LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURKALIS NBP

dokumen-dokumen yang mirip
APLIKASI PERBANDINGAN SISTEM JAJAR LEGOWO UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

: Kasar pada sebelah bawah daun

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2)

Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2.

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (1978) klasifikasi tanaman padi (Oryza sativa L.)

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

TINJAUAN PUSTAKA. secara hayati. Mikroba penambat nitrogen hidup bebas pada tanah sawah

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya

II. Tinjauan Pustaka. dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut Chevalier

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 200 varietas padi sejak

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS GROBOGAN DAN ANJASMORO DI LAHAN BEKAS SAWAH DESA SUMBEREJO SUMATERA UTARA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

II.TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

III. BAHAN DAN METODE

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

TINJAUAN PUSTAKA. subdivisio Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA A. Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo. Asal Persilangan :S487B-75/IR //IR I///IR 64////IR64

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sumber : Nurman S.P. (

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

RAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI DI LAHAN GAMBUT PENDAHULUAN

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

APLIKASI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : NURKALIS NBP. 1201321010 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PANGAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH 2015

APLIKASI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : NURKALIS NBP. 1201321010 Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PANGAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH 2015

Assalamualaikum Wr.Wb... Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu & orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.S. Al-Mujadilah:1) Segala puji dan rasa syukur hannya untuk Allah SWt, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga saya dapat menulis karya ini sebagai mana mestinya. Sholawat berseta salam, hannya untuk Nabi Muhammad SAW, karena berkat jasanya dan berserta ilmu yang diajarkannya sehingga mengubah umat manusia dari jaman tidak berilmu menjadi manusia yang berpendidikan. Dengan mengucapkan Bissmillahirohmanirrohim... Saya persembahakan sebuah karya kecil ini untuk, Ayah dan Ibu tercinta, karena berkat usaha dan perjuangannya, yang telah memberikan seluruh kerja kerasnya, tetesan keringatnya, hannya untuk anaknya. Supaya menjadi anak yang berpendidikan, berguna bagi bangsa, negara dan Agama maupun dalam bermasyarakat. Terimakasih Ayah dan Ibu tercinta, semua itu saya lakukan hannya untuk membahagyakan mu dikala susah mendidik saya dari Buaian hingga dewasa, memberikan Moril dan Materil, semata untuk masa depan anaknya yang lebih cerah. Jasa jasa mu takan perna terbalas, meskipun saya menjadi orang yang paling hebat sedunia, Trimakasi Ayah-Ku (Mukyar) dan Ibu- Ku (Tugya) tercinta. Terimakasi untuk kakang saya (Roni) dan (Oyon), sebagai mana seorang yang lebih tua meberikan contoh kepada Saya (adik), menjadi seseorang yang hormat akan orang tua, menjadi seseorang yang baik budi perkertinya. Trimakasih saya ucapakan kepada seluruh Ibu/Bapak Dosen Budidaya Tanaman Pangan Khusunya dosen pembimbing akademik (Dr. Wiwik Hardaningsih SP.MP), yang telah membimbing saya selama menjadi Mahasiswa, karena dengan bimbingan mu saya terarah dengan bimbingan ibu juga, saya mampu menjadi lebih dewasa dalam menghadapi suatu masalah, sehingga saya menjadi seorang Sarjana Muda sesuai dengan apa yang saya inginkan, semoga Allah SAW, memberikan kesehatan dan kemudahan dalam menjalankan apapun. Semoga Allah mengizinkan kita untuk bertemu kembali dikala kita jauh dan mengingatkan kita guna menjaga ikatan Silaturrohim, sekali lagi terimakasi ibu. Ucapan selamat untuk rekan-rekan seperjuangan yang telah menjadi sarjana Khususnya Program Setudi Budidaya Tanaman Pangan, karena menjadi suatu ke utuhan dalam suka maupun duka, semasa bersaing dalam kuliah, namun semua itu tidak melunturkan rasa persaudaraan kita. Terimakasi untuk kawan saya yang menjadi teman selama hidup di kos guna mengejar cita-cita, dikala suka maupun duka kepada Deni Irawan, Arif Azhari, Eka Saputra, Agu Saputra, Poder Somra, Nandang SD, Inten Asrileni, Anton Putra dan rekan-rekan lainnya... Terimakasi untuk teman sahabat karib saya (Deni Widianto), karena telah menjadi teman semangat saya, hingga saat ini kita masi bisa bersama sungguh nikmat Allah yang tiada duanya, semoga kita tetap bersama menjadi sahabat karib sampai Tua. Terimakasi untuk teman sepesial saya (Desi Mania Harahap), karena telah memberikan semangat, menghibur saya di kala sedih dan membantu saya dalam menyelesaikan suatu masalah, semoga Allah SAW mengizinkan kita tetap bersama, setidaknya membentuk suatu persaudaraan yang tidak akan ada putusnya hingga maut menjadi batasnya. Sekian dan terimakasih... Wassalamualaikum Wr.Wb...

APLIKASI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh : NURKALIS Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh (Di bawah bimbingan : Dr. Wiwik Hardaningsih, SP, MP) RINGKASAN Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Pada dasarnya kebutuhan padi dunia semakin dibutuhkan seiring dengan bertambahnya populasi penduduk dunia, sedangkan lahan pertanian semakin sempit karena dialihkan menjadi lahan pembangunan bukan pertanian. Oleh karena itu untuk mencukupi kebutuhan dalam pencapaian swasembada pangan perlu melakukan inovasi dan perubahan dalam melakukan budidaya khususnya padi. Penerapan sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi padi, sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan serta mencapai swasembada pangan di keadaan lahan pertanian yang semakin sempit. Penggunaan padi unggul Ciherang sebagai cara untuk meningkatkan produksi berdasarkan kriteria dan kesesuaian padi dalam suatu wilayah. cara tanaman legowo 6:1 merupakan cara tanam dengan mengosongkan satu baris tanaman setelah enam baris. Penerapan sistem tanam jajar legowo 3:1 dan 6:1 yang telah dilakukan di kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta dapat memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman pada legowo 3:1 104,6 cm dan 6:1 98,3 cm, sedangkan untuk produksi pada legowo 3:1 335 kg atau 6,7 ton per ha dan 6:1 285kg atau 5,8 ton per ha. Penanaman padi jajar legowo 6:1 memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, sedangkan penanaman legowo 3:1 dapat meningkatkan jumlah anakan dan produksi. Sedangkan legowo 3:1 yaitu setiap tiga baris penanaman baris dikosongkan. Penanaman jajar legowo merupakan cara tanam yang memanfaatkan efek tanam pinggir (border effect). Penerapan legowo 6:1 tidak tepat apabila digunakan untuk proses produksi, namun penerapan legowo 3:1 lebih berpontensi untuk mendapatkan produksi padi sawah. Kata kunci : Padi Ciherang, Sistem Tanam Jajar Legowo

RIWAYAT HIDUP Nama lengkap penulis Nurkalis lahir pada tanggal 11 Juli 1994 di Desa Kersi Tua, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Sumatera Jambi. Penulis merupakan anaka ke 3 dari 3 persaudara dari Mukiyar (Bapak) dan Tugya (Ibu) dan beragama Islam, Penulis menyelesaikan SD (sekolah dasar) di SD 242 Kayu Aro yang sekarang Nurkalis, A.Md menjadi SD 175 Mekar Jaya (2000-2006), kemudian melanjutkan ke SMP N 3 Kayu Aro, bertempat di desa Sungai Tanduk (2006-2009), dan melanjutkan ke SMK 1 Kayu Aro, bertempat di Desa Bedeng Delapan Kecamatan Kayu Aro (2009-2010), jurusan Agribisnis Pembibitan Tanaman Dan Kultur Jaringan. Kemudian melanjutkan pendididkan yang lebih tinggi Diploma III (D-3) di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, dengan mengambil jurusan Budidaya Tanaman Pangan, Program Studi Budidaya Tanaman Pangan (2012-2015). Pengalaman organisasai : Sejak SMK, pengalaman organisasi yang perna diikuti, menjadi anggota Pramuka, sekaligus menjadi Anggota Dewan Kerja Ranting Kayu aro (DKR). kegiatan yang pernah di ikuti, Raimuna, Raida di Provinsi Jambi sungai gelam, seleksi atlit kabupaten kerinci, di sekolah menjabat menjadi anggota Osis, dan Sispala SMK N 1 Kayu Aro. Semenjak menjadi, Mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, pernah menjadi Anggota di Organisasi Mahasiswa Jurusan Budidaya Tanaman Pangan sebagai anggota Pelatihan Pendidikan Penalaran (P3) dari semester 3-5. Kegiatan yang perna diikuti menjadi Ketua Pelaksana dalam Pendidikan Karakter, dan anggota Seksi-seksi lainnya dalam acara. Menjadi atlit Brige perwakilan Kabupaten Lima Puluh Kota, dengan mngikuti pertandingan POPROV 2012 dan 2013. Mengikuti pelatihan ESQ yang diadakan di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, mengikuti PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) yang di adakan di kampus tingkat Ekstra Kulikuler. Melakukan kegiatan magang di Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta.

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan Laporan Tugas Akhir yaitu Aplikasi Sistem Tanam Jajar Legowo Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) Varietas Ciherang Di Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan ini merupakan salah satu untuk persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md). Ucapan terima kasih kepada : 1. Orang tua yang telah mendukung moril dan materil saya untuk melakukan studi dan melakukan PKPM (Proyek Usaha Mandiri). 2. Ibu Ir. Gusmalini, M.Si selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 3. Bapak Ir. Setya Dharma, M.Si selaku ketua Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 4. Ibu Dr. Rinda Yanti, SP., MS.i selaku ketua Program Studi Budidaya Tanaman Pangan. 5. Ibu Dr. Wiwik Hardaningsih, SP., MP. selaku dosen pembimbing akademik. 6. Bapak Auzia Asman, SP, MP, yang telah bersedia menjadi dosen supervisi selama melakukan PKPM di Gunung Kidul. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Budidaya Tanaman Pangan. 7. Bapak kepala BPTP DIY Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta beserta Bapak dan Ibu pembimbing lapang, yang telah memberikan fasilitas dan bimbingan selama melakukan PKPM untuk menyelesaikan Tugas Akhir. 8. P4S AMULAT dan berserta seluruh pengurusnya, yang telah memberikan fasilitas dan bimbingan selama melakukan kegiatan PKPM dilapangan. 9. Terimakasih saya ucapkan kepada teman teman yang sudah membantu saya untuk mendapatkan data, dan memberi saya bantuan untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

10. Terimakasih kepada seluruh civitas akademik yang telah memberi kemudahan dalam mendapatkan informasi dan data. Dengan selesainya laporan ini semoga bermanfaat bagi pembaca dan pembelajaran bagi penulis serta sumber informasi untuk umum. Apabila di dalam penulisan ada kesalahan saya sebagai penulis mohon maaf yang sebesar - besarnya. Sekian dan trimakasih. Tanjung Pati, 10 Agustus 2015 N

DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv vii viii ix I. PENDAHULUAN... 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA... III. METODE PELAKSANAAN... 3.1. Waktu dan Tempat... 9 3.2. Bahan dan Alat... 9 3.3. Metode Analisis... 9 3.4. Teknologi Produksi... 10 3.5. Pelaksanaan... 11 3.5.1. Teknologi sistem tanam jajar vlegowo... 11 3.5.2. Proses produksi... 11 3.5.3. Pemeliharaan... 13 3.5.4. Pengamatan vegetatif dan generatif... 13 3.5.9. Panen dan Pasca panen... 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 4.1. Hasil... 16 4.2. Pembahasan... 22

V. KESIMPULAN... 5.1. Kesimpulan... 27 5.2. Saran... 27 DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...

DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Variabel pengamatan vegetatif dan generatif padi sistem tanam jajar legowo 3:1 dan 6:1.1... 16

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman sistem jajar legowo 6:1 dan 3:1... 17 2. Grafik jumlah anakan padi jajar legowo 6:1 dan 3:1... 18 3. Diagram panjang malai padi sistem tanam jajar legowo 6:1 dan 3:1... 18 4. Diagram pengamatan jumlah anakan produktif... 19 5. Diagram pengamatan jumlah bulir/malai, jumlah gabah hampa/malai dan gabah bernas... 20 6. Diagram persentase gabah bernas padi sistem tanam 6:1 dan 3:1.... 20 7. Diagram pengamatan generatif bobot 1000 butir/gram padi sistem tanam jajar legowo 3:1 dan 6:1.... 21 8. Diagram produksi padi cara tanam jajar legowo 3:1 dengan 6:1 varietas Ciherang... 22

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Deskripsi padi sawah Varietas Ciherang... 30 2. Penerapan jajar legowo 3:1 dan 6:1... 31 3. Pengamatan uji t 5 % dan 1% sistem tanam jajar legowo 3:1 dan 6:1... 33

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi sawah sudah diusahakan di banyak negara di dunia sejak jaman nenek moyang. Di Indonesia, beras sebagai bahan makanan pokok utama, produksinya perlu terus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Meningkatnya jumlah penduduk dan kemajuan pembangunan yang pesat di berbagai sektor, menimbulkan banyak masalah yang muncul dalam usaha ketahanan pangan seperti adanya alih fungsi lahan sawah ke sektor lain. Hal ini dikhawatirkan dalam jangka waktu yang lama dapat mengancam ketahanan pangan beras (Santosa, Adnyana, dan Dinata, 2011). Ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan pangan Indonesia dinilai belum kokoh. Hal ini diindikasikan oleh tingginya impor produk pangan. Hingga tahun 2013 masalah ketahanan pangan khususnya beras menjadi persoalan besar bangsa Indonesia. Pada tahun 2011, impornya 1,6 juta ton dan pada tahun 2012 impor beras 1,9 juta ton (Pujiasmanto, 2013). Pada dasarnya kebutuhan padi dunia semakin dibutuhkan seiring dengan bertambahnya populasi penduduk dunia, sedangkan lahan pertanian akan semakin sempit karena dialihkan menjadi lahan pembangunan non pertanian. Oleh karena itu untuk mencukupi kebutuhan dalam pencapaian swasembada pada yang semakin sulit perlu melakukan inovasi dan perubahan dalam melakukan budidaya khususnya padi sawah. Penggunaan padi varietas unggul baru (VUB) sebagai teknologi dan penerapan cara tanam jajar legowo merupakan usaha untuk meningkatkan produksi, seperti yang dilakukan di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta.

Menurut Polakitan, Taulu, dan Derek (2011), mengatakan bahwa varietas unggul baru merupakan salah satu teknologi utama yang mampu meningkatkan produktivitas sampai 50% padi Varietas Ciherang dengan umur tanaman 121 hst dapat mencapai hasil 8 t/ha sementara varietas lokal hanya mampu menghasilkan rata-rata 4 t/ha. Sehingga hanya dengan mengganti varietas VUB produksi dapat ditinggikan. Badan Litbang Pertanian (2012), juga berpendapat bahwa padi varietas unggul Ciherang tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 2, agak tahan wereng biotipe 3, dan bakteri hawar daun sirih Strain III. Sistem tanam legowo merupakan cara tanam padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam pada barisan yang kosong dipindahkan sebagai tanaman sisipan di dalam barisan. Istilah Legowo diambil dari bahasa jawa, yaitu berasal dari kata lego berarti luas dan dowo berarti memanjang. Legowo diartikan pula sebagai cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan dan diselingi satu barisan kosong. Sistem tanaman berbaris ini memberi kemudahan petani dalam pengelolaan usahataninya seperti: pemupukan susulan, penyiangan, pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit (penyemprotan). Di samping itu juga lebih mudah dalam mengendalikan hama tikus. Meningkatkan jumlah tanaman pada kedua bagian pinggir untuk setiap set legowo, sehingga berpeluang untuk meningkatkan produktivitas tanaman akibat peningkatan populasi (Abdulrachman, Jana, Agustin, Gunawan, Sasmita, & Guswara, 2013). Pendapat yang sama juga dijelaskan oleh Suharno (2013), sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Tanaman padi yang berada di pinggir memiliki

pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada di pinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman pinggir). 1.2. Tujuan Mengetahui pengaruh penerapan sistem tanam jajar legowo 3:1 dan 6:1 terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah Varietas Ciherang, dengan melakukan uji t taraf 5% dan 1%.

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman padi merupakan tanaman yang banyak dijumpai di daerah yang umumnya mengkonsumsi beras, sehingga padi menjadi makanan pokok khususnya di Indonesia. Tanaman padi merupakan tanaman yang berjenis rumput-rumputan. Menurut Prihatman (2012), padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun memiliki klasifikasi botani sebagai berikut : Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae) : Oryza Spesies : Oryza sativa L. Tanaman padi varietas unggul merupakan langkah untuk meningkatkan produksi dalam memenuhi swasembada beras, selain itu penggunaan padi varietas unggul banyak digunakan di berbagai wilayah salah satunya daerah kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Padi unggul yang umum digunakan yaitu varietas Ciherang, padi tersebut memiliki umur tanaman 116-125 hari, tinggi tanaman 107-115 cm, daun bendera tegak, bentuk gabah panjang ramping, kerebahan sedang, tekstur nasi pulen, kadar amilosa 23%, bobot 1000 butir 27-28 grtam, dan rata-rata hasil 5-7 ton/ha. Padi Ciherang banyak digunakan petani karena tahan terhadap hama wereng coklat, hawar daun dan baik ditanam di sawah irigasi dataran rendah ± 500 m dpl (Mejaya, 2014). Tanaman padi memiliki bagian morfologi yang terdiri dari vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif terdiri dari akar, batang, dan daun. Sedangkan generatif terdiri dari malai dan bulir (Aksi Agraris Kanisius, 1990).

A. Bagian vegetatif menurut Aksi Agraris Kanisius (1990) sebagai berikut : Akar, merupakan bagian tanaman yang berfungsi untuk menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman. Akar tanaman padi dapat dibedakan menjadi akar tunggang, akar serabut, akar rambut dan akar tajuk. Batang padi Ciherang memiliki batang yang beruas-ruas, tingginya berkisar antara 107-115 cm dan warna batangya hijau. Anakan, tanaman padi akan membentuk rumpun dengan anakannya, biasanya anakan akan tumbuh pada dasar batang. Pembentukan anakan terjadi secara bersusun yaitu anakan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Padi Ciherang mempunyai anakan produktif sekitar 14-17 batang. Daun padi adalah sisik dan telinga daun. Daun padi Ciherang dibagi menjadi beberapa bagian yakni helaian daun, pelepah daun, dan lidah daun. Daun berwarna hijau, muka daun sebelah bawah kasar, posisi daun tegak dan daun benderanya tegak. B. Bagian generatif menurut Aksi Agraris Kanisius (1990) sebagai berikut : Malai, merupakan sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas. Bulir padi terletak pada cabang pertama dan kedua. Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara menanamnya. Bulir padi (gabah), merupakan ovary yang sudah masak, bersatu dengan palea. Buah ini adalah hasil penyerbukan dan pembuahan yang mempunyai bagian-bagian seperti embrio (lembaga), endosperm, dan bekatul. Bentuk gabah padi Ciherang adalah panjang ramping dan warna gabah kuning bersih. Gabah yang sudah dibersihkan kulitnya disebut dengan beras. Beras mengandung berbagai zat makanan yang penting untuk tubuh, antara lain : karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu, dan vitamin (Aksi Agraris Kanisius, 1990). Menurut Prihatman (2012), tanaman padi umumnya tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik

adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Penanaman padi pada dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur 19-23 derajat C. Penanaman dilakukan di kabupaten Gunung Kidul yang memiliki curah hujan rata-rata pada tahun 2010 sebesar 1.954,43 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 103 hari/ tahun. Bulan basah 7 bulan, sedangkan bulan kering berkisar 5 bulan. Wilayah Kabupaten Gunung Kidul sebelah utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan paling tinggi dibanding wilayah tengah dan selatan. Wilayah Gunung kidul bagian selatan mempunyai awal hujan paling akhir. Suhu udara rata-rata harian 27,7 C, suhu minimum 23,2 C dan suhu maksimum 32,4 C. Kelembaban nisbi berkisar antara 80 % - 85 %, tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih dipengaruhi oleh musim (Prihatman, 2012). Pada tahun 2013 rata-rata curah hujan 2.070 milimeter pertahun dengan 99 hari hujan. Suhu rata-rata 26,7 C dan kelembaban rata-rata 83,4 %.dengan jumlah hari hujan rata-rata 115 hari per tahun. Bulan basah 4 6 bulan, sedangkan bulan kering berkisar antara 4 5 bulan. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober November dan berakhir pada bulan Mei-Juni setiap tahunnya. Puncak curah hujan dicapai pada bulan Desember Februari. Wilayah Kabupaten Gunung Kidul bagian utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan paling tinggi dibanding wilayah tengah dan selatan, sedangkan wilayah Gunung Kidul selatan mempunyai awal hujan paling akhir (Provinsi yogyakarta, 2013). Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah, ketebalan lumpur 18-22

cm, dan ph 4,0-7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan mengubah ph tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan ph 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan ph tanah sawah biasanya mendekati netral (Prihatman, 2012). Pertanian yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul sebagian besar adalah lahan kering tadah hujan (± 90 %) yang bergantung pada daur iklim khususnya curah hujan. Lahan sawah beririgasi relatif sempit dan sebagian besar sawah tadah hujan. Penanaman padi sawah umumnya menggunakan legowo, cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan tanaman kemudian diselingi oleh 1 baris kosong. Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan dengan berbagai tipe. Jarak tanam yang digunakan pada cara tanam jajar legowo 3:1 dan 6:1 adalah 20x20 cm. Penanaman dengan cara tanam jajar legowo dapat memanfaatkan sinar matahari bagi tanaman yang berada pada bagian pinggir barisan. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai tanaman, maka proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin tinggi sehingga akan mendapatkan bobot buah yang lebih berat. Mengurangi kemungkinan serangan hama, terutama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka, hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan menekan serangan penyakit (Bobihoe, 2011). Pada lahan yang relatif terbuka, kelembaban akan semakin berkurang, sehingga serangan penyakit juga akan berkurang. Mempermudah pelaksanaan pemupukan dan pengendalian hama penyakit. Posisi orang yang melaksakan pemupukan dan pengendalian hama penyakit bisa leluasa pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo. Menambah populasi tanaman. Misal pada legowo 2 : 1, populasi tanaman akan bertambah sekitar 30 %.

Bertambahnya populasi tanaman akan memberikan harapan peningkatan produktivitas hasil (Bobihoe, 2011). Budidaya padi sawah jajar legowo yang dilakukan merupakan kerja sama dengan Badan Pengkajian Tanaman Pangan Yogyakarta dan kelompok tani unit desa. Demi mendapatkan produksi dan sebagai produsen penghasil gabah berkualitas. Budidaya padi sawah jajar legowo memberikan lapangan kerja dan buruh tani yang ikut serta dalam proses menghasilkan gabah. Aplikasi cara tanam jajar legowo dapat mengurangi pemakaian bahan kimia dalam menanggulangi hama, sehingga lingkungan terjaga dari residu bahan kimia. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras, selain sebagai bahan pangan bagi masyarakat padi digunakan sebagai bahan industri untuk kue, kerupuk, dan jenis olahan lainnya. Beras yang dihasilkan juga dapat digunakan sebagai bahan kosmetik, tradisional maupun berteknologi modern.

III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Pengalaman kerja praktek mahasiswa (PKPM), dilakukan mulai tanggal 23 Maret sampai 13 Juni 2015 bertempat di desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul. Luasan lahan yang diamati ± 500 m 2 untuk jajar legowo enam satu dan tiga satu. 3.2. Bahan dan Alat Alat yang digunakan dari mulai pengolahan lahan sampai penanaman adalah : mesin bajak (hand tractor), cangkul, dan sabit. Bahan yang digunakan mulai pengolahan lahan sampai penanaman yaitu : benih padi 1 kg, 300 kg/ha Phonska, 200 kg/ha Urea dan 2,5 ton/ha pupuk kandang. Sedangkan untuk luasan 500 m 2 dosis pupuk yang diberikan 15 kg Phonska, 10 kg Urea dan 500 kg Pupuk kandang 3.3. Metode Analisis Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM), dilaksanakan di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Luasan lahan yang diamati 500 m 2 dilakukan perbandingan antara cara tanam Jarwo (Jajar legowo) 3:1 dengan 6:1 pada padi Varietas Ciherang. Pengamatan dilakukan dengan pengambilan sampel sebanyak 20 tanaman secara acak, data pengamatan pada masing-masing variabel dianalisis dengan uji t pada taraf nyata 5% dan 1% Dimana :

Keteranagan : X = Nilai masing masing variabel pengamatan padi jajar legowo 3:1. Y = Nilai masing-masing variabel padi jajar legowo 6:1. Mx,my = Rata-rata nilai variabel x dan y. N = Jumlah sampel tanaman. SDx,SDy = Standar deviasi variabel x dan y. Hipotesis : Ho H1 = Budidaya padi sawah jajar legowo 3:1 dan 6:1 memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produsi padi Varietas Ciherang (t hitung < t tabel). = Budidaya padi sawah jajar legowo 6:1 dan 3:1 memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan dan produksi padi Varietas Ciherang (t hitung > t tabel). 3.4. Teknologi Produksi Sistem tanam Jajar Legowo atau Jarwo adalah salah satu cara tanam pindah padi sawah yang mengatur setiap dua atau lebih barisan tanaman dan diselingi dengan satu barisan kosong (legowo) dengan penerapan jarak tanam, baik dalam barisan maupun antar barisan disesuaikan dengan kesuburan tanah dan ketinggian tempat. Semakin subur tanah, maka jarak tanam yang diterapkan semakin lebar, demikian pula dengan ketinggian tempat, semakin tinggi tempat maka jarak tanam yang diterapkan semakin lebar. Maksud dan tujuan penerapan sistem Jarwo, di antaranya (a) Memanfaatkan radiasi matahari pada tanaman yang terletak di pinggir petakan, sehingga diharapkan seluruh pertanaman memperoleh efek pinggir (border effect). (2) Memanfaatkan efek turbulensi udara yang bila

dikombinasikan dengan sistem pengairan basah-kering berselang maka dapat mengangkat asam-asam organik tanah yang berbahaya bagi tanaman dari bagian bawah ke bagian atas (menguap), (3) Meningkatkan kandungan karbon dioksida (CO2) dan hasil fotosintesis tanaman. (4) Memudahkan dalam pemupukan dan pengendalian tikus, dan (5) Meningkatkan populasi tanaman per satuan luas (Ishaq, Rokayah, Perdana dan Pahruddin, 2013). 3.5. Pelaksanaan 3.5.1. Teknologi sistem tanam jajar legowo Sistem tanam Jajar Legowo atau Jarwo adalah salah satu cara tanam pindah padi sawah yang mengatur setiap dua atau lebih barisan tanaman dan diselingi dengan satu barisan kosong (legowo) dengan penerapan jarak tanam, baik dalam barisan maupun antar barisan disesuaikan dengan kesuburan tanah dan ketinggian tempat (Iskandar et.al, 2013). 3.5.2. Proses produksi A. Pengadaan benih Benih padi yang digunakan Varietas Ciherang dengan kebutuhan 1 ha ± 20 kg. Sedangkan pada luasan lahan 500 m 2 benih yang dibutuhkan 1 kg untuk persemaian. Pada lahan tadah hujan perendaman benih dilakukan sebelum melakukan persemaian, perendaman dilakukan selama 24 jam dan diperam dengan harapan benih dapat berkecambah dengan cepat. Padi Varietas Ciherang dalam kondisi normal rata-rata hasil 5-7 ton/ha (Mejaya, 2014). B. Persiapan lahan Persiapan lahan dilakukan menggunakan mesin bajak hand tractor. Setelah melakukan pembajakan, lahan langsung diratakan menggunakan mata bajak garu sebagai pengolahan lahan ke dua. Setelah melakukan pembajakan, tanah

digenangi, agar zat beracun terpisah dari tanah dan lumpur menjadi rata. Tinggi air genangan berkisar antara 5-10 cm. Untuk mengatur tinggi air genangan dapat dilakukan dengan memperbesar atau memperkecil bukaan pintu saluran air. Pembajakan dan pengolahan pertama selesai, lahan diberikan pupuk kandang sebagai pupuk dasar untuk menyediakan asupan hara pada tanaman. Pemberian pupuk dasar dilakukan dengan cara ditebar pada seluruh luasan lahan, dengan dosis 10 ton/ha dan untuk luasan lahan 500 m 2 dibutuhkan 500 kg pupuk kandang. C. Pembuatan cara tanam Penanaman dengan jajar legowo 6:1 dan 3:1, setiap enam atau 3 barisan tanaman diselingi dengan satu barisan kosong (legowo) dengan penerapan jarak tanam, baik dalam barisan maupun antar barisan. Penanaman menggunakan tali sebagai pembatas dan terbentuknya jarak legowo sehingga terlihat lurus. Arah penanaman yang digunakan timur ke barat untuk memaksimalkan sinar matahari dan mempermudah perawatan. D. Penanaman Jarak tanam yang digunakan pada sistem tanam jajar legowo 3:1 dan 6:1 adalah 20 x 20 cm dengan barisan yang dihilangkan 30 cm. Kedalaman penanaman akar terbenam ke lumpur ± 3 cm, supaya sistem perakaran kuat dan cepat panjang. Keadaan air pada saat penanaman macak-macak, supaya akar bibit mudah tegak dan kuat saat air menggenangi kembali bibit tidak rebah. E. Pemupukan Pemupukan tanaman padi sawah dilakukan pada usmur 3 mst, dengan dosis 300 kg/ha Phonska, 200 kg/ha Urea dan 2,5 ton/ha Pupuk kandang. Sedangkan untuk luasan 500 m 2 dosis pupuk yang diberikan 15 kg Phonska, 10 kg Urea dan 500 kg pupuk kandang. Pemupukan padi pada umur 3 mst, supaya pupuk tidak

hilang ketika terjadi penggenangan. Pemupukan dilakukan dengan cara ditebar secara merata. 3.5.3. Pemeliharaan A. Penyiangan Penyiangan dilakukan pada padi umur 2 mst, penyiangan bermanfaat untuk membersihkan lahan dari gulma dan inang hama penyakit. Gulma juga dapat mengganggu dalam fase pertumbuhan (vegetatif), karena gulma membutuhkan hara sedangkan tanaman padi membutuhkan hara yang lebih banyak maka terjadi persaingan hara. B. Pengendalian hama penyakit Pengendalian hama penyakit yang dilakukan yaitu melakukan pengendalian secara kimiawi, dengan melakukan penyemprotan terhadap tanaman yang terserang hama. Hama yang sering menyerang tanaman padi antara lain: wereng batang coklat (Nilaparvata lugens Stal), wereng batang punggung putih (Sogatella furcifera Jorv), dan walang sangit (Leptocorissa acuta Thumb). 3.5.4. Pengamatan vegetatif dan generatif Pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui keunggulan antara Jajar legowo 3:1 dengan 6:1 adalah sebagai berikut : A. Pengamatan yang dilakukan pada fase vegetatif : 1. Tinggi tanaman dengan melakuakan pengukuran setiap minggunya hingga muncul malai, pengukuran dilakukan dengan meteran dari pangkal sampai daun terpanjang. 2. Jumlah anakan dihitung berdasarkan anakan yang dihasilkan pada indukan setiap minggunya.

B. Pengamatan yang dilakukan pada fase generatif : 1. Jumlai malai per rumpun dihitung berdasarkan malai yang muncul pada rumpun berumur ± 60 hari. 2. Jumlah bulir per malai dihitung berapa jumlah bulir yang dihasilkan dalam satu malai pada setiap sampelnya. 3. Persentase gabah bernas diamati dengan menghitung jumlah gabah bernas dibagi jumlah gabah per malai dan dikalikan 100%. 4. Bobot 1000 butir dihitung dengan mengambil 1000 butir gabah padi pada setiap sampelnya lalu ditimbang menggunakan timbangan analitik. 5. Komponen hasil di hitung berdasarkan Produksi = populasi (rumpun) x jumlah malai/rumpun x persentase gabah bernas x berat 1000 butir (gr). 6. Produksi luasan lahan 500 m 2, dengan melakukan penimbangan hasil keseluruhan dan menkonversikannya menjadi per hektar. 3.5.5. Panen dan pasca panen Panen dilakukan dengan cara memotong rumpun padi menggunakan sabit, panen dilakukan pada padi umur yang sebenarnya100 hari. Panen dilakukan pada pagi dan sore hari tergantung dari kebiasaan masyarakat setempat. Pasca panen, merupakan kelanjutan dari panen seperti, perontokan, penjemuran hingga pengemasan. Perontokan padi dapat dilakukan dengan cara dipukul/hatamkan pada bila bambu yang dialasi terpal, perontokan juga dapat dilakukan dengan menggunakan mesin perontok tresher untuk meminimalisir tenaga kerja. Penjemuran dilakukan apabila padi selesai dirontokkan, penjemuran dilakukan selama ± 1 minggu hingga kadar air 12% tergantung dari kondisi cuaca. Penjemuran berfungsi sebagai pengeringan supaya padi dapat disimpan pada waktu yang lama selain itu mudah untuk dilakukan penggilingan menjadi beras.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukana pada fase vegetatif dan generatif pada sistem tanam jajar legowo 3:1 dan 6:1 padi Varietas Ciherang, diperoleh hasil sebagai berikut : a. Hasil analisis uji t terhadap variabel pengamatan vegetatif dan generatif tanaman padi sistem tanam jajar legowo 3:1 dan 6:1. Tabel 1. Variabel pengamatan vegetatif dan generatif tanaman padi sistem tanam jajar legowo 3:1 dan 6:1. No. Pengamatan Legowo Legowo t hitung Hasil 3:1 6:1 1 Tinggi tanaman 98,3 104,6-9,98 NS 2 Jumlah anakan 19,9 15,2 9,22 HS 3 Panjang malai 30,1 29,7-1,29 NS 4 anakan Produktif 16,2 11,2 11,33 HS 5 bulir/malai 151,8 148,9 3,76 HS 8 % gabah bernas 94,4 88,8 11,10 HS 9 Bobot 1000 butir (gram) 28,3 28,2 0,21 NS t tabel 5 % 2.02 t tabel 1 % 2.71 HS (highly significant) Berbeda sangat nyata S (significant) Berbeda nyata NS (non significant) Berbeda tidak nyata Pengamatan variabel vegetatif dan generatif yang telah dianalisi dengan uji t taraf 5% dan 1%, bahwa pada penerapan sistem tanam jajar legowo 3:1 dan 6:1 berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman, panjang malai, dan bobot 1000 butir (gram). Pada pengamatan jumlah anakan, jumlah anakan produktif, jumlah bulir/malai, persentase gabah bernas,dan jumlah gabah bernas/malai terlihat sangat nyata. Pengamatan terhadap variabel panjang malai, persentase gabah hampa dan bobot 1000 butir (gram) menunjukan perbedaan tidak nyata.

Tinggi tanaman (cm) b. Tinggi tanaman (cm) Berdasarkan pengamatan tinggi tanaman, penerapan cara tanam jajar legowo 6:1 104,6 cm lebih tinggi dibandingkan dengan jajar legowo 3:1 98,3 cm terlihat pada Gambar 1. 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 2 3 4 5 6 7 8 Umur tanaman (mst) 98,3 104,6 Jajar legowo 3:1 Jajar legowo 6:1 Gambar 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman padi sistem tanam jajar legowo 3:1 dan 6:1. c. Jumlah anakan padi sistem tanam jajar legowo 3:1 dan 6:1 (buah). Jumlah anakan pada cara jajar legowo 3:1 lebih banyak menghasilkan anakan hingga 20 anakan sedangakan pada jajar legowo 6:1 hanya dapat menghasilkan 15 anakan pada Gambar 2 di halaman berikutnya.

Panjang malai (cm) Jumlah anakan (buah) 40 30 20 10 0 20 17 15 12 15 15 5 7 1 2 3 2 3 4 5 6 7 8 Umur tanaman (mst) Jajar legowo 3:1 Jajar legowo 6:1 Gambar 2. Grafik jumlah anakan padi sistem tanam jajar legowo 3:1 dan 6:1. d. Panjang malai (cm) Malai terpanjang mampu dihasilkan pada penerapan legowo 3:1 mencapai 30,1 cm sedangkan pada legowo 6:1 hanya mencapai 29,7 cm ditunjukkan pada Gambar 3. 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 30,1 29,7 Legowo 3:1 Legowo 6:1 Gambar 3. Diagram panjang malai padi sistem tanam jajar legowo 3:1 dan 6:1. e. Jumlah anakan produktif (batang).

Jumlah (buah) Jumlah anakan produktif (batang) Jumlah anakan produktif pada cara tanam jajar legowo 3:1 lebih banyak mencapai 16 batang anakan produktif dibandingkan dengan 6:1 batang yang hannya menghasilkan 10 anakan produktif pada Gambar 4. 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 16 10 Legowo 3:1 Legowo 6:1 Gambar 4. Diagram pengamatan jumlah anakan produktif padi sistem tanam ggghf nnnnn jajar legowo 3:1 dan 6:1. f. Jumlah bulir/malai, jumlah gabah hampa/malai dan jumlah gabah bernas/malai (butir). Berdasarkan gambar 5 pengamatan jumlah bulir/malai lebih banyak dihasilkan pada jajar legowo 3:1, hasil yang sama terlihat pada jumlah gabah hampa dan jumlah gabah bernas/malai pada sistem tanam jajar legowo 3:1 dan 6:1 (Gambar 5). 160 140 120 100 80 60 40 20 0 152 150 Jumlah bulir/malai (bulir) 9 17 Jumlah gabah hampa/malai 143 133 Jumlah gabah bernas/malai Legowo 3:1 Legowo 6:1

Persentase gabah bernas (%) Gambar 5. Diagram pengamatan jumlah bulir/malai, jumlah gabah hampa dan ddddddddddgabah bernas. g. Persentase gabah bernas (%). Pengamatan persentase gabah bernas padi Varietas Ciherang, terlihat bahwa penerapan jajar legowo 3:1 lebih tinggi dibanding dengan jajar legowo 6:1 pada (Gambar 6). 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 94,4 88,8 Legowo 3:1 Legowo 6:1 Gambar 6. Diagaram pengamatan persentase gabah bernas padi sistem tanam vvvvvvvvvvvjajar legowo 3:1 dan 6:1. h. Bobot 1000 butir (gr). Penganatan 1000 butir dengan melakukan penimbangan diperoleh hasil yang ditujuntukan pada Gambar 7. Sistem tanam padi jajar legowo 3:1 lebih berbobot dibandingkan dengan jajar legowo 6:1.

Produksi (ton/ha) Bobot 1000 butir (gr) 30 28,25 28,15 25 20 15 10 5 0 Legowo 3:1 Legowo 6:1 Gambar 7. Diagram pengamatan generatif bobot 1000 butir padi sistem tanam bbbbbbbbbbbjajar legowo 3:1 dan 6:1. i. Produksi padi (ton/ha). Berdasarkan produksi padi pada penerapan sistem tanam jajar legowo 3:1 dengan 6:1 luasan 500 m 2, dapat dilihat pada Diagram 9 dihalaman selanjutnya. Penerapan jajar legowo 3:1 lebih banyak produksinya mencapai 335 kg atau 0,335 ton, dan jika di konversikan ke hektar mencapai 6,7 ton/ha. Sedangkan pada jajar legowo 6:1 produksi hanya mencapai 285 kg atau 0,285 ton, dengan hasil per hektarnya mencapai 5,8 ton/ha. 10 8 6 6,7 5,8 4 2 0 Legowo 3:1 Legowo 6:1 Gambar 8. Diagram produksi padi sistem tanam jajar legowo 3:1 dan 6:1.

4.2. Pembahasan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM), merupakan kegiatan magang yang dilakukan selam kurang lebih tigah bulan untuk menyelesaikan. Kegiatan ini dilakukan di daerah kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta, dengan komoditi yang diamati padi (Oryza sativa L.) varietas Ciherang. Pengamatan yang dilakukan berdasarkan fase vegetatif, Fase vegetatif meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan, sedangkan pengamatan generatif meliputi panjang malai, jumlah anakan produktif, jumlah bulir/malai, jumlah gabah bernas, gabah hampa, persentasi gabah bernas, dan bobot 1000 butir. Penerapan sistem tanam jajar legowo merupakan cara penanaman yang menggunakan prinsip pengaturan cara dan jarak tanam pada suatu lahan. Sistem tanam jajar legowo yang merupakan manipulasi tata letak suatu tanaman, sebagai tanaman pinggir (border effeck). Penerapan sistem tanam legowo memberikan pengaruh yang berbeda terhadap tinggi tanaman seperti yang tergambar pada halaman sebelumnya di Gambar 1, menunjukan bahwa penerapan sistem tanam legowo 6:1 lebih tinggi dari pada legowo 6:1. Pertumbuhan tersebut terjadi selain dari pengaruh tanaman pinggir, juga dipengaruhi dari segi kerapatan populasi. Tanaman yang terlalu rapat akan berkompetisi dalam mendapatkan sinar matahari untuk berfotosintesis, hal tersebut juga berdampak terhadap padi dalam pembentukan anakan Tanaman yang terlalu rapat akan menghasilkan anakan yang lebih sedikit, dibandingkan dengan penanaman padi dengan jarak yang lebih leluasa, seperti yang digambarkan pada Gambar 2. Penerapan sistem tanam jajar legowo 3:1 lebih banyak anakanny dari pada legowo 6:1, hasil tersebut serupa dengan

pendapat Asfaruddin (1997), tanaman yang tinggi lebih banyak menggunakan asimilatnya untuk pembentukan batang dan daun dibandingkan untuk pembentukan anakan. Selain pengaruh kerapatan populasi yang disebabkan penggunaan legowo 6:1, pembentuakn anakan juga dipengaruhi dari ketersediaan air. Karena pada lahan yang ditanami merupakan tadah hujan sehingga pembentukan anakan juga berbeda dari tempat yang memiliki irigasi, namun penggunaan varietas unggul padi Ciherang toleran terhadap lahan yang membutuhkan air cukup. Menurut Astuti (2010), Varietas Ciherang memiliki jumlah anakan yang lebih banyak pada perlakuan pengairan penggenangan. Penerapan sistem tanam jajar legowo juga memberikan pengaruh terhadap panjang malai yang dihasilkan, jumlah bulir per malai, jumlah biji hampa per malai, jumlah biji bernas per malai dan bobot 1000 butir (gram). Pada Gambar 3, panjang malai terpanjang diperoleh penerapan legowo 3:1 mencapai 16 (cm), sedangkan pada legowo 6;1 panjang malai hannya mencapai 10 (cm). Penerapan legowo 3:1 juga lebih unggul di banding 6:1, pada pengamatan yang tertera pada Gambar 5 di halaman sebelumnya menunjukan bahwa. Jumlah bulir per malai legowo 3:1 dan jumlah gabah bernas lebih banyak dibandingkan 6:1, sedangkan jumlah gabah hampa per malai 3:1 lebih sedikit dibandingkan 6:1. Hal tersebut juga dipengaruhi efek tanaman pinggir dalam mendapatkan sinar matahari dan terjadinya metabolisme tanaman yang efektif. Pengaruh yang sama juga berdampak pada persentase gabah bernas pada gambar 6 dan bobot 1000 butir (gram) pada Gambar 7, yang menunjukan bahwa penerapan jajar legowo 3:1 lebih tinggi persentase gabah bernasnya dan bobot 1000 butir (gram) lebih berbobot, dibandingkan dengan legowo 6:1.

Menurut Aribawa (2012), penerapan legowo mempengaruhi panjang malai yang berkorelasi terhadap jumlah gabah per malai, semakin panjang malai yang terbentuk semakin banyak peluang gabah yang dapat ditampung oleh malai. Sementara itu, jumlah gabah bernas dan bobot biji yang terbentuk dalam satu malai sangat bergantung dari proses fotosintesis dari tanaman selama pertumbuhannya dan sifat genetis dari tanaman padi yang dibudidayakan. Sedangkan pada produksi padi dengan cara tanam jajar legowo 3:1 dengan 6:1 memberikan perbedaan yang nyata, terlihat dari Gambar 8. Penerapan jajar legowo 3:1 hasilnya lebih tinggi dibanding dengan legowo 6:1, hal tersebut disebabkan karena peningkatan jumlah ankan yang lebih banyak, malai yang lebih panjang, dan efek tanam pinggir pada penerapan cara tanam jajar legowo sehingga pemanfaatan kebutuhan dalam asimilasi tanaman lebih efektif. Selain itu dalam melakukan tindakan pengendalian hama serta gulma yang merupakan OPT (organisme pengganggu tanaman) lebih terkontrol dan mudah. Menurut Suharno (2013), penerapan jajar legowo mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui barisan kosong/lorong. Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih rendah, sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan. Menghemat pupuk, karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan. Penerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang berada pada barisan pinggir. Semakin banyak intensitas sinar matahari yang mengenai

tanaman maka proses metabolisme terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan semakin tinggi sehingga akan didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau dari segi pertumbuhan dan hasil. Sistem tanam jajar legowo juga dapat meningkatkan produksi disebabkan adanya efek tanaman pinggir yang diharapkan memberikan produksi tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik, meningkatkan jumlah populasi/rumpun tanaman per hektar, terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, meningkatkan tanaman menerima sinar matahari secara optimal yang berguna dalam proses fotosintesis (Pangerang, 2013). Berdasarkan pengamatan uji t pada taraf nyata 5% dan 1% menunjukan bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo antara 6:1 dan 3:1 memberikan pengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan sangat nyata terhadap jumlah anakan, jumlah anakan produktif, jumlah bulir/malai, jumlah gabah bernas/malai dan persentase gabah bernas. Pengamatan terhadap variabel panjang malai, gabah hampa/malai dan bobot 1000 butir/malai berdasarkan uji t memberikan pengaruh tidak nyata, karena hasil pengamatan tidak jauh berbeda antara legowo 3:1 dan 6:1 Kelebihan dari penerapan cara tanam legowo merupakan manfaat yang sangat dibutuhkan, namun di segi kelebihan sistem ini memiliki kelemahan. Penerapan jajar legowo di lapangan masih menunjukkan banyak variasi. Hal ini dimungkinkan akibat dari pemahaman mengenai sistem tanam legowo masih sangat beragam walaupun memiliki kesamaan konsep dasar yang dipahami (Abdurachman., dkk, 2013). Menurut Suharno (2013), sistem tanam legowo memiliki kelemahan dalam membutuhkan tenaga dan waktu tanam yang lebih banyak, benih dan bibit lebih

banyak karena adanya penambahan populasi. Pada baris kosong jajar legowo biasanya akan ditumbuhi lebih banyak rumput/gulma, sistem tanam jajar legowo yang diterapkan pada lahan yang kurang subur akan meningkatkan jumlah penggunaan pupuk tetapi masih dalam tingkat signifikasi yang rendah, biaya lebih banyak dibandingkan tanam bukan legowo.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penanaman padi jajar legowo 3:1 dan 6:1 memberikan pengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah gabah hampa per malai dan bobot 1000 butir padi, sedangkan pada pengamatan jumlah anakan, jumlah bulir per malai, jumlah gabah bernas per malai, dan persentase gabah bernas memberikan pengaruh yang nyata. Penerapan sistem legowo 3:1 lebih berproduksi dibandingkan sistem tanam legowo 6:1. 5.2. Saran Aplikasi sistem tanam Jajar legowo dapat dikombinasikan dengan metode SRI System of Rice Intensification (sistem tanam padi sebatang) atau metode lokal setempat.

DAFTAR PUSTAKA Aksi Agraris Kanisius, 1990. Budidaya tanaman padi. Kanisius. Yogyakarta Alnopri, 2004. Variabilitas genetik dan heritabilitas sifat-sifat pertumbuhan bibit tujuh genotipe kopi robusta-arabika. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, Vol.6 (2) : 91-96. Aribawa, 2012. Pengaruh sistem tanam terhadap peningkatan produktivitas padi si lahan sawah dataran tinggi beriklim basah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali. Denpasar. Http//pertanian.trunojoyo.ac.id Abdulrachman,.dkk. 2013. Sistem tanam legowo. Badan Litbang dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian. Sukamandi. Astuti, 2010. Pengaruh sistem penghairan terhadap pertumbuhan dan produktivitas varietas padi sawah (Oryza sativa L.). Departemen agronomi dan hortikultura fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. http://repository.ipb.ac.id Asfaruddin, 1997. Evaluasi ketenggangan galur-galur padi gogo terhadap keracunan aluminium dan efisiensinya dalam penggunaan kalium. Tesis. Program pascasarjana IPB. Bogor. Badan Litbang Pertanian, 2012. Varietas padi unggulan badan litbang pertanian. http://www.litbang.pertanian.go.id. Bobihoe, 2011. Keuntungan tanam padi jajar legowo. Blai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Jambi. Ishaq, 2013. Adopsi jarwo telah sampai ke lahan sawah di cianjur selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Ikhwan, Pratiwi, Paturrohman, dan Makarim, 2013. Peningkatan produktivitas padi melalui penerapan jarak tanam legowo. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi, Subang.ggggggggggggggggggggggggggggggg http//www. Pangan.litbang.pertanian.go.id. Mejaya, 2014. Deskripsi varietas unggul padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian. Sukamandi Pangerang, 2013. Keuntungan dan kelebihan sistem jarak tanam jajar legowo padi sawah.ppl kabupaten Maros. http://cybex.pertanian.go.id. Polakitan., dkk, 2011. Kajian beberapa varietas unggul baru padi sawah di kabupaten mahasiswa. Balai Pengkajian Pertanian Sulawesi Utara. Sulawesiutara.https://www.balai.pengkajian pertanian sulawesi.utara.co.id Prihatman, 2000. Padi (Oryza sativa L.). Sistim informasi manajemen pembangunan di perdesaan, Proyek PEMD, BAPPENAS.Jakarta. Pujiasmanto, 2013. Perkuat ketahanan pangan nasional kita. Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS). Surakarta.kkkkkkkkkkkkkkk http://www.uns.ac.id.

Suharno, 2013. Sistem tanam jajar legowo (tajarwo) salah satu upaya peningkatan produktivitas padi. Lektor Kepala/Pembina TK.I. Dosen STTP Yogyakarta. Yogyakarta. Santosa, Adnyana, dan Dinata, 2011. Dampak ahli fungsi lahan sawah terhadap ketahanan pangan beras. Universitas Udayana. Bengkulu. https://www. repository.unib.ac.id Provinsi yogyakarta, 2013.33 provinsi profil kehutanan. www.dephut.go.id.

LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi padi Varietas Ciherang. Varietas : Ciherang Nomor Pedigree : S 3383-1d-Pn-41-3-1 Asal/Persilanga : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-1//IR19961-131-3-1- ///IR64/////IR64 Golongan : Cere Bentuk : Tegak Tinggi : 107-115 cm Anakan Produktif : 14-17 batang Warna: Kaki : Hijau Batang : Hijau Telinga Daun : Putih Lidah Daun : Putih Muka Daun : Kasar pada sebelah bawah daun Posisi Daun : Tegak Daun Bendera : Tegak Bentuk gabah : Panjang ramping Warna : Kuning bersih Bobot 1000 butir : 27-28 gram Nasi Tekstur : Pulen Kadar Amilosa : 23% Panen Hasil Gabah : 5-8,5 ton/ha Umur : 116-125 hari Kerontokan : Sedang Ketahanan Terhadap Rebah : Sedang Hama : Tahan terhadap wereng coklat bioptipe 2 dan 3 Penyakit : Tahan terhadap bakteri hawar daun sirih Strain III dan IV Keterangan : Anjuran tanam cocok ditanam pada musim penghujan dan kemarau dengan ketinggian di bawah 500 m dpl. Tahun Dilepas : 25 Februari 2000 No. SK Pelepasan : 60/Kpts/TP.240/2/2000 Warna: Kaki : Hijau Batang : Hijau Telinga Daun : Putih Lidah Daun : Putih Muka Daun : Kasar pada sebelah bawah daun Posisi Daun : Tegak Daun Bendera : Tegak Sumber : http://www.litbang.pertanian.go.id/varietas/one/130/

Lampiran 2. Penerapan jajar legowo 3:1 dan 6:1. a. Persiapan lahan b. Pembajakan c. Penanaman

d. Penerapan sistem tanam jajar legowo 3:1. Penerapan sistem tanam jajar legowo 6:1

Lampiran 3. Pengamatan Uji t 5% dan 1% penerapan sistem tanam jajar legowo 3:1 dengan 6:1 padi Varietas Ciherang A. Tinggi tanaman Nomor Nilai X- Y- Sampel X Y rerata x rerata y x² y² 1 105 100 6,7-4,6 44,89 20,70 2 97 106-1,3 1,5 1,69 2,10 3 102 110 3,7 5,5 13,69 29,70 4 95 106-3,3 1,5 10,89 2,10 5 99 102 0,7-2,6 0,49 6,50 6 97 105-1,3 0,5 1,69 0,20 7 97 100-1,3-4,6 1,69 20,70 8 95 103-3,3-1,6 10,89 2,40 9 110 100 11,7-4,6 136,89 20,70 10 99 100 0,7-4,6 0,49 20,70 11 97 108-1,3 3,5 1,69 11,90 12 97 100-1,3-4,6 1,69 20,70 13 98 103-0,3-1,6 0,09 2,40 14 95 107-3,3 2,5 10,89 6,00 15 100 106 1,7 1,5 2,89 2,10 16 98 104-0,3-0,5 0,09 0,30 17 93 112-5,3 7,5 28,09 55,50 18 97 112-1,3 7,5 1,69 55,50 19 98 103-0,3-1,6 0,09 2,40 20 97 104-1,3-0,5 1,69 0,30 Rerata 98,3 104,6 Ʃ 0,00 0,0 272,2 283,0 Ʃ..² 272,2 283,0 Mean 98,3 104,6 N 20 20 SD 3,69 3,76 df 38 T hitung -9,98 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% t hitung t tab 1 % Hasil 2,02-9,98 2,71 NS

B. Jumlah anakan Nomor Nilai X- Y- Sampel X Y rerata x rerata y x² y² 1 21 10 1,1-5,2 1,21 27,04 2 19 13-0,9-2,2 0,81 4,84 3 20 14 0,1-1,2 0,01 1,44 4 20 12 0,1-3,2 0,01 10,24 5 20 16 0,1 0,8 0,01 0,64 6 21 17 1,1 1,8 1,21 3,24 7 21 18 1,1 2,8 1,21 7,84 8 19 11-0,9-4,2 0,81 17,64 9 20 12 0,1-3,2 0,01 10,24 10 20 20 0,1 4,8 0,01 23,04 11 20 11 0,1-4,2 0,01 17,64 12 21 19 1,1 3,8 1,21 14,44 13 16 10-3,9-5,2 15,21 27,04 14 17 12-2,9-3,2 8,41 10,24 15 21 14 1,1-1,2 1,21 1,44 16 20 16 0,1 0,8 0,01 0,64 17 20 18 0,1 2,8 0,01 7,84 18 21 20 1,1 4,8 1,21 23,04 19 20 21 0,1 5,8 0,01 33,64 20 21 20 1,1 4,8 1,21 23,04 Rerata 19,9 15,2 Ʃ 0,00 0,0 33,8 265,2 Ʃ..² 33,8 265,2 Mean 19,9 15,2 N 20 20 SD 1,30 3,64 df 38 T hitung 9,22 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% t hitung t tab 1 % Hasil 2,02 9,22 2,71 HS