PENENTUAN LOKASI TEMPAT PENGOLAHAN AKHIR (TPA) SAMPAH KOTA BANJARBARU MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Andy Mizwar

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN LOKASI TEMPAT PENGOLAHAN AKHIR (TPA) SAMPAH KOTA BANJARBARU MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

Critical Review Jurnal Penentuan Lokasi TPA

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN GIS UNTUK PENENTUAN LOKASI TPA SAMPAH DI KOTA SURABAYA

Penentuan Lokasi Terpilih Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kota Jambi Selected Location Determination of landfill in the City of Jambi

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya jumlah penduduk Indonesia diikuti oleh tingkat pertumbuhan

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

Teknik Skoring untuk berbagai analisis spasial

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN INDUSTRI DI WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI KABUPATEN KARAWANG

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 3 (2015)

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

ANALISIS SPASIAL DAN TOPSIS DALAM PENENTUAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH (Studi Kasus Kota Pekanbaru)

PENENTUAN LOKASI TERMINAL BIS ANTAR KOTA DI DAERAH ISTIMEWA JOGJAKARTA (TINJAUAN TERHADAP STAKEHOLDER MAHASISWA PENGGUNA BIS ANTAR KOTA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS POTENSIAL KAWASAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN LAHOMI KABUPATEN NIAS BARAT DENGAN PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS T E S I S

ASPEK GEOHIDROLOGI DALAM PENENTUAN LOKASI TAPAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA)

Penentuan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Kota Prabumulih Determining The Location of Landfill (TPA) Kota Prabumulih

BAB IV DISAIN DAN REKOMENDASI TPA SANITARY LANDFILL KABUPATEN KOTA

PENENTUAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KABUPATEN KLATEN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENENTUAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM DI SUB DAS AEK RAISAN DAN SUB DAS SIPANSIHAPORAS DAS BATANG TORU

: ROSMAWATI SITOMPUL / MANAJEMEN HUTAN

PENGKAJIAN POTENSI RESAPAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI STUDI KASUS CEKUNGAN BANDUNG TESIS MAGISTER. Oleh : MARDI WIBOWO NIM :

PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Teknik Skoring untuk berbagai analisis AY 11

LOGO Potens i Guna Lahan

SPATIAL MULTI-CRITERIA EVALUATION (SMCE) MENGGUNAKAN ILWIS. Riki Rahmad

BAB III METODOLOGI. 3.1 Prinsip Pemilihan TPA

IDENTIFIKASI TUTUPAN LAHAN DAN PEMILIHAN JENIS TANAMAN YANG SESUAI UNTUK PROGRAM KONSERVASI DAS TAMIANG, PROVINSI ACEH.

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... I. PENDAHULUAN 1.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Sistem Informasi Geografis Potensi Wilayah Kabupaten Banyuasin Berbasis Web

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

STUDI PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH DENGAN METODE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KOTA TEBING TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan sesuai dengan SNI nomor :1994 yang dianalisis dengan

TATA CARA PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH SNI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

Analisis Kesesuaian Lokasi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Publik Di Kecamatan Palu Timur Dan Palu Barat

Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum

ANALISIS GEOSPASIAL PERSEBARAN TPS DAN TPA DI KABUPATEN BATANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS AKHIR

OP-014 STUDI KELAYAKAN LOKASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN

STUDI PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH DENGAN METODE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KOTA TEBING TINGGI

Jurnal Geodesi Undip Januari 2015

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK EVALUASI PENGGUNAAN LAHANTERHADAP ARAHAN PEMANFAATANNYADI DAS WAIJARI

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN PRIORITAS WILAYAH INDUSTRI DI KABUPATEN KUBU RAYA. Priskha Caroline

DAFTAR ISI. Halaman. Daftar Isi... BAB I DESKRIPSI Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Pengertian... 1

BAB I PENDAHULUAN I-1

Penentuan Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kabupaten Sumedang Menggunakan Pemodelan Spasial

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

PENDAHULUAN. menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS

ABSTRACT. Key words: compromise programming, fuzzy set, land allocation, land evaluation, multi-criteria decision making.

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

IMPLEMENTASI METODE WEIGHTED PRODUCT DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN

ABSTRACT PREDICTION EROSION, LAND CAPABILITY CLASSIFICATION AND PROPOSED LAND USE IN BATURITI DISTRICT, TABANAN REGENCY, BALI PROVINCE.

Pemanfaatan Citra landsat 8 dan SIG untuk Pemetaan Kawasan Resapan Air (Lereng Barat Gunung Lawu)

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah di wilayah Indonesia,

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM MENENTUKAN LOKASI SUB TERMINAL AGRIBISNIS PADA KAWASAN AGROPOLITAN CENDAWASARI. Oleh: ABY GALIH SANTRI

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2014

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KOTA SEMARANG BAGIAN SELATAN. Mitra Satria¹ dan Sri Rahayu²

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PEMETAAN SEBARAN TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH ILEGAL DI KOTA BANJARBARU, KALIMANTAN SELATAN

Geoplanning E-ISSN:

Analisa Kesesuaian Lahan Dan Potensi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Tanah Laut Menggunakan Sistem Informasi Geografis

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN KAWASAN JENIS USAHA BUDIDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN DATA SPASIAL

SIG DAN AHP UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERENCANAAN WILAYAH INDUSTRI DAN PEMUKIMAN KOTA MEDAN SKRIPSI MUHAMMAD HANAFI

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh : MUARA SEH SURANTA TARIGAN / MANAJEMEN HUTAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN KOTA BEKASI. Dyah Wuri Khairina

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

PENGELOLAAN SAMPAH PASAR DI KECAMATAN LOA KULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STUDI KASUS KABUPATEN BONDOWOSO

APLIKASI TEORI GELOMBANG KEJUT DALAM PENENTUAN PANJANG ANTRIAN KENDARAAN PADA LENGAN PERSIMPANGAN BERSINYAL

PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

Contents 11/11/2012. Variabel-variabel Kemampuan Lahan. Land Capability

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.

EVALUASI KEBUTUHAN RUANG PENAMPUNG SAMPAH PERKOTAAN DALAM PERENCANAAN TATA RUANG KOTA (STUDI KASUS : KOTA AMLAPURA, KABUPATEN KARANGASEM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM MENDUKUNG PEKERJAAN PENILAIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

Rizqi Agung Wicaksono Zuharnen Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ABSTRACT

PENGGUNAAN SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN TINGKAT RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN AGROFORESTRY DI SUB DAS LAU SIMBELIN DAS ALAS KABUPATEN DAIRI

Transkripsi:

EnviroScienteae 8 (2012) 16-22 ISSN 1978-8096 PENENTUAN LOKASI TEMPAT PENGOLAHAN AKHIR (TPA) SAMPAH KOTA BANJARBARU MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Andy Mizwar Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat Keywords: Banjarbaru, GIS, Landfill, SNI 03-3241-1994 Abstract The research was conducted in the District Cempaka, Banjarbaru, South Kalimantan, with the aim to determining the location of municipal solid waste landfill using Geographic Information Systems (GIS). In this study, the determination of landfill location carried out in three stages of assessment based on SNI 03-3241-1994. First phase (region feasibility) is done with a binary method to determine the feasibility zone as landfill sites based on eight criteria, namely: slope, geological conditions, distance to water bodies, proximity to residential areas, distance to the areas of agricultural cultivation, distance to protected areas, the distance to the airport, and proximity to the border area. Second phase (screen feasibility) performed by the method of Analytical Hierarchy Process (AHP) and Weighted Linear Combination (WLC) to determine the level of suitability of several alternative locations which have been obtained in the first stage of the assessment is based on seven criteria, namely: land area, buffer zone, soil permeability, groundwater depth, the intensity of rains, floods and transportation of garbage. Third phase (recommendation feasibility) to determine the best location of several alternative locations which have been obtained in previous assessments. GIS analysis is used to evaluate each of these evaluation criteria are spatially. Based on the results of the first and the second phase is known that there are 7 locations that are included in the category zone as a landfill with a decent level of fitness is included in the category of being and a total area of ± 403.448 ha or 2.75% of the Cempaka District. While based on the results of the third phase is known that only one location that could be recommended to become landfill site for Banjarbaru City. Pendahuluan Peningkatan jumlah penduduk Kota Banjarbaru berdampak langsung pada peningkatan jumlah timbulan sampah yang harus dikelola. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Tata Kota Banjarbaru, pada tahun 2008 jumlah timbulan sampah di Kota Banjarbaru sebesar ±2.000 m³/hari. Hingga saat ini, seluruh sampah yang dihasilkan diolah di Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sampah Gunung Kupang di Kecamatan Cempaka dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping). Dengan terbitnya Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang menegaskan bahwa penanganan sampah di tempat pengolahan akhir dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) tidak diperbolehkan lagi, maka sejak tahun 2009 Pemerintah Kota Banjarbaru merencanakan pembangunan TPA baru dengan sistem lahan urug saniter (sanitary landfill). Langkah awal pembangunan TPA sistem sanitary landfill adalah penentuan lokasi TPA yang harus mengikuti persyaratan dan ketentuan mengenai pengelolaan lingkungan hidup, ketertiban umum, kebersihan kota/lingkungan, peraturan daerah tentang pengelolaan sampah dan perencanaan tata ruang kota serta peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Untuk dapat menentukan lokasi TPA yang memenuhi persyaratan tersebut

Andy Mizwar/EnviroScienteae 8 (2012) 16-22 17 diperlukan analisis berbagai parameter lingkungan dengan menggunakan berbagai metode dan teknik penilaian (Lane and McDonald, 1983 dalam Alesheikh and Eslamizadeh, 2008). Menurut Setiawan (2010), apabila analisis tersebut dilakukan dengan metode konvensional berupa survey dan pemetaan secara terestris, maka akan memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang besar. Sistem Infromasi Geografis (SIG) dengan kemampuannya dalam memasukkan, menyimpan, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa dan menampilkan data bereferensi geografis dapat digunakan sebagai alat bantu dalam penentuan lokasi TPA (Lunkapis, 2004). Penggunaan SIG akan mempersingkat waktu analisis berbagai parameter penilaian kesesuaian lahan untuk lokasi TPA secara umum maupun secara detail dengan tingkat akurasi data yang tinggi (Rahman dkk., 2008). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lokasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah Kota Banjarbaru di wilayah Kecamatan Cempaka menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Bahan dan Metode Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Kecamatan cempaka merupakan salah satu dari lima kecamatan di Kota Banjarbaru, dengan luas +146.70 km 2 atau 39.52% dari luas keseluruhan Kota Banjarbaru. Kecamatan Cempaka terletak pada 114 45 39.6-114 55 19.2 BT dan 3 28 26.4-3 36 32.4 LS. Penelitian ini diawali dengan penentuan kriteria pemilihan lokasi TPA berdasarkan SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Pada penelitian ini ditetapkan 15 kriteria pemilihan lokasi TPA, yang dikelompokkan dalam dua kategori kelayakan, yaitu; (a) kelayakan regional, meliputi; kemiringan lereng, kondisi geologi, jarak terhadap badan air, jarak terhadap permukiman penduduk, jarak terhadap kawasan budidaya pertanian, jarak terhadap kawasan lindung, jarak terhadap lapangan terbang, dan jarak terhadap perbatasan daerah, (b) kelayakan penyisih, meliputi; luas lahan, zona penyangga, permeabilitas tanah, kedalaman muka air tanah, intensitas hujan, bahaya banjir dan transportasi sampah. Selanjutnya dilakukan pengumpulan dan olah data spasial masing-masing kriteria tersebut dengan memanfaatkan peta tematik, Citra Landsat ETM komposit 457 tahun perekaman 2008 dan foto udara. Pada penelitian ini proses olah data dan analsis SIG menggunakan perangkat lunak ESRI ArcView 3.3. beserta beberapa extension pelengkapnya. Penentuan lokasi TPA dilakukan melalui tiga tahap penilaian. Penilaian tahap pertama dilakukan dengan metode binary untuk menentukan zone layak atau tidak layak sebagai lokasi TPA berdasarkan delapan kriteria penilaian kelayakan regional. Pada lahan yang memenuhi kriteria penilaian diberi nilai 1 dan lahan yang tidak memenuhi kriteria penilaian diberi nilai 0. Sehingga zone layak TPA ditetapkan apabila nilai lahan mencapai jumlah maksimal (delapan). Penilaian tahap kedua dilakukan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Weighted Linear Combination (WLC) untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan dari beberapa alternatif lokasi yang telah diperoleh pada penilaian tahap pertama berdasarkan tujuh kriteria penilaian kelayakan penyisih. AHP digunakan untuk menentukan bobot dan nilai dari masingmasing kriteria penilaian, sedangkan WLC digunakan untuk operasi perhitungan nilai kesesuaian sebagai lokasi TPA. Pada penelitian ini, tingkat kesesuaian lahan untuk lokasi TPA ditentukan dengan persamaan berikut:

18 Andy Mizwar/EnviroScienteae 8 (2012) 16-22 Keterangan : S i n S w. x j : Tingkat kesesuaian lahan lokasi i untuk TPA wj : Bobot penilaian parameter j xij : Nilai parameter j n,j : Jumlah parameter penilaian Hasil penilaian tingkat kesesuaian lahan masing-masing lokasi dikelompokan dalam 5 tingkat kesesuaian, yaitu : sangat rendah (30-41), rendah (42-53), sedang (54-65), tinggi (66-77) dan sangat tinggi (78-90). Penilaian tahap ketiga (kelayakan rekomendasi) dilakukan dengan metode overlay peta hasil penilaian tahap sebelumnya dengan Peta Rencana Umum Tata Ruang Kota Banjarbaru 2000-2010 untuk menetapkan lokasi terbaik dari beberapa alternatif lokasi yang telah diperoleh pada penilaian sebelumnya. j j Tabel 1. Kriteria Kelayakan Regional No. Parameter Nilai 1. Kemiringan lereng a. 0 15 % 1 b. > 15 % 0 2. Kondisi geologi a. Tidak berada di zona sesar aktif 1 b. Berada di zona sesar aktif 0 3. Jarak terhadap badan air a. > 300 m 1 b. < 300 m 0 4. Jarak terhadap permukiman a. > 1500 m 1 b. < 1500 m 0 5. Kawasan budidaya pertanian a. > 150 m dari kawasan budidaya 1 b. < 150 m dari kawasan budidaya 0 6. Kawasan lindung a. Di luar kawasan lindung 1 b. Di dalam kawasan lindung 0 7. Jarak terhadap lapangan terbang a. > 3000 m 1 d. < 3000 m 0 8. Jarak terhadap perbatasan daerah a. > 1000 m 1 b. < 1000 m 0 Tabel 2. Kriteria Kelayakan Penyisih No. Parameter Bobot Nilai 1. Luas lahan 5 a. Untuk operasional > 10 tahun 3 b. Untuk operasional 5 10 tahun 2 c. Untuk operasional < 5 tahun 1 2. Kebisingan dan bau 2 a. Ada zona penyangga 3 b. Ada zona penyangga yang terbatas 2 c. Tidak ada zona penyangga 1 3. Permeabilitas tanah 5 a. < 10-9 cm/dt 3 b. 10-9 10-6 cm/dt 2 c. > 10-6 cm/dt 1

Andy Mizwar/EnviroScienteae 8 (2012) 16-22 19 Tabel 2. Lanjutan No. Parameter Bobot Nilai 4. Kedalaman muka air tanah 5 a. > 10 m, permeabilitas < 10-9 cm/dt 3 b. < 10 m, permeabilitas < 10-9 cm/dt atau 2 > 10 m, permeabilitas 10-9 10-6 cm/dt c. < 10 m, permeabilitas 10-9 10-6 cm/dt 1 5. Intensitas hujan 3 a. < 500 mm/tahun 3 b. 500 1000 mm/tahun 2 c. > 1000 mm/tahun 1 6. Bahaya banjir 5 a. Tidak ada bahaya banjir 3 b. Kemungkinan banjir > 25 tahunan 2 c. Kemungkinan banjir < 25 tahunan 1 7. Transport sampah 5 a. < 15 menit dari pusat sumber sampah 3 b. 16 60 menit dari pusat sumber sampah 2 c. > 60 menit dari pusat sumber sampah 1 Sumber: SNI 03-3241-1994 dengan penyesuaian Analisis SIG digunakan untuk mengevaluasi masing-masing kriteria penilaian tersebut secara spasial. Citra Landsat dan foto udara digunakan untuk interpretasi bentuk lahan, penggunaan lahan dan jaringan jalan. Peta Kemiringan Lereng, Peta Permeabilitas Tanah, Peta Kedalaman Muka Air Tanah dan Peta Bahaya Banjir diperoleh dengan metode deduksi, dari Peta Bentuk Lahan dan Peta Penggunaan Lahan. Proses buffering dilakukan pada Peta Geologi, Peta Hidrologi, Peta Administrasi, Peta Jaringan Jalan dan Peta Penggunaan Lahan sehingga diperoleh Peta Jarak Terhadap zona sesar aktif, Peta Jarak Terhadap Badan Air (Sungai), Peta Jarak Terhadap Batas Daerah, Peta Jarak Terhadap Pusat Sumber Sampah, Peta Jarak Terhadap Permukiman, Peta Jarak Terhadap Kawasan Budidaya Pertanian, Peta Jarak Terhadap Kawasan Lindung, dan Peta Jarak Terhadap Lapangan Terbang. Sedangkan Peta Luas Lahan, Peta Ketersediaan Zona Penyangga dan Peta Intensitas Hujan diperoleh melalului proses calculating. Lokasi zone layak TPA diperoleh dari hasil overlay peta-peta tematik yang dihasilkan, sedangkan lokasi rekomendasi TPA diperoleh dari hasil overlay peta hasil penilaian dengan Peta Rencana Umum Tata Ruang Kota Banjarbaru 2000-2010. Hasil dan Pembahasan Pada penilaian tahap pertama (kelayakan regional) dihasilkan tujuh lokasi zone layak TPA dengan luas total ±403.448 ha atau 2.75% dari luas Kecamatan Cempaka. Pada penilaian tahap kedua (kelayakan penyisih) dihasilkan nilai kesesuaian tujuh lokasi zone layak TPA tersebut adalah 64 atau termasuk dalam kategori tingkat kesesuaian sedang.

20 Andy Mizwar/EnviroScienteae 8 (2012) 16-22 Tabel 3. Hasil Penilaian Kelayakan Regional dan Kelayakan Penyisih ID Luas Lahan Zona Penyangga Permeabilitas Tanah Penilaian Kedalaman Air Tanah Intensitas Hujan Bahaya Banjir Transport Sampah Nilai Kategori Luas (ha) Proporsi (%) 1 15 6 5 5 3 15 15 64 sedang 139,015 34,457 2 15 6 5 5 3 15 15 64 sedang 65,586 16,256 3 15 6 5 5 3 15 15 64 sedang 92,182 22,849 4 15 6 5 5 3 15 15 64 sedang 33,124 8,210 5 15 6 5 10 3 15 10 64 sedang 29,449 7,299 6 15 6 5 10 3 15 10 64 sedang 19,217 4,763 7 15 6 5 10 3 15 10 64 sedang 24,875 6,166 J u m l a h 403,448 100,000 Hasil akhir penelitian ini adalah rekomendasi lokasi TPA yang diperoleh dari proses overlay Peta Zona Layak TPA dengan Peta Rencana Umum Tata Ruang Kota Banjarbaru 2000-2010 (Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 05 tahun 2001). Dari tujuh lokasi yang termasuk dalam kategori zone layak TPA hanya satu lokasi yang dapat direkomendasikan untuk menjadi lokasi TPA Sampah Kota Banjarbaru, yaitu lokasi 4 yang terletak dibagian timur Kecamatan Cempaka. Gambar 1. Penilaian Kelayakan Regional dan Peta Zona Layak TPA

Andy Mizwar/EnviroScienteae 8 (2012) 16-22 21 Gambar 2. Penilaian Kelayakan Penyisih dan Peta Kelayakan Penyisih Pertimbangan utama rekomendasi adalah karena lokasi tersebut berdekatan dengan lokasi eksisting TPA Gunung Kupang, sehingga Pemerintah Kota Banjarbaru tidak perlu membangun TPA baru tapi cukup melakukan revitalisasi berupa penerapan sistem sanitary landfill, perbaikan infrastruktur dan perluasan TPA Gunung Kupang. Hal ini tentu akan dapat menghemat waktu dan biaya pembangunan TPA sanitary landfill Kota Banjarbaru. Gambar 3. Peta Rencana Umum Tata Ruang Kota Banjarbaru dan Peta Rekomendasi Lokasi TPA Hal yang perlu diperhatikan pada pengembangan TPA di lokasi 4 adalah adanya beberapa faktor pembatas kesesuaian lahan di lokasi tersebut, yaitu; faktor permeabilitas tanah yang tinggi (> 10-6 cm/dt), kedalaman air tanah yang tergolong dangkal (< 10 m) dan intensitas hujan yang tinggi (2425 mm/tahun). Untuk itu, dalam aplikasi pengembangan TPA di lokasi 4 perlu dilakukan masukan teknologi, terutama dalam penentuan bahan dan teknik pelapis dasar TPA dan penutup timbunan sampah.

22 Andy Mizwar/EnviroScienteae 8 (2012) 16-22 Kesimpulan Dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat ditentukan lokasi rekomendasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sampah Kota Banjarbaru. Lokasi yang direkomendasikan tersebut berada di Kelurahan Cempaka Kecamatan Cempaka dengan luas ± 33.124 ha dan daya tampung lebih dari 10 tahun. Tchobanolous G, Theisen H and Vigil SA (1993) Integrated Solid Waste Management, Engineering Principles and Management Issues. McGraw- Hill International Editions, New York. Daftar Pustaka Alesheikh AA and Eslamizadeh M (2008) Selection of Waste Disposal Sites Using DRASTIC and GIS, Case Study: Ghazvin Plain. Journal of Urban Planning and Development. Anonim (1994) Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah, SNI 03-3241-1994. Azizi M, Jaafar WZ, Obot RM, and Hussin MA (2008) How GIS Can Be A Useful Tool to Deal With Landfill Site Selection. International Symposium on Geoinformatics for Spatial Infrastructure Development in Earth and Allied Sciences 2. Lunkapis GJ (2004) GIS as Decision Support Tool for Landfills Siting. Journal of Urban Planning and Development. Rahman M, Sultan, and KR, Hoque A, (2008) Suitable for Urban Solid Waste Disposal Using GIS Approach in Khulna City Bangladesh. Proc. Pakistan Acadd. Rahmatiyah (2002) Evaluasi Kelayakan Lahan untuk Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kota Samarinda. [Tesis] Program Studi Ilmu Lingkungan UGM, Yogyakarta. Setiawan F (2010) Aplikasi Penginderaan Jauh dan GIS untuk Penentuan Lokasi TPA Sampah di Kota Surabaya. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010).