ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Lama Berusaha Status Keterangan. Jlh Tenaga Kerja (Tahun) (Tahun) Keluarga (Orang) (Tahun) Kepemilikan Usaha (m 2 ) TKDK TKLK

Steffi S. C. Saragih, Salmiah, Diana Chalil Program StudiAgribisnisFakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SKRIPSI

ANALISIS PENDAPATAN PENGRAJIN OLAHAN UBI KAYU DI KECAMATAN PEGAJAHAN (Studi Kasus : Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai) ABSTRAK

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA PENGOLAHAN GULA AREN DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI KERIPIK DAN SIRUP (Kasus: Desa Sipultak, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara)

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)

ANALISIS KOMPARASI NILAI TAMBAH DALAM BERBAGAI PRODUK OLAHAN KEDELAI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

PENDAHULUAN. Nurmedika 1, Marhawati M 2, Max Nur Alam 2 ABSTRACT

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI DESA NEGARATENGAH KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEPUNG MOCAF

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KOPRA (Kasus: Desa Silo baru, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan)

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK

NILA TAMBAH AGROINDUSTRI UBI KAYU MENJADI TEPUNG TAPIOKA

Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS NILAI TAMBAH JAGUNG (Zea mays) SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN TERNAK UNGGAS (Studi Kasus: PT. Charoen Pokphand KIM Mabar)

ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI KECAMATAN LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KOPI ATENG YANG MENJUAL DALAM BENTUK GELONDONG MERAH (Cherry red) DENGAN KOPI BIJI

Lampiran 1. Biaya bahan baku Dodol, kurma salak, keripik salak dan sirup salak. Lampiran 2. Biaya Bahan Penunjang Dodol Salak

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENDAPATAN USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI DENGAN MONOKULTUR PADA LAHAN SEMPIT

Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara HP ,

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN DAN NILAI TAMBAH PADA MIE IRIS UBI HASIL OLAHAN UBI KAYU SKRIPSI

No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56

ANALISIS PENDAPATAN PENGRAJIN OLAHAN UBI KAYU DI KECAMATAN PEGAJAHAN (Studi Kasus : Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai) SKRIPSI

Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**)

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH DARI USAHA PENGOLAHAN MARNING DAN EMPING JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI SUSU KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN

BIAYA PRODUKSI IKAN PATIN (Pangasius pangasius) (Kasus :Desa Kuok, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau)

Analisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN MARGIN PEMASARAN PISANG MENJADI OLAHAN PISANG ANALYSIS OF ADDED VALUE AND MARKETING MARGIN OF PROCESSED BANANA PRODUCTS

ANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU

AGUS PRANOTO

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH EMPING TEKI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DESA KERTASADA KABUPATEN SUMENEP

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, tepatnya di

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SUSU KEDELAI. Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS NILAI TAMBAH ABON SAPI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA MUTIARA HJ. MBOK SRI DI KOTA PALU

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK SINGKONG (Studi Kasus di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

III. METODE PENELITIAN. Kumpulan dan i seluruh elemen (responden) tersebut dinamakan populasi.

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO USAHA PADA AGROINDUSTRI SERUNDENG UBI JALAR DI KECAMATAN SIULAK KABUPATEN KERINCI

NILAI TAMBAH PADA AGROINDUSTRI TAHU

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUKSI KERUPUK TEMPE DI GAMPONG SEUNEUBOK SEUMAWE KECAMATAN PEULIMBANG KABUPATEN BIREUEN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG

ANALISIS NILAI TAMBAH BUAH PISANG MENJADI KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

ANALISIS AGROINDUSTRI KERIPIK TEMPE BU SITI DI DESA BULUH RAMPAI KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU

IV. METODE PENELITIAN

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN AGROINDUSTRI OPAK SINGKONG DI DESA JOLONTORO KECAMATAN SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO

KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG. Agus Muharam 1 )

SKRIPSI OLEH : KRISMAN SARAGIH

ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI KERIPIK NENAS DAN KERIPIK NANGKA DI DESA KUALU NENAS KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH PRODUK JAMU (Studi Kasus PT. Jamu Jokotole Bangkalan) Istifadhah 1, Abdul Azis jakfar 2, dan Askur Rahman 3

ANALISIS NILAI TAMBAH KACANG TELUR PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA OHARA DI KELURAHAN NUNU KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA GULA MERAH DENGAN USAHA GULA TAPO (STUDI KASUS DI DESA AMBESIA KACAMATAN TOMINI KABUPATEN PARIGI MOUTONG)

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI DAGING SAPI

PERAN AGROINDUSTRI PADI DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SUMBANG

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TAPE UBI (Studi Kasus: Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan)

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA AGROINDUSTRI DAN PEMASARAN PRODUK GULA AREN DI KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT ABSTRAK

ECONOMI VALUE ADDED OF BLUE SWIMMING CRAB (Portunus pelagicus) PROCESSING AT CV. LAUT DELI BELAWAN NORTH SUMATERA

Oleh. Mulyadi 1), Hendrik 2) dan Firman Nugroho 2) Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau ABSTRAK

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN MANGROVE PADA KELOMPOK PEREMPUAN MUARA TANJUNG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN

TITIK PULANG POKOK PRODUK OLAHAN COKELAT PADA INDUSTRI SA ADAH AGENCY DI KOTA PALU

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

NILAI TAMBAH OLAHAN HASIL PERTANIAN PADA USAHA GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) MESRA JAYA KELURAHAN SAWAH LEBAR LAMA KOTA BENGKULU PENDAHULUAN

KAJIAN NILAI TAMBAH PRODUK PANGAN OLAHAN UBIKAYU DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KELURAHAN SUMBER JAYA KECAMATAN KAMPUNG MELAYU KOTA BENGKULU

Transkripsi:

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI (Kasus : Desa Bajaronggi, Kec. Dolok Masihul dan Kec. Sei Rampah) Henni Febri Yanti *), Satia Negara Lubis **), dan Mozart B. Darus **) *) Alumnus Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU **) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi proses pengolahan tepung mocaf dan tapioka, untuk menganalisis pendapatan pelaku usaha, serta menganalisis dan membandingkan nilai tambah pengolahan tepung mocaf dan tapioka di daerah penelitian. Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Serdang Bedagai yang ditentukan secara purposive dengan jumlah sampel sebanyak 7 sampel. Data yang digunakan adalah data primer dengan teknis wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis biaya dan pendapatan, dan analisis nilai tambah. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan usaha pengolahan nilai tambah ubi kayu menjadi tepung mocaf lebih rendah dibandingan pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka. Kata Kunci: Tepung Mocaf, Tepung Tapioka, pendapatan, nilai tambah. ABSTRACT The purpose of this study conducted in Serdang Bedagai was to identify the mocaf and tapioca flours processing process, to analyze the income of business practitioner, and to analyze and compare the value-added obtained from the mocaf and tapioca flours processing in research location. The samples for this study were 7 (seven) cassava processing business practitioners selected through purposive sampling technique. The data used in this study were the primary data directly obtained through questionnaire-based interviews. The data obtained were analyzed through descriptive analysis. Income and cost analysis and value-added analysis methods. The result of this analysis showed that the income obtained from the business of processing cassava into mocaf flour was lower than that of processing cassava into tapioca flour. Keywords: Mocaf Flour, Tapioca Flour, Income, Value-added

PENDAHULUAN Latar Belakang Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Proses yang digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk agroindustri dapat merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan baku industri lainnya (Soekartawi, 2000). Produksi ubi kayu di Sumatera Utara terus mengalami peningkatan dan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat, sementara konsumsi akan ubi kayu di Sumatera Utara mengalami penurunan lima tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh adanya program diversifikasi pangan dari sumber daya lokal. Usaha penganekaragaman pangan sangat penting, artinya sebagai usaha untuk mengatasi masalah ketergantungan pada satu bahan pangan pokok saja. Misalnya mengubah umbi-umbian seperti ubi kayu menjadi berbagai bentuk awetan yang mempunyai rasa khas dan tahan lama disimpan seperti tepung mocaf dan tepung tapioka. Hal ini sesuai dengan program pemerintah khususnya dalam mengatasi masalah kebutuhan bahan pangan terutama non beras. Kedua produk setengah jadi seperti tepung mocaf dan tepung tapioka masing-masing akan dilihat berapa besar nilai tambah yang dihasilkan, sehingga dapat dilihat produk mana yang sebaiknya diteruskan produksinya. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang didapat antara lain: 1. Bagaimana proses pengolahan Tepung Mocaf dan Tepung Tapioka di daerah penelitian? 2. Bagaimana pendapatan pelaku usaha pembuatan Tepung Mocaf dan Tepung Tapioka di daerah penelitian? 3. Bagaimana nilai tambah yang dihasilkan akibat pengolahan sampai menjadi Tepung Mocaf dan Tepung Tapioka di daerah penelitian?

4. Bagaimana perbandingan nilai tambah yang dihasilkan akibat pengolahan ubi kayu menjadi Tepung Mocaf dan hasil pengolahan ubi kayu menjadi Tepung Tapioka di daerah penelitian Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi proses pengolahan Tepung Mocaf dan Tepung Tapioka di daerah penelitian. 2. Untuk menganalisis pendapatan pelaku usaha pembuatan Tepung Mocaf dan Tepung Tapioka di daerah penelitian. 3. Untuk menganalisis nilai tambah yang dihasilkan akibat pengolahan sampai menjadi Tepung Mocaf dan Tepung Tapioka di daerah penelitian. 4. Untuk membandingkan nilai tambah yang dihasilkan akibat pengolahan ubi kayu menjadi Tepung Mocaf dan hasil pengolahan ubi kayu menjadi Tepung Tapioka di daerah penelitian. TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Produksi Dalam proses produksi, perusahaan akan mengubah input menjadi output atau produk. Input yang juga disebut sebagai faktor-faktor produksi adalah faktorfaktor yang digunakan dalam proses produksi. Di dalam ekonomi kita ketahui bahwa fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Fungsi produksi dalam bentuk matematika dapat dituliskan sebagai berikut. Y = f (x1, x2,,xk) Dimana: Y = hasil produksi fisik x1, x2 = faktor faktor produksi (Pindyck, 2009). Biaya dan Pendapatan Pendapatan (Pd) adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC). Jadi, Pd = TR TC. Penerimaan usahatani (TR) adalah perkalian antara

produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC. (Sukirno, 2011). Penelitian Terdahulu Penelitian Badaruddin (2012), diketahui bahwa nilai tambah yang dihasilkan akibat pengolahan ubi kayu menjadi opak lebih tinggi dibandingkan pengolahan ubi kayu menjadi mie iris hal ini disebabkan oleh sumbangan input lainnya pada pengolahan opak lebih tinggi dibandingan sumbangan input lain pada pengolahan mie iris. Penyebab lainnya juga dikarekan oleh faktor konversi opak lebih tinggi dibandingkan faktor konversi mie iris sehingga nilai output opak juga lebih tinggi dibandingkan nilai output mie iris. METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Bajaronggi Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara yang ditentukan secara Purposive (sengaja). Metode Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, metode pengambilan sampel produk tepung mocaf dan tepung tapioka dengan menggunakan metode sensus. Jika subjek penelitian sedikit, maka seluruh subjek dijadikan sampel dan penelitian menjadi penelitian populasi (Arikunto, 2010). Setiap responden yang akan dipilih dan diwawancarai telah ditetapkan sebelumnya. Responden yang dipilih merupakan pengrajin tepung mocaf dan tepung tapioka. Jumlah responden yang dipilih adalah semua pengrajin yaitu 7 orang.

Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data promer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh secara langsung dari hasil wawancara dengan responden di daerah penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan (quisioner) yang telah disiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder dapat diperoleh dari instansi atau lembaga terkait dengan penelitian yang dilakukan, seperti Badan Pusat Statistik kabupaten Serdang Bedagai atau instansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Metode Analisis data Untuk mengidentifikasi masalah (1) yang digunakan adalah dengan menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu mengenai proses pengolahan tepung mocaf dan tepung tapioka dengan menggunakan data atau informasi yang di peroleh di daerah penelitian. Untuk mengidentifikasi masalah (2) pendapatan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 1. Penerimaan TR = Y.Py Dimana: TR = Total revenue (total penerimaan) (Rp) Y = Jumlah produksi yang diperoleh dari pengolahan ubi kayu (Rp) Py = Harga jual produksi olahan ubi kayu (Rp) 2. Pendapatan I = TR TC Dimana: I = Income (Pendapatan) (Rp) TR = Total revenue (Total Penerimaan) (Rp) TC = Total cost (Total Biaya) (Rp) (Soekartawi, 1995).

Untuk mengidentifikasi masalah (3) dapat dianalisis dengan menggunakan metode perhitungan nilai tambah. Tabel 1. Prosedur perhitungan nilai tambah metode hayami. Variabel Nilai Output, Input dan harga 1 Output (Kg) (1) 2 Input (2) 3 Tenaga Kerja (HKP) (3) 4 Faktor Konversi (4) = (1)/(2) 5 Koefisien Tenaga Kerja (HKP) (5) = (3)/(2) 6 Harga output (Rp/Kg) (6) 7 Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HKP) (7) Penerimaan dan Keuntungan 8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) (8) 9 Sumbangan Input Lain (Rp/kg) (9) 10 Nilai output (Rp/Kg) (10) = (4) x (6) 11 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) (11a) = (10)-(8)-(9) b. Rasio Nilai Tambah (%) (11b) =(11a)/(10)x100% 12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (12a) = (5) x (7) Langsung (Rp/Kg) b. Pangsa Tenaga Kerja (%) (12b) = (12a)/(11a) x 100% 13 a. Keuntungan (Rp/Kg) (13a) = (11a) (12a) b. Tingkat Keuntungan (13b)=(13a)/(11a) x 100% Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi 14 Margin (Rg/Kg) (14) = (10) (8) a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%) (14a)= (12a)/(14)x100% b. Sumbangan Input Lain (%) (14b) = (9)/(14)x100% c. Keuntungan Pemilik Perusahaan (%) (14c)= (13a)/(14)x100% Sumber : Hayami et all. Agricultural Marketing and Processing In Up Land Java. 1989. Definisi Operasional 1. Ubi Kayu adalah bahan baku yang diolah menjadi tepung mocaf dan tepung tapioka. 2. Proses pengolahan merupakan suatu kegiatan atau tahapan yang dilakukan untuk menghasilkan produk tepung mocaf dan tepung tapioka. 3. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha untuk memroduksi tepung mocaf dan tepung tapioka seperti biaya bahan baku dan bahan penunjang. 4. Harga jual adalah harga output yakni tepung mocaf dan tepung tapioka yang telah ditentukan.

5. Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. 6. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya. 7. Bahan baku penunjang adalah selain bahan baku yang terlibat dalam proses pengolahan tepung mocaf dan tepung tapioka. 8. Nilai tambah merupakan selisih nilai output tepung mocaf dan tepung tapioka dengan nilai bahan baku utama ubi kayu dan sumbangan input lainnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pembuatan Tepung Mocaf dan Tepung Tapioka UBI KAYU UBI KAYU Disortasi Ditimbang Pengupasan kulit Pencucian Penchipingan Pengupasan kulit Pencucian Pemarutan Penyaringan Direndam (Fermentasi) Pencucian Penjemuran Penepungan Diayak Pengemasan Gambar 1. Skema Pembuatan Tepung Mocaf Pengendapan Penirisan Penjemuran Penepungan Pengemasan Gambar 2. Skema Pembuatan Tepung Tapioka

Pendapatan Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya. Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Biaya usaha diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Tabel 2. Perbandingan Pendapatan Usaha Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Mocaf Dan Tepung Tapioka Di Daerah Penelitian. Tepung Mocaf Tepung Tapioka Uraian Total Total Total Total Penerimaan Penerimaan Biaya Pendapatan Biaya Pendapatan Perminggu 0,38 0,31 0,06 99 40,5 58,57 Perbulan 1,50 1,24 0,26 396,1 161,89 234,3 Pertahun 18 14,88 3,1 4754,2 1942,67 2811,6 Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa perbandingan antara pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka lebih tinggi dibandingan pendapatan pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf. Dimana pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka sebesar 58,57 juta/ minggu, 234,3 juta/ bulan, 2811,6 juta/ tahun sedangkan pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf sebesar 0,06 juta/ minggu, 0,26 juta/bulan, 3,1 juta/tahun. Menurut analisis penulis, faktor yang menyebabkan pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka lebih tinggi dibandingkan pendapatan usaha pengolaha ubi kayu menjadi tepung mocaf dikarenakan total penerimaan usaha pembuatan tepung tapioka lebih tinggi dibandingan penerimaan usaha pembuatan tepung mocaf. Dimana penerimaan juga dipengaruhi oleh jumlah hasil (output) serta didorong juga penggunaan bahan baku pengolahan tepung tapioka jauh lebih tinggi dibandingan penggunaan bahan baku pengolahan tepung mocaf. Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai yang terjadi karena suatu komoditi mengalami proses produksi. Nilai tambah produk yang dianalisis dapat

diperoleh dari hasil olahan, kemudian dihitung besarnya nilai tambah dari masingmasing output. Tabel 3. Perbandingan Nilai Tambah Tepung Mocaf Dan Tepung Tapioka. Variabel Nilai Mocaf Tapioka I. Output, Input dan harga 1 Output (Kg) 15 3741 2 Input 50 7667 3 Tenaga Kerja (HKP) 0,57 12 4 Faktor Konversi 0,3 0,49 5 Koefisien Tenaga Kerja (HKP) 0,011 0,002 6 Harga output (Rp/Kg) 5000 4967 7 Upah T. Kerja Langsung (Rp/HKP) 16667 33602 II. Penerimaan dan Keuntungan 8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 750 876,7 9 Sumbangan Input Lain (Rp/kg) 180 41,1 10 Nilai output (Rp/Kg) 1500 2424 11 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) 570 1506,2 b. Rasio Nilai Tambah (%) 38% 62,14% 12 a. Pendapatan Tenaga Kerja 190 60,7 Langsung (Rp/Kg) b. Pangsa Tenaga Kerja (%) 33,33% 4,03% 13 a. Keuntungan (Rp/Kg) 380 1445,5 b. Tingkat Keuntungan 66,67% 95,97% III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14 Margin (Rg/Kg) 750 1547 a. Pendapatan Tenaga Kerja 25,33% 3,92% b. Sumbangan Input Lain 24% 2,66% c. Keuntungan Pengusaha 50,67% 93,42% Sumber : Hasil Pengolahan Data Output, Input, dan Harga Dari tabel 2 dapat diuraikan bahwa dalam usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf digunakan bahan baku sebanyak 50 kg dapat dihasilkan output sebanyak 15 kg. sehingga faktor konversi dapat dihasilkan sebanyak 0,3. nilai konfersi ini menunjukkan bahwa 1 kg ubi kayu dapat menghasilkan 0,3 kg tepung mocaf. Dalam proses ini tenga kerja yang digunakan sebanyak 0,57 HKP sedangkan upah tenaga kerja langsung diperoleh dalam satu kali produksi sebesar Rp 16.667 per HKP maka dapat diperoleh upah tenaga kerja langsung per satu kilogram ubi kayu adalah sebesar Rp 333,4.

Sedangkan dalam usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka digunakan bahan baku sebanyak 7.667 kg dapat dihasilkan output sebanyak 3.741 kg. sehingga faktor konversi dapat dihasilkan sebanyak 0,49. Nilai konversi ini menunjukkan bahwa 1 kg ubi kayu dapat menghasilkan 0,49 kg tepung tapioka. Dalam proses ini tenaga kerja yang digunakan sebanyak 12 HKP sedangkan upah tenaga kerja langsung diperoleh dalam satu kali produksi sebesar Rp 33.602 per HKP maka dapat diperoleh upah tenaga kerja langsung per satu kilogram ubi kayu adalah sebesar Rp 4,4. Dari penjelasan di atas maka dapat di uraikan bahwa perbandingan bahan baku dengan output yang dihasilkan (faktor konversi) pada pembuatan tepung tapioka lebih tinggi dibanding faktor konversi pada pembuatan tepung mocaf. Dimana faktor konversi untuk pembuatan tepung tapioka adalah sebesar 0,49, sedangkan faktor konversi untuk pembuatan tepung mocaf adalah sebesar 0,3. Artinya untuk 1 kg ubi kayu dapat menghasilkan 0,49 kg tepung tapioka dan 0,3 kg tepung mocaf. Harga output untuk produk tepung mocaf adalah Rp 5.000/kg sedangkan harga rata-rata output untuk produk tepung tapioka adalah Rp4.967/kg. Penerimaan dan Keuntungan Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa harga bahan baku usaha pembuatan tepung mocaf di daerah penelitian adalah Rp 750 / kg, sedangkan sumbangan input lain adalah Rp 180/ kg. Adapun harga bahan baku usaha pembuatan tepung tapioka di daerah penelitian adalah Rp 876,7 / kg dengan sumbangan input lain adalah Rp 41,1 / kg. Berikut ini adalah merupakan rincian bahan penunjang (sumbangan input lain) dalam usaha pembuatan tepung mocaf dan tepung tapioka di daerah penelitian.

Tabel 4. Sumbangan Input Lain. No Uraian Biaya (Rp) Mocaf Tapioka 1 Enzim 7.000-2 Plastik pengemasan 1.500-3 Bensin 500-4 Karung Pengemasan - 83.466,67 5 Karung Penirisan - 85.500 6 Solar - 146.250 Total (Rp) 9.000 315.216,67 Penggunaan bahan baku (Kg) 50 7.667 Smbngn input lain (Rp/Kg) 180 41,11 Sumber : Hasil Pengolahan Data Nilai output yang dihasilkan dari pengolahan ubikayu menjadi tepung mocaf adalah sebesar Rp 1.500/ kg. Sedangkan nilai output yang dihasilkan dari pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka adalah sebesar Rp 2.424/ kg. Dimana nilai output ini diperoleh dari perkalian antara faktor konversi dengan harga output. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf lebih rendah dibanding nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka. Dimana besar nilai tambah pembuatan tepung mocaf adalah sebesar Rp 570/ kg sedangkan nilai tambah pembuatan tepung tapioka adalah sebesar Rp 1.506,2 / kg. Menurut penulis hal tersebut disebabkan karena sumbangan input lain untuk pengolahan tepung mocaf jauh lebih tinggi dibandingan sumbangan input untuk pengolahan tepung tapioka yaitu Rp 180/kg sumbangan input lain pembuatan tepung mocaf dan Rp 41,1 /kg sumbangan input lain pembuatan tepung tapioka serta faktor konversi tepung tapioka lebih tinggi yaitu 0,49 kg dibandingkan faktor konversi tepung mocaf yaitu 0,3 kg. Dengan demikian, hipotesis nilai tambah (value added) poduk tepung mocaf lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tambah (value added) produk tepung tapioka. Ditolak. Adapun rasio nilai tambah produk tepung mocaf adalah sebesar 38% sedangkan rasio nilai tambah produk tepung tapioka adalah sebesar 62,14%.

Artinya 38% dari nilai ouput (produk tepung mocaf) merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf dan 62,14% dari nilai ouput (produk tepung tapioka) merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka. Sehingga dapat dijelaskan bahwa nilai rasio produk mocaf lebih rendah dibandingkan nilai rasio produk tapioka. Imbalan tenaga kerja pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf diperoleh dari nilai koefisien tenaga kerja (HKP) dengan upah tenaga kerja langsung (Rp/HKP) yaitu sebesar Rp 190 / kg dengan nilai persentase terhadap nilai tambah sebesar 33,33%. Sedangkan Imbalan tenaga kerja pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf yaitu sebesar Rp 60,7 / kg dengan nilai persentase terhadap nilai tambah sebesar 4,03%. Keuntungan diperoleh dari nilai tambah dikurangi dengan besarnya imbalan tenaga kerja. Keuntungan dari pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf adalah sebesar Rp 380 /kg, dengan tingkat keuntungan sebesar 66,66% sedangkan keuntungan dari pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka adalah sebesar Rp1.445,5 /kg, dengan tingkat keuntungan sebesar 95,97% Balas Jasa Pemilik faktor-faktor produksi Margin pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf diperoleh dari hasil pengurangan nilai output dengan harga bahan baku. Maka diperoleh nilai margin adalah sebesar Rp 750 /kg. Pendapatan tenaga kerja adalah hasil perbandingan antara pendapatan tenaga kerja langsung dengan margin dikali dengan 100%. Maka diperoleh pendapatan tenaga kerja sebesar 25,33%. Sedangkan Margin pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka adalah sebesar Rp 1.547 /kg. Dimana pendapatan tenaga kerja adalah sebesar 3,92%. Balas jasa pemilik faktor-faktor produksi untuk sumbangan input lain untuk pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf diperoleh dari perbandingan sumbangan input lain dengan nilai margin dikali 100%. Maka diperoleh sumbangan input lain sebesar 24%. Sedangkan balas jasa pemilik faktor-faktor produksi untuk sumbangan input lain untuk pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka adalah sebesar 2,65%.

Keuntungan pelaku usaha tepung mocaf diperoleh dari perbandingan antara keuntungan dengan nilai margin. Maka diperoleh keuntungan sebesar 50,67% sedangkan keuntungan pelaku usaha tepung tapioka diperoleh keuntungan sebesar 93,42 %. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf lebih rendah dibandinkan dengan pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka. Nilai tambah yang diperoleh dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tambah yang diperoleh dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf. Hipotesis yang menyatakan nilai tambah pengolahan ubikayu menjadi tepung mocaf lebih tinggi dibandingkan nilai tambah pengolahan ubikayu menjadi tepung tapioka adalah Ditolak. Hal ini disebabkan sumbangan input lain dan faktor konversi serta penyerapan tenaga kerja dalam pengolahan tepung tapioka lebih tinggi dibandingkan tepung mocaf. Tingginya nilai tambah yang dihasilkan tepung tapioka bukan berarti tepung mocaf harus ditiadakan, melainkan ditingkatkan produksinya. Hal ini dikarenakan fungsi akan kedua produk tersebut berbeda. Saran Diharapkan kepada pelaku usaha tepung mocaf dan tepung tapioka untuk meningkatkan produksi agar nilai tambah kedua produk tersebut bertambah serta pendapatan pelaku usaha ikut bertambah. Diharapkan kepada pemerintah untuk lebih meningkatkan sosialisasi tentang tepung mocaf agar pelaku usaha tertarik untuk memproduksi tepung mocaf sehingga produksi meningkat dan nilai tambah juga meningkat maka dampaknya dapat mengurangi impor gandum. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian mengenai jalur pemasaran produk tepung mocaf dan tepung tapioka dan hal-hal yang belum diteliti dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2009. Tepung Tapioka. http://mengerjakantugas.com/2009/07/tepung-tapioka-dan-tepungmaizena.html [diakses pada 16 nov 2012 8:14 WIB] Badaruddin. 2012. Analisis Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Opak dan Mie Iris di Desa Pegajahan. Medan. Hayami Y. Thosinori, M dan Masdjidin S. 1987. Agricultural marketing and processing in upland java.: A prospecif from a Sunda village, Bogor. Salim, E. 2011. Mengolah Singkong Menjadi Tepung Mocaf Bisnis Produk Alternatif Pengganti Terigu. Lily Publisher. Yogyakarta. Soekartawi. 1993. Agribisnis teori dan aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI press. Jakarta. Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. PT Raja Grafindo Jakarta. Jakarta. Sukirno,S. 2011. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi ketiga. P.T Raja Grafindo Persada. Jakarta.