HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN OSTEOPENIA PADA MAHASISWI SEMESTER 6 DAN 8 PSIK UIN SYARIF HIIDAYATULLAH JAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR RISIKO OSTEOPENIA PADA REMAJA DI SEKOLAH. Di SMAN 1 Plaosan Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. Oleh :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum

BAB I PENDAHULUAN. mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang,

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB V HASIL. Universitas Indonesia

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

Oleh SHOFI IKRAMINA

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT

Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat,

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berakibat pada rendahnya kepadatan ( densitas ) tulang. Orang-orang acap kali

SKRIPSI. Oleh Rahayu Dyah Lestarini NIM

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS

BAB II KEROPOS TULANG (OSTEOPOROSIS)

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

HUBUNGAN POLA ASUPAN MAKANAN PUASA RAMADHAN DENGAN KADAR KOLESTEROL PADA KARYAWAN DENGAN OBESITAS DI PT. TIGA SERANGKAI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DIET PENURUNAN BERAT BADAN DENGAN PERILAKU DIET PENURUNAN BERAT BADAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 7 SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES, TEMAN SEBAYA DAN KEPRIBADIAN DENGAN PENYALAHGUNAAN ALKOHOL PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR DI PURWOKERTO 2016

HUBUNGAN SENAM OSTEOPOROSIS DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS PADA PESERTA SENAM DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA. Farida Umamah, Faisal Rahman

HUBUNGAN SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI MAHASISWA SEMESTER IV DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2004). Jumlah populasi

KARYA TULIS ILMIAH. Yunita Dwiningtyas R

HUBUNGAN BERAT BADAN BERLEBIH DENGAN PERUBAHAN MEDIAL LONGITUDINAL ARCH DAN FOOT ALIGNMENT DI KECAMATAN KARTASURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENSITAS MINERAL TULANG WANITA 45 TAHUN DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL, JAKARTA PUSAT TAHUN 2009

HUBUNGAN RIWAYAT GARIS KETURUNAN DENGAN WAKTU TERDIAGNOSIS DIABETES MELITUS DI RSUD. PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

KARYA TULIS ILMIAH POLA ASUPAN KALSIUM PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Oleh: GAHYAATRI DEVWI A/P SABAPATHY

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

OSTEOPOROSIS DEFINISI

AFIKA DWI KISSWARDHANI J410

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU ASERTIF MAHASISWA KEPERAWATAN S1 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO ANGKATAN 2014

MANFAAT KEBIASAAN SENAM TERA PADA WANITA TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG DI DUSUN SOROBAYAN, GADINGSARI, SANDEN, BANTUL SKRIPSI

SKRIPSI. OLEH : Elisabeth Buku Kumanireng NRP :

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI, KEPERCAYAAN DIRI DAN SELF EFFICACY

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

KATA PENGANTAR. dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Pola Asuh Orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa remaja puncak pertumbuhan masa tulang (Peak Bone Massa/PBM)

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG NUTRISI SAAT MENYUSUI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 1-6 BULAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik

HUBUNGAN ANTARA STRES, POLA MAKAN DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA KEKAMBUHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS BENDOSARI SUKOHARJO

PENGETAHUAN TENTANG OSTEOPOROSIS DAN ASUPAN KALSIUM PADA WANITA PRAMENOPAUSE di PUSKESMAS PLUS PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2013.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DAN INSOMNIA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

Oleh : WULAN PUTRI IMA EVIYANTI

ABSTRAK HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELLITUS RAWAT JALAN DI RSUD BANJARNEGARA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

HUBUNGAN POLA MAKAN, GENETIK DAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA MAHASISWA KEPERAWATAN S1 DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2014

SKIRIPSI POLA KONSUMSI BERDASARKAN KEJADIAN OBESITAS PADA PENDUDUK USIA DEWASA (19 50 TAHUN) DI PULAU SULAWESI BERDASARKAN DATA RISKESDAS 2010

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

HUBUNGAN ANTARA PENJADWALAN SHIFT, BEBAN KERJA DAN MANAJEMEN WAKTU DENGAN KELELAHAN KERJA DI RUANG RAWAT KHUSUS RSUD BANYUMAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRIMESTER 1 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU DIET SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERHADAP PENYAKIT TIDAK MENULAR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) DENGAN KECEPATAN BERJALAN PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 BLORA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman

BAB IV METODE PENELITIAN

Ketetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien anak-anak) Dibawah ini adalah ketetapan resmi ISCD yang telah diperbaruhi tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI YA II SURABAYA PROGRAM FAKULTAS SKRIPSI ANALISIS FAKTOR KEJADIAN DISMINORE...

Transkripsi:

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN OSTEOPENIA PADA MAHASISWI SEMESTER 6 DAN 8 PSIK UIN SYARIF HIIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) OLEH: GABY NURSILA NIM: 1110104000010 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/ 2014 M

LEMBAR PER}TYATAAhI Dengan ini saya menyatakan bahwa: t. Skripsi ini merupkan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah safu persyaratan memperoleh gelar Strata t Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Of$ Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakuttas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullatr Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lair1 maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedol<teran dan Itnu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIII{) Syarif Hidayatullah Jakarta.

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA Undergraduate Thesis, July 2014 Gaby Nursila, NIM: 1110104000010 Relationships of Physical Activity and Body Mass Index with Osteopenia In Student Grade 6 and 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta xiv + 65 pages + 2 schemes + 13 tables + 8 attachments ABSTRACT Osteopenia is a condition where the level density (density matrix and mineral) bone is lower than the highest bone mass (peak bone mass) and the early detection of osteoporosis. Risk factors for decreased bone density include gender, increasing age, genetics, smoking, lack of physical activity, alcohol consumption and low body mass. The purpose of this study was to determine the relationship between physical activity and BMI with the incidence of osteopenia in student grade 6 and 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This research is a quantitative analytical crosssectional design with α = 0.05. Data were collected on 68 respondents. Instruments in this research to determine the physical activity questionnaire sample, measurements BMI, and the measurement of bone density. Data analysis technique used is Spearmen Rank with the help of statistical application program in its processing. The results of the analysis showed that there is a relationship between physical activity with the incidence of osteopenia (p = 0,001, r= -0,378). While the results of the analysis between BMI and the incidence of osteopenia showed that there was no correlation (p = 0.238). Researchers suggest that the more diligently to increase student exercise at least 3 times a week, each performed 30 minutes and bone density checks regularly at least 6 months once. Keywords: Physical Activity, Body Mass Index, Osteopenia. Reference: 61 (years 1982-2013) iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, July 2014 Gaby Nursila, NIM: 1110104000010 Hubungan Aktivitas Fisik dan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Osteopenia Pada Mahasiswi Semester 6 dan Semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta xiv + 65 halaman + 2 bagan + 13 tabel + 8 lampiran ABSTRAK Osteopenia adalah suatu kondisi dimana tingkat densitas (kepadatan matriks dan mineral) tulang lebih rendah dari massa tulang tertinggi (peak bone mass) dan sebagai deteksi dini terjadinya osteoporosis. Faktor risiko terjadinya penurunan kepadatan tulang diantaranya adalah jenis kelamin, peningkatan usia, genetik, kebiasaan merokok, aktifitas fisik yang kurang, konsumsi alkohol dan massa tubuh yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan IMT dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan desain cross sectional dengan α= 0,05. Pengambilan data dilakukan pada 68 responden. Instrumen penelitian berupa kuesioner untuk mengetahui aktivitas fisik sampel, pengukuran IMT, dan pengukuran kepadatan tulang. Teknik analisa data yang digunakan adalah Spearmen Rank dengan menggunakan bantuan program aplikasi statistik dalam pengolahannya. Hasil analisis didapatkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian osteopenia dengan (p= 0,001, r = -0,378). Sedangkan hasil analisis antara IMT dengan kejadian osteopenia menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan (p = 0,238). Peneliti menyarankan agar para mahasiswi lebih rajin untuk meningkatkan olahraga minimal 3 kali seminggu, masing- masing dilakukan 30 menit dan melakukan pengecekan kepadatan tulang secara rutin minimal 6 bulan sekali. Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Osteopenia Daftar Bacaan: 61 ( tahun 1982-2013) iv

PS&}{Y"ETAANPf, N.SBf, fuuan Skripsi denganjudul EUBUNGAN AKTTYITAS FISIK DAI\I IMT DENGAN KGJ-ADIAIU OSTEOPENIA PADA MAIIASISWI SEMESTE,R 6 DAT{ b},tnt,bi[,i1,8 PSIK IIIN SYARI3 HII}AYATULLAII JAKARTA Telah disetqiui dan diperiksa oleh pembimbiqg skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilnm Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Disu.sun oleh: Gabv Nufsih NIM: 1110104000010 Pembimbiry I PembimbiryII ["IpSphahr Qo S.Kp.' M,Kep., Ph. D fuw E*a*a(S.Kp. M.Kep. Sp.KMB NIP: 196,80808 200604 2 001 IYIP: 19731106 200501 2 003 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAII T.AKULTAS KEDOKTERAN DAl\t ILMU KESEHATAII IM{ SYARIT HMAYATT]LLAH JAKARTA 1435 H2014 M

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan judul HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN OSTEOPENIA PADA MAHASISWI SEMESTER 6 DAN SEMESTER 8 PSIK UIN SYARIF HIDAYATULLAII JAKARTA Telah disusun dan dipertahankan penguji: Gaby Nursila NIM: 1110104000010 Pembimbing I Or ruart,r#. s.xj.. vt.x"p.. pn. n NIP: 19680808 200604 2 001 Pembimbing II frlw F( v' Ernawati. S.Kp. M.Kep, Sp.KiViB NIP: 19731106 200501 2003 Penguji I w- Maulina Ilandqvantl S.Kp.. M.Sc NIP: 19790210 200501 2 002 Penguji II W Ernawati. S.Kp. M.Kep. Sp.ICVIB NIP: 19731106 200501 2003 Penguji III NIP: 19680808 200604 2 001

-- LEMBAR PENGESAHAN i Skripsi denganjudul HUBT'NGAN AKTIVITAS risik DAN IMT DENGAN KEJADIAI\ OSTEOPENIA PADA MAHASISWI SEMESTER 6 DAN SEMESTER 8 PSIK IIIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh Gabv Nursila NIM: 1110104000010 Mengetahui, Ketua program Studi Ilmu Keperawatan NIP: 19790520 200901 l0l2 Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan if Hidayatullah Jakarta

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Gaby Nursila Tempat, Tanggal Lahir : Tengerang, 24 Juli 1992 Jenis Kelamin Tinggi/berat badan Agama Status Kewarganegaraan Alamat : Perempuan : 168cm/56kg : Islam : Belum Menikah : Indonesia : Jl. KH Dewantara RT 03/007 Kp.Sawah Lama Ciputat Tangerang Selatan Telepon : 085714048461 E-mail Fakultas/Jurusan : gabynursila@yahoo.co.id : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan Latar Belakang Pendidikan 1997-1998 : TK Aisiyah Ciputat 1998-2004 : SD Negeri Ciputat 1 2004-2007 : SMP Negeri 1 Ciputat 2007-2010 : SMA Negeri 1 Tangerang Selatan 2010-2014 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta viii

PERSEMBAHAN Kupersembahkan karya kecil ini, untuk yang senantiasa ada saat suka maupun duka, selalu setia mendampingi, Ayah dan Mama tercinta yang selalu memanjatkan doa untuk putri tercinta dalam setiap doanya. Tak lupa Adik- adik tersayang, i love you... Untuk teman-teman, sahabat seperjuangan PSIK 2010 terimakasih untuk segala canda tawa, pengalaman, serta dukungan yang selalu kalian berikan. Perkuliahan akan amat tidak ada rasanya jika tanpa kalian, pasti akan ada yang dikenang. Terima kasih untuk semuanya : ) Mohon maaf saat ada candaan dengan kata-kata yang menggores hati... SUKSES UNTUK KITA SEMUA!!!!! I Will Always Miss You Guys :*:*:* KATA PENGANTAR ix

السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Hubungan Aktivitas Fisik dan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Osteopenia Pada Mahasiswi Semester 6 dan Semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Melalui penyusunan skripsi ini, banyak hal yang telah penulis peroleh terutama dalam menambah pengetahuan penulis yang berhubungan dengan aplikasi mata kuliah. Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa, serta kerjasama yang luar biasa dalam proses penyusunan proposal skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta. 2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku Ketua Program Studi dan Ibu Eni Nur aini Agustini selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Maftuhah, S.Kp., M.Kep., PhD dan Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp. KMB selaku dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi x

kepada penulis selama proses penyusunan sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah. 5. Seluruh staf dan karyawan akademik yang telah banyak memberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Orang tua tercinta, Ibunda Susy Karmila dan Ayahanda Nurdin, yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. Tak lupa, kepada adik-adik tersayang Getha Nursila dan Zakia Nabila Putri Nursila dan seluruh keluarga besar yang senantiasa juga selalu memberikan dukungan dan doanya dalam menyelesaikan proposal skripsi ini. 7. Karyawan Anlene yang telah membantu penulis dalam pengambilan data. 8. Teman-teman ku di Keperawatan terutama Rosi Pratiwi, Naila, Fitri Farhani, Ika Febti, Fitriyani Rahayu, dan Devica yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. 9. Wayu Bahar Tomy yang telah membantu penulis dalam memberikan semangat, doa dan dukungan untuk penulis agar menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. 10. Kepada seluruh keluarga PSIK, kakak-kakak, adik-adik, khususnya temanteman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2010, yang telah membantu dan memotivasi dalam mencapai cita-cita. xi

11. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini baik dalam persiapan, dan pelaksanaan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini kearah yang lebih baik. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih. Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya. والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته Ciputat, Juni 2014 Gaby Nursila xii

DAFTAR ISI Halaman Judul Pernyataan Keaslian Karya Abstract Abstrak Pernyataan Persetujuan Lembar Pengesahan Daftar Riwayat Hidup Lembar Persembahan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Bagan Daftar Tabel Daftar Lampiran i ii iii iv v vi viii ix x xiii xvii xviii xix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 5 C. Pertanyaan Penelitian 6 D. Tujuan Penelitian 6 1. Tujuan Umum 6 2. Tujuan Khusus 7 E. Manfaat Penelitian 7 xiii

1. Bagi Peneliti 7 2. Bagi Mahasiswi PSIK 8 3. Bagi Institusi Pendidikan 8 F. Ruang Lingkup Penelitian 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tulang 10 1. Definisi Tulang 10 2. Struktur Tulang 11 3. Remodeling Tulang 12 B. Osteopenia 13 1. Definisi Osteopenia 13 2. Faktor Risiko terjadinya Osteopenia 14 a. Jenis Kelamin 14 b. Indeks Massa Tubuh (IMT) 14 c. Gaya Hidup 16 1) Aktivitas Fisik 16 2) Status Merokok 17 d. Asupan 18 1) Kalsium 18 2) Vitamin D 19 3) Vitamin C 20 4) Fosfor 21 5) Protein 21 6) Konsumsi Obat 22 3. Alat Untuk Mengukur Osteopenia 22 a. Densitometri DEXA 23 b. Quantitative Ultrasound (QUS) 24 c. Quantitative Computed Tomography (QCT) 25 C. Penelitian Terkait 25 D. Kerangka Teori 27 xiv

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Konsep 28 B. Definisi Operasional 29 C. Hipotesis 30 BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 31 B. Lokasi dan Waktu Penelitian 31 C. Populasi dan Sampel 32 D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data 34 1. Metode Pengumpulan Data 34 2. Instrumen Pengumpulan Data 38 E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen penelitian 39 F. Tahap Pengambilan Data 41 G. Etika Penelitian 42 H. Pengolahan Data 43 I. Analisa Data 45 BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian 47 B. Hasil Analisa Univariat 48 C. Hasil Analisa Bivariat 51 BAB VI PEMBAHASAN A. Analisa Univariat 55 B. Analisa Bivariat 58 C. Keterbatasan Penelitian 62 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 63 B. Saran 64 xv

Daftar Pustaka Lampiran xvi

DAFTAR BAGAN Halaman 2.1 Kerangka Teori 27 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 28 xvii

DAFTAR TABEL Halaman 2.1 Batas Ambang IMT untuk Indonesia 16 2.2 AKG Kalsium di Indonesia 19 2.3 AKG Vitamin D di Indonesia 20 2.4 AKG Vitamin C di Indonesia 21 2.5 AKG Protein di Indonesia 22 3.1 Definisi Operasional 29 4.1 Interpretasi Koefisien Korelasi 46 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di PSIK UIN Syarif 49 Hidayatullah Jakarta Semester 6 dan Semester 8 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Aktivitas Fisik Mahasiswi 49 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut IMT Mahasiswi PSIK 50 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kepadatan Tulang 51 Mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Osteopenia pada Pada Mahasiswi 52 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5.6 Hubungan IMT dengan Osteopenia pada Pada Mahasiswi PSIK 53 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta xviii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Dokumen Perizinan Lampiran 2. Informed Consent Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Lampiran 4. Tabulasi Data Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 7. Hasil Olahan SPSS Univariat Lampiran 8. Hasil Olahan SPSS Bivariat xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang manusia merupakan struktur yang paling penting dalam pembentukan rangka tubuh, dimana tulang adalah jaringan yang tumbuh dan hidup secara terus menerus. Tulang juga memberi kekuatan dan membuat kerangka tubuh menjadi stabil, tulang manusia terus mengalami perubahan karena berbagai stres mekanik, dan terus mengalami pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel (Tandra, 2009). Tulang memiliki dua sel, yaitu osteoklas (bekerja untuk menyerap dan menghancurkan atau merusak tulang) dan osteoblas (sel yang bekerja untuk membentuk tulang) (Compston,2002). Jika aktivitas sel osteoklas lebih besar daripada osteoblas dapat menyebabkan pengeroposan tulang yang lama kelamaan akan terjadi osteoporosis (Ganong, 2008). Osteoporosis adalah kondisi dimana tulang menjadi tipis, rapuh, keropos, dan mudah patah akibat berkurangnya massa tulang yang terjadi dalam waktu yang lama. Osteoporosis didefinisikan sebagai keadaan dimana Densitas Mineral Tulang (DMT) berada dibawah nilai rujukan atau standar deviasi yaitu di bawah nilai rata-rata rujukan (Depkes, 2002). World Health Organization (WHO) menggunakan pengukuran DMT sebagai salah satu pendekatan diagnosis osteoporosis. Secara umum terjadi penurunan DMT dalam proses terjadinya osteoporosis, sehingga terjadi 1

2 kerapuhan tulang. DMT memberikan sumbangan terbesar pada kekuatan tulang. DMT normal jika nilai kepadatan tulang (T-score) sampel -1 dan DMT rendah bila T-score sampel < -1 (WHO, 2003). Sebelum terjadi osteoporosis, seseorang terlebih dahulu mengalami proses osteopenia, yaitu suatu kondisi hilangnya sejumlah massa tulang akibat berbagai keadaan. Penyakit ini dijuluki sebagai Silent Epidemic Disease, karena menyerang secara diam-diam, tanpa adanya tanda-tanda khusus, sampai seseorang mengalami patah tulang (Kemenkes, 2008). Penelitian osteoporosis yang dilakukan Jahari, dkk., 2005 di tiga provinsi (Sulawesi Utara, DI Yogyakarta dan Jawa Barat) ditemukan tingginya prevalensi nilai DMT rendah yang mengalami osteopenia sebesar 30,1% dan didapati tingginya angka DMT rendah pada perempuan dewasa muda. Pada wanita disebabkan oleh hormon estrogen dan massa puncak tulang, semakin meningkatnya umur, semakin sedikit hormon estrogen yang dihasilkan maka wanita akan lebih cepat mengalami kehilangan masa tulang yang lama kelamaan dapat menyebabkan osteoporosis (Ganong, 2008). Penyebab spesifik osteopenia belum diketahui dengan jelas tetapi penyebab osteopenia bersifat multifaktor. Semua hal yang mengurangi kekuatan tulang akan turut berperan terjadinya osteopenia. Faktor risiko terjadinya penurunan kepadatan tulang diantaranya adalah jenis kelamin, peningkatan usia, genetik, kebiasaan merokok, aktifitas fisik yang kurang, konsumsi alkohol dan massa tubuh yang rendah (Fox & Brown, 2007).

3 Seseorang yang mempunyai massa tubuh yang rendah (underweight) dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) = 19 atau kurang serta mempunyai tubuh yang kecil sebagai hasil dari gangguan makan juga mempunyai risiko terjadinya osteopenia (National Osteoporosis Society, 2008). Kondisi ini disebabkan karena tulang akan giat membentuk sel apabila ditekan oleh bobot yang berat (Zaviera, 2008). Perempuan gemuk mempunyai jaringan lemak (adiposa) yang menyimpan hormon androgen dan kemudian diubah menjadi estrogen. Makin banyak jaringan lemak yang dimiliki perempuan, makin banyak hormon estrogen yang dapat diproduksi untuk kekuatan tulang (Lane, 2003). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2007 menunjukkan tingginya prevalensi IMT rendah atau kurus di Indonesia. Prevalensi IMT rendah atau kurus, yakni sebanyak 14,8% pada orang dewasa. Menurut Jill, dkk., 1993 terjadinya penurunan massa tulang pada periode puncak massa tulang, dimana tulang memiliki massa pembentukan tulang tertinggi yaitu pada usia 20-35 tahun dikarenakan perubahan pola hidup seseorang terutama pada wanita dewasa usia 20 tahun keatas, kondisi ini dilihat dari kurangnya konsumsi kalsium, serta tingginya konsumsi kafein (teh, kopi, soda), perokok dan rendahnya aktivitas olahraga (Jill. dkk., 1993 dalam Hasye, 2008). Usia mahasiswa pada masa ini tengah mengalami puncak pembentukan massa tulang (Peak Bone Mass) yang akan berbeda setiap individu. Semakin tua maka akan terjadi peningkatan kerja osteoklast (merusak tulang) dibandingkan kerja osteoblast (membentuk tulang baru) (Napoli, 2007).

4 Seiring bertambahnya umur dan perubahan gaya hidup maka risiko terjadinya osteopenia semakin tinggi. Untuk menghindari risiko terjadinya osteopenia, maka perlu melakukan olahraga. Olahraga baik bagi tulang maupun aspek kesehatan lain. Tidak bergerak sama sekali mempercepat penurunan masa tulang, sementara olahraga menahan beban tubuh bisa meningkatkan masa tulang. Pada orang dewasa, olahraga dapat memperlambat penurunan masa tulang akibat usia serta meningkatkan kesehatan secara umum. Olahraga membantu memperkuat tulang (Wardlaw, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Kim (2013), menunjukan bahwa aktivitas masa lalu selama masih remaja (p= 0,002) menunjukan efek positif pada kandungan mineral tulang. Dalam model multivariat, aktivitas fisik masa lalu ( 1 kali perminggu) memiliki efek perlindungan terjadinya osteopenia. Penelitian ini dilakukan pada 111 mahasiswa di Universitas Seoul, Korea. Penelitian yang dilakukan oleh Dian (2012), menunjukan bahwa 21,7% responden memiliki DMT tidak normal dan terdapat hubungan yang signifikan (nilai p< 0,05) antara IMT dengan DMT tidak normal, dan ada perbedaan rata-rata antara pengetahuan dan kebiasaan konsumsi kopi dengan DMT normal dan DMT tidak normal. `Berdasarkan data-data hasil penelitian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan IMT dan aktivitas fisik dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah

5 Jakarta. Alasan peneliti memilih sampel mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karena pada penelitian di atas wanita usia 20 tahun keatas memiliki risiko yang tinggi terhadap terjadinya osteopenia. Penelitian dilakukan di gedung FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengukur kepadatan mineral tulang sampel menggunakan alat Generic Electrik Ultrasound Bone Densitometer yang dipinjam ke pihak Anlene. B. Rumusan Masalah Beberapa bukti telah menunjukan gangguan DMT telah terjadi, kesadaran akan gangguan DMT masih sangat rendah. Selain itu, penyakit yang diakibatkan oleh penurunan DMT dapat timbul tanpa adanya gejala sehingga akan dirasakan ketika telah terjadi keparahan pada penderita. DMT sangat perlu untuk diteliti lebih lanjut agar dapat mencegah dan mengurangi penyakit akibat penurunan DMT dimasa mendatang. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 5 orang mahasiswi PSIK UIN Jakarta di Kalcare Bintaro Xchange, 4 mahasiswi menderita osteopenia. Dari 4 mahasiswi yang menderita osteopenia, 2 mahasiswi mempunyai IMT kurus, 2 mahasiswi mempunyai IMT normal dan 1 mahasiswi yang kepadatan tulangnya normal mempunyai IMT kurus. Sedangkan kelima mahasiswi ini mempunyai aktivitas fisik yang rendah. Dengan demikian masalah penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara aktifitas fisik dan IMT dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6 C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat diambil beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran usia mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? 2. Bagaimana gambaran kepadatan tulang mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? 3. Bagaimana gambaran aktivitas fisik pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? 4. Bagaimana gambaran IMT mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? 5. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatulah Jakarta? 6. Apakah ada hubungan antara IMT dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatulah Jakarta? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan IMT dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran usia mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Untuk mengetahui gambaran kepadatan tulang mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. c. Untuk mengetahui gambaran aktivitas fisik pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. d. Untuk mengetahui gambaran IMT mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. e. Untuk menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan osteopenia pada sampel. f. Untuk menganalisis hubungan antara IMT dengan kejadian osteopenia pada sampel. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat memberi tambahan ilmu, wawasan dan pengalaman baru yang sangat berharga terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang keperawatan baik secara konten maupun metodelogi penelitiannya.

8 2. Bagi Mahasiswi PSIK Sebagai bahan informasi mengenai osteopenia dan mengetahui kepadatan tulang mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sehingga dapat mencegah dan mengurangi kejadian osteopenia. 3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat menjadi ilmu dan informasi penguat ilmu kesehatan tentang penurunan kepadatan tulang secara dini yang biasa disebut osteopenia. Hasil penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai dasar untuk perkembangan penelitian-penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama. F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatulah Jakarta yang bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan indeks masa tubuh dengan kejadian osteopenia. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Dengan populasi semua mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah semester 6 dan semester 8 dan dengan sempel mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatulah Jakarta yang telah berusia 20 tahun. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner untuk menilai aktivitas fisik yang dilakukan pada sampel, pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) untuk menilai IMT dan pengukuran DMT dengan menggunakan alat Quantitative Ultrasound Bone Densitometry untuk

9 menilai kepadatan mineral tulang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni di gedung FKIK UIN Jakarta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TULANG 1. Definisi Tulang Tulang merupakan jaringan ikat khusus yang berfungsi sebagai alat penyokong, pelekatan, perlindungan, dan penyimpanan mineral. Jaringan ini dilengkapi dengan rigiditas, kekuatan yang sangat besar serta elastisitas yang sangat terbatas. Kemampuan jaringan ini untuk menyimpan mineral terutama kalsium (Ca), kebanyakan dalam bentuk kristal hidroksiapatit yang merupakan sifat utama untuk membedakan tulang dari jaringan ikat lainnya (Samuelson, 2007). Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak pasif, proteksi alat-alat di dalam tubuh, pembentuk tubuh, metabolisme kalsium dan mineral, dan organ hemopoetik. Tulang juga merupakan jaringan ikat yang dinamis serta selalu diperbaharui melalui proses remodeling yang terdiri dari proses resorbsi dan formasi. Dengan proses resorbsi, bagian tulang yang tua dan rusak akan dibersihkan dan diganti oleh tulang yang baru melalui proses formasi. Proses resorbsi dan formasi selalu berpasangan. Dalam keadaan normal, massa tulang yang diresorbsi akan sama dengan massa tulang yang diformasi, sehingga terjadi defisit massa tulang dan tulang menjadi semakin tipis dan perforasi. Sebagaimana jaringan ikat lainnya, tulang terdiri dari 10

11 komponen matriks dan sel. Matriks tulang terdiri dari serat-serat kolagen dan protein non-kolagen. Sedangkan sel tulang terdiri dari osteoblas, osteoklas dan osteosit. (Setyohadi, 2010) 2. Struktur Tulang Tulang terdiri dari lapisan luar, lapisan tulang padat dan lapisan tulang berongga. Pada penurunan densitas mineral tulang, lapisan tulang padat dan lapisan tulang berongga jauh lebih tipis, sehingga tulang menjadi lemah dan kemungkinan patah tulang meningkat (Compston, 2002). Tulang mulai terbentuk sejak kandungan, khususnya pada trimester 3 dan akan terus berkembang hingga mencapai puncak pertumbuhan masa tulang (peak bone mass). Puncak massa tulang biasanya sampai dengan umur 20-35 tahun (Jill. dkk., 1993 dalam Hasye, 2008). Sel tulang terdiri dari osteoblas, osteklas dan osteosit. Osteoblas adalah sel tulang yang bertanggung jawab terhadap proses formasi tulang, yaitu berfungsi dalam sintesis matriks tulang yang disebut osteoid, yaitu komponen protein dari jaringan tulang. Selain itu osteoblas juga berperan memulai proses resorbsi tulang dengan cara membersihkan permukaan osteoid yang akan diresorbsi melalui berbagai proteinase netral yang dihasilkannya. Pada permukaan osteoblas, terdapat berbagai reseptor permukaan untuk berbagai mediator metabolisme tulang, sehingga osteoblas merupakan sel yang sangat penting pada bone turnover. (Setyohadi, 2010).

12 Osteoklas adalah sel tulang yang bertanggung jawab terhadap proses resorbsi tulang. Pada tulang trabekular, osteoklas akan membentuk cekungan pada permukaan tulang yang aktif yang disebut lakuna howship, sedangkan pada tulang kortikal, osteoklas akan membentuk kerucut sebagai hasil resorpsinya yang disebut cutting cone, dan merupakan sel raksasa yang berinti banyak, tetapi berasal dari sel hemopoetik mononuklear (Setyohadi, 2010). Osteosit merupakan sel tulang yang terbenam di dalam matriks tulang. Sel ini berasal dari osteoblas, memiliki juluran sitoplasma yang menghubungkan antara satu osteosit dengan osteosit lainnya dan juga dengan bone lining cells di permukaan tulang, fungsi osteosit belum sepenuhnya diketahui, tetapi diduga berperan pada transmisi signal dan stimuli dari satu sel dengan sel lainnya. Baik osteoblas maupun osteosit berasal dari sel mesenkimal yang terdapat di dalam sumsum tulang, periosteum, dan mungkin endotel pembuluh darah. Sekali osteoblas selesai mensintesis osteosit dan terbenam di dalam osteoid yang disintesisnya (Setyohadi, 2010). 3. Remodeling Tulang Tulang yang sudah tua dan pernah mengalami keratakan akan dibentuk kembali. Tulang yang sudah rusak itu akan diidentifikasi oleh sel osteosit (sel osteoblas menyatu dengan matriks tulang) (Cosman, 2009). Kemudian terjadi penyerapan kembali yang dilakukan oleh osteoklas dan nantinya akan menghancurkan kolagen dan mengeluarkan

13 asam (Tandra, 2009). Dengan demikian, tulang yang sudah diserap osteoklas akan dibentuk bagian tulang yang baru yang dilakukan oleh osteoblas yang berasal dari sel prekursor di sumsum tulang belakang setelah sel osteoklas hilang (Cosman, 2009). Menurut Ganong (2008), ternyata endokrin mengendalikan proses remodeling tersebut. Dan hormon yang mempengaruhi yaitu hormon paratiroid (resopsi tulang menjadi lebih cepat) dan estrogen (resopsi tulang menjadi lebih lama). Sedangkan pada osteoporosis, terjadi gangguan pada osteoklas, sehingga tidak timbul keseimbangan antara kerja osteoklas dengan osteoblas. Aktivitas sel osteoklas lebih besar daripada osteoblas. B. Osteopenia 1. Definisi Osteopenia Osteopenia adalah suatu kondisi dimana tingkat densitas (kepadatan matriks dan mineral) tulang lebih rendah dari massa tulang tertinggi (peak bone mass) dan tidak terlalu parah dibandingkan dengan osteoporosis (WebMD, 2006). Walaupun tidak terlalu parah, kondisi ini harus menjadi diperhatikan karena jika kondisi ini dibiarkan makan akan mengarah ke osteoporosis dimana tulang akan menjadi rapuh dan mudah patah sehingga penderita tidak bebas bergerak, tinggi badan berkurang bahkan akan menjadi resiko kematian dini. Osteopenia merupakan deteksi awal untuk mencegah terjadinya osteoporosis dan patah tulang (Fox & Brown, 2007).

14 Osteopenia merupakan kondisi kepadatan tulang yang kurang atau hilangnya massa tulang. Kondisi tersebut dipicu oleh kurangnya konsumsi kalsium, kurang gerak, dan terkena sinar matahari; kebiasaan mengkonsumsi minuman berkafein; serta penggunaan obat-obatan yang mengandung kortikosteroid (Hasye, 2008) 2. Faktor Resiko terjadinya Osteopenia a. Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan karakteristik biologik yang dikenali dari penampilan fisik, yaitu laki-laki dan perempuan. Osteoporosis lebih sering terjadi pada wanita sekitar 80% daripada laki-laki 20%. Hal ini terjadi karena laki-laki mempunyai tubuh yang lebih besar, tulang yang lebih padat dari wanita. Dengan kata lain wanita mempunyai masa tulang yang lebih rendah karena mengalami menopause, sehingga terjadi penurunan hormon estrogen yang menyebabkan aktivitas sel osteoblas menurun sedangkan osteoklas meningkat, maka wanita lebih cepat mengalami kehilangan masa tulang (Krinke, 2005). b. IMT Masa tulang akan lebih besar pada orang yang berbadan besar dibandingkan orang yang berbadan kurus dan kecil (Compston, 2002). Kondisi ini disebabkan karena tulang akan giat membentuk sel apabila ditekan oleh bobot yang berat. Posisi tulang menyangga bobot, maka tulang akan merangsang untuk

15 membentuk masa pada area tersebut, terutama pada daerah panggul dan pinggul. Jika bobot tubuh ringan, maka masa tulang cenderung kurang terbentuk sempurna (Zaviera, 2008). IMT terkait dengan berat badan (BB). Menurut Halimah (2007), menyatakan bahwa BB yang kurang mengakibatkan kurangnya beban mekanik yang dapat merangsang meningkatkan DMT melalui gaya gravitasi, sedangkan berat badan yang lebih (obesitas) akan lebih meningkatkan DMT. Perempuan gemuk mempunyai jaringan lemak (adiposa) yang menyimpan hormon androgen dan kemudian diubah menjadi estrogen. Makin banyak jaringan lemak yang dimiliki perempuan, makin banyak hormon estrogen yang dapat diproduksi (Lane, 2003). Cara untuk menghitung IMT. IMT= Berat Badan (BB dalam kg) Tinggi Badan 2 (TB dalam m) IMT yang dikatakan kurus apabila < 18,4. IMT 18,5 sampai 25 dikatakan normal. Gemuk adalah apabila IMT antara 25,1 sampai 27 keatas. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

16 Tabel 2.1. Batas Ambang IMT untuk Indonesia KEADAAN KATEGORI IMT Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17-18,4 Normal 18,5-25,0 Gemuk Kelebihan berat badan ringan 25,1-27,0 Kelebihan berat badan berat >27,0 Sumber: Depkes, 2002 c. Gaya Hidup 1) Aktivitas Fisik Aktivitas yang dilakukan setiap orang berbeda-beda. Dengan aktivitas fisik, berarti otot tubuh bergerak dan menghasilkan energi. Pertumbuhan dan perkembangan tulang dipengaruhi gerakan badan dan istirahat. Latihan fisik meningkatkan suplai darah ke otot dan tulang. Kerena darah membawa zat-zat pembangun, maka latihan fisik akan meningkatkan pertumbuhan (Watson, 2002). Seseorang yang jarang melakukan aktivitas fisik akan mengakibatkan turunnya masa tulang dan dengan bertambahnya usia terutama pada usia lanjut, otot pun akan menjadi lemah sehingga akan berpeluang untuk timbulnya patah tulang (Compston, 2003). Olahraga baik bagi tulang maupun aspek kesehatan lain. Tidak bergerak sama sekali mempercepat penurunan masa tulang, sementara olahraga menahan beban tubuh bisa meningkatkan masa tulang. Pada orang dewasa, olahraga dapat

17 memperlambat penurunan masa tulang akibat usia serta meningkatkan kesehatan secara umum, sehingga megurangi risiko jatuh. Olahraga membantu memperkuat tulang (Wardlaw, 2002). Melompat-lompat atau bermain lompat tali bisa meningkatkan masa tulang pinggul wanita, sementara berjalan cepat sekitar 30 menit yang dilakukan tiga sampai empat kali dalam seminggu bisa mengurangi penurunan masa tulang belakang dan tulang pinggul (Compston, 2002). Wanita yang malas bergerak atau berolahraga akan terhambat proses osteoblasnya. Selain itu, kepadatan masa tulang akan berkurang. Semakin banyak bergerak dan olahraga, maka otot akan memacu tulang untuk membentuk masa (Zaviera, 2008). Menurut Muhial dkk (2004), aktivitas fisik dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu aktivitas ringan, aktivitas sedang dan aktivitas berat. 2) Status Merokok Merokok dan minum minuman beralkohol sangat merugikan dalam kaitannya dengan osteoporosis. Penelitian menunjukan merokok mempercepat kehilangan tulang serta turut andil dalam berkurangnya kemampuan penyerapan kalsium (Nasir, 2008). Suatu studi analisis dari 48 penelitian memperlihatkan bahwa semakin banyak seorang wanita merokok, semakin

18 tinggi risikonya untuk fraktur (Zaviera, 2008). Perokok baik laki-laki maupun perempuan memiliki risiko fraktur tulang satu hingga dua kali lebih besar daripada bukan perokok (Permatasari, 2008). Bukti nyata efek merokok dalam penurunan DMT yaitu satu diantara delapan kejadian fraktur tulang pinggul terjadi akibat merokok. Perokok kehilangan tulang lebih cepat dibandingkan yang tidak merokok (Law,1997) d. Asupan 1) Kalsium Zat kapur, kalk atau kalsium adalah mineral terbanyak dalam tubuh. Dalam tubuh dewasa terdapat sekitar 1200 gram (300 mmol) kasium, dimana sebanyak 99% berada dalam tulang dan gigi, 1% terdapat dalam darah, cairan ekstra seluler, otot dan jaringan lain (Tee,2005). Kalsium yang diserap dari makanan hanya sebesar 25% (Wardlaw, 2002). Diperkirakan 80-90% kandungan mineral tulang terdiri dari kalsium dan fosfor sehingga diyakini kalsium memegang peranan penting dalam terjadinya osteoporosis. Kalsium yang beredar dalam darah mejadi patokan keseimbangan kadar kalsium diseluruh tubuh. Keseimbangan dan kestabilan dalam darah normal, maka mineralisasi dan demineralisasi berlangsung seimbang (Zaviera, 2008)

19 Tingginya asupan kalsium tidak bersifat toksik pada individu yang sehat karena mekanisme homeostasis tubuh mengontrol kandungan yang diserap melalui makanan dan yang diekskresikan melalui urin. Namun, The Committee On medical Aspect of Food Policy menggunakan dosis peningkatan asupan kalsium pada orang yang berisiko terkena osteoporosis harus dilakukan dengan hati-hati (Barker, 2002) Tabel 2.2 AKG Kalsium di Indonesia Umur (tahun) Pria (mg) Wanita (mg) 10-18 19-29 30-49 50-64 >65 1000 800 800 800 800 1000 800 800 800 800 Sumber: Depkes, 2005 2) Vitamin D Vitamin D sangat penting untuk kesehatan tulang, yaitu membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur agar kalsium dan fosfor tersedia dalam darah untuk diendapkan pada proses pengerasan tulang (Almatsier, 2002). Vitamin D meningkatkan penyerapan kalsium oleh usus sehingga cukup tersedia kalsium untuk tulang, yang mengandung 99% kalsium tubuh. Pada orang yang cukup mengkonsumsi vitamin D, rata-rata penyerapan kalsium di usus yaitu 30%. Pada saat pertumbuhan, laktasi dan menyusui efektifitas penyerapan meningkat sampai

20 80%. Namun, tanpa vitamin D, maka penyerapan kalsium pada usus tidak lebih dari 10-15%. Defisiensi vitamin D pada orang dewasa dapat menyebabkan hyerparathyroidism sekunder (penyebab osteoporosis) (Holick, 2004) Tabel 2.3. AKG Vitamin D di Indonesia Umur (tahun) Pria (µg) Wanita (µg) 10-18 19-29 30-49 50-64 >65 5 5 5 10 15 5 5 5 10 15 3) Vitamin C Sumber: Depkes, 2005 Vitamin C berfungsi untuk pembentukan tulang, dimana dapat membantu absorbsi kalsium dengan menjaga agar kalsium berada dalam bentuk larutan, dalam membantu pertumbuhan osteoblas. Fungsi vitamin C yang lain yaitu berperan dalam berbagai reaksi hidrolisis yang dibutuhkan untuk sintesis kolagen, karnitin dan seronin. Kolagen merupakan senyawa protein yang mempengaruhi integritas struktur sel disemua jaringan ikat, seperti pada tulang rawan dan matriks tulang. Jadi vitamin C dapat membantu pembentukan tulang dan berperan dalam terjadinya fraktur (Almatsier, 2002 dan Wolf, 2005). Asupan vitamin C berpengaruh terhadap DMT sebagai radikal bebas yang dapat mengurangi efek dari stres oksidatif yang kemungkinan

21 berhubungan dengan bone loss, dengan mencegah resopsi tulang (Wolf, 2005). 4) Fosfor Tabel 2.4. AKG Vitamin C di Indonesia Umur (tahun) Pria (mg) Wanita (mg) 16-18 19-29 30-49 50-64 >65 90 90 90 90 90 75 75 75 75 75 Sumber: Depkes, 2005 Fosfor merupakan mineral kedua yang banyak berperan dalam tubuh. Kalsium dan fosfor menjadi komponen dalam tulang. Akan tetapi, jika jumlah fosfor lebih besar daripada kalsium akan menyebabkan berkurangnya masa tulang. Karena pada makanan sumber fosfor dapat meningkatkan hormon paratiroid yang dapat memicu pengeluaran kalsium melalui urin, sehingga masa tulang pun akan berkurang (Barker, 2002). 5) Protein Terjadinya osteoporosis juga disebabkan oleh asupan protein yang berlebih. Karena protein dapat menghasilkan asam jika diuraikan dalam tubuh. Sehingga asam tersebut ditahan oleh tulang dan terjadilah pelepasan kalsium melalui urin. Ada studi mengatakan adanya peningkatan asupan protein mempengaruhi kehilangan masa tulang. Dengan asupan protein

22 sebanyak 1 gram dapat meningkatkan pengeluaran kalsium lewat urin sebanyak 1 mg (Dawson, 2006). Tabel 2.5. AKG protein di Indonesia Umur (tahun) Pria (g) Wanita (g) 16-18 19-29 30-49 50-64 >65 65 60 60 60 60 50 50 50 50 50 Sumber: Depkes, 2005 6) Konsumsi Obat Mengkonsumsi obat- obatan tertentu dengan frekuensi sering seperti kortikosteroid, akan mempunyai peluang untuk terkena osteoporosis lebih besar. Karena mengkonsumsi obat tersebut dalam jumlah yang tinggi atau sering, akan menghambat kerja pembentukan tulang dan dapat menurunkan masa tulang (Putri, 2009) 3. Alat Untuk Mengukur Osteopenia Nilai dari pengukuran masa tulang disebut densitas mineral tulang. Densitas mineral tulang dapat diukur melalui beberapa cara dengan output yang diperoleh disebut dengan T-score dan Z-score. Adapun alat yang dipergunakan untuk mengetahui seseorang mengalami osteopenia atau osteoporosis, antara lain:

23 a. Densitometri DEXA (Dual Energy X-Ray Absorptimetry) Dari semua teknik pemeriksaan densitas tulang dual energy x-ray absorptimetry adalah cara yang paling akurat. Pemeriksaan ini aman tidak menimbulkan nyeri, bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit (Tandra, 2009). Keuntungan metode ini mengukur masa tulang di pinggul, pergelangan tangan, tulang belakang, atau seluruh rangka dan sering disebut scan tulang. Nilai masa tulang yang didapat dari pengukuran ini disebut kerapatan mineral tulang (BMD= Bone Mineral Density). Walaupun menggunakan sinar-x, namun tingkat radiasinya sangat kecil (New, 2003). Akan tetapi alat ini memiliki kelemahan yaitu membutuhkan koreksi berdasarkan volume tulang (secara bersamaan hanya menghitung 2 dimensi yaitu tinggi dan lebar) dan jika pada saat seseorang melakukan pengukuran dalam posisi yang tidak benar, maka akan mempengaruhi hasil pemeriksaan tersebut. (Cosman, 2009) Hasil dari DEXA dapat dinyatakan dengan T-Score, yang dinilai dengan melihat perbedaan BMD dari hasil pengukuran nilai rata-rata BMD puncak (Tandra, 2009). Kriteria WHO untuk menentukan berat ringannya keropos tulang, organisasi kesehatan dunia memberlakukan kriteria yang sudah diterima oleh seluruh dunia. Bila T-Score sama dengan atau lebih rendah dari -2,5 dinamakan osteoporosis. Bila T-Score dibawah -1,0

24 dinamakan osteopenia atau massa tulang yang rendah. T-Score diantara -1 sampai +1 dikatakan BMD yang normal. Orang dengan T-Score dibawah -2,5 yang disertai dengan fraktur karena osteoporosis dikategorikan dalam osteoporosis yang berat (Severe or establised osteoporosis) (Tandra, 2009). b. Quantitative Ultrasound (QUS) Ultrasound mengukur kecepatan suara, berbeda dengan pengukuran sebelumnya yang menggunakan sinar-x. Adanya elastisitas tulang terbukti dengan adanya kecepatan tembus gelombang dan kekuatan tulang. Pemeriksaan dilakukan pada tulang tumit (calccaneus), tibia dan jari tangan. Keuntungan alat pengukur ini adalah murah dan dapat dibawa kemanamana, hanya saja tidak dapat mengetahui lokalisasi tepat osteoporosis (Suherman & Tobing, 2006). Pengukuran dengan QUS ini memiliki kelemahan dalam analisa karena yang diukur adalah bagian tumit karena perubahan kepadatan tulang tumit lebih lambat dibandingkan tulang belakang atau pinggul. Jadi, dapat saja terjadi kasus kepadatan tulang tumitnya normal, namun bagian pusat seperti tulang belakang atau pinggul tidak normal (Zaviera, 2008). Pemeriksaan ultrasound dapat memprediksi risiko fraktur dan dapat dilakukan sebagai skrining seseorang mengalami osteoporosis yang kemudian bisa dilanjutkan dengan pemeriksaan DEXA agar jauh lebih akurat (Gibney, 2008).

25 c. Quantitative Computed Tomography (QCT) QCT merupakan salah satu metode yang dipakai untuk mengukur mineral tulang. Sebagian besar alat ini dapat mengukur densitas mineral tulang di daerah lain. QCT memiliki beberapa keuntungan, yaitu dapat mengukur DMT belakang di ruas tulang belakang, tempat patah tulang biasanya terjadi. Kekurangannya yaitu metode ini menggunakan radiasi yang sangat tinggi, sehingga penggunaannya tidak begitu direkomendasikan (Cosman, 2009). C. Penelitian Terkait Beberapa penelitian terkait aktivitas fisik dan indeks masa tubuh dengan kejadian osteopenia adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Dian (2012), menunjukan bahwa 21,7% responden memiliki DMT tidak normal dan terdapat hubungan yang signifikan (nilai p< 0,05) antara IMT dengan DMT tidak normal, dan ada perbedaan rata-rata antara pengetahuan dan kebiasaan konsumsi kopi dengan DMT normal dan DMT tidak normal. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Kim (2013), menunjukan bahwa aktivitas masa lalu selama masih remaja (p= 0,002) menunjukan efek positif pada kandungan mineral tulang. Dalam model multivariat, aktivitas fisik masa lalu ( 1 kali perminggu) memiliki efek perlindungan terjadinya osteopenia.

26 3. Penelitian yang dilakukan oleh Novriyana (2011), menunjukan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kepadatan tulang, dengan nilai r= 0,451, p= 0,00. Aktivitas fisik yang tinggi dapat meningkatkan kepadatan tulang. Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan ada hubungan aktivitas fisik dengan osteopenia, hal ini dapat dilihat dari penelitian nomor 2 dan nomor 3. Sedangkan antara IMT dengan osteopenia juga terdapat hubungan, hal ini dapat dilihat dari penelitian nomor 1.

27 D. Kerangka Teori Tulang Sel Tulang terdiri dari: - Osteosit - Osteoblas - Osteoklas Akan membentuk Remodeling Tulang normal: Tulang yang sudah rusak akan diidentifikasi oleh sel osteosit, kemudian terjadi penyerapan kembali yang dilakukan oleh osteoklas dan nantinya akan menghancurkan kolagen dan mengeluarkan asam. Dengan demikian, tulang yang sudah diserap osteoklas akan dibentuk bagian tulang yang baru yang dilakukan oleh osteoblas setelah sel osteoklas hilang. mempengaruhi FAKTOR RISIKO: 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Gaya hidup 4. IMT 5. Asupan makanan Remodeling Tulang Abnormal: Peningkatan kerja osteoklas dan penurunan kerja osteoblas Akan terjadi Penurunan kepadatan tulang (OSTEOPENIA) Dampaknya Osteoporosis Gambar 2.1. Model Kerangka Teori modifikasi ( Cosman, 2009; Compston, 2002; Fox & Brown, 2007; Ganong, 2008; Setyohadi, 2010; Tandra, 2009; Zaviera, 2008)

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Konsep Dalam penelitian ini, variabel bebas (independen) yang ingin diketahui yakni IMT dan aktivitas fisik, sedangkan variabel terikat (dependen) yang akan diteliti yaitu osteopenia. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Indepanden Variabel Depanden Aktivitas Fisik IMT O S T E O P E N I A 28

29 B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Variabel Dependen: Osteopenia Independen : Indeks Massa Tubuh (IMT) Independen : Aktivitas fisik Definisi Operational Suatu kondisi terjadinya penurunan kepadatan massa tulang dari keadaan normal. Alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. berdasarkan perbandingan antara berat badan dalam kilogram (kg) dan tinggi badan dalam m 2. Suatu kegiatan sehari yang dapat menghasilkan energi dan melakukan secara terencana terstruktur dan terprogram dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Pengukuran densitas (kepadatan) tulang. Pengukur berat badan (kg) dan tinggi badan (m). Kuisioner Bone Densitometry QUS. - Berat badan diukur dengan timbangan berat badan digital (Secca) - Tinggi badan diukur dengan tinggi badan dgital (Secca). Kuisioner aktivitas fisik. Kuesioner ini terdiri dari 18 item pertanyaan. 1. Normal= T score >-1 2. Osteopenia= T score - 1 sampai -2,5 (WHO, 2003) Kategori 1. Kurus : 17,0-18,4 kg/m 2 2. Normal : 18,5-25,0 kg/m 2 3. Gemuk : 25,1-27,0 kg/m 2 (Depkes, 2002) Kategori: 1. Rendah, jika: Skor < 29 2. Sedang, jika: Skor 29 Skor 38 3. Tinggi, jika: Skor > 38 Ordinal Ordinal Ordinal

30 C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, maka hipotesis penelitian yang muncul adalah: 1. Ada Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Osteopenia pada Mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ada Hubungan IMT dengan Kejadian Osteopenia pada Mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif, desain penelitian yang direncanakan adalah penelitian dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian cross sectional meneliti suatu kejadian pada titik waktu dimana variabel dependen dan independen diteliti sekaligus pada saat yang sama (Nursalam, 2009). B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni tahun 2014 di gedung FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tepatnya pada mahasiswi PSIK semester 6 dan semester 8. Alasan peneliti memilih FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karena letaknya yang terjangkau, kemudahan dalam birokrasi, dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan aktivitas fisik dan IMT dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 31

32 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswi semester 6 dan 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan jumlah 85 orang. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, atau sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling, yaitu teknik sampling dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi(hidayat, 2007). Pengambilannya menggunakan kocokan sesuai dengan nomor urut yang ada di absen. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswi PSIK semester 6 dan semester 8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki kriteria sebagai berikut: a. Jenis kelamin perempuan. b. Berusia minimal 20 tahun. c. Bersedia menjadi sampel dan mempunyai waktu untuk mengisi kuesioner, mengukur IMT serta melakukan pengecekan kepadatan tulang.

33 Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan ketentuan rumus besar sampel yang sesuai dengan rancangan penelitian yaitu rumus sampel Uji beda dua proporsi. Keterangan: n= besar sampel yang diharapkan Z 1-α/2 = tingkat kemaknaan pada α= 5% (z score= 1,96) Z 1-β = kekuatan uji pada β= 80% (z score= 0,84) P= (P1+P2)/2 P1= proporsi kebiasaan olahraga kurang dengan DMT tidak normal, sebesar 73,1% (Trihapsari, 2009) P2= proporsi kebiasaan olahraga cukup dengan DMT tidak normal, sebesar 39% (Trihapsari, 2009) Maka besar sampel yang dihasilkan adalah: n= ( )+0.8 ( ) ( ) 2 (0.731 0.39) 2 = ( )( )+ 0.84 2 (0.341) 2 = + 0.84 2 0.116