SISTEM DETEKSI DINI GEMPA DENGAN PIEZO ELEKTRIK BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. semakin kuat gempa yang terjadi. Penyebab gempa bumi dapat berupa dinamika

RANCANG BANGUN SISTEM DETEKSI DINI GEMPABUMI BERDASARKAN FLUKTUASI MEDAN MAGNET MENGGUNAKAN SENSOR MEMS

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

PROTOTIPE DETEKSI GEMPA MENGGUNAKAN METODE PERAMBATAN GELOMBANG PADA SENSOR GETAR BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN INFORMASI SMS GATEWAY

Pertemuan ke-5 Sensor : Bagian 1. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

APLIKASI MASTER SWITCH OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar.

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bertumbukan satu sama lain. Hal ini, ditambah dengan banyaknya gunung

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Berbagai bencana alam telah terjadi hampir diseluruh dunia bahkan, di Indonesia

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB III METODOLOGI PENULISAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November

BAB III PERANCANGAN ALAT

Penguat Inverting dan Non Inverting

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM. kadar karbon monoksida yang di deteksi oleh sensor MQ-7 kemudian arduino

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung (khususnya Laboratorium teknik digital) dan

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL

PERANCANGAN PENGUKUR MAGNITUDO DAN ARAH GEMPA MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER ADXL330 MELALUI TELEMETRI

RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL

BAB III PERANCANGAN ALAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Agustus

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

DAC - ADC Digital to Analog Converter Analog to Digital Converter

RANCANG BANGUN SISTEM ALARM GEMPA BUMI BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATmega 16 MENGGUNAKAN SENSOR PIEZOELEKTRIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ketepatan masing-masing bagian komponen dari rangkaian modul tugas akhir

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

Perancangan Sistim Elektronika Analog

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat

BAB III PERANCANGAN ALAT

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

BAB III. Perencanaan Alat

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRONIKA

BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Dimensi : 30 x 22 x 9CM, Bobot 2.4 Kg. Display : layar LCD 16 x 2 karakter, 71.2 x 25.2 mm, 6.

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

BAB III METODE PENELITIAN. alat pendeteksi frekuensi detak jantung. Langkah langkah untuk merealisasikan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

Rancang Bangun Sistem Pengontrol Intensitas Cahaya pada Ruang Baca Berbasis Mikrokontroler ATMEGA16 Maulidan Kelana 1), Abdul Muid* 1), Nurhasanah 1)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai bulan

BAB III PERANCANGAN ALAT

Gambar 1 UVTRON R2868. Gambar 2 Grafik respon UVTRON

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB III DESKRIPSI MASALAH

TERMOMETER 8 KANAL. Kata-kata kunci: LM35, ADC0808, mikrokontroler AT89S51.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai dengan selesai.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER

BAB III SISTEM PENGUKURAN ARUS & TEGANGAN AC PADA WATTMETER DIGITAL

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN. Berikut ini adalah diagram blok rangkaian secara keseluruhan dari sistem alat ukur curah hujan yang dirancang.

ANALISIS MOTOR INDUKSI SATU FASA DENGAN METODE CYCLOCONVERTER BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu :

BAB III METODE PENELITIAN

1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng benua yang saling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Nama : Timbangan Bayi. 2. Jenis : Timbangan Bayi Digital. 4. Display : LCD Character 16x2. 5. Dimensi : 30cmx20cmx7cm

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu:

BAB III PERANCANGAN SISTEM

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN. HALAMAN MOTTO.. ABSTRAKSI... DAFTAR ISI...

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing subsistem

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kemampuan berpikir yang terus berkembang. Seiring

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI WATER LEVEL CONTROL SYSTEM BERBASIS PC OLEH: I MADE BUDHI DWIPAYANA NIM

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

Transkripsi:

SISTEM DETEKSI DINI GEMPA DENGAN PIEZO ELEKTRIK BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51 Muhammad Andang Novianta 1 1 Jurusan Teknik Elektro Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Kampus ISTA Jl. Kalisahak No. 28 Kompleks Balapan Yogyakarta Telp 0274-563029, Fax 0274-563847, Email: m_andang@akprind.ac.id Abstrak Indonesia termasuk daerah rawan bencana gempabumi karena Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik yaitu di sebelah Barat Laut Lempeng Eurasia, di sebelah Selatan Lempeng Indo- Australia, dan di sebelah Timur Lempeng Pasifik. Pada tanggal 27 Mei 2006 terjadi gempabumi di Yogyakarta yang berkekuatan 5,9 SR menelan korban meninggal dunia sekitar 5.000 jiwa. Sebelumnya pada tanggal 26 Desember 2004 di Aceh juga terjadi gempabumi di laut yang memicu adanya tsunami menelan sekitar 200.000 korban jiwa dengan kekuatan gempa 9,3 SR. Hal ini terjadi karena belum ada alat yang bisa mendeteksi akan dan kapan terjadinya gempabumi atau sering disebut sistem peringatan dini (early warning system). Penelitian ini bertujuan untuk membuat alat yang bisa mendeteksi akan terjadinya gempa sebagai sistem peringatan dini. Tahap pengujian dilaksanakan di studio laboratorium elektronika dengan parameter pengujian berupa gerakan ketukan dalam jarak yang berbeda-beda tetapi menggunakan beban yang sama untuk memvisualkan kondisi gempa. Secara prinsip sistem akan mendeteksi arah perambatan gelombang gempa dalam arah vertikal maupun horisontal, dengan mendeteksi adanya getaran yang datang pada sensor dengan taraf tertentu, sistem sensor pendeteksi gempa ini menggunakan piezo elektrik sebagai sensor untuk menghasilkan potensial listrik sebagai response terhadap tekanan mekanik yang diberikan serta mikrokontroler AT89C51 berfungsi sebagai otak dari sistem. Berdasarkan hasil pengujian sistem lengkap dapat diketahui bahwa sistem rangkaian masih cukup peka dalam mendeteksi getaran (uji) dari jarak 10cm sampai dengan 100cm. Hal ini ditunjukkan dengan nilai linieritas rangkaian dalam mendeteksi sinyal getaran sebesar R 2 =0,959. Kata kunci : Deteksi Gempa ; Piezo elektrik ; Mikrokontroler Pendahuluan Secara tektonik, kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia, yakni lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Di samping itu, terdapat banyak sesar-sesar aktif yang terletak pada badan pulau di pulau-pulau Indonesia. Konsekuensi dari tatanan yang demikian membuat wilayah kepulauan Indonesia menjadi daerah rawan gempabumi, bahkan rawan terhadap bencana tsunami. Pada tanggal 27 Mei 2006 pukul 05.55 WIB pagi terjadi gempabumi di Yogyakarta yang berkekuatan 5,9 SR menelan korban meninggal dunia sekitar 5.000 jiwa. Sebelumnya pada tanggal 26 Desember 2004 sekitar pukul 07.58 pagi di Aceh juga terjadi gempabumi di laut yang memicu adanya tsunami menelan sekitar 200.000 korban jiwa dengan kekuatan gempa 9,3 SR. Hal ini terjadi karena belum ada alat yang bisa mendeteksi akan dan kapan terjadinya gempabumi atau sering disebut sistem peringatan dini (early warning system). Saat ini sistem pemantauan gempabumi yang dilakukan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) hanya merekam gempabumi yang sedang atau telah terjadi sehingga sulit untuk menekan jatuhnya korban dan kerusakan akibat kurang siap siaga untuk menghadapi gempabumi. Oleh karena itu dibutuhkan alat yang bisa memberi sinyal akan terjadinya bencana gempabumi sehingga masyarakat bisa mengambil langkah-langkah untuk menghadapi bencana tersebut sebelum terjadi. Sehingga bisa menekan dan meminimalisir jatuhnya korban. Permasalahan utama pada penelitian ini adalah bagaimana sensor getaran dapat mendeteksi adanya perambatan gelombang secara vertikal maupun horisontal dengan tingkatan tertentu kemudian diubah ke beda potensial listrik sebagai tanggapan terhadap tekanan mekanik. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat alat rekayasa yang bisa mendeteksi akan terjadinya gempa dan interpretasi aplikasinya pada kondisi geologi di daerah rawan bencana gempabumi. Rekayasa alat dilakukan dari metode pengujian, bahan, desain dan sensitivitas terhadap perambatan gelombang yang datang ke sensor getar. Penelitian ini bermanfaat untuk membantu masyarakat untuk mengenali, menindai adanya gempa secara mudah dan sederhana. Lebih lanjut, tanggap gempa dapat digunakan sebagai langkah dini dalam mitigasi bencana di daerah rawan gempabumi. E-96

Benedictus B.S (2005), pemanfaatan pemakaian pegas dapat digunakan sebagai sebagai bagian dari sensor getaran yang cukup akurat selama bagian penguat sinyalnya memiliki faktor penguatan yang cukup dan harus mampu mereduksi sinyal secara interaktif. Budi Susanto (2003), penggunaan piezoelectric sebagai sensor getaran menggunakan acuan desain sistem sensor getaran. Dalam desain sistem sensor getaran ini disebutkan bahwa bentuk fisik piezoelectric harus dimodifikasi ulang agar dapat digunakan sebagai sensor getaran karena kontruksi plat dan membran aslinya bersifat statis. Darcy Karakelian at al. (2000), melakukan penelitian berupa pengamatan gelombang elektromagnet yang terjadi pada saat gempa utama (main shock) dan gempa kecil setelahnya. Gelombang elektromagnet (EM) yang muncul adalah gelombang pada frekwensi ultra rendah (ULF), yang diukur menggunakan sensor magnetometer tiga aksis (x,y,z). Hasil pengamatan menunjukkan adanya anomali gelombang EM ULF pada saat terjadi gempa di Loma Prieta, anomali yang terjadi menjadi fokus dalam penelitian ini yang bisa dipelajari relasi antara karakteristik gelombang EM dengan gempa yang terjadi. Dalam penelitian ini tidak dinyatakan bahwa karakteristik gelombang EM yang muncul bisa digunakan untuk peringatan terhadap kejadian gempa sesaat sebelumnya karena hanya melihat dampak saat gempa terjadi maupun setelahnya terhadap anomali gelombang EM. O. Chavez at al. (2010), dengan observatorium geomagnetis di Juriquilla Mexico yang sudah beroperasi sejak 2004 menggunakan Magnetometer dengan tiga komponen Fluxgate, bertujuan untuk mencari hubungan antara karakteristik geomagnetis bumi terhadap aktifitas gempa selama periode 2007 hingga 2009. Dengan menggunakan Transformasi Diskrit Wavelet (Wavelet Discrete Transform) terhadap sinyal yang sudah disaring dari pengukuran tiga fluxgate magnetometer dan dibandingkan dengan kejadian gempabumi yang berkekuatan lebih dari 5,5 SR yang terjadi di Mexico, sehingga diperoleh korelasi waktu antara kejadian gempa dengan anomali geomagnetis disekitar episentrum. Anomali geomagnetis diamati dari fluktuasi medan magnet pada frekwensi ultra rendah (Ultra Low Frequency; 0.005 Hz 1 Hz) untuk tiga aksis fluxgate (x,y,z), sehingga diketahui relasi antara anomali geomagnetis disekitar episentrum dengan tahapan terjadinya gempa. Lempeng tektonik yang merupakan bagian dari litosfir padat dan terapung di atas mantel ikut bergerak satu sama lainnya.ada tiga kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif terhadap lempeng lainnya seperti yang nampak pada Gambar 1, yaitu apabila kedua lempeng saling menjauhi (spreading), saling mendekati (collision) dan saling geser (transform). Umumnya, gerakan ini berlangsung lambat dan tidak dapat dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0-15cm pertahun. Kadang-kadang, gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci, sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai gempa bumi. Gambar 1. Arah Pergerakan Lempeng Tektonik Sumber: http://www.tfe.umu.se/courses/elektro/elmat1/v35_00_da/hemuppgifter/quakeskjohanswlundgrmnorb.html Sensor getar (Vibrations Sensor) merupakan sensor yang berfungsi untuk mendeteksi sinyal perambatan getaran gempa dalam arah gelombang horisontal maupun vertikal dan mengkonversi sinyal getaran yang terdeteksi menjadi besaran listrik analog. Untuk dapat bekerja dengan benar dalam mendeteksi getaran gempa bumi, piezoelectric PZ 1 memerlukan tegangan panjar yang dibentuk menggunakan potensiometer R 14. Dengan pengaturan ini, sinyal AC yag terdeteksi PZ 1 akan disalurkan ke R 11 di bagian signal amplifier melalui kapasitor C 6, sedangkan pemasangan kapasitor C 7 digunakan untuk mengurangi intensitas sinyal getaran yang mungkin mengganggu kualitas pendeteksian. - + PIEZO BUZZER PZ1 thin wire R14 POT 104 C6 104 C7 102 To R11 Gambar 2. Skematik Bagian Vibrations Sensor E-97

Metode Penelitian Pada dasarnya dalam rancangan sistem yang akan dilakukan merupakan disain low cost yang berorientasi pada disain sederhana tapi memiliki tingkat keakurasian tinggi, sehingga dibagi menjadi dua metode penelitian yaitu perangkat keras dan perangka lunak. Untuk perangkat keras yang dirancang merupakan bentuk rancang bangun aplikasi sensor getaran berbasis piezoelectric dan mikrokontroler AT89C51, konfigurasi penyusun sistem seperti yang nampak pada Gambar 3. Vibration Sensor (Piezoelectric) Reference Adjustment LCD (M1632) Contrast Adjustment Pre Amplifier (LM358) Active Rectifier (LM358) ADC (ADC0804) Microcontroller (AT89C51) Sensitivity Adjustment Gambar 3. Blok Diagram Alat Driver Relay (BC547 + relay) Alarm Warning Device Cara kerja sistem merupakan bentuk aplikasi getaran gempa bumi berbasis piezoelectric dan mikrokontroler yang dilengkapi dengan penampil LCD. Secara prinsip sistem akan mendeteksi arah gelombang perambatan gempa bumi dalam arah vertikal maupun horisontal dan mengolah level sinyalnya untuk digunakan sebagai acuan penggerak alarm. Pada saat getaran gelombang gempa terdeteksi oleh bagian vibration sensor, bagian ini akan mengkonversi sinyal getaran tersebut menjadi sinyal listrik berlevel AC. Sinyal tersebut masih memiliki level yang sangat kecil sehingga perlu dikuatkan terlebih dahulu menggunakan bagian signal amplifier. Sinyal AC hasil penguatan bagian signal amplifier, kemudian dikuatkan dan disearahkan menjadi tegangan DC menggunakan bagian buffer. Tegangan DC hasil proses inilah yang diinisialisasi oleh saluran input bagian ADC sebagai level sinyal getaran gempa yang terdeteksi. Tegangan DC yang disalurkan ke bagian ADC untuk dikonversi menjadi data digital dalam format 8 bit. Data digital inilah yang diolah oleh bagian mikrokontroler dan ditampilkan nilainya ke LCD. Diagram alir sebagai perangkat lunak yang digunakan untuk pengendalian sistem ini, nampak pada Gambar 4. Gambar 4. Diagram Alir Sistem E-98

Hasil dan Pembahasan Tujuan pengambilan data adalah untuk mengetahui unjuk kerja rangkaian dan mengetahui kondisi komponen yang akan diuji. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian sesuai blok diagram aplikasi sensor getaran gempabumi berbasis piezoelectric dan mikrokontroler AT89C51. Sedangkan analisis data secara keseluruhan bertujuan untuk membandingkan hasil perhitungan dan hasil pengukuran dengan standar kerja komponen. Pengambilan data dilakukan di studio laboratorium elektronika dengan parameter pengujian berupa gerakan ketukan dalam jarak yang berbeda-beda tetapi menggunakan beban yang sama untuk memvisualkan kondisi gempa, alat bantu yang dipergunakan dalam pengambilan data antara lain multimeter digital FLUKE-75 dan Osiloskop UT25D. Pengujian sistem secara parsial digunakan untuk mempermudah proses menganalisa sistem rangkaian alat. Pengujian yang dilakukan antara lain pengujian bagian vibrations sensor, signal amplifier, buffer, ADC, mikrokontroler, LCD dan alarm warning device (AWD). Titik-titik pengujian parsial nampak pada Gambar 5. Gambar 5. Titik Pengujian Alat Pengujian Bagian Vibrations Sensor Pengujian bagian vibration sensor digunakan untuk mengetahui karakteristik tegangan AC dari sinyal getaran hasil pendeteksian piezoelectric PZ 1. Hasil pengujian menggunakan multimeter ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Pengujian Bagian Vibrations Sensor 1 PZ 1 pin + 0,06Vac Tanpa sinyal getaran 2 PZ 1 pin + 0,34Vac Dengan sinyal getaran Dari hasil pengujian pada Tabel 1, nampak bahwa sinyal getaran memiliki karakteristik sinyal AC dengan amplitudo sinyal yang berubah sesuai intensitas dari getaran yang terdeteksi. Dengan mengkondisikan parameter pengujian sebagai parameter getaran gempa didapatkan hasil proyeksi sinyal sebesar 0,06Vac sampai dengan 0,34Vac dalam kurun waktu kurang dari 1 detik. Pengujian Bagian Signal Amplifier Pengujian bagian signal amplifier digunakan untuk mengetahui karakteristik sinyal hasil penguatan transistor Q 1. Hasil pengujian menggunakan multimeter ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengujian Bagian Signal Amplifier 1 Basis Q 1 0,631Vdc Tanpa sinyal getaran 2 Kolektor Q 1 1,15Vdc Tanpa sinyal getaran 3 Basis Q 1 0,630Vdc Dengan sinyal getaran 4 Kolektor Q 1 1,10Vdc Dengan sinyal getaran Dari hasil pengujian Tabel 2, nampak bahwa transistor Q 1 terbukti mampu menguatkan sinyal AC keluaran bagian vibration vensor dengan faktor penguatan sebesar: Vin = Tegangan sinyal di basis Q 1 = 0,631Vdc Vout = tegangan sinyal di kolektor Q 1 = 1,15 Vdc Faktor penguatan = (Vin/Vout) = (0,631/1,15) = 0,548X E-99

Pengujian Bagian Buffer Pengujian bagian buffer digunakan untuk mengetahui karakteristik penguatan U 4A agar dapat menghasilkan sinyal berkarakteristik AC yang dapat disearahkan oleh rangkaian D 2 dan D 3 menjadi tegangan DC. Hasil pengujian menggunakan multimeter ditunjukkan pada Tabel 3, sedangkan bentuk sinyalnya ditunjukkan pada Gambar 6. Tabel 3. Hasil Pengujian Bagian Buffer 1 U 4A pin 2 0,057Vac Tanpa sinyal getaran 2 U 4A pin 3 0,003Vac Tanpa sinyal getaran 3 Anoda D 2 0,1Vdc Tanpa sinyal getaran 4 U 4A pin 2 0,55Vac Dengan sinyal getaran 5 U 4A pin 3 0,003Vac Dengan sinyal getaran 6 Anoda D 2 0,3Vdc Dengan sinyal getaran Gambar 6. Capture Test Point U 4A pin 2 Kondisi Dengan Sinyal Getaran Dari hasil pengujian dalam Tabel 3, nampak bahwa bahwa tegangan U 4A pin 3 dipengaruhi oleh setting dari variabel resistor R 10. Sedangkan nilai tegangan U 4A pin 2 dipengaruhi oleh setting dari variabel resistor R 12. Dengan menggunakan parameter penguat inverting, maka faktor penguatan U 4A dapat dihitung menggunakan persamaan: Vo R A = = Vi R A B Diketahui R A = R 11 = 100kΩ, dan RB = R 16 = 1MΩ, maka RA 100e A = = + 6 R 1e B + 3 = 0,1 Dari hasil perhitungan diatas diketahui bahwa op-amp U 4A memiliki karakteristik penguatan sebesar 0,1 X. Tanda menunjukkan bahwa intensitas sinyal input dan output U 4A memiliki beda phase sebesar 180 0. Pengujian Bagian ADC (Analog to Digital Convertion) Pengujian bagian ADC dilakukan untuk mengetahui tegangan kerja dan karakteristik konversi tegangan analog ke data digital pada saat digunakan untuk memantau tegangan DC keluaran bagian buffer. Konverter A/D harus mendapat perhatian lebih karena apabila dihubungkan ke V CC secara langsung, maka nilai keluaran digital hasil konversi akan memiliki ketepatan sebesar 20mV untuk 1 bit kode LSB. Tetapi karena bagian buffer yang digunakan memiliki faktor penguatan sangat kecil (0,1 X), maka nilai data keluaran konverter ADC harus diatur agar memiliki step size yang lebih peka dan selinier mungkin agar dapat menghasilkan langkah per step yang lebih kecil pula. Dengan adanya faktor kebutuhan inilah, nilai tegangan +V REF konverter ADC perlu diatur agar setara dengan ½ Vcc. Hasil pengujian menggunakan multimeter ditunjukkan pada Tabel 4, sedangkan bentuk sinyalnya ditunjukkan pada Gambar 7. Tabel 4. Hasil Pengujian Bagian ADC 1 U 2 pin 9 2,48Vdc +V REF ADC 2 U 2 pin 19 2,489Vdc Sinyal clock ADC E-100

Gambar 7. Capture Test Point U 2 pin 19 Pengujian Bagian Alarm Warning Device (AWD) Pengujian bagian alarm warning device digunakan untuk mengetahui kinerja dari buzzer LS 1 saat digunakan bersama mikrokontroler U 1. Hasil pengujian menggunakan multimeter ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Pengujian Bagian Alarm Warning Device 1 LS 1 pin 2 5Vdc Buzzer LS 1 tidak aktif 2 LS 1 pin 2 0,6Vdc Buzzer LS 1 aktif Dari hasil pengujian dalam Tabel 5, nampak bahwa pada saat pin 2 buzzer LS 1 mendapat status logika 1, maka buzzer akan berada dalam kondisi mati karena kedua pin-nya mendapat tegangan dengan potensial yang sama. Sedangkan pada saat pin 2 buzzer LS 1 mendapat status logika 0, maka buzzer akan berada dalam kondisi hidup karena kedua pin-nya mendapat tegangan dengan beda potensial hampir mendekati 5Vdc. Pengujian Sistem Lengkap Pengujian sistem lengkap digunakan untuk mengetahui kemampuan atau kepekaan alat pada saat digunakan dalam pendeteksian getaran gempa bumi yang divisualisasikan menggunakan indikator di LCD dan aktifasi dari buzzer LS 1. Dalam pengujian sistem secara lengkap ini digunakan parameter pengujian berupa gerakan ketukan dalam jarak yang bebeda-beda tetapi menggunakan beban dan jarak jatuhan yang sama untuk memvisualisasikan kondisi gempa bumi. Langkah ini diambil karena untuk menunggu waktu pengambilan data yang tepat hampir tidak dimungkinkan dan kurang relevan (harus menunggu gempa). Hasil pengujian sistem secara lengkap ditabulasikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Hasil Pengujian Sistem Lengkap No Jarak (cm) Nilai LCD Keterangan 1 10 0 Tidak terdeteksi, Buzzer LS 1 pasif 2 20 1 Terdeteksi, Buzzer LS 1 pasif 3 30 1 Terdeteksi, Buzzer LS 1 pasif 4 40 2 Terdeteksi, Buzzer LS 1 pasif 5 50 2 Terdeteksi, Buzzer LS 1 pasif 6 60 3 Terdeteksi, Buzzer LS 1 pasif 7 70 4 Terdeteksi, Buzzer LS 1 pasif 8 80 5 Terdeteksi, Buzzer LS 1 aktif 9 90 5 Terdeteksi, Buzzer LS 1 aktif 10 100 5 Terdeteksi, Buzzer LS 1 aktif E-101

Gambar 8. Grafik Perbandingan Antara Nilai Jarak Getaran Vs Nilai LCD Analisis Data Berdasarkan hasil pengujian parsial dapat diketahui bahwa sinyal getaran yang diterima oleh piezo electric dikuatkan oleh bagian signal amplifier dengan faktor penguatan 0,548X, sedangkan bagian buffer hanya memberikan faktor penguatan sebesar 0,1X dengan pembalikan phase sinyal sebesar 180 0. Faktor penguatan yang cukup kecil dibagian signal amplifier dan buffer tersebut dimaksudkan agar rangkaian tidak berlebihan dalam menguatkan sinyal-sinyal getaran yang tidak terpakai (false trigger), tetapi cukup kuat untuk disalurkan sebagai sumber sinyal ke bagian ADC. Dari hasil pengamatan bagian ADC dapat diketahui bahwa rangkaian dapat bekerja dengan benar dan dapat mengkonversi nilai sinyal yang cukup kecil menjadi sinyal digital 8 bit yang diperlukan oleh bagian mikrokontroler sebagai data getaran terinisialisasi. Dengan pengaturan tersebut diatas, bagian mikrokontroler dapat menampilkan nilai dari data 8 bit keluaran ADC dan digunakan sebagai acuan pengendalian buzzer atau AWD (Alarm Warning Device). Berdasarkan hasil pengujian sistem lengkap dapat diketahui bahwa sistem rangkaian masih cukup peka dalam mendeteksi getaran (uji) dari jarak 10cm sampai dengan 100cm. Hal ini ditunjukkan dalam grafik Gambar 8, yang menyatakan bahwa nilai linieritas rangkaian dalam mendeteksi sinyal getaran memiliki nilai R 2 =0,959. Berdasarkan hasil tersebut dapat dipastikan bahwa alat memiliki sifat pendeteksian getaran secara linier yang hampir sempurna (jika nilai linieritas R 2 =1). Hal penting yang patut menjadi perhatian dalam sistem peringatan dini gempa bumi menggunakan sensor getaran piezoelectric dan mikrokontroler AT98C51 terletak pada konstruksi sensor beserta penempatannya. Dari hasil try and error dapat diketahui bahwa pemasangan per halus secara tegak lurus di permukaan piezoelectric akan berlaku seperti pendulum yang membantu dan meningkatkan kemampuan piezoelectric dalam mendeteksi gelombang getaran dari arah omnidirectional atau mencakup 360 0 dari posisi sensor dipasang. Berdasarkan prinsip kerja dari sensor getaran piezoelectric yang digunakan dalam perancangan alat dapat diketahui bahwa pendeteksian getaran gempa bumi secara elektronik harus memperhatikan beberapa faktor non elektronik seperti: 1. Kuat gravitasi di area terpantau. 2. Kuat getaran gempa bumi. 3. Panjang pegas yang digunakan bersama piezoelectric untuk pendeteksian getaran gempa bumi. 4. Simpangan maksimum dari pegas yang digunakan. 5. Faktor redaman elastisitas pegas. Kesimpulan Dalam perancangan dan pembuatan perangkat rekayasa yang bisa mendeteksi akan terjadinya gempa dan interpretasi aplikasinya pada kondisi geologi di daerah rawan bencana gempabumi. yang dijadikan sebagai bahan penelitian yang sudah dilakukan ini diperoleh beberapa kesimpulan yang bisa digunakan sebagai pertimbangan pengembangannya ke depan, yaitu antara lain: 1) Proses pendeteksian sinyal getaran dalam arah vertikal maupun arah horisontal dapat dideteksi menggunakan pegas yang terpasang di permukaan piezoelectric. Dengan metode ini, arah pendeteksian akan bersifat omnidirectional atau mencakup area 360 0. 2) Validitas sinyal keluaran sensor getaran dapat diatur secara tepat selama faktor penguatan dari setiap penguat yang digunakan di dalam sistem memiliki faktor penguatan maksimal sebesar 1x dan harus memiliki rangkaian pengatur level sinyal. Dengan metode ini, keabsahan pendeteksian sinyal getaran akan dapat dipertahankan secara baik dan rangkaian alat dapat dengan mudah diatur faktor kepekaannya. 3) Sistem pendeteksi dini gempabumi berbasis piezoelectric dan mikrokontroler ini terbukti dapat digunakan untuk mendeteksi taraf getaran yang sangat kecil dan menvisualisasikan level sinyal gelombangnya melalui LCD. E-102

Daftar Pustaka Benedictus B.S. (2005): Gempabumi edisi populer, Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG Jakarta. Budi Santoso. (2003): Dasar-dasar Magnet dan Gayaberat Serta Beberapa Penerapannya, Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI). Darcy Karakelian at al. (2000): A Transportable System for Monitoring Ultra Low Frequency Electromagnetic Signals Associated with Earthquakes, Seismological Research Letters Volume 71, Number 4, 423-436, July/August 2000. O. Chavez at al. (2010): Detection of ULF geomagnetic signals associated with seismic events in Central Mexico using Discrete Wavelet Transform, Nat. Hazards Earth Syst. Sci., 10, 2557 2564, 2010. E-103