22 memiliki komposisi kimia. Tabel 0.1 Komposisi Kimia SCH 22 2.2 Porositas Porositas adalah ukuran dari ruang kosong di antara material, dan merupakan fraksi dari volume ruang kosong terhadap total volume, yang bernilai antara 0 dan 1, atau sebagai persentase antara 0 100%. Istilah ini digunakan di berbagai kajian ilmu seperti farmasi, teknik manufaktur, ilmu tanah, metalurgi, dan sebagainya (Wikipedia, 2013). 2.3 Pengamatan Porositas 2.3.1. SEM ( Scanning Electron Microscopy ) Scanning Electron Microscopy merupakan metode yang paling efektif untuk mengamati porositas. Metode ini mengkombinasikan dengan analisis secara digital dari gambar dan teknik computeraided untuk menggambarkan porositas secara tiga dimensi. SEM sangat memungkinkan untuk menggambarkan ruang ruang kosong dari porositas dan memperoleh informasi langsung mengenai bentuk porositas, ukuran, dan distribusi penyebaran porositas secara tiga dimensi. Pada umumnya, porositas sering diasumsikan sebagi bentuk silinder. Tetapi dengan keuntungan dari metode ini, 1 JIS Hand Book Vol 1, Halaman 1750 2

porositas dapat dideskripsikan secara pasti dengan jelas baik struktur, bentuk maupun penampakan porositas yang terjadi, tanpa mengasumsikan atau menebak nebak gambaran dari tiga dimensi porositas (International Centre For Study Of The Preservation And Restoration of Cultural, 1989). 2.3.2. Macroetching Macroetching 2 digunakan untuk menampakkan keheterogenan dari logam dan paduan. Spesimen metalografi dan analisi kimia dapat memberikan informasi jelas mengenai suatu tempat khusus tetapi tidak dapat memberikan data mengenai variasi dari satu tempat tanpa membuat spesimen yang banyak. Standar yang digunakan yaitu ASTM E 340 00. Macroetching juga memberikan variasi informasi tentang struktur, seperti : besar butiran, dendrit, struktur kolumnar. Tidak hanya itu, metode ini menampakkan segregasi yang terjadi, karbida, pengintian, dan kotoran/ inklusi. Selain itu, metode ini juga dapat menujukkan diskontinyuitas dan kekosongan, seperti porositas. Berdasarkan ASTM E 3 01, spesimen standar yang digunakan yaitu diameter ataupun persegi dengan ukuran 12-25 mm 2.4 Deoksidasi 2.4.1 Pengertian Deoksidasi Deoksidasi adalah proses membuang kelebihan oksigen dari cairan logam. Proses ini melibatkan penambahan material yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap oksigen sehingga oksigen dapat diikiat. Dari hasil pengikatan gas tersebut akan menghasilkan kotoran. Pada umumnyam deoksidasi pada baja dilakukan dengan menambahkan unsur Mn, Si, dan Al. Unsur Cr, V, Ti, Zr, dan B. Pada proses pembuat baja, cairan logam harus dilakukan deoksidasi setelah kandungan karbon tercapai untuk mencegah ikatan antara oksigen dan karbon lebih lanjut. Ada beberapa element yang digunakan untuk deoksidasi pada baja, diantaranya : Mn, Si, dan Al dengan kemurnian 98% 3. 2 ASTM E 340 00, Standar Test Method For Macroetching Metals and Alloys 3 Steel Deoksidation : Part Two, http: //keytometals.com/ Gambar 0.2 Diagram Kesetimbangan Deoksidasi Menggunakan Aluminium 7 Gambar 0.3 Kesetimbangan antara FeO, SiO 2 dan Al 2 O 3 2.4.2 Aluminium Alumunium merupakan material logam yang sering ditemukan dan dimanfaatkan sehari- hari. Meterial aluminium dimanfaatkan dalam bidang yang luas, seperti : alat alat rumah tangga, alat alat listrik, konstruksi mobil, kontrusksi pesawat terbang dan berbagai bagian dari sepeda motor dapat ditemukan menggunakan material aluminium. Aluminium memiliki sifat sifat sebagai berikut 4 : a. Memiliki berat jenis 2,702 kg/ dm 3 b. Mempunyai titik lebur 660 C c. Memiliki warna putih mengkilap d. Memiliki daya hantar listrik yang baik Dalam industri pengecoran logam aluminium sangat sering digunakan sebagai material untuk benda benda yang dibuat menggunakan proses die casting. Selain banyak kegunaanya, aluminium juga dimanfaatkan sebagai material deoksidasi pada proses peleburan baja. 4 (Darsono, 2010) 3

3. METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Tabel 0.2 Data Benda Replacable Lip Gambar 0.4 Diagram Alir Metode Penelitian 3.2 Prosedur Penelitian 1. Identifikasi Masalah 2. Menentukan perlakuan untuk mengatasi masalah yang terjadi. 3. Menentukan faktor respon dan metode pengukurannya 4. Menentukan faktor tetap, faktor kendali, dan faktor tidak terkendali. 5. Menentukan level atau variasi dari faktor kendali. Variasi yang dilakukan yaitu dengan menambahkan Aluminium dari 0.1% 0.4 %. 6. Melakukan percobaan 7. Analisis data hasil pecobaan 8. Menyimpulkan penelitian yang telah dilakukan. 3.3 Data Awal Data awal yang diperoleh yaitu benda Replacable Lip. Material yang digunakan pada benda ini yaitu SCH 22. Benda tersebut telah terjadi cacat cor. Cacat cor lalu diidentifikasi dan dibandingkan dengan literatur yang ada. Tabel menunjukkan data benda Replacable Lip. 3.4 Identifikasi Cacat Cor Identifikasi cacat cor dilakukan dengan cara mengamati visual benda, setelah didapat ciri ciri cacat cor yang terjadi kemudian dibandingkan dengan literatur dari sumber IPIS of Casting Defect dan Diktat Analisa Cacat Cor Teknik Pengecoran Logam III. Dari hasil pengamatan, didapat ciri ciri cacat cor pada benda yaitu: 1. cacat cor berada pada bagian atas benda. 2. cacat terlihat setelah dilakukan pemesian. 3. tidak terlokalisir, tersebar diseluruh permukaan benda. 4. rongga cenderung bulat, dan permukaannya halus. Setelah didapatkan ciri ciri cacat cor pada benda, kemudian dibandingkan dengan hasil studi literatur yang dilakukan dan didapat data sebagai berikut : 1. IPIS of Casting Defect Gambar 0.5 Porositas Gas Pada Benda Berdasarkan IPIS of Casting Defect Ciri ciri cacat cor : 1. Berbentuk relatif bulat. 2. Ukuran kecil kecil. 3. Tersebar dipermukaan dan dalam benda. 4. Terlihat setelah pemesinan. 2. Analisa Cacat Cor Teknik Pengecoran Logam 3 Halaman 57. 4

Ciri ciri rongga gas : 1. Berbentuk bulat. 2. Permukannya halus. 3. Umumnya berada di permukaan sebelah atas. target yaitu SCH 22 Standar JIS G 5122. Tabel 3. 3 menunjukkan komposisi kimia SCH 22. Tabel 0.3 Tabel Komposisi Kimia SCH 22 JIS G 5122 Dari hasil perbandingan antara pengamatan benda cor Replacable Lip dan studi literatur, maka dapat diketahui bahwa cacat cor yang terjadi adalah porositas gas. Porositas gas dapat terjadi oleh beberapa sumber misalnya : dari pola, cetakan, peleburan dan penuangan. Dalam penelitian ini, hal yang dilakukan untuk mengurangi porositas gas yang terjadi adalah mengurangi kadar oksigen yang terdapat pada cairan logam. Proses deoksidasi dilakukan dengan cara menambahkan unsur Aluminium pada saat tapping. Prosentase Aluminium yang diberikan yaitu 0.1 % - 0.4% (Kassie, 2000). 3.5 Pembuatan Cetakan Metode cetakan yang dilakukan adalah metode cetakan tangan. Pembuatan cetakan dilakukan manual dengan mengunakan jenis pasir cetak kering, yaitu Pasir Pepset. Jumlah cetakan yang dibuat yaitu empat buah cetakan benda Replacable Lip dan empat buah cetakan Y Block. Proses Pembuatan cetakan dapat silihat pada lampiran 3. 3.7 Tapping Perencanaan tapping dilakukan pada temperatur 1625 C - 1650 C. Temperatur tersebut ditentukan agar temperatur cor dapat terjaga pada temperatur 1550 C - 1600 C. Aktualnya tapping dilakukan pada temperatur 1630 C. 3.8 Deoksidasi Gambar 0.6 Proses tapping Berat aluminium yang diberikan untuk proses deoksidasi dihitung berdasarkan berat cairan yang dicorkan kemudian dikalikan dengan prosentase aluminium yang divariasikan yaitu dari 0.1 % - 0.4 % (Kassie, 2000). Tabel 3.5 menunjukkan perhitungan berat aluminium yang diberikan untuk deoksidasi. Tabel 0.4 Tabel Perhitungan Berat Aluminium untuk Deoksidasi 3.6 Peramuan dan Peleburan Peleburan dilakukan menggunakan tanur induksi frekuensi menengah yang ada di bengkel Pengecoran Logam Polman Bandung. Kapasitas tanur yang digunakan adalah 250 kg. Material yang menjadi 3.9 Persiapan Sampel Persiapan sampel dilakukan untuk mengamati porositas yang terjadi setelah perlakuan deoksidasi. Sampel disiapkan dari Coran Y- Block dan benda Replacable Lip. Ada tiga jenis sampel yang di persiapkan. Sampel yang dipersiapkan tersebut yaitu : 5

1. Sampel pengamatan porositas pada Y Block. Sampel dipersiapkan dengan cara memotong bagian Y- Block secara melintang kemudian hasil potongan tersebut diamati dan dianalisis mengenai porositas yang terjadi. Pemotongan sampel dilakukan menggunakan mesin gergaji jet yang ada di Bagian Logistik Polman Negeri Bandung. Gambar 0.8 Benda Replcacable Lip Setelah Finishing 3.10 Pengamatan Porositas Pengamatan porositas yang dilakukan pada penelitian ini ada tiga, yaitu : 1. Pengamatan visual penampang melintang pada Y - Block 2. Sampel pengamatan struktur makro Pengamatan ini dilakukan berdasarkan standar ASTM E 340 00. Sampel untuk pengamatan struktur makro diambil dari spesimen uji tarik dengan dimensi Ø18 mm x 10 mm. Bahan etsa yang digunakan yaitu campuran H 2 O, HCl dan H 2 O 2. Setelah dietsa kemudian diamati dengan mikrosop Olympus pada perbesaran 10 x, 40 x, dan 45 x. Proses dilakukan di Lab Metalografi Jurusan Teknik Pengecoran Logam Polman Negeri Bandung. Pengamatan porositas dilakukan dengan cara melihat visual penampang potong Y Block secara melintang. Setiap variasi aluminium di ambil gambar hasil pemotongannnya kemudian dijelaskan dan dibandingkan dengan visual penampang potong yang lain. Gambar 0.9 Visual penampang melintang pada Y - Block 2. Pengamatan struktur makro pada sampel. Gambar 0.7 Sampel Struktur Makro 3. Sampel benda untuk proses pemesinan. Benda yang sudah di cor kemudian dibersihkan dengan metode shoot blasting kemudian sistem saluran dipotong menggunakan gerinda tangan. Setelah dipotong, bagian sirip sirip benda diratakan meggunakan gerinda perata, kemudian siap untuk di lakukan pemesinan. Setelah sampel siap kemudian sampel diamati menggunakan mikrosop optik tipe Olympus DP 12. Visual sampel dilihat dibawah mikroskop menggunakan perbesaran 10x, 40x dan 45x. Pengamatan stuktur makro dilakukan berdasarkan standar ASTM E 340 00. Pada standar tersebut, bahas etsa yang digunakan yaitu HCl 50 ml, H 2 0 50 ml dan H 2 0 2 20 ml. Dimensi sampel yang digunakan yaitu Ø18 mm x 10 mm. 6

Gambar 0.10 Mikrosop Optik Tipe Olympus DP 12 3. Pengamatan visual permukaan pada benda setelah pemesinan Benda yang telah di finishing kemudian di lakukan pemesinan kemudian diamati perubahan yang terjadi. Pengamatan tersebut dilakukan untuk menganalisis pengaruh deoksidasi yang telah dilakukan. Setelah diamati, kemudian dibandingkan dengan data awal benda yang terjadi cacat cor. Gambar 0.13 Benda Sebelum Degassing 4.2. Pengamatan Pengamatan visual penampang melintang pada Y - Block Gambar 0.11 Bagian benda yang dilakukan pemesinan dengan komposisi deoksidasi 0.2 4. DATA DAN ANALISA 4.1. Pengamatan benda setelah pemesinan. Gambar diatas merupakan gambar penampang potong dari benda uji yang menggunakan deoksidasi Aluminium dengan jumlah 0.1-0.4 %. Hasil visual menunjukkan tidak ada porositas gas yang telihat pada permukaan penampang potong. Penampang potong terlihat bersih, tidak ada rongga rongga porositas yang terjadi. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan Mesin Gergaji Jet yang ada di Bagian Logistik Polman Negeri Bandung. 4.3. Pengamatan Struktur Makro Gambar 0.12 Benda Setelah Pemesinan Gambar diatas merupakan permukaan benda setelah dilakukan pemesinan. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa tidak ada porositas gas yang terlihat pada permukaan benda. Bila dibandingkan dengan kondisi awal, pemukaan benda setelah deoksidasi jauh lebih baik, Dapat dilihat permukaan benda sebelum dilakukan proses deoksidasi. 7

Gambar diatas merupakan gambar struktur makro sebelum dilakukan etsa. Pengamatan dilakukan pada perbesaran 10x. Dari hasil pengamatan tidak ada porositas gas yang terlihat. Penampakan struktur material masih gelap. Struktur material tidak terlihat. Gambar diatas merupakan gambar struktur makro setelah dilakukan etsa. Pengamatan yang dilakukan yaitu pada perbesaran 45x. Pada perbesaran ini porositas gas tidak ditemukan juga. Namun, struktur dari material semakin terlihat jelas. Garis garis yang terlihat pada perbesaran 10 x dapat dilihat semain jelas bentuknya. Bentuknya terlihat seperti pulau pulau dengan penyebaran rata dan teratur. Struktur mempunyai orientasi berbedabeda. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Gambar diatas merupakan gambar struktur makro setelah dilakukan etsa. Nampak struktur dari material terlihat. Pada perbesaran 10x struktur terlihat seperti garis garis dengan orientasi berbedabeda. Garis tersebut menyebar di seluruh permukaan sampel. Terlihat sangat beraturan. Pada perbesaran ini tidak ditemukan gas yang berada pada sampel. Bahan etsa yang digunakan yaitu HCl, H 2 0 dan H 2 O 2. Cacat cor Replacable Lip mempunyai ciri ciri bentuk rongga rongga kecil yang menyebar dan terlihat setelah proses pemesinan. Hasil identifikasi kemudian dibandingkan dengan literatur yang didapat, maka diketahui bahwa cacat cor benda Replacable Lip adalah porositas gas. Pengaruh aluminium terlihat dengan tidak adanya porositas gas yang terjadi pada pada benda. Pada penelitian ini, prosentase aluminium dari 0.1% - 0.4% tidak ditemukan titik puncak optimalnya karena semua variasi aluminium memberikan efek yang sama dalam proses deoksidasi. Oleh sebab itu, 0.1 % aluminium saja sudah cukup untuk deoksidan. 5.2 Saran Pada penelitian ini, terdapat dua benda Replacable Lip yang tidak dianalisa. Benda pertama tidak dapat dicor karena kekurangan cairan, yaitu pada komposisi deoksidasi aluminium 0.4 %. Benda yang kedua tidak dapat dilakukan proses pemesinan karena terjadi cacat cross join yaitu pada komposisi aluminium 0.1 %. Saran yang dibuat yaitu untuk dilakukan lagi proses penelitian selanjutnya dengan membuat benda yang belum diamati dalam proses ini. 8

DAFTAR PUSTAKA 1. JIS. (1992). Ferrous Material and Metalurgi. Tokyo: JIS International. 2. Lab Metalografi Pengecoran Logam Polman Bandung 3. ASM Vol 1 halaman 1446 4. International Centre For Study Of The Preservation And Restoration of Cultural. (1989). Porosity. Conservation of Arcithectural Heritage Historic Structures And Material, 1-99. 5. Campbell, J. (1991). Solidification Defects in Castings. In I. i. John Campbell and Richard A. Harding, TALAT (p. 29). Birmingham: Training in ALuminium and Aplication Technologies. 6. ASTM E 340-00 (1997). Standars Test Method For Macroetching Metals and Alloys. Amerika: ASTM International. 7. Materia, T. (2008, februari 1). Steel Deoxidation : Part 2. Retrieved Agustus 5, 2014, from keytometals: http://www.keytometals.com/page.aspx?id=checkarticle&site=kts&nm=218 8. ASM Vol 15, Casting Halaman 200 9. Darsono, S. S. (2010). Pengaruh Penambahan Serbuk Dry Cell Bekas Terhadap Porositas dan Kekerasan Hasil Remelting Al-9%Si Berbasis Limbah Piston Bekas. Porositas, 1-16. 10. Widodo, R. (1992). Teknik Pengecoran Logam III. Bandung: Polman Bandung. 9