BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak akan bisa tahan untuk hidup sendiri di dunia ini. Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 Mei sampai 28 Mei 2014 di SDIT

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

Uji Normalitas Sebaran Hasil Penelitian Utama. Uji Linearitas Hasil Penelitian Utama

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB III METODE PENELITIAN. Data dari metode penelitian kuantitatif ini berupa angka-angka dan. analisisnya mengunakan statistik (Sugiyono,2010:7).

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk pertama kalinya belajar berinteraksi atau melakukan kontak sosial

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

3. Belum ada yang meneliti tentang kesadaran gender siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Semakin dini stimulus yang diberikan, semakin banyak peluang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain.

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN (ATTACHMENT) DAN INTIMACY PADA MAHASISWA YANG BERPACARAN. : Elfa Gustiara NPM : : dr. Matrissya Hermita, M.

HUBUNGAN ANTARA SECURE ATTACHMENT DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJADI SMAN 2 PADANG. Winda Sari Isna Asyri Syahrina

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB III METODE PENELITIAN. data dan diakhiri dengan menjelaskan waktu dan tempat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan tekhnik korelasional yang bertujuan untuk mencari

Validitas Item Self-Esteem

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB 3. Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada SMP X di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto

BAB I PENDAHULUAN. termaksud juga di indonesia, namun masih menyimpan banyak persoalan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang

III. METODELOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ada dua jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak remaja sebenarnya tidak mempunyai masa yang jelas. Remaja. tergolong kanak-kanak, mereka masih harus menemukan tempat dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. menggunakan metode penelitian kuantitatif.

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan. dari mereka sulit untuk menyesuaikan diri dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang akan dilakukan ini berjudul Program Bimbingan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu. Melalui penelitian, manusia dapat menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan tersebut dibedakan karena akibatnya yang langsung seperti terhadap sikap dan perilaku, dan karena akibat-akibat jangka panjangnya. Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetaplah penting, karena periode remaja mencakup periode yang dipengaruhi oleh akibat fisik dan akibat psikologis (Hurlock, 1980: 207). Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dan hubungan yang sebelumnya belum pernah ada, bahkan harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkup keluarga dan sekolah. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Penyesuaian baru yang terpenting dan tersulit diantaranya adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok teman sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin (Hurlock, 1980: 213). 1

2 Pada tahap penyesuaian diri remaja seperti dengan meningkatnya pengaruh kelompok teman sebaya, kelompok sosial yang baru dan nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan ini terlihat didukung oleh minat remaja akan bersosialisasi. Minat-minat sosial yang umum pada remaja salah satunya adalah terciptanya percakapan, karena setiap remaja memperoleh rasa aman bila berada diantara teman-teman dan membicarakan hal-hal yang menarik. Pertemuanpertemuan yang seperti ini merupakan kesempatan untuk mengeluarkan isi hati dan memperoleh pandangan baru terhadap masalah yang di hadapi. Dari proses percakapan dengan intensitas yang sering biasanya remaja mulai membentuk pengelompokan sosial mereka menjadi teman dekat atau sahabat. Berbeda halnya dengan masa anak-anak, hubungan teman sebaya remaja lebih didasarkan pada hubungan persahabatan. Menurut Bloss pada tahun 1962 (Desmita, 2005: 220), pembentukan persahabatan remaja erat kaitannya dengan perubahan aspek-aspek pengendalian psikologis yang berhubungan dengan kecintaan pada diri sendiri dan munculnya phallic conflicts. Erikson (1968) juga menyatakan bahwa ia memandang perkembangan ini dari perspektif normativelife-crisis, dimana teman memberikan feedback dan informasi yang konstruktif tentang self-definition dan penerimaan komitmen (Desmita, 2005: 220). Hurlock (1980) mengemukakan bahwa remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat (sahabat karib). Mereka adalah sesama seks yang mempunyai minat dan kemampuan yang sama. Sifat teman dekat ini pun biasanya saling mempengaruhi satu sama lain meskipun kadang-kadang mereka suka bertengkar.

3 Dalam ikatan persahabatan para remaja mempunyai keinginan untuk berbagi tentang persoalan, minat, informasi dan rahasia sesama mereka. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 1 Tangerang merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang menitikberatkan materi pembelajarannya pada ajaran Agama Islam (syariat Islam). Rentang usia para siswanya mulai dari 11 sampai dengan 16 tahun, rentang usia tersebut termasuk ke dalam rentang usia remaja awal. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada tanggal 23 April 2009 dengan beberapa guru dan siswa, dapat digambarkan bahwa para siswa di MTsN 1 Tangerang hampir semuanya terlihat memiliki teman dekat (sahabat) dan akrab. Siswa-siswa di sana juga memiliki kekhasan dimana mereka sudah mengerti batas laki-laki dan perempuan menurut ajaran Islam, sehingga para siswanya lebih sering terlihat bermain atau berkumpul sesuai dengan jenis kelaminnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa juga menjelaskan tentang makna seorang sahabat, menurut mereka sahabat merupakan seseorang yang selalu dekat dengan kita, dapat menjaga rahasia, dapat berbagi cerita atau bertukar pikiran, bisa membuat nyaman, peduli, setia, pengertian, selalu ada saat suka dan duka, dan tempat pemberi saran. Sahabat juga terkadang menjadi lebih penting dibandingkan keluarga, bahkan ada siswa yang mengatakan bahwa mereka merasa lebih dekat dengan sahabat dibandingkan dengan keluarga, karena menurut mereka dengan sahabat kita bisa lebih nyaman dan terbuka tentang apapun. Sahabat mereka biasanya sesama jenis kelamin serta seumur dengan mereka. Oleh sebab itu, makna sahabat yang diungkapkan oleh beberapa siswa tersebut hampir sama digambarkan oleh pernyataan dari beberapa ahli.

4 Seperti pernyataan Bloss (1962) sebelumnya diatas yang juga didukung oleh pernyataan Sullivan (1963), yang beranggapan bahwa persahabatan sangat penting pada masa remaja karena terdapat peningkatan yang dramatis dalam kadar kepentingan secara psikologis dan keakraban antar teman dekat pada masa awal remaja. Berbeda dengan teori-teori psikologi analisa lainnya yang menekankan pada pentingnya hubungan orang tua dengan anak, Sullivan (1963) beranggapan bahwa teman juga memainkan peran penting dalam membentuk kesejahteraan dan perkembangan remaja. Mengenai kesejahteraan, Sullivan mengatakan bahwa semua orang memiliki sejumlah kebutuhan sosial dasar, termasuk kebutuhan akan kasih sayang (ikatan yang aman), teman yang menyenangkan, penerimaan oleh lingkungan sosial, keakraban dan hubungan seksual. Apakah kebutuhan ini dapat dipenuhi atau tidak akan sangat menentukan kesejahteraan emosi remaja. Sebagai contoh jika kebutuhan untuk teman yang menyenangkan tidak terpenuhi maka remaja menjadi bosan dan depresi, dan jika kebutuhan untuk penerimaan sosial tidak terpenuhi maka remaja dapat memiliki harga diri yang rendah (Santrock, 2003: 228). Oleh karena itu, harga diri merupakan sesuatu yang penting bagi remaja. Coopersmith (1967: 238) menyatakan bahwa tinggi rendahnya harga diri individu menentukan sejauh mana individu tersebut percaya bahwa individu itu mampu, penting dan berharga. Selanjutnya dikatakan bahwa harga diri menjadi persyaratan yang penting dalam membentuk tingkah laku yang efektif. Remaja yang memiliki tingkat harga diri tinggi pada umumnya menyukai dirinya, menghargai dirinya, dan melihat dirinya mampu menghadapi lingkungannya. Di

5 sisi lain mereka memiliki rasa percaya diri dan merasa puas, lebih mandiri, aktif dalam berekspresif, bisa menerima kritik, mereka tampak lebih bahagia dan efektif dalam menghadapi lingkungan yang penuh tantangan. Remaja yang memiliki harga diri rendah, biasanya tidak menyukai atau menghargai dirinya, dan tidak mampu menghadapi lingkungan secara efektif, memiliki rasa malu dan bersalah, tersisih, terlalu lemah untuk melawan ketidakmampuannya, takut akan kemarahan orang lain, dan sensitif terhadap kritik. Kebutuhan akan harga diri bagi remaja juga merupakan salah satu hal penting untuk mendapatkan kepuasan hidup. Beberapa penelitian yang mendukung pendapat Sullivan (1963), salah satunya adalah yang dilakukan oleh Furman & Buhrmester (1987) yang menyebutkan bahwa, remaja juga menyatakan mereka lebih mengandalkan teman daripada orang tua untuk memenuhi kebutuhan akan kebersamaan, untuk meyakinkan harga diri, dan keakraban. Kemudian dari penelitian yang dilakukan oleh Buhrmester & Carbery (1992) juga menyatakan bahwa, remaja menghasilkan waktu rata-rata 103 menit perhari untuk interaksi yang berarti dengan teman dibandingkan dengan hanya 28 menit per hari dengan orang tua (Santrock, 2003: 229). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawati (2004) mengungkapkan bahwa pada masa remaja persahabatan dan unsur-unsurnya seperti kesamaan, keintiman, kesetiaan, kepercayaan dan dukungan emosi memiliki hubungan yang erat dalam memberikan kontribusi terhadap perkembangan harga diri. Semakin tinggi atau mendalam tingkat persahabatan yang dirasakan oleh remaja maka akan

6 diikuti dengan kenaikan tingkat harga diri. Hasil dari penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif signifikan antara persahabatan dengan harga diri. Dimensi hubungan yang paling kuat dengan harga diri adalah keintiman (intimacy) dan yang paling kecil adalah kesamaan (similarity). Oleh sebab itu, semua dimensi persahabatan memberikan sumbangan terhadap peningkatan harga diri remaja (Setiawati, 2004). Persahabatan pada remaja memberikan cara baru untuk berhubungan dengan orang lain. Selain itu, semakin besar tingkat keakraban pada persahabatan antar remaja menyebabkan remaja dituntut untuk mempelajari sejumlah kemampuan untuk menjalin hubungan dekat termasuk mengetahui bagaimana cara untuk membuka diri sendiri dengan tepat, mampu menyediakan dukungan emosi kepada teman, dan menangani ketidaksetujuan agar tidak merusak keakraban dari persahabatan. Remaja juga menghargai kesetiaan atau kepercayaan sebagai hal yang penting pada persahabatan dibandingkan dengan anak kecil, dan dalam pernyataan tersebut para remaja menilai lebih pada kewajiban seorang teman dalam kelompok teman sebaya yang lebih besar. Sullivan (Santrock, 2003: 230) menggambarkan bagaimana teman remaja saling mendukung rasa harga diri masing-masing, seperti ketika teman dekat saling mengungkapkan rasa ketidakamanan mereka dan ketakutan mereka atas diri mereka, mereka menemukan bahwa mereka tidaklah abnormal dan tidak ada yang harus membuat mereka merasa malu. Teman dekat juga bertindak sebagai orang kepercayaan yang menolong remaja melewati berbagai situasi yang menjengkelkan dengan memberikan dukungan emosi dan nasihat.

7 Sahabat menjadi salah satu hal yang sangat diandalkan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan pada masa remaja dan segala pengalaman keberhasilan dan kegagalan dengan sahabat meningkatkan kondisi kesejahteraan para remaja. Secara khusus, Sullivan (1963) percaya bahwa kebutuhan untuk kedekatan meningkat pada masa remaja awal dan hal ini mendorong para remaja untuk mencari teman dekat. Menurut Sullivan (1963), jika remaja gagal untuk membentuk persahabatan yang akrab mereka akan mengalami perasaan kesepian diikuti dengan rasa harga diri yang menurun (Santrock, 2003: 229-230). Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini mengkaji tentang hubungan antara tingkat persahabatan dengan harga diri remaja awal. B. Rumusan Masalah Atas dasar permasalahan tersebut, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran umum tingkat persahabatan yang dialami siswa kelas VIII di MTsN 1 Tangerang Tahun Ajaran 2009/2010? 2. Bagaimana gambaran umum harga diri siswa kelas VIII di MTsN 1 Tangerang Tahun Ajaran 2009/2010? 3. Apakah terdapat hubungan antara tingkat persahabatan dengan harga diri siswa kelas VIII di MTsN 1 Tangerang Tahun Ajaran 2009/2010?

8 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat persahabatan dengan harga diri siswa kelas VIII di MTsN 1 Tangerang Tahun Ajaran 2009/2010. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini adalah sebagi berikut: a. Untuk mengetahui gambaran umum tingkat persahabatan yang dialami siswa kelas VIII di MTsN 1 Tangerang Tahun Ajaran 2009/2010. b. Untuk mengetahui gambaran umum harga diri siswa kelas VIII di MTsN 1 Tangerang Tahun Ajaran 2009/2010. D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan secara teoritis : dapat memberikan gambaran yang akan membawa kearah pemahaman secara sistematis tentang hubungan antara tingkat persahabatan dengan harga diri remaja yang berupa data dan informasi. Serta dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam kajian psikologi perkembangan. 2. Kegunaan secara praktis : a. Untuk pihak sekolah : dapat menjadi bahan informasi bagi pihak sekolah khususnya para guru, dimana melalui penelitian ini diperoleh hasil mengenai gambaran tingkat persahabatan serta harga diri para

9 siswa. Selain itu juga dapat memberikan informasi mengenai ada tidaknya hubungan antara tingkat persahabatan dengan harga diri pada siswa kelas VIII di MTsN 1 Tangerang Tahun Ajaran 2009/2010. b. Untuk peneliti : dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan antara teori yang diperoleh penulis selama mengikuti perkuliahan dengan praktek yang sesungguhnya terjadi di lapangan, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber yang digunakan penulis dalam memperluas pengetahuan serta menambah kepustakaan yang ada. c. Untuk Jurusan Psikologi : hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber yang digunakan dalam memperluas pengetahuan serta menambah kepustakaan yang ada, terutama pada mata kuliah Psikologi Perkembangan. E. Asumsi Penelitian ini didasarkan pada beberapa asumsi, yaitu sebagai berikut : 1. Persahabatan sangat penting pada masa remaja karena terdapat peningkatan yang dramatis dalam kadar kepentingan secara psikologis dan keakraban antar teman dekat pada masa awal remaja (Sullivan dalam Santrock, 2003: 228). 2. Fungsi lain dari persahabatan yaitu memberikan sumbangan bagi harga diri seorang remaja dan juga sahabat berfungsi sebagai orang

10 kepercayaan, model coping dan penahan pengalaman-pengalaman hidup yang menekan (Lemme, 1995: 228). 3. Kebutuhan akan kedekatan meningkat pada masa remaja awal dan hal ini mendorong para remaja untuk mencari teman dekat, oleh sebab itu jika remaja gagal untuk membentuk persahabatan yang akrab mereka akan mengalami perasaan kesepian diikuti dengan rasa harga diri yang menurun (Sullivan dalam Santrock, 2003: 228). 4. Harga diri seorang remaja akan meningkat dengan adanya penerimaan dari orang lain, khususnya dari orang tua dan teman sebaya, serta prestasi di sekolah (Bachman et, al dalam Santrock, 2003: 339). 5. Pembentukan persahabatan remaja erat kaitannya dengan perubahan aspek-aspek pengendalian psikologis yang berhubungan dengan kecintaan pada diri sendiri (Bloss dalam Desmita, 2005: 220). F. Hipotesis Penelitian H 0 = 0, Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat persahabatan dengan harga diri siswa kelas VIII di MTsN 1 Tangerang Tahun Ajaran 2009/2010. H a 0, Terdapat hubungan yang positif dan siginifikan antara tingkat persahabatan dengan harga diri siswa kelas VIII di MTsN 1 Tangerang Tahun Ajaran 2009/2010.

11 G. Metode Penelitian Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument yang berupa angket. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu instrumen untuk mengukur tingkat persahabatan siswa yang disusun berdasarkan teori persahabatan dari Sullivan (Santrock, 2003: 230) dan instrumen untuk mengetahui harga diri siswa yang disusun berdasarkan teori harga diri dari Coopersmith (1967: 38). Kedua instrumen tersebut telah diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya. Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat besarnya koefisien korelasi antara skor para responden pada suatu item dengan total skor tiap aspek atau total keseluruhan, sedangkan pengujian reliabilitas total item dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Reliabilitas di sini menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran itu relatif konsisten jika pengukuran diulangi dua kali atau lebih pada waktu yang berlainan. Perhitungan statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah uji korelasi product moment, yang akan dibahas lebih rinci dalam bab III. H. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 1 Kota Tangerang. Pemilihan lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sebelumnya, bahwa terdapat fenomena dan beberapa karakteristik sampel yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti.

12 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di MTs Negeri 1 Tangerang yaitu berjumlah 221 siswa. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel, sedangkan jumlah sampel yang akan dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Slovin (Rahayu, 2005: 46), dan setelah melakukan perhitungan maka diperoleh jumlah sampel minimal sebanyak 68,84 orang atau dibulatkan menjadi 69 orang, namun dalam penelitian ini sampel yang akan dijadikan sebagai sumber data oleh peneliti berjumlah 70 siswa. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Alasan pemilihan sampel ini ialah karena siswa kelas VIII pada masanya sudah berusia sekitar 13-15 tahun dan mulai memiliki adaptasi yang baik dalam memasuki masa remaja awal terutama di lingkungan sekolah dibandingkan siswa kelas VII yaitu awal mereka baru memasuki masa SMP dan lulus dari SD (mengalami transisi dari sekolah dasar ke sekolah menengah pertama).