BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya Standard Operating Procedure (SOP) yang lebih baik dikantor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 menjadi tonggak sejarah dalam pengelolaan Keuangan Negara.

ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Satuan: Ton

BAB I PENDAHULUAN. Alokasi anggaran kegiatan APBN maupun APBD harus dilakukan tepatwaktu,

KOMISI PEMILIHAN UMUMM PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 81 TAHUN 2015 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 17/PMK.07/2009 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2015 pada

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 127/PMK.07/2006 TENTANG

TENTANG MENTERI KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. Penyerapan anggaran menjadi topik menarik akhir-akhir ini. Fenomena APBN

BAB I PENDAHULUAN. disahkan untuk periode satu tahun merupakan bentuk investasi pemerintah dalam

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 160.2/PMK.07/2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN ANGGARAN

PERSYARATAN SERTIFIKASI GURU

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia mendorong terciptanya. rangka bentuk tanggungjawab pemerintah kepada masyarakat.

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 226/PMK.07/2008 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2008

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT LINGKUP KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN II TAHUN 2014

BAB V PENUTUP. Sebagai daerah yang miskin dengan sumber daya alam, desentralisasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 66/PMK.02/2006 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. DBH. SDA Pertambangan Panas Bumi. Perkiraan.

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan faktor, keterlambatan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 152 /PMK.07/2007 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab pendahuluan membahas tentang latar belakang masalah yang diteliti dan

2011, No Memperhatikan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nom

145/PMK.07/2009 ALOKASI KURANG BAYAR DANA BAGI HASIL PAJAK TAHUN ANGGARAN 2006, 2007, DAN 2008 YANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 131.1/PMK.07/2007 TENTANG

BERITA NEGARA. No.450, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Program Aksi. Reformasi Birokrasi. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

DATA PAGU DIPA TAHUN ANGGARAN 2016 PER BAGIAN ANGGARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN ANGGARAN 2012

Melaksanakan urusan keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 60/PMK.07/2008 TENTANG DANA ALOKASI CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2008 MENTERI KEUANGAN,

BERITA NEGARA. No.626, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Reformasi Birokrasi. Kantor Wilayah. Program Aksi.

MEKANISME PERKIRAAN PENCAIRAN DANA DAN TINGKAT REALISASI ANGGARAN PADA KPPN POSO. Palata Luru*)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 40 / PMK.07 / 2007 TENTANG

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT LINGKUP KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI SULAWESI BARAT BULAN AGUSTUS TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Proses pelaksanaan anggaran pada instansi vertikal diatur oleh Peraturan Menteri

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 49/PMK.02/2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.07/2010 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM KEHUTANAN TAHUN ANGGARAN 2010

Peraturan Menteri Keuangan. Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : /D5/TP/V1/2017

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

PROGRES IMPLEMENTASI 6 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI SUMATERA BARAT

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 14 / PMK.07 / 2007 TENTANG

Implementasi Langkah-Langkah Strategis Pelaksanaan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2017

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai wujud

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SUMATERA BARAT

KEMENTERIAN KEUANGAN RI PELAKSANAAN ANGGARAN 2012

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT LINGKUP KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI SULAWESI BARAT BULAN PEBRUARI TAHUN 2015

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu kegiatan pemerintah yang berhubungan langsung dengan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG

LAPORAN TIM PENINJAUAN KOMISI VIII DPR RI KE PROVINSI JAWATIMUR MEI 2013

2011, No Menetapkan : 3. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR31/PMK.06/2006 TENTANG DANA OPERASIONAL TAKTIS PENGAMANAN PENERIMAAN NEGARA MENTERI KEUANGAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

Laporan Tahunan Layanan Informasi Publik Tahun Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Laporan Tahunan LAYANAN INFORMASI PUBLIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Tata Cara. Pelayanan Umum. Angkutan Laut. Penumpang. Ekonomi. Pertanggung Jawaban. Pencabutan.

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA,

NAMA JABATAN : Kepala Subbagian Akuntansi dan Pelaporan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.07/2007 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masalah keterlambatan penyerapan anggaran memang adalah masalah klasik dalam instansi pemerintahan. Berbagai upaya telah dilakukan pihak terkait untuk menyelesaikan masalah tersebut. Akan tetapi pemecahan masalah tersebut belum menjadi solusi terbaik. Usaha nyata yang telah dilakukan pemerintah untuk mempercepat penyerapan anggaran antara lain diberlakukannya Standard Operating Procedure (SOP) yang lebih baik dikantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dan Kantor Wilayah (Kanwil) perbendaharaan yang mencakup aspek kecepatan, ketepatan, transparansi dan tanpa biaya, baik dari segi prosedur maupun waktu dengan sentuhan teknologi informasi sebagai pendukung sehingga diperoleh hasil layanan yang lebih efektif dan efisien. SOP tersebut menggunakan sistem one stop service, bahwa berbagai pelayanan kepada customer hanya dilayani di front office. Pada KPPN, penyelesaian SP2D yang sebelumnya diselesaikan dalam 8 jam kerja (satu hari), sekarang paling lama diselesaikan dalam waktu satu jam. Sementara itu pada Kanwil Perbendaharaan, proses penelaahan dan pengesahan penerbitan DIPA paling lama 5 hari kerja, pengesahan revisi DIPA paling lama 3 hari kerja, persetujuan dispensasi tambahan uang persediaan (TUP) paling lama 2 hari kerja. Sebelumnya, tidak ada kepastian dalam penyelesaian dokumen tersebut. Masalah rendahnya penyerapan anggaran di trimester pertama dan membengkak di akhir tahun masih terjadi sampai saat ini. Kinerja penyerapan anggaran seperti itu tidak akan membawa dampak positif bagi proses 1

pembangunan suatu bangsa. Penyerapan anggaran negara memerlukan adanya perimbangan dan proporsi pergerakan yang berjalan secara kontinu. Tujuan yang hendak dicapai kemudian bukan hanya sebatas terserapnya anggaran, tapi yang lebih penting adalah bagaimana penyerapan anggaran mampu melahirkan efek positif dalam rangka menggerakkan roda pembangunan bangsa dan negara. Dalam kerangka penganggaran berbasis kinerja, sebenarnya penyerapan anggaran bukan merupakan target alokasi anggaran. Anggaran berbasis kinerja lebih menitikberatkan pada kinerja ketimbang penyerapan itu sendiri. Hanya saja kondisi perekonomian kita saat ini variabel dominan pendorong pertumbuhannya adalah faktor konsumsi, sehingga belanja pemerintah yang merupakan konsumsi pemerintah turut menjadi penentu pertumbuhan tersebut. Kegagalan target penyerapan anggaran memang akan berakibat hilangnya manfaat belanja. Karena dana yang telah dialokasikan ternyata tidak semuanya dapat dimanfaatkan, yang berarti terjadi idle money. Padahal apabila pengalokasian anggaran efisien, maka keterbatasan sumber dana yang dimiliki negara dapat dioptimalkan untuk mendanai kegiatan strategis (Syarif, 2015). Kementerian Agama merupakan kementerian yang menempati urutan ke empat dalam jajaran sepuluh kementerian/lembaga dengan alokasi anggaran terbesar dalam APBNP 2014. Sepuluh K/L dengan alokasi anggaran terbesar dalam APBNP tahun 2014, alokasinya mencapai 76,3 persen dari total anggaran K/L dalam APBNP tahun 2014, yaitu: (1) Kementerian Pertahanan (13,8 persen); (2) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (12,7 persen); (3) Kementerian Pekerjaan Umum (12,4 persen); (4) Kementerian Agama (8,6 persen); (5) Kementerian Kesehatan (7,9 persen); (6) Kepolisian Negara 2

Republik Indonesia (7,2 persen); (7) Kementerian Perhubungan (6,0 persen); (8) Kementerian Keuangan (3,0 persen); (9) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2,4 persen); dan (10) Komisi Pemilihan Umum (2,3 persen) Berdasarkan kinerja penyerapan anggaran sampai dengan semester I tahun 2014 diperkirakan enam dari sepuluh K/L di atas mempunyai daya serap yang lebih tinggi dibandingkan daya serap nasional yang mencapai 29,3 persen. Enam K/L tersebut adalah (1) Kementerian Pertahanan (31,8 persen); (2) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (30,2persen); (3) Kementerian Kesehatan (31,2 persen); (4) Kepolisian Negara RI (39,6 persen); (5) Kementerian Keuangan (37,3 persen); dan (6) Komisi Pemilihan Umum (48,6 persen). Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Agama, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, penyerapannya di bawah daya serap nasional (29,3 persen) Kementerian Agama sebagai salah satu pemegang anggaran terbesar di Indonesia tentu sudah seharusnya selalu berupaya meningkatkan kinerja penyerapan anggaran nya. Akan tetapi perbaikan penyerapan anggaran tersebut belum memperlihatkan hasil yang signifikan. Berdasarkan laporan pemerintah tentang pelaksanaan APBN, terlihat bahwa realisasi belanja Kementerian Agama Semester I dari tahun 2007 sampai 2014 masih kurang dari 40%. Tahun 2007 realisasi sebesar 38% dari APBNP, tahun 2008 menurun menjadi 35,4% dari total APBNP, 2009 sebesar 32,4%, 2010 sebesar 27,8%, 2011 sebesar 28%, tahun 2012 sebesar 31%, tahun 2013 sebesar 27%, dan tahun 2014 mengalami sedikit peningkatan menjadi 27,7% 3

Realisasi anggaran belanja Kementerian Agama dalam Semester I tahun 2013 diperkirakan mencapai Rp12.278,2 miliar, yang berarti menyerap 27,0 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam APBNP 2013 sebesar Rp45.419,6 miliar. Semester I tahun 2014 diperkirakan mencapai Rp14.266,4 miliar, yang berarti menyerap 27,7 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam APBNP tahun 2014 sebesar Rp51.568,5 miliar. Tingkat realisasi belanja di tahun 2014 memang sedikit mengalami peningkatan dibanding tahun 2013, namun realisasi belanja Semester I sebesar 27,7 % masih tergolong sangat rendah Penyerapan anggaran belanja Kementerian Agama dalam semester I tahun 2013 tersebut terdiri dari belanja pegawai mencapai Rp8.702,2 miliar, belanja barang mencapai Rp1.159,2 miliar, belanja modal mencapai Rp114,9 miliar, dan bantuan sosial mencapai Rp2.302,0 miliar. Realisasi anggaran pada Kementerian Agama dalam semester I tahun 2014 tersebut, dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai program, diantaranya: (1) Program Pendidikan Islam; (2) Program Bimbingan Masyarakat Islam; (3) Program Bimbingan Masyarakat Kristen; (4) Program Bimbingan Masyarakat Katolik; (5) Program Bimbingan Masyarakat Hindu; dan (6) Program Bimbingan Masyarakat Buddha Salah satu bukti bahwa usaha yang dilakukan untuk perbaikan kinerja penyerapan anggaran belum berhasil dapat dilihat dari tingkat realisasi anggaran Kantor Kementerian Agama di Sumatera Barat yang masih belum proporsional hingga tahun 2014. Satuan kerja Kantor Kementerian Agama yang berada di wilayah Sumatera Barat terdiri dari 20 (dua puluh) Satuan Kerja yang terdiri dari 19 (Sembilan belas) Kantor Kabupaten dan 1 (satu) Kantor Wilayah. Satuan Kerja Kantor Kabupaten memiliki paling sedikit 4 (empat) Unit Eselon yaitu Sekretariat Jenderal, Pendidikan Islam, Bimbingan Masyarakat 4

Islam, dan Penyelenggara Haji dan Umrah, terkecuali Kantor Kabupaten Kepulauan Mentawai ditambah dua Unit Eselon yaitu Bimbingan Masyarakat Kristen, dan Bimbingan Masyarakat Katolik, Kantor Kemenag Kota Padang ditambah satu Unit Eselon yaitu Bimbingan Masyarakat Kristen. Satuan kerja Kantor Kemenag Kota Bukittinggi ditambah dua Unit Eselon yaitu Bimbingan Masyarakat Kristen, dan Bimbingan Masyarakat Katolik. Kantor Kabupaten Pasaman Barat ditambah satu Unit Eselon yaitu Bimbingan Masyarakat Katolik, Kantor Kemenag Kota Payakumbuh ditambah dua Unit Eselon yaitu Bimbingan Masyarakat Kristen, dan Bimbingan Masyarakat Katolik. Satuan Kerja Kantor Wilayah ditambah empat Unit Eselon yaitu, Bimbingan Masyarakat Kristen, Bimbingan Masyarakat Katolik, Bimbingan Masyarakat Hindu, dan Bimbingan Masyarakat Budha. Masing-masing Unit Eselon mempunyai anggaran tersendiri. Beragamnya Unit Eselon menjadi tantangan tersendiri bagi Kementerian Agama dalam penyerapan anggaran. Masalah penyerapan anggaran belanja yang tidak proporsional pada Kantor Kementerian Agama di wilayah Sumatera Barat terlihat dari data Laporan Realisasi Anggaran Belanja Tahun 2014. Hampir seluruh Unit Eselon yang berada pada Satuan Kerja tersebut untuk Triwulan I penyerapan anggaran belanja nya belum mencapai dua puluh lima persen (25%). Unit Eselon yang memiliki tingkat penyerapan anggaran belanja pada Triwulan I yang bagus hanya Unit Eselon Sekretariat Jenderal Kantor Kementerian Agama Kota Sawahlunto sebesar 27,83% dan unit eselon Sekretariat Jenderal Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tanah Datar sebesar 32, 81%. Persentase penyerapan anggaran belanja Triwulan III yang seharusnya sudah mencapai 75%, namun banyak Satuan Kerja yang penyerapan nya masih jauh dari 75%. Satuan Kerja yang persentase penyerapan anggaran belanja nya jauh dibawah 75% pada Triwulan III adalah Kantor Kementerian Agama Kab. 5

Solok, Kantor Kementerian Agama Kab. Pesisir Selatan, Kantor Kementerian Agama Kab. Agam, Kantor Kementerian Agama Kota Bukittinggi, Kantor Kementerian Agama Kab. Pasaman, Kantor Kementerian Agama Kab. Darmasraya, dan Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumbar. Kantor Kementerian Agama Kabupaten Darmasraya termasuk Satuan Kerja yang penyerapan anggaran belanja pada Triwulan III nya sangat jauh dari 75%, dan terjadi pada tiga Unit Eselon yaitu Unit Eselon Sekretariat Jenderal, Bimbingan Masyarakat Islam, dan Pendidikan Islam. Unit Eselon Penyelenggara Haji dan Umrah Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumbar juga termasuk Satuan Kerja yang memiliki penyerapan anggaran belanja terburuk di Triwulan III tahun 2014 yaitu sebesar 5,59%. Data selengkapnya mengenai tingkat penyerapan anggaran belanja tersebut dapat dilihat pada lampiran I. Berdasarkan pemaparan uraian latar belakang diatas beserta fenomenanya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penyebab Keterlambatan Penyerapan Anggaran Belanja pada Satuan Kerja Kantor Kementerian Agama di Wilayah Provinsi Sumatera Barat (Suatu Penelitian dengan Analisis Faktor). 1.2 RUMUSAN MASALAH Usaha-usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan penyerapan anggaran yang tidak proporsional yaitu rendah diawal tahun anggaran dan tinggi diakhir tahun anggaran masih belum dapat diperbaiki secara maksimal. Berdasarkan fenomena tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apa item dan faktor yang menjadi penyebab keterlambatan penyerapan anggaran belanja pada Satuan Kerja Kantor Kementerian Agama yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Barat? 6

1.3 TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi penyebab keterlambatan penyerapan anggaran belanja Satuan Kerja Kantor Kementerian Agama di Wilayah Provinsi Sumatera Barat serta melakukan analisis faktor terhadap item penyebab keterlambatan penyerapan anggaran belanja tersebut. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan referensi untuk menyelesaikan masalah-masalah terkait dengan keterlambatan penyerapan anggaran belanja khususnya yang terjadi pada Satuan Kerja Kantor Kementerian Agama. Manfaat lain dari penelitian ini yaitu dapat dijadikan sebagai studi literatur terkait dengan penyerapan anggaran belanja. 1.4 BATASAN PENELITIAN Dalam penelitian ini terdapat pembatasan penelitian yaitu: 1. Satuan kerja yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Kantor Kementerian Agama yang ada di Wilayah Sumatera Barat. Pemilihan tersebut karena Satuan Kerja Kantor Kementerian Agama mempunyai Unit Eselon yang seragam, sedangkan Satuan Kerja Madrasah, Perguruan Tinggi dan Balai Diklat tidak di sertakan dalam penelitian ini karena unit eselon yang tidak sama dengan Satuan Kerja Kantor Kementerian Agama. 2. Penelitian ini memfokuskan realisasi penyerapan anggaran belanja di tahun anggaran 2014. 7