USULAN PENELITIAN MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

PRESS RELEASE PERKEMBANGAN MUSIM KEMARAU 2011

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG

PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP

LITBANG KEMENTAN Jakarta, 8 Maret 2011

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I APRIL 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR

UPDATE DASARIAN III MARET 2018

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

Fenomena El Nino dan Perlindungan Terhadap Petani

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

PRAKIRAAN ANOMALI IKLIM TAHUN 2016 BMKG DI JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 KATA PENGANTAR

PRAKIRAAN MUSIM 2017/2018

PREDIKSI LA NINA OLEH 3 INSTITUSI INTERNASIONAL DAN BMKG (UPDATE 03 JANUARI 2011)

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT, ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN II FEBRUARI 2017

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATE DASARIAN I MARET 2017

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2017 REDAKSI

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

TIM PENYUSUN. : Dr. Widada Sulistya DEA Dra. Nurhayati, M.Sc. : Triyogo Amberkahi, ST

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN II JUNI 2017

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

2. Awal Musim kemarau Bilamana jumlah curah hujan selama satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter serta diikuti oleh dasarian berikutnya.

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT, ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I FEBRUARI 2017

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT; ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN DASARIAN I FEBRUARI 2018

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

VARIABILITAS CURAH HUJAN DAN MUSIM TERKAIT SUHU MUKA LAUT DI SAMUDERA HINDIA (DIPOLE MODE) WILAYAH ZOM SUMATERA UTARA

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

Update BoM/POAMA NCEP/NOAA. Jamstec J ul (Prediksi BMKG (Indonesia. La Nina. moderate.

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN III FEBRUARI 2017

LAPORAN ANALISIS HUJAN DI WILAYAH DKI JAKARTA TANGGAL 04 OKTOBER 2009

ADAPTASI DAN MITIGASI FENOMENA EL NIÑO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

Oleh Tim Agroklimatologi PPKS

Update BoM/POAMA NCEP/NOAA. Jamstec J ul (Prediksi BMKG (Indonesia. La Nina. La Nina.

ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX)

I. INFORMASI METEOROLOGI

KEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM?

Analisis Hujan Bulan Juni 2012 Iklim Mikro Bulan Juni 2012 Prakiraan Hujan Bulan Agustus, September dan Oktober 2012

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

PENGARUH EL NIÑO 1997 TERHADAP VARIABILITAS MUSIM DI PROVINSI JAWA TIMUR

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

PROPOSAL PENELITIAN MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2016

I. INFORMASI METEOROLOGI

Hubungan Suhu Muka Laut Perairan Sebelah Barat Sumatera Terhadap Variabilitas Musim Di Wilayah Zona Musim Sumatera Barat

LAPORAN POTENSI HUJAN AKHIR JANUARI HINGGA AWAL FEBRUARI 2016 DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Transkripsi:

1 USULAN PENELITIAN MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2015 INTENSITAS KEKERINGAN DI WILAYAH KABUPATEN BENGKULU UTARA Oleh : Drs. Nofirman, MT FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS Prof. Dr. HAZAIRIN, SH BENGKULU 2015

2 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan perkiraan pusat iklim Amerika (Climate Prediction Center) seperti NCEP/NOAA, Jamstec (Jepang), dan BoM/POAMA (Australia) menyatakan bahwa adanya kecenderungan peningkatan peluang kejadian fenomena El Nino, yaitu 45-52%, terutama pada periode Juni-Juli-Agustus hingga Oktober-November- Desember 2014 BMKG, (2014: 3), Haryono, (2015:1) dan Suryani (2015: 9). Walaupun durasi kejadiannya belum terlalu dipahami dengan jelas, namun diperkirakan bahwa sifat El-Nino periode 2014/2015 tersebut adalah lemah hingga moderate. Dengan pertimbangan berbagai analisis tersebut pada periode Juni-Juli-Agustus hingga Oktober-November-Desember 2015 akan berlangsung El- Nino moderate, malah akan berpeluang hingga kuat. Fenomena yang mempengaruhi Iklim/Musim di Indonesia menurut BMKG, (2014: 2) diantaranya adalah (1) El Nino yang menjadi fenomena global dari sistem interaksi lautan atmosfer, sehingga dapat ditandai dengan memanasnya suhu permukaan laut di Ekuator Pasifik Tengah (Nino 3.4); (2) Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut atmosfer di Samudera Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera; (3) Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) merupakan daerah tekanan rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi matahari ke arah utara dan selatan khatulistiwa; dan (4) Kondisi suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia dapat digunakan sebagai salah satu indikator banyaksedikitnya kandungan uap air di atmosfer, dan erat kaitannya dengan proses pembentukan awan di atas wilayah Indonesia. 1

3 Dampak kejadian El Nino berbeda-beda untuk setiap wilayah Indonesia, tergantung pada letak geografisnya. Dampak yang cukup signifikan bagi Indonesia diperkirakan adalah majunya beberapa dasarian awal Musim Kemarau tahun 2015 di Wilayah Indonesia, dan mundurnya awal musim hujan tahun 2015/2016, BMKG, (2014: 3). Akibatnya banyak wilayah Indonesia mengalami bencana kekeringan sehingga daerah yang menjadi sentra pertanian mengalami gagal panen, penurunan jumlah tangkapan ikan, serta kebakaran hutan dengan kabut asap yang menyebar sampai ke negara tetangga. Beratnya pengaruh El Nino terhadap kesejahteraan masyarakat menjadi ancaman yang harus dicarikan jalan keluarnya. Bencana kekeringan ditandai dengan menurunnya tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama adanya kekeringan, BNPB (2013: 36). Rangkaian kejadian kekeringan selanjutnya dapat berlangsung dalam bentuk makin kecilnya aliran dasar (base flow) pada sungai (air permukaan) dan makin kecilnya ketersediaan air tanah. Sehubungan dengan adanya potensi kejadian El Nino kuat, maka kejadian curah di bawah normal diperkirakan akan melanda wilayah yang lebih luas. Wilayah-wilayah yang tidak terdampak oleh El Nino lemah-sedang seperti Sumatera Barat, Bengkulu dan Kalimantan Barat, akan terkena pengaruh El Nino kuat, Suryani (2015: 10). Sehubungan dengan penelitian kekeringan meteorologis yang sudah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu, namun penelitian berkait dengan Intensitas Kekeringan di Wilayah Kabupaten Bengkulu Utara belum pernah dilakukan.

4 B. Perumusan masalah penelitian Sehubungan dengan pokok pikiran yang dikemukakan pada bagian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Belum diketahui intensitas (kedalaman) kekeringan meteorologis di Wilayah Kabupaten Bengkulu Utara secara rinci. 2. Belum diketahui sebaran kekeringan meteorologis bulanan dan tahunan di Wilayah Kabupaten Bengkulu Utara secara rinci. C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Belum diketahui intensitas (kedalaman) kekeringan meteorologis di Wilayah Kabupaten Bengkulu Utara secara rinci. 2. Belum diketahui sebaran kekeringan meteorologis bulanan dan tahunan di Wilayah Kabupaten Bengkulu Utara secara rinci. D. Kontribusi/kegunaan Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi : 1. terhadap kekeringan meteorologis yang perlu dikomunikasikan dan diantisipasi di Wilayah Kabupaten Bengkulu Utara. 2. terhadap pemerintahan Kabupaten Bengkulu Utara dalam rangka antisipasi bencana kekeringan dan diversifikasi tanaman. 3. sebagai sumber informasi bagi Pemerintah Provinsi Bengkulu, Pemerintah Kabupaten, atau lembaga terkait untuk memperkirakan kebutuhan air irigasi pada lahan pertanian.

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kekeringan Meteorologi Kekeringan termasuk pada suatu jenis bencana alam yang kejadiannya berlangsung secara perlahan (slow-onset disaster), berdampak sangat luas sehingga melibatkan kehidupan bersifat lintas sektor (ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain). Menurut Tjasyono dan Harijono (2006: 16) kekeringan adalah kesenjangan antara air yang tersedia dan air yang diperlukan. Pada hakekatnya kekeringan mengandung makna sebagai hubungan ketersediaan air dengan kebutuhan air. Peristiwa kekeringan diawali dengan defisiensi curah hujan dengan periode waktu yang panjang. Kekeringan merupakan fenomena alam yang tidak dapat dielakkan dan merupakan variasi normal dari cuaca yang perlu dipahami, (BMKG, 2015: 1). Variabilitas alam dapat berlangsung dalam hitungan hari, minggu, bulan, tahun, bahkan abad. Peristiwa kekeringan berkaitan dengan tingkat curah hujan yang terjadi berada dibawah kondisi normalnya pada suatu musim. Perhitungan tingkat kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama terjadinya kondisi kekeringan. Intensitas kekeringan berdasarkan definisi meteorologis menurut BMKG, (2015: 1) adalah sebagai berikut: 1. Kering: apabila curah hujan antara 70% - 85% dari kondisi normal (curah hujan dibawah normal) 2. Sangat kering : apabila curah hujan antara 50% - 70% dari kondisi normal (curah hujan jauh dibawah normal) 3. Amat sangat kering : apabila curah hujan < 50% dari kondisi normal (curah hujan amat jauh dibawah normal)

6 McKee pada tahun 1993 dalam Triatmoko dkk, (2012:3) mengembangkan perhitungan indeks kekeringan dengan menggunakan perhitungan metode Standardized Precipitation Index (SPI). Kriteria tingkat kekeringan meteorologis telah diklasifikasikan menjadi skala nilai sebagai berikut: Nilai SPI Kategori > 2,00 Sangat basah 1,50 ~ -1,99 Basah 1,00 ~ 1,49 Agak basah - 0,99 ~ 0,99 Normal - 1,00 ~ -1,49 Agak kering - 1,50 ~ -1,99 kering < -2 Sangat kering Standardized Precipitation Index menurut BMKG, (2015: 2) adalah indeks yang digunakan untuk menentukan penyimpangan curah hujan terhadap normalnya dalam susatu periode waktu yang panjang (bulanan, dua bulanan, tiga bulanan dst). Nilai SPI dihitung menggunakan metode statistik probabilitas distribusi gamma, sehingga diketahui beberapa kelebihan SPI adalah : a. SPI dapat dihitung untuk skala waktu yang berbeda b. Dapat memberikan peringatan dini kekeringan c. Dapat membantu menilai tingkat keparahan kekeringan d. SPI lebih sederhana daripada Palmer Drought Severity Index Penentuan tingkat kekeringan dan kebasahan berdasarkan nilai SPI menurut BMKG, (2015: 3), ditentukan kategori tingkat kekeringan dan kebasahan sebagai berikut: 1. Tingkat Kekeringan a. Sangat Kering : Jika nilai SPI -2,00 dengan probabilitas 2,3% b. Kering : Jika nilai SPI -1,50 s/d -1,99 dengan probabilitas 4,4%

7 c. Agak Kering : Jika nilai SPI -1,00 s/d -1,49 dengan probabilitas 9,2% 2. Normal : Jika nilai SPI -0,99 s/d 0,99 dengan probabilitas 68,2% 3. Tingkat Kebasahan a. Sangat Basah : Jika nilai SPI 2,00 dengan probabilitas 2,3% b. Basah : Jika nilai SPI 1,50 s/d 1,99 dengan probabilitas 4,4% c. Agak Basah : Jika nilai SPI 1,00 s/d 1,49 dengan probabilitas 9,2% Perhitungan SPI dilakukan dengan ketentuan rentang curah hujan terjadi selama tiga bulan berturut-turut. B. Sebaran Kekeringan Meteorologi Dalam Peta Prakiraan Awal Musim Kemarau 2015 untuk wilayah Bengkulu, terlihat pada gambar 2.1 bahwa Wilayah Bengkulu berwarna putih. Kondisi ini menunjukkan bahwa iklim Wilayah Provinsi Bengkulu tidak terpengaruh oleh iklim munsoon serta tidak terdampak oleh El Nino lemah-sedang. Gambar 2.1 Peta Prakiraan Awal Musim Kemarau 2015, (BMKG, 2015).

8 Variasi alam dapat terjadi dan diamati dalam satuan waktu harian, mingguan, dasarian, bulanan, tahunan, dan bahkan satuan abad. Dengan melakukan penelusuran data cuaca dalam waktu yang panjang, menurut BMKG, (2015: 1) akan dapat dijumpai variasi cuaca yang beragam, misalnya: bulan basahbulan kering, tahun basah-tahun kering, dan dekade basah dekade kering. Ketersediaan data menjadi meteorologi yang baik di suatu daerah akan menjadi modal utama melakukan simulasi, sehingga dapat diketahui model yang terjadi. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Sifat Penelitian Penelitian tentang Intensitas Kekeringan di Wilayah Kabupaten Bengkulu Utara dilakukan dengan pendekatan penelitian empirik bidang meteorologi. Cara penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara pengolahan data curah hujan pada kejadian hari tidak hujan. Untuk mempermudah pelaksanaan dan penyelesaian penelitian, maka kegiatan dibagi menjadi kegiatan penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu: tahap persiapan, tahap lapangan dan tahap pasca lapangan. B. Lokasi Penelitian Wilayah Kabupaten Bengkulu Utara menjadi objek wilayah penelitian, akan tetapi sasaran utama penelitian adalah data data hasil pengukuran curah hujan di Wilayah Kabupaten Bengkulu Utara. C. Sumber dan Pengolahan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalahdata hasil pengukuran curah hujan harian. Data tersebut telah diukur dan dikompilasi oleh Dinas

9 Pertanian Kabupaten Bengkulu Utara dan Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Bengkulu. E. Teknik Analisis Data Kegiatan yang dilakukan sebagai pekerjaan analisis Intensitas Kekeringan di Wilayah Kabupaten Bengkulu Utara dilakukan dengan metodologi sebagai berikut : 1. memeriksa kelengkapan data harian curah hujan setiap stasiun 2. mentabulasi data harian curah hujan dengan perhitungan sasaran adalah harian kering setiap bulan. 3. melakukan pengolahan data untuk memperoleh intensitas (kedalaman) Kekeringan dan membandingkannya dengan kriteria BMKG. 4. melakukan pengolahan data untuk penyajian dalam bentuk grafik. 5. melakukan analisis terhadap hasil pengolahan data tentang intensitas (kedalaman) kekeringan dan sebarannya di Wilayah Kabupaten Bengkulu Utara. BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN A. Anggaran Biaya Untuk dapat melaksanakan penelitian ini dibutuhkan biaya dengan rincian berikut. No Kegiatan Jumlah (Rp) Jumlah (Rp) 1 Honor 2.000.000 2 Bahan habis pakai dan peralatan 5.000.000 Bahan habis pakai (kertas dan alat tulis) 4.000.000 Peralatan (kamera, alat ukur) 1.000.000 3 Perjalanan (transportasi pengumpulan 1.500.000 data) 4 Lain-lain (administrasi, publikasi) 1.500.000

10 Jumlah 10.000.000 B. Jadwal Penelitian Untuk dapat melaksanakan penelitian dengan baik, maka disusun jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian seperti uraian berikut. No Kegiatan Mei Jun Jul Agt Sep okt Nov Des 1 Pengusulan 2 Pengumpulan data 3 Pengolahan data 4 Penulisan laporan 5 Laporan Penelitian

11 DAFTAR PUSTAKA BMKG. 2015. Peta Kekeringan dengan Metode SPI (Standardized Precipitation Index) Provinsi Banten. Tangerang: Stasiun Klimatologi Pondok Betung. BMKG. 2015. Prakiraan Musim Kemarau 2015 di Indonesia. Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BNPB, 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Edisi II. Jakarta: Bakornas PB. Haryono. 2015. Prediksi Dampak Dinamika Iklim dan El-Nino 2014-2015 Terhadap Produksi Pangan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Suryani, Anih Sri. 2015. Ancaman EL NINO 2015. Dalam Info Singkat Vol. VII, No. 13/I/P3DI/Juli/2015. Jakarta: P3DI DPR RI. Tjasyono, BHK., dan Harijono, SWB. 2006. Meteorologi Indonesia Volume 2. Jakarta: Penerbit Meteorologi dan Geofisika. Triatmoko, D. dkk. 2012. Using Standardized Precipitation Index Method for Identification Meteorological Drouht in Pantura West Java Area. Bandung: Departement of Meteorology, ITB. 10

12 Curriculum Vitae Ketua Peneliti 1. Nama : Drs. Nofirman, MT 2. Jabatan Fungsional : Lektor 3. Jabatan struktural : ------------------------ 4. NIDN : 0010106211 5. Tempat Tanggal Lahir : Koto Tangah Tilkam Agam, 10 Oktober 1962 6. HP : 7. Email : fir.semarak@gmail.com 8. Alamat Rumah : 9. Mata Kuliah yang diampu : Geologi Umum : Geologi Lanjutan : Geologi Indonesia : Oseanografi 11