Suster-suster Notre Dame

dokumen-dokumen yang mirip
Laporan Kongregasi. Konferensi Umum, 5 Oktober Canoas, Brazil, 2014 Suster Mary Kristin Battles, SND

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame

BAB I. PENDAHULUAN. Dalam Gereja Katolik ada berbagai macam tarekat hidup bakti (yang

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

Suster-suster Notre Dame

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2

PANDUAN HIDUP ROHANI DARI IBU CLARA FEY: MELALUI JALAN AKSI - KONTEMPLASI

Suster-suster Notre Dame. Melihat Kemungkinan Memberdayakan Kemampuan RENCANA KONGREGASI

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan

PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam

DEKRIT TENTANG PEMBAHARUAN DAN PENYESUAIAN HIDUP RELIGIUS

MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA

-uhan BERSUKACITA. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. (Joh 15:16)

Pendidikan Agama Katolik

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

KEPEMIMPINAN KRISTIANI SEBAGAI PELAYAN DI BIARA Rohani, Juni 2013, hal Paul Suparno, S.J.

KONGREGASI IMAM-IMAM HATI KUDUS YESUS (SCJ) KAPITEL JENDERAL XXII

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49)

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

C. Hubungan pimpinan dan anggota Dalam pendampingan dan kepemimpinan, relasi yang diharapkan adalah:

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic

Signum Fidei CARA HIDUP

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

PETUNJUK PELAKSANAAN. Kata Pengantar dari Pastor Paroki Santa Theresia (merangkap sebagai Ketua Dewan Paroki)

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

MENDENGARKAN HATI NURANI

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

Tahun C Hari Minggu Biasa XXVIII LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 2 Raj. 5 : Naaman kembali kepada Elisa, abdi Allah, dan memuji Tuhan.

EVANGELISASI BARU. Rohani, Desember 2012, hal Paul Suparno, S.J.

Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran

BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi seorang murid Kristus memiliki jalan yang berbeda-beda. Panggilan itu ada dua

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

Roh Kudus. Penolong dan Penghibur HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

BAB I PENDAHULUAN. Tanda nyata dari cinta Tuhan kepada manusia dinyatakan melalui sakramen-sakramen

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013)

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

Spiritualitas Organis, Pengiring Lagu Liturgi dalam dokumen Gereja

PIAGAM DIREKSI. Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. A.

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

Pendidikan Agama Kristen Protestan

SPIRITUALITAS EKARISTI

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma

PARA PENDETA DAN PARA PELAYAN JEMAAT LAINNYA PELAJARAN 9

BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA. Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana

Sapientia Cordis (Kebijaksaan Hati)

MENJADI TUA DAN BAHAGIA

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam agama Katolik, terdapat struktur kepemimpinan gereja. Pemimpin tertinggi

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.

Th A Hari Minggu Adven III

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

Bab 1. Hak-hak Pasal 1 Setiap orang berhak atas penghidupan, kemerdekaan dan keselamatan pribadinya.

Liturgi Anak yang Hidup

BAB I MENGENAL GEREJA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

Seorang anggota Gereja yang ramah tengah

ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA

oleh Gereja Iuhan Apayang Dilakukan untuk Allah

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TATA GEREJA PEMBUKAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gereja Menyediakan Persekutuan

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

1 Petrus 1:1. Para penerima. 1 Petrus 1:2. Orang-orang percaya yang dipilih. 1 Petrus 1:3-12. Topik.

Pnt. : Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata:

Sukacita atas belas kasih Allah

BAB II EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi

KELUARGA KATOLIK MENUJU ERA PERADABAN KASIH INDONESIA

Transkripsi:

Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para Suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma 1 Oktober 2014 Selamat Hari Jadi Kongregasi. Setiap tahun pada kesempatan seperti ini saya selalu berbagi sesuatu mengenai kehidupan kita sebagai Suster-suster Notre Dame. Tahun ini saya ingin membahas tentang rekomendasi pertama Kapitel Umum yaitu Struktur Kepemimpinan SND dalam Dokumen Kapitel Umum 2010. Rekomendasi itu tertulis sebagai berikut: Tingkat Umum/Provinsi/Delegasi/Setempat: Memperjelas peran kepemimpinan pada semua tingkat dalam kongregasi dan memberikan pembelajaran tentang: Hak dan kewajiban para anggota dan para pemimpin Subsidiaritas yang tepat Akuntabilitas dan evaluasi. Di dalam Kongregasi aktif apostolik terdapat tiga tingkat kepemimpinan: Kepemimpinan Umum, provinsi dan setempat. Setiap tingkat mempunyai karya kerasulan dan mempunyai peran khusus. Kepemimpinan Umum Tingkat umum bertanggung jawab atas kesatuan Kongregasi. Ia memajukan kharisma, semangat dan perutusan lembaga. Tingkat umum memelihara relasi dengan Takhta Suci. Ia memperluas karya apostolik dan memelihara kesatuan sebagai tugas utamanya. Kepemimpinan umum harus lebih menjadi tanki pemikir daripada badan pelaksana. Dari sudut pandang ini ia mempunyai gambar yang lebih besar dari seluruh lembaga dan bertanggung jawab untuk membimbing dan mengarahkan kongregasi dalam melaksanakan misinya sebagaimana terungkap dalam Konstitusi dan pernyataan visi Kapitel Umum dan mandatnya. Kepemimpinan umum mengkordinasi proyekproyek, peristiwa atau pertemuan-pertemuan yang melibatkan anggota kongregasi. Hak dan kewajiban para anggota dan para pemimpin Para anggota memilih para suster untuk kepemimpinan umum. Ini dilakukan melalui para delegasi Kapitel Umum. Para suster diundang untuk mengajukan nama-nama yang mereka yakini akan menjadi calon yang baik untuk kepemimpinan umum. Mereka menyerahkan nama-nama ini melalui provinsi mereka masing-masing sebelum kapitel umum. Para suster di kepemimpinan umum mempunyai tanggung jawab seperti yg tertulis di Hukum Kanon dan diuraikan dalam hukum lembaga (Konstitusi). Mereka melaksanakan mandat dari Kapitel Umum dan melaksanakan keputusan-keputusan yang dibuat dalam pertemuan-pertemuan kepemimpinan Kongregasi lainnya (Konferensi Umum). 1

Kepemimpinan umum melaksanakan tanggungjawabnya untuk menyatukan Kongregasi dan menjaga warisan rohani melalui cara-cara berikut ini: Membuat rencana enam tahun yang berdasarkan keputusan-keputusan Kapitel Umum Merencanakan konferensi-konferensi, komisi-komisi, pertemuan-pertemuan, lokakarya Visitasi Umum Surat Edaran Pemimpin Umum surat-surat informatif dan surat-surat yang berisikan hal kerohanian. Website Kongregasi Para Asisten Umum berkomunikasi dengan pemimpin provinsi/delegasi dan setempat. Mengangkat para pemimpin provinsi/delegasi dan anggota dewan mereka Mengangkat pemimpin novis dan pemimpin suster berkaul sementara Mengurus permintaan-permintaan dari tingkat provinsi/delegasi sebagaimana tertera dalam Konstitusi Subsidiaritas yang tepat Kapitel Umum membuat pernyataan visi atau arahan dan mendiskusikan proposal yang mungkin bisa menjadi mandat dan/atau usulan-usulan untuk kepemimpinan umum yang baru. Keputusan-keputusan Kapitel Umum mengatakan APA yang dibuat. Kepemimpinan umum membuat rencana kegiatan enam tahun yang menentukan BAGAIMANA rencana itu dapat dilakukan sesuai keputusan Kapitel Umum. BAGAIMANA melaksanakannya membutuhkan kerja komite, komisi-komisi, lokakarya-lokakarya dan kegiatan-kegiatan khusus dimana kepemimpinan umum mengundang seluruh anggota untuk berpartisipasi. Subsidiaritas yang tepat Kepemimpinan umum melaporkan kegiatan-kegiatannya kepada kepemimpinan provinsi/delegasi pada waktu Konferensi Umum dan pada Kapitel Umum. Dalam kesempatan-kesempatan ini diberikan waktu untuk konsultasi dan diberikan umpan balik. Kepemimpinan Provinsi/Delegasi Tingkat provinsi/delegasi bertanggung jawab atas perutusannya. Tingkat ini memikirkan karyakarya kerasulan para suster dan pembinaan berkelanjutannya. Ia bertanggung jawab untuk selalu berhubungan baik dengan para uskup. Kepemimpinan provinsi/delegasi bekerjasama dengan para anggota untuk melihat karya-karya yang tepat, membuat perencanaan jangka panjang dan mengevaluasi karya-karya kerasulan. Pemimpin dan anggota bersama-sama mengenal kehendak Tuhan yang berhubungan dengan karya kerasulan provinsi/delegasi. Penting untuk diingat bahwa para pemimpin memusatkan diri akan perkara-perkara besar dan tidak terjebak dengan perkaraperkara kecil dimana itu dapat diselesaikan di tingkat setempat. 2

Hak-hak dan kewajiban para anggota dan pemimpin Para anggota mengusulkan nama-nama untuk jabatan pemimpin provinsi dan dewannya. Para anggota menyumbangkan diri mereka untuk kehidupan dan karya provinsi dengan berpartisipasi dalam rapat-rapat, pertemuan, musyawarah provinsi/delegasi, melayani sebagai anggota komite dan pengurus yayasan, menanggapi kuesioner, dan aktif dalam kegiatan-kegiatan provinsi program Mitra SND, kegiatan mencari dana, pesta yubile, profesi, pemakaman. Pemimpin provinsi/delegasi mengajak para suster untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan, menanyai ide-ide mereka, mendorong mereka untuk menjadi pemimpin. Pemimpin provinsi/delegasi menugasi para suster dan menentukan tempat tinggal mereka. Mereka membangun relasi dengan uskup setempat dan kepala paroki dimana para suster itu bekerja. Pemimpin berbagi sebanyak mungkin informasi tentang karya-karya di provinsi/delegasi kepada para anggota. Para pemimpin mengirim surat informatifve dan inspiratif kepada para suster dengan tepat. Para pemimpin memajukan semangat memiliki sebagai suatu provinsi/delegasi. Subsidiaritas yang tepat Kepemimpinan provinsi mengikutsertakan para suster untuk menentukan hidup dan karya provinsi melalui: Pertemuan Provinsi, rapat-rapat dan lokakarya Rencana kegiatan/rencana Strategi Kerja komite Mengirim kuesioner Kapitel/Musyawarah Akuntabilitas dan evaluasi Laporan-laporan pemimpin kepada anggota melalui pertemuan tahunan yayasan, laporan kapitel dan kuesioner yg telah dievaluasi. Anggota bertanggung jawab kepada pemimpin setiap tahun ketika informasi harus diserahkan, pada waktu visitasi tahunan dengan mengikuti prosedur yang telah ditentukan dalam provinsi/delegasi. Kepemimpinan provinsi/delegasi bertanggungjawab kepada kepemimpinan umum tentang kerja mereka dalam provinsi/delegasi. Mereka menulis laporan dua tahun sekali dan dari waktu ke waktu berkomunikasi dengan Pemimpin Umum atau dengan Asisten Umum yang ditunjuk. Visitasi Umum juga merupakan waktu dimana hidup dan karya provinsi/delegasi dievaluasi. Kepemimpinan Setempat Tingkat setempat bertanggung jawab atas setiap suster sebagai pribadi. Ini berarti pemimpin setempat bertanggung jawab atas pertumbuhan fisik, spiritual, sosial, kesejahteraan psikologis setiap anggota. Setiap anggota harus juga memelihara pertumbuhan pribadinya dan 3

kedewasaannya sebagai seorang pribadi dan juga berusaha menciptakan suasana dimana semua memperhatikan kebutuhan bersama dan semua berusaha menciptakan suasana agar semua suster dapat berkembang. Para suster sewaktu mengucapkan kaul mengatakan ingin menghayatinya dengan doa dan dukungan dari para suster. Para anggota membutuhkan peneguhan, dorongan, butuh didengarkan, merasa aman, merasa krasan, dihargai oleh kelompok dan hidup dalam komunitas. Hidup komunitas yang baik terjadi ketika kita berusaha menjadi saudari satu sama lain. Tentunya ada situasi-situasi dimana ada suster mempunyai kebutuhan/kegiatan dimana kelompok tak dapat memenuhinya. Maka pengaturan khusus perlu dibuat sesuai dengan Konstitusi kita artikel 60. Hak dan kewajiban para anggota dan pemimpin Hak dan kewajiban para anggota dengan jelas tertulis dalam KHK 662-672. Kanon-kanon ini dan yang lain telah ditulis dalam surat ini untuk memudahkan anda. Sewaktu anda membaca kanon ini, kata hukum universal merujuk kepada kanon itu sendiri dan hukum yang tepat merujuk kepada konstitusi kita. Kanon 670 mengatakan: Tarekat harus mencukupi kebutuhan anggota-anggotanya mengenai hal-hal yang menurut norma konstitusi diperlukan untuk mencapai tujuannya. Maka, tentu saja ini termasuk hal-hal dasar, seperti: Makanan Tempat tinggal Pakaian Pelayanan rohani Pengobatan Pendidikan dan peningkatan profesinya Peralatan pokok Biaya perjalanan (perjalanan diutus kongregasi ) Liburan yg masuk akal/tidak berlebihan Semua point ini disediakan sesuai dengan keadaan. Kanon 670 berdasarkan prinsip dompet bersama. Para anggota memasukkan semua yang mereka punyai dan hasilkan ke dalam dompet bersama oleh sebab itu masuk akallah jika keperluan mereka dipenuhi dari dompet yang sama. Dalam banyak provinsi/delegasi ada sistem anggaran pribadi. Jika demikian maka perlu adanya garis kebijakan tentang penggunaan uang ini. Subsidiaritas yang tepat Pemimpin provinsi/delegasi meminta para suster untuk mengusulkan nama-nama untuk jabatan pemimpin setempat dan dewan. Para pemimpin setempat hendaknya mengikutsertakan para suster di komunitasnya dalam perencanaan dan pelaksanaan hidup bersama dalam komunitasnya. Keputusan-keputusan yang lebih besar hendaknya dibuat dalam kelompok secara kolaboratif dan inklusif. Tanggung jawab (tugas-tugas) hendaknya dibagi diantara para anggota kelompok. Informasi yang tepat hendaknya dibagikan dengan semua 4

anggota komunitas dan memupuk cara-cara berkomunikasi yang baik. Setiap anggota komunitas bertanggung jawab atas kualitas hidup komunitasnya. Akuntabilitas dan evaluasi Para pemimpin komunitas menulis laporan dua kali setahun kepada pemimpin provinsi/delegasi dan juga kepada Asisten Umum yang membawahinya. Visitasi oleh pemimpin tinggi dilakukan setahun sekali. Visitasi oleh kepemimpinan umum dilakukan sekali dalam enam tahun. Karena dengan adanya teknologi canggih, dari waktu ke waktu komunikasi dapat dilakukan di beberapa tingkat kepemimpinan. Referensi informasi di atas kebanyakan berasal dari Pater Francis G. Morrisey, OMI, seorang ahli hukum yang bidang spesialisasinya adalah hukum kanon dan hidup religius. Selama bertahuntahun Pater Morrisey, OMI telah mengajar di Fakultas Hukum Kanon di Universitas Santo Paulus di Ottawa, Kanada dan menjadi konsultan untuk Kongregasi dan Lembaga-lembaga Hidup Bakti Hidup Kerasulan di Roma. Grafik di halaman berikut menunjukkan sebuah gambaran tentang Siklus Pembaharuan Kongregasi enam tahun yang telah menjadi pola dalam Kongregasi kita sejak Vatikan II. Dalam siklus ini menyediakan tempat untuk membuat visi, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pembaruan. Di setiap tingkat terdapat banyak kesempatan untuk para anggota dan pemimpin memberikan masukan (input), terlibat dan memberikan umpan balik yang semakin memperkuat misi Kongregasi dan arahan ke masa depan. Keanggotaan yang bertanggung jawab menantang kita semua untuk menggunakan kesempatan-kesempatan ini sebagai sebuah ungkapan bahwa kita menjadi satu hati, satu harapan dan sat perutusan untuk transformasi global. Para Suster, apa yang saya tulis merupakan pandangan mendasar dari topik ini. Saya berharap, keterangan ini dapat sedikit menjelaskan apa peran kepemimpinan pada setiap jenjang dalam Kongregasi kita dan mendorong kita semua untuk ikut serta sebagai anggota-anggota yang bertanggung jawab. Sewaktu anda membaca surat ini kami akan mulai Konferensi Umum di Canoas, Brazil. Silakan anda sekalian berdoa dalam minggu-minggu ini untuk lancarnya konferensi kita. Salah satu tugas utama ialah menentukan tema untuk Kapitel Umum 2016. Bersatu dengan anda dalam satu hati, satu harapan dan satu perutusan. Sister Mary Kristin, SND Refleksi Pribadi: Dalam cara apa anda menyatakan tanggungjawab keanggotaan anda? Apa kiranya yang dapat lebih anda sumbangkan kepada kongregasi dimasa mendatang? 5

Diskusikan bersama pernyataan-pernyataan berikut: Struktur organisasi memberikan kebebasan lebih kepada para anggota untuk perutusan dengan meletakkan infrastruktur yang mendukung hidup dan karya kerasulannya. Hidup bakti adalah sebuah masyarakat sukarela yang menganut azas kesamaan. Peran para anggota berbeda-beda dalam lembaga itu tetapi semua anggota bekerja untuk memperluas misi lembaga tsb. Kepemimpinan yang transformasional adalah bentuk kepemimpinan dimana kita terpanggil untuk menghayatinya. Kepemimpinan transformasional adalah kekuatan untuk bukan kekuatan menguasai. Hidup bakti dapat menjadi saksi kenabian terhadap Gereja dengan menghayati model komunitas Injili. Pada tingkat setempat kita perlu mencari apa yang dimasud menjadi saudari satu sama lain. Tak ada ruang dalam hidup bakti untuk control, atau pemaksaan. Mengusahakan relasi dewasa dengan dewasa adalah kunci untuk komunitas yang hidup Kepemimpinan dalam kongregasi kami adalah untuk melayani. 6

Kapitel Umum Pernyataan Visi Mandat 2010 Visitasi Umumn General Provinsi/Delegasi Kapitel/Musyawarah 2015 Rencana Kegiatan Dikembangkan Tingkat Umum/Provinsi/Delegasi Visitasi Umum General Konferensi Umum Canoas, Brazil, 2014 Konferensi Umum Indonesia 2012 Konferensi Teknologi 2011 Konferensi Kesehatan 2012 Visitasi Umum Konferensi Regional Afrika 2012 dan 2014 Asia 2013 Eropa 2014 Konferensi Pembinaan2013 7 Visitasi Umumn General Spiritual Renewal Program 2013-2014 Dana Kongregasi

Hukum Kanon 1983 Kutipan-kutipan BAB II. Art. 1. KEPEMIMPINAN LEMBAGA-LEMBAGA PARA PEMIMPIN DAN DEWANNYA Kan. 617 Para Pemimpin hendaknya memenuhi tugasnya serta melaksanakan kuasanya menurut norma hukum universal dan hukum tarekat itu sendiri. Kan. 618 Para Pemimpin hendaknya melaksanakan kuasa yang diterima dari Allah lewat pelayanan Gereja dalam semangat pengabdian. Maka dalam melaksanakan tugas hendaknya mereka peka terhadap kehendak Allah, memimpin bawahannya sebagai putera-putera Allah, serta mengusahakan ketaatan sukarela mereka dengan menghargai pribadi manusiawi mereka, dengan senang hati mendengarkan mereka serta memajukan peran-serta mereka demi kebaikan tarekat dan Gereja, tetapi dengan tetap memelihara otoritas mereka sendiri untuk memutuskan dan memerintahkan apa saja yang harus dilaksanakan. Kan. 619 Para Pemimpin hendaknya menunaikan tugas mereka dengan tekun dan bersama dengan para anggota yang dipercayakan kepadanya berusaha membangun komunitas persaudaraan dalam Kristus, dimana Allah dicari dan dicintai melebihi segala sesuatu. Maka mereka hendaknya kerapkali memberi santapan sabda Allah kepada para anggota dan mengajak mereka merayakan liturgi suci. Hendaknya mereka menjadi teladan bagi para anggota dalam membina keutamaan- keutamaan dan dalam menaati undang-undang serta tradisi tarekatnya sendiri; membantu secara layak dalam hal kebutuhan-kebutuhan pribadi mereka, memperhatikan dan mengunjungi dengan rajin mereka yang sakit, memperingatkan yang rewel, menghibur yang kecil hati, bersabar terhadap semuanya. BAB IV. KEWAJIBAN DAN HAK LEMBAGA DAN PARA ANGGOTANYA Kan. 662 Para religius hendaknya menganggap mengikuti jejak Kristus seperti diwartakan dalam Injil dan ditegaskan dalam konstitusi tarekatnya sebagai hukum tertinggi hidupnya. Kan. 663 1. Kontemplasi perkara-perkara ilahi dan persatuan dengan Allah yang terus-menerus dalam doa hendaknya merupakan tugas pertama dan utama bagi semua religius. 2. Para anggota sedapat mungkin setiap hari mengambil bagian dalam Kurban Ekaristi, menyambut Tubuh Kristus yang mahakudus dan bersujud pada Tuhan yang hadir dalam Sakramen. 3. Hendaknya mereka menyediakan waktu untuk bacaan Kitab Suci dan doa meditasi, merayakan ibadat harian dengan layak menurut ketentuan hukumnya sendiri, serta melakukan latihanlatihan kesalehan lain. 4. Hendaknya mereka mengembangkan devosi khusus kepada Santa Perawan Bunda Allah, teladan dan pelindung segenap hidup bakti, juga dengan doa rosario. 5. Hendaknya mereka setia melakukan retret tahunan. 8

Kan. 664 Para religius hendaknya menekankan pentingnya pertobatan hati terhadap Allah, meneliti batinnya, juga setiap hari, dan sering kali menerima sakramen tobat. Kan. 665 1. Para religius hendaknya tinggal di rumah biaranya sendiri dengan menjalani hidup bersama, dan jangan pergi dari rumah tanpa izin Pemimpinnya. Namun jika mengenai kepergian yang lama dari rumah, Pemimpin tinggi, dengan persetujuan dewannya serta atas dasar alasan yang wajar, dapat mengizinkan anggota tinggal di luar rumah tarekat, tetapi tidak lebih dari satu tahun, kecuali karena alasan kesehatan, studi atau kerasulan yang dilaksanakan atas nama tarekat. 2. Anggota yang secara tidak legitim pergi dari rumah biara dengan maksud untuk melepaskan diri dari kekuasaan Pemimpin, hendaknya dicari oleh Pemimpin dengan penuh keprihatinan dan dibantu agar kembali dan bertahan dalam panggilannya. Kan. 666 Dalam menggunakan media komunikasi sosial hendaknya dipelihara diskresi yang semestinya dan dihindari segala sesuatu yang merugikan panggilannya sendiri serta berbahaya bagi kemurnian orang yang sudah dibaktikan. Kan. 667 1. Dalam semua rumah hendaknya dipelihara klausura yang disesuaikan dengan sifat khas dan misi tarekat menurut ketentuan-ketentuan tarekat itu sendiri, dengan selalu mengkhususkan suatu bagian dari rumah biara bagi para anggota sendiri. Kan. 668 1. Sebelum profesi pertama para anggota hendaknya menyerahkan pengelolaan hartabendanya kepada orang yang dikehendakinya, dan menentukan dengan bebas penggunaan serta pemanfaatannya, kecuali konstitusi menentukan lain. Sedangkan surat wasiat yang juga berlaku bagi hukum sipil hendaknya dibuat sekurang- kurangnya sebelum profesi kekal. 2. Untuk mengubah keputusan itu bila ada alasan wajar dan untuk melakukan suatu tindakan sehubungan dengan harta-benda, dibutuhkan izin dari Pemimpin yang berwenang menurut norma hukum tarekat itu sendiri. 3. Apapun yang didapat oleh religius baik atas dasar usahanya sendiri maupun atas nama tarekat, menjadi milik tarekat. Apapun yang dihasilkan bagi religius dengan cara apapun atas dasar pensiun, bantuan atau asuransi, menjadi milik tarekat, kecuali ditentukan lain dalam hukum tarekat itu. 4. Yang dari hakikat tarekatnya harus melepaskan harta- bendanya secara penuh, hendaklah melepaskannya, sedapat mungkin juga dalam bentuk yang berlaku bagi hukum sipil, dan melakukannya sebelum profesi kekal, meskipun baru akan berlaku sejak hari diucapkan profesi tersebut. Hal yang sama hendaknya dibuat oleh orang yang sudah berkaul kekal, yang menurut ketentuan hukum tarekatnya mau melepaskan harta-bendanya, sebagian atau seluruhnya dengan izin Pemimpin tertinggi. 5. Orang berkaul, yang menurut hakikat tarekat melepaskan secara penuh harta-bendanya, kehilangan kemampuan memperoleh dan memiliki, maka tidak dapat secara sah melakukan tindakan yang bertentangan dengan kaul kemiskinan. Tetapi apa yang diperolehnya sesudah melepaskan itu, menjadi milik tarekat sesuai norma hukum tarekat itu sendiri. 9

Kan. 669 1. Para religius hendaknya mengenakan pakaian tarekat, yang dibuat menurut norma hukum tarekatnya sendiri, sebagai tanda pembaktian diri dan kesaksian kemiskinan. Kan. 670 Tarekat harus mencukupi kebutuhan anggota-anggota- nya mengenai semua yang menurut norma konstitusi diperlukan untuk mencapai tujuan panggilannya. Kan. 671 Religius jangan menerima tugas dan jabatan di luar tarekatnya sendiri tanpa izin dari Pemimpin yang legitim. Kan. 672 Para religius terikat ketentuan-ketentuan kan. 277, 285, 286, 287, dan 289; dan religius klerikal disamping itu juga terikat ketentuan kan. 279, 2; dalam tarekat laikal bertingkat kepausan, izin yang dimaksud dalam kan. 285, 4, dapat diberikan oleh Pemimpin tingginya sendiri. Berikut ini untuk kaum penyandang hidup bakti dan klerikus: Kan. 277 1. Para klerikus terikat kewajiban untuk memelihara tarak sempurna dan selamanya demi Kerajaan surga, dan karena itu terikat selibat yang merupakan anugerah istimewa Allah; dengan itu para pelayan suci dapat lebih mudah bersatu dengan Kristus dengan hati tak terbagi dan membaktikan diri lebih bebas untuk pelayanan kepada Allah dan kepada manusia. 2. Para klerikus hendaknya dengan cukup hati-hati bergaul dengan orang-orang tertentu, jika pergaulan dengan mereka dapat membahayakan kewajibannya untuk memelihara tarak atau dapat menimbulkan batu sandungan bagi kaum beriman. 3. Uskup diosesan berwenang menetapkan norma-norma yang lebih rinci dalam hal itu dan untuk mengambil keputusan mengenai ditaatinya kewajiban itu dalam kasus-kasus khusus. Kan. 285 1. Para klerikus hendaknya menjauhi segala sesuatu yang tidak sesuai dengan statusnya, menurut ketentuan-ketentuan hukum partikular. 2. Hendaknya para klerikus menghindari hal-hal yang meskipun tidak tercela, namun asing bagi status klerikal. 3. Para klerikus dilarang menerima jabatan-jabatan publik yang membawa serta partisipasi dalam pelaksanaan kuasa sipil. 4. Tanpa izin Ordinarisnya, janganlah mereka mengelola harta benda urusan kaum awam atau menerima jabatan-jabatan sekular yang membawa-serta beban untuk mempertanggungjawabkannya; mereka dilarang menanggung jaminan, meskipun dengan hartanya sendiri, tanpa konsultasi dengan Ordinarisnya sendiri; demikian pula janganlah mereka menandatangani surat utang yang menimbulkan kewajiban melunasinya, tanpa dirumuskan perkaranya. Kan. 286 Para klerikus dilarang berbisnis atau berdagang, dilakukan sendiri atau lewat orang lain, untuk keuntungan baik diri sendiri maupun orang lain, kecuali dengan izin otoritas gerejawi yang legitim. Kan. 287 1. Para klerikus hendaknya selalu memupuk damai dan kerukunan sekuat tenaga 10

berdasarkan keadilan yang harus dipelihara di antara sesama manusia. 2. Janganlah mereka turut ambil bagian aktif dalam partai-partai politik dan dalam kepemimpinan serikat-serikat buruh, kecuali jika menurut penilaian otoritas gerejawi yang berwenang hal itu perlu untuk melindungi hak-hak Gereja atau memajukan kesejahteraan umum. Kan. 288 Para diakon-tetap tidak terikat ketentuan-ketentuan kanon-kanon 284, 285, 3 dan 4, 286, 287, 2, kecuali hukum partikular menentukan lain. Kan. 289 1. Karena dinas militer kurang sesuai dengan status klerikal, janganlah para klerikus dan juga para calon tahbisan suci dengan sukarela masuk dinas militer tanpa izin Ordinarisnya. 2. Para klerikus hendaknya mempergunakan pengecualian- pengecualian yang diberikan undangundang atau perjanjian-perjanjian atau kebiasaan yang menguntungkan mereka, untuk bebas dari tugas- tugas dan jabatan-jabatan sipil publik yang asing bagi status klerikal, kecuali dalam kasuskasus khusus Ordinarisnya sendiri memutuskan lain. 11